Jenis_jenis_pertumbuhan_tanaman.doc

  • Uploaded by: Andi Emy
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Jenis_jenis_pertumbuhan_tanaman.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 2,912
  • Pages: 16
Jenis-jenis pertumbuhan tanaman LAPORAN PRATIKUM Oleh : Kelompok 1 / Golongan 1.

Novi Nurlailah

(141510501033)

2.

Muhammad Syauqi

(1415105011263)

3.

Andina Dwi Pramesti

(141510501002)

4.

Linda Rahman

(141510501038)

5.

Aprilia Iga Rahman

(141510501044)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI LABORATURIUM FISIOLOGI TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2014 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan tanaman adalah peristiwa bertambahnya ukuran yaitu berat, massa dan volume tanaman karena pembelahan dan pembesaran sel. Proses tersebut terjadi akibat pembelahan mitosis pada jaringan yang bersifat meristematis. Pertumbuhan tanaman bersifat

kuantitatif dan irreversibel yaitu dapat di hitung dan tidak dapat kembali lagi. Pertumbuhan di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya gen, hormon dan lingkungan seperti cahaya, kelembapan udara, air dan unsur hara tanah serta derajat keasaman/PH. Pertumbuhan tanaman pada tanaman berbiji diawali dengan proses perkecambahan yaitu proses dari biji sampai terbentuknya tumbuhan kecil. Perkecambahan dimulai dengan proses penyerapan air oleh biji yang disebut imbibisi. Proses ini menyebkan enzim-enzim pada biji menjadi aktif, sehingga dapat memecah berbagai zat makan untuk pembentukan struktur tubuh. Selain itu suhu dan oksigen sangat dibutuhkan untuk aktivasi enzim dan energi melalui proses respirasi. Di dalam biji terdapat beberapa bagian-bagian yaitu plumula, epikotil, hipokotil, radikula dan kotiledon.

Berdasarkan letak kotiledon pada saat berkecambah terdapat dua tipe

perkecambahan yaitu perkecambahan epigeal dan perkecambahan hipogeal. Pada perkecambahan epigeal, hipokotil tumbuh memanjang sehingga kotiledon dan plumula terdorong ke permukaan tanah, contohnya kacang hijau. Sedangkan pada perkecambahan hipogeal, epikotil tumbuh memanjang sehingga plumula menembus kulit biji dan muncul ke permukaan tanah, contohnya kacang tanah. Pada akhir perkecambahan, tumbuhan mengalami pola-pola pertumbuhan yaitu pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan primer merupan proses pemanjangan yang terjadi akibat aktivitas meristem apikal yang terdapat pada ujung akar maupun ujung akar. Sedangkan pertumbuhan sekunder merupakan proses penebalan batang atau akar tanaman akibat aktivitas penebalan mitosis sel-sel kambium. Pembelahan tersebut akan membentuk floem sekunder dan xilem sekunder. Pembentukan floem sekunder dan xilem sekunder dipengaruhi oleh musim, pada musim kemarau lapisan yang terbentuk lebih tipis dari daripada musim hujan sehingga dengan perbedaan menyebabkan terbentuknya lingkaran tahun.

1.2 Tujuan Supaya mahasiswa memahami dan mengerti jenis-jenis pertumbuhan tanaman dan dapat membedakan berdasarkan morfologi dan fungsinya.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Syamsussabri (2013), Pertumbuhan adalah suatu proses bertambahnya ukuran makluk hidup baik volume, bobot dan jumlah sel. Proses ini bersifat irreversibel atau tidak dapat kembali lagi ke bentuk seperti asalnya. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif berupa pembesaran atau pertambahan, dari kecil menjadi besar, dari sedikit menjadi banyak, dari sempit menjadi luas dan lain-lain.

Pertumbuhan suatu tanaman di pengaruhi oleh jenis dan genetik (finkeldey ;Hani,in dalam Wahyudi, 2011), lingkungan atau tempat tumbuh tanaman (Fisher & Binkley dalam wahyudi, 2011) dan teknik silvikultur (coates & philip ; Halle et al. Dalam wahyudi, 2011). Faktor lingkungan dapat dikelompokkan menjadi dua yang berpengaruh terhadap pertumbuhan yaitu faktor iklim yang terdiri dari curah hujan, cahaya, suhu, kelembapan, angin, dan letak geografis berdasarkan garis lintang, faktor yang kedua yaitu faktor tanah terdiri dari sifat fisik, kimia dan biologi tanah, kelerengan aspek, ketinggian dan drainase (Wahyudi,2011). Di dalam tubuh tanaman terdapat hormon tumbuh senyawa organik yang jumlahnya sedikit yang dapat merangsang juga menghambat berbagai proses fisiologis tanaman. Untuk itu perlu penambahan hormon dari luar yang disebut zat pengatur tumbuh yang berfungsi merangsang pertumbuhan seperti pertumbuhan akar, tunas dan perkecambahan serta memecahkan dormansi benih (Daisy dan Wijayani dalam sunarlim,2012). Benih ialah bahan genetik yang membawa sifat-sifat melintasi batas-batas generasi dalam pertumbuhan tanaman. Sebagian benih tidak mudah berkecambah bahkan dibawah kondisi lingkungan yang optimal. Terdapat waktu alami dalam biji untuk mengatur proses perkecambahan. Hambatan besar dalam upaya regenerasi spesies berbagai tujuan merupakan interaksi dormansi benih (Gbadabosa,2012). Dormansi ialah gejala biji yang memerlukan waktu istirahatt pada saat daya tumbuh biji berkurang seiring bertambahnya waktu kemudian baru dapat berkecambah. Sebelum waktu istirahat yang diperlukan tercukupi, biji tidak mau tumbuh. Walaupun ada air, udara, cahaya, dan panas. Menurut Anisa satyanti (2009), Biji dan karakteristiknya yang tertanam menentukan kinerja benih yang merupakan fase pertama dalam perkembangan, diantarnya berat biji. Benih yang lebih berat dianggap menguntungkan dibandingkan dengan benih yang lebih ringan dengan fungsional mengahasilkan bibit yang lebih kompetitif untuk pertumbuhan yang lebih baik juga menghasilkan panjang tunas yang lebih tinggi dibandingkan benih ringan. Benih/bibit menyediakan sumber daya yang paling alami dalam reproduksi baru kemudian tanaman, pelestarian keragaman genetik, transportasi, dan propagasi. Biji yang tidak layak berkecambah

bahkan di bawah kondisi yang menguntungkan bagi banyak

kejadian, fenomena ini di sebut dormansi. Dormansi fisik disebabkan karena kulit biji kedap air atau kadang buah yang berhenti imbibisi (Niamjit,2014). Proses imbibisi merupakan awal proses dimulainya perkecambahan yaitu proses penyerapan air oleh biji (Taiz dan Zeiger dalam Santoso,2012) sedangkan efektifitas di lapang pertanaman ditentukan oleh posisi mikrofil maupun permeabilitas kulit biji (Hartmann et all. dalam Santoso,2012). Menurut Bambang B. Santoso (2012), perkecambahan suatu biji atau benih dapat diartikan sebagai semai yang telah atau mulai muncul di permukaan media tanam seperti tanah sehingga secara teknis agronomis perkecambahan ialah permulaan munculnya pertumbuhan aktif yang menghasilkan pecah kulit biji dan kemudian munculnya semai di permukaan tanah. Sadjad dalam santoso (2012), berpendapat bahwa kecepatan berkecambah dipengaruhi oleh kondisi fisiologi benih, umur benih dalam simpanan, dan kesehatan pathogenesisnya. Perry dalam santoso juga mengatan bahwa kekuatan tumbuh benih di pengaruhi oleh genetik dan lingkungan pada saat proses pembentukan biji dan penyimpanan hingga kondisi saat perkecambahan. Menurut Robinson (2001), benih dalam keadaan kering dan matang mengandung embrio yang merupakan generasi

berikutnya dari tanaman induk. Menurut definisi,

perkecambahan dimulai dari proses ketika benih membutuhkan air yang disebut imbibisi dan berakhir ketika calon akar atau yang sering disebut radikula menembus struktur luar dari biji, biasanya kulit biji. Marthen dan rehatta (2013) mengatakan bahwa perkecambahan diawali dengan muncul dan berkembangnya radikula dan planula dari biji atau benih. Suatu benih yang berkecambah secara visual dan morfologis ditandai dengan terlihatnya radikula dan plumula dari biji atau benih. Waktu musiman perkecambahan ditentukan oleh kondisi lingkungan yang diperlukan untuk memecahkan dormansi dan memungkinkan perkecambahan setelah dormansi rusak (Ulasan di baski; baskin dan baskin dalam Barua, 2012). Perkecambahan benih sangat responsif terhadap kondisi lingkungan, baik selama pematangan dan setelah penyebaran (ulasan di baskin dan baskin;Donohue dalam Barua, 2012). Menurut Gembong tjitrosoepomo (1997),Terdapat dua jenis perkecambahan yaitu perkecambahan epigeal dan per kecambahan hipogeal. Epigeal atau perkecambahan di atas tanah yaitu jika perkecambahan, karena pembentangan ruas batang di bawah daun lembaga terangkat ke ke atas kemudian warnanya berubah menjadi hijau yang dapat digunakan untuk

asimilasi tetapu umurnya tidak panjang misalnya pada kacang tanah. Daun lembaga itu kemudian gugur, sementara itu pada kecambah sudah terbentuk daun-daun normal yang dapat melakukan asimilasi. Sedangkan hipogeal atau perkecambahan di bawah tanah seperti terdapat pada biji kacang kapri. Menurut Siti sutarmi tjitrosomo (1984), Perkecambahan biji di pengaruhi oleh keadaan tertentu dalam lingkungan yaitu kelembapan, oksigen, suhu yang sesuai, cahaya yang berpengaruh terhadap perkecambahan biji banyak spesies.

BAB 3. METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum Pengantar Ilmu Tanaman dengan judul acara 1 yaitu Jenis-jenis Pertumbuhan Tanaman dilaksanakan hari minggu tanggal 20 oktober 2014 pukul 14:30 WIB sampai selesai Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember.

3.2 Bahan dan alat 3.2.1 Bahan 1. 2. 3. 4. 5.

benih tanaman monokotil epigeal (kacang tanah) benih tanaman monokotil hypogeal (jagung) benih tanaman dikotil epigeal (kedelai) benih tanaman dikotil hypogeal (kacang polong) media tanam (pasir)

3.2.2 Alat 1. 2. 3. 4.

bak pengecambah beaker glass kertas label handpyer

3.3 Cara kerja 1. 2.

Menyiapkan alat dan bahan Mengisi bak pengecambah dengan bahan tanam hingga ½ bagian dari tinggi bak

3.

pengecambah Membuat lajur secara berurutan dengan menandainya menggunakan kertas label

4. 5. 6. 7.

pada setiap jenis benih dan pengulangannya Merendam benih pada air dalam beaker glass selama 15 menit Menanam benih pada bak pengecambah Melakukan perawatan dan pemeliharaan setiap hari Melakukan pengamatan akhir

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Data dibawah ini adalah hasil pengamatan pada praktikum Pengantar Ilmu Tanaman dengan judul acara Jenis-jenis Pertumbuhan Tanaman bertempat di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan tanggal 26 Oktober 2014 pukul 14:30 WIB. Data tersebut disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut : Tabel 1. Pertumbuhan tanaman monokotil hipogeal yaitu jagung Jenis No Tanaman 1.

Jagung

Ul 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

Gambar

Panjang

Panjang

Panjang

Hipokotil 1 cm 4 cm 1,5cm 1,5cm 2 cm 2 cm 5 cm 1,5 cm 3 cm

Epikotil 2 cm 13,5 cm 4,5 cm 30 cm 27,7 cm 23 cm 20,5 cm 12,5 cm 15 cm

Kecambah 3 cm 17,5 cm 6 cm 31,5 cm 29,7 cm 25 cm 25,5 cm 14 cm 18 cm

-

-

-

Tabel 2. Pertumbuhan tanaman dikotil hipogeal yaitu kacang polong Jenis No Tanaman 2.

Kacang Polong

Panjang Hipokotil 28 cm 26,5 cm 27,5 cm 27 cm 30 cm 30 cm 28 cm

Panjang Panjang Epikotil Kecambah 16,5 cm 44,5 cm 12 cm 38,5 cm 13 cm 40,5 cm 15 cm 42 cm 14,5cm 44,5 cm 18,5cm 48,5 cm 16,5cm 44,5 cm

8 9

24 24

cm cm

13,5 cm 16,5cm

37,5 cm 40,5 cm

10

31,5 cm

12 cm

43,5 cm

Ul 1 2 3 4 5 6 7

Gambar

Tabel 3. Pertumbuhan tanaman dikotil epigeal yatu kacang tanah Jenis No. Tanaman 3.

Kacang

Ul 1 2

Gambar

Panjang Hipokotil 1,3 cm 1,7 cm

Panjang Panjang Epikotil Kecambah 2,5 cm 2,5 cm

Tanah

3 4 5 6 7 8 9 10

1,4 cm - Cm 5,9 cm 1,8 cm - Cm 1,9 cm 1,4 cm 1,4 cm

-

2,8 cm - cm 6,7 cm 3 cm cm 3 cm 3 cm 2,7 cm

Tabel 4. Pertumbuhan tanaman dikotil epigeal yaitu kedelai

Jenis No. Tanaman 4.

Kedelai

Ul 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

Gambar

Panjang

Panjang

Panjang

Hipokotil - Cm - cm 2,5 cm 7 cm - Cm 5,5 cm - cm 6 cm - cm

Epikotil - Cm - cm - cm - cm - Cm - cm - cm - Cm - cm

Kecambah - Cm - cm 2,5 cm cm - Cm 5,5 cm cm 6 cm - cm

-

cm

-

cm

-

cm

4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami lakukan pada 4 jenis tanaman yng berbeda dengan masing-masing tanaman 10 tanaman yang telah ditanam selama satu minggu, diperoleh beberapa informasi mengenai pertumbuhan pada tanaman yang telah kami ukur. Pada tabel 1, tanaman jagung yang merupakan tanaman

monokotil hipogeal menunjukkan pertumbuhan cukup baik meskipun terdapat satu tanaman yang tidak tumbuh. Dari ke-10 tanaman jagung, panjang hipokotillnya berbeda-beda mencapai kisaran 1-5 cm, panjang epikotilnya berkisar 4,5-30 cm, dan panjang kecambah berkisar 3-31,5 cm. Pada tabel 2 yaitu pertumbuhan pada tanaman kacang polong yang merupakan tanaman dikotil hipogeal menunjukkan pertumbuhan yang sangat baik. Dari ke-10 tanaman kacang polong terdapat panjang hipokotil mencapai kisaran 24-39 cm, panjang epikotilnya ialah antara 12-18,5 cm, dan panjang perkecambahan yang berkisar antara 28,5-44,5 cm. Pada tabel 3 yaitu pertumbuhan pada kacang tanaah sebagai tanaman dikotil hipogeal menunjukkan bahwa dari ke-10 tanaman, panjang hipokotil kacang tanah berkisar antara 1,3-7 cm yang mana terdapat satu tanaman yang belum tumbuh, sedangakan untuk panjang epikotilnya belum tumbuh, dan panjang kecambah berkisar 2,5-6,7 cm yang mana terdapat dua tanaman yang belum tumbuh. Pada tabel 4 yaitu tanaman kedelai yang merupakan tanaman dikotil epigeal menunjukkan bahwa panjang hipokotilnya berkisar antara 2,5-7 cm dimana terdapat 6 tanaman yang belum tumbuh, sementara panjang epikotilnya tidak ada, dan panjang kecambahnya berkisar antara 2,5-7 cm yang mana terdapat 6 tanaman yang belum tumbuh. Dari uraian diatas menunjukkan bahwa terjadi perbedaan pertumbuhan pada semua tanaman yang ditanam baik berbeda jenis maupun sesama jenis. Hal ini disebabkan oleh beberapa perbedaan seperti tingkat kematangan biji, ukuran biji, daya serap biji terhadap air, umur benih dalam simpanan, kesehatan pathogenesisnya, intensitas cahaya, media tanam dan hormon. Penyinaran cahaya dan air pada tanaman satu dengan lainnya berbeda meskipun dalam media dan jenis tanaman yang sama sekalipun karena setiap tanaman memiliki karakteristik dan kemampuan menyerap air yang berbeda. Media yang digunakan juga terbatas sehingga memungkinkan terjadinya kompetisi atau persaingan dalam perebutan nutrisi tanaman dalam tanah sehingga tanaman yang mampu bersaing dalam hal nutrisi maka dapat mempertahankan hidupnya dan akan tumbuh dengan baik sedangkan tanaman yang tidak memperoleh nutrisi, pertumbuhannya akan terhambat.

Pertumbuhan tanaman pada tanaman berbiji yang telah dilakukan pada tanaman jagung,kacang tanah, kacang polong dan kedelai diawali dengan proses perkecambahan yaitu proses dari biji sampai terbentuknya tumbuhan kecil. Perkecambahan dimulai dengan proses penyerapan air oleh biji yang disebut imbibisi. Proses ini menyebabkan enzim-enzim pada biji menjadi aktif sehingga dapat memecah berbagai zat makanan untuk pembentukan struktur tubuh. Proses imbibisi berguna untuk melunakkan kulit biji dan menyebabkan pengembangan embrio dan endosperma yang mengakibatkan robek atau pecahnya kulit biji sehingga radikula keluar. Kecepatan penyerapan air dipengaruhi oleh permeabilitas kulit biji, konsentrasi air, suhu, tekanan hidrostatik, luas permukaan biji yang kontak dengan air, daya intermolekuler, komposisi kimia, dan aktivasi enzim. Setelah imbibisi, proses selanjutnya yaitu digestion atau pencernaan makanan yang merupakan proses pemecahan zat atau senyawa bermolekul besar dan kompleks menjadi senyawa bermolekul lebih kecil, sederhana, larut dalam air dan dapat diangkut melalui membran dan dinding sel. Proses ini dibantu oleh enzim. Kemudian hasil pencernaan makanan cadangan yang berupa asam amino, asam lemak dan glukosa diangkut dari jaringan penyimpanan ke daerah yang membutuhkan. Proses selanjutnya ialah asimilasi yaitu pembangunan kembali setelah pencernaan makan cadangan. Pada proses ini protein yang telah dirombak akan disusun kembali menjadi protein baru yang berfungsi untuk pembentukan sel baru untuk pertumbuhan. Pertumbuhan merupakan memerlukan energi melalui pernapasan yang merupakan proses perombakan makanan menjadi senyawa yang lebih sederhana. Kandungan air dalam biji juga sangat penting karena perkecambahan suatu tanaman akan terjadi apabila kadar air dalam biji meningkat. Maka dari itu pada praktikum kali ini perawatan dengan menyemprotkan air setiap hari pada tanaman sanagat dibutuhkan, terutama untuk proses perkecambahan tanaman tersebut agar tanaman dapat tumbuh secara optimal. Perkecambahan pada tanaman berbiji dibagi menjadi 2 tipe perkecambahan berdasarkan letak kotiledonnya. Seperti yang telah kami lakukan pada praktikum kali

ini yang menggunakan tanaman jagung sebagai contoh tanaman monokotil hipogeal. Perkecambahan hipogeal yaitu tipe perkecambahan di bawah tanah dimana epikotilnya tumbuh memanjang sehingga plumula menembus kulit biji dan muncul ke permukaan tanah meninggalkan kotiledon. Sedangakan tanaman kedelai sebagai contoh jenis tanaman dikotil epikotil. Perkecambahan epikotil ialah perkecambahan diatas tanah sebagai akibat dari hipokotil yang memanjang sehingga plumula dan kotiledon terdorong ke atas tanah. Proses perkecambahan tanaman dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh tumbuhan itu sendiri seperti gen, hormon yaitu hormon auksin dan giberelin, kematanagan biji dan sifat dormansi biji. Sedangakan faktor ekternal biasanya dari lingkungan tempat tubuh tanaman itu sendiri seperti suhu, kelembaban, cahaya, air, dan tanah. Kualitas biji yang baik akan mempengaruhi proses perkecambahan. Begitupula dengan kandungan air dalam biji Yng memegang peran penting pada proses ini karena perkecambahan sangat bergantung terhadap komposisi air dalam biji, sementara jenis dan tekstur tanah juga penting dalam proses ini. Seperti praktikum yang telah dilakukan dengan menanam tanaman pada pasir karena pasir memiliki pori-pori tanah yang besar sehingga menyimpan banyak air yang berfungsi sebagai penyerapan air untuk pada proses imbibisi sehingga proses perkecambahan dapat berlangsung dengan baik.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pertumbuhan tanaman pada setiap tanaman berbeda-beda meskipun dalam jenis tanaman yang sama maupun berbeda, hal ini dipengaruuhi oleh beberapa faktor seperti fissiologi benih dan faktor lingkungan lainnya. Pertumbuhan pada tanaman diawali oleh proses perkecambahan. Terdapat dua jenis perkecambahan menurut letak kotiledonnya yaitu perkecambahan hipogeal dan epigeal. Perkecambahan dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah air yang merupakan unsur penting dalam proses perkecambahan karena kandungan air dalam biji lah yeng mengawal terjadinya proses perkecambahan melalui proses imbibisi.

5.2 Saran Menurut saya dalam praktikum kali ini, sebaiknya praktikan tidak hanya mengamati pertumbuhan perkecambahan saja tapi juga mengamati fisiologi benih tanaman agar semua tanaman dapat tumbuh dengan baik. Praktikan perlu juga melakukan pengamatan dengan memperhatikan beberapa faktor lain yang mempengaruhi proses perkecambahan tidak hanya pada kadar air dan media saja agar jika salah satu perkecambahan tanaman terhambat dapat dijelaskan dalam berbagai

faktor tersebut. Selain itu, dalam setiap lebih baik pre-test diselingi dengan post-test karena pemahaman praktikan tentang kegiatan praktikum sangat penting tidak hanya teori sebelum praktikum saja.

DAFTAR PUSTAKA Alaba.E, gbadosi. 2013. Germination biology of pricalina nitida (stapf) under pretreatment. Biological Sciences. Vol. 3 (1), pp. 013-020 Annisa, satyanti. 2009. Functional Importance of Seed Weight on the Seedling Establishment of Syzygium bankense (Hassk.) Merr. & L.M. Perry and Quercus gemelliflora Blume. Biodiversitas. 10 (1) : 29-33

Barua,deepak. Colleen Butler.Tracy E. Tisdale.dan Kathleen Donohue. 2012. Natural variation in germination responses of Arabidopsis to seasonal cues and their associated physiological mechanisms. Annals of Botany 109: 209– 226 Das, niamjit. 2014. The Effect of Seed Sources Variation and Presowing Treatments on the Seed Germination of Acacia catechu and Elaeocarpus floribundus Species in Bangladesh. Forestry Research. Volume 2014, Article ID 984194 : 8 Marthen, E. Kaya dan H. Rehatta. 2013. Pengaruh perlakuan pencelupan dan perendaman terhadap perkecambahan benih sengon (Paraserianthes falcataria L.). agrogolia. 2(1): 10- 16 Robinson, richard. 2001. Plant sciences. New york : macmillan reference USA

Santoso, bambang.B.2011. Perkecambahan Biji Jarak Pagar. Crop agro. 2 (1):1 Suhartati. dan Syofia Rahmayanti. 2013. Evaluasi pertumbuhan asal sumber benih dan Acacia mangium Eucalyptus pellita di kalimanta selatan. Tekno Hutan Tanaman. 6 (2):47 – 54

Sunarlim,novianti. S. I. Zam, dan J. Purwanto. 2012. Perlukaan benih dan perendaman dengan antonik pada perkecambahan benih dan pertumbuhan tanaman semangka non biji (Citrullus vulgaris Schard L.). Agroteknologi.2(2): 29-32

Syamsussabri,M. 2013. Konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Perkembangan peserta didik, 1(1):1-8 Tjitrosomo Siti Sutarmi. 1984. Botani Umum. Bandung : Angkasa Tjitrosoepomo. 1997. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Kimball John, W. 1990. Biologi Umum. Jakarta : Erlangga

Wahyudi,dan Sudu panjaitan. 2011. Model pertumbuhan dan hasil tanaman shore leprosula pada sistem tebang pilih tanam jalur teknik silin. Penelitian dipterokarpa. 5(2):37-38

More Documents from "Andi Emy"