Jenis Jenis Manusia Purba.docx

  • Uploaded by: Brandy Pakpahan
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Jenis Jenis Manusia Purba.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,684
  • Pages: 21
JENIS JENIS MANUSIA PURBA Manusia purba dari satu generasi ke generasi selanjutnya berbeda. Fakta sejarah juga menyebutkan bahwa manusia purba di satu wilayah dengan wilayah lain mempunyai perbedaan. Apa saja perbedaan di setiap jenisnya? Berikut ini adalah jenis – jenis manusia purba secara umum beserta penjelasannya.

Meganthropus Paleojavanicus

Adalah manusia purba yang paling tua. Bentuk tubuhnya juga merupakan yang paling besar. Adalah Van Koenigswald seorang arkeolog dari Negeri Kincir Angin Belanda yang pertama kali menemukannya dalam bentuk fosil. Pada saat itu ia sedang berada di Sangiran untuk sebuah penelitian di tahun 1936. Manusia purba yang ia temukan ini adalah yang pertama kali hidup di Pulau Jawa. Dari namanya, sudah cukup menjelaskan tentang manusia purba jenis ini. Megan berarti besar, anthropus adalah manusia, paleo bisa diartikan sebagai kata sifat “tua” dan javanicus adalah Jawa. Menurut penelitian yang dilihat dari fosilnya yang berteknik peluruhan karbon, kira – kira manusia purba ini hidup sekitar satu hingga dua juta tahun lalu. Ciri Ciri Meganthropus Paleojavanicus Yang membedakan dari manusia purba jenis lain, bisa dilihat dari ciri – cirinya, yaitu: – Volume otak 900 cc – Badan tegap – Pemakan tumbuh – tumbuhan – Tulang Kening menonjol – Otot kunyah , rahang, dan gigi sangat kuat – Mempunyai tonjolan belakang tajam dan melintang – Tidak berdagu – Hidup secara berkelompok dan nomaden – Hidung lebih lebar – Tulang pipi tebal

Pithecanthropus Erectus

Seperti Pithecanthropus Paleojavanicus, diperkirakan manusia purba ini hidup sekitar satu sampai dua juta tahunan yang lalu. Penemunya adalah Eugene Dubois pada 1890 dan diperkirakan hidup pada masa Pleistosen tengah. Fosil yang pertama kali ditemukan adalah bagian geraham di Lembah Bengawan Solo, daerah Trinil. Penemuan selanjutnya diikuti dengan tulang rahang, kaki, dan bagian tengkorak atas. Kehidupannya berlangsung dengan berpindah – pindah atau nomaden, bergantung ketersediaan bahan pangan yang ada di daerah yang disinggahinya. Inilah mengapa fosil ditemukan di tepi sungai, sebab mata air, hutan, dan ikan bisa membuat mereka bertahan hidup lebih baik. Tak hanya memakan tumbuh – tumbuhan, mereka juga sudah kenal berburu dan memakan hewan tangkapan. Ciri Ciri Pithecanthropus Erectus Adapun ciri – ciri dari Pithecanthropus Erectus adalah sebagai berikut ini: – Memiliki tengkuk dan pengunyah yang sangat kuat – Volume Otak berkisar 750 cc – 1350 cc – Mempunyai tubuh tegap namun belum tegap sempurna. – Hidung lebih tebal – Kening dan kepala belakang lebih menonjol serta melintang di bagian dahi – Memiliki tinggi sekitar 165 cm – 180 cm – Gigi geraham lebih besar dan kuat

Pithecanthropus Soloensis

Secara terjemahan nama Pithecanthropus Soloensis berarti manusia kera dari Solo. Manusia purba jenis ini fosilnya ditemukan oleh Openorth dan Von Koenigswald di daerah Ngandong sekitar tahun 1931. Hingga tahun 1933 ada penemuan manusia purba sejenis lainnya di Sangiran dekat dengan Sungai Bengawan Solo. Bagian awal yang ditemukan adalah tulang kering dan tulang tengkorak. Ciri Ciri Pithecanthropus Soloensis Ciri – ciri kekhasan manusia purba ini terletak pada bagian – bagian tubuhnya, seperti berikut ini: – Bentuk tubuhnya tegap – Otot tengkuk dan tempat melekatnya kuat dan besar – Tulang belakang lebih menonjol – Tulang pipi lebih tebal – Termasuk pemakan segala – Tonjolan di bagian kening tebal – Tulang pipi menonjol – Rahang bawah besar dan kuat, terlihat tidak mempunyai dagu – Volume Otak 750 cc – 1350 cc – Tinggi badan sekitar 165 cm – 180 cm

Pithecanthropus Mojokertensis

Von Koenigswald pada tahun 1939 menemukan fosil dari manusia purba ini di daerah Mojokerto Jawa Timur. Penemuan pertamanya adalah fosil tengkorak manusia purba anak – anak yang berusia kira – kira enam tahun. Di tahun 1936 Widenreich juga menemukan temuan serupa di kota yang sama. Ciri Ciri Pithecanthropus Mojokertensis Bagian – bagian tubuh yang mencerminkan Pithecanthropus Mojokertensis adalah sebagai berikut ini: – Menurut temua fosilnya, diperkirakan telah hidup dua setengah juta tahun yang lalu – Mempunyai tulang tengkorak yang bentuknya lonjong dan lebih tebal – Kira – kira ukuran volume otaknya 750 cc – 1300 cc – Memiliki tinggi 165 cm – 180 cm – Berbadan tegap dan tidak punya dagu – Seperti manusia purba lain, bentuk keningnya menonjol

Homo Floresiensis

Seperti pada namanya, manusia purba ini ditemukan di Pulau Flores Nusa Tenggara. Penemunya merupakan para arkeolog nasional dan arkeolog yang berasal dari New England University. Lebih muda dari jenis Pithecanthropus, Homo Floresiensis hidup sekitar 12000 tahun yang lalu. Bersamaan dengan penggaliannya di Linag Bua, ditemukan juga fosil lain seperti biawak, tikus besar, dan gajah stegodo. Manusia purba ini hidupnya juga sudah lebih teratur dan berdampingan dengan jenis manusia purba homo yang lainnya. Termasuk dalam jenis manusia purba pemakan segala, namun tidak ada indikasi bahwa mereka kanibal. Ciri Ciri Homo Floresiensis Karakteristik jenis manusia purba ini adalah: – Tinggi badan sekitar 1 meter dan cnderung kerdil – Berat badan kira – kira 25 kg

– Mempunyai bentuk dahi yang sempit dan tidak menonjol – Tulang rahangnya terlihat lebih menonjol – Memiliki volume otak kecil, yaitu sekitar 380 cc – Bentuk kepala kecil

Homo Wajakensis

Adalah seorang arkeolog terkenal, yaitu Eugene Dubois yang menemukan manusia purba wajak ini. Fosil pertama diketahui berada di Campur Darat Tulungagung Jawa Timur. Mereka sudah sedikit modern karena bersama dengan penemuannya, ditemukan pula peralatan untuk membuat makanan dari batu dan tulang. Ini berarti membuktikan bahwa mereka sudah tahu bagaimana cara mengolah makanan dengan dimasak. Ciri Ciri Homo Wajakensis Ciri spesifik manusia purba wajak adalah sebagai berikut ini: – Mempunyai wajah yang datar dan lebih lebar – Pada bagian mulut, rahangnya lebih menonjol dan hidungnya sangat lebar – Mempunyai dahi yang bentuknya miring – Terdapat kerutan di kening yang terlihat jelas, diduga dimiliki semua usia – Mempunyai tulang pipi yang bentuknya menonjol ke samping – Berjalan tegak dan dapat berdiri tegap – Memiliki tinggi sekitar 130 cm – 210 cm – Berat badannya sekitar 30 kg – 150 kg – Letak hidung dan mulut berjarak sedikit jauh

Homo Soloensis

Weidenrich dan Koenigswald menemukan manusia purba ini pada kisaran tahun 1931 – 1934. Karena volume otaknya, manusia purba ini tidak termasuk ke dalam golongan Pithecanthropus atau manusia kera. Mereka jga dinilai lebih cerdas dan mempunyai kehidupan yang lebih baik. Fosil pertama yang ditemukan adalah tulang tengkorak. Diperkirakan masa kehidupannya terjadi 900.000 sampai 300.000 tahunan lalu. Ciri Ciri Homo Soloensis Ciri khusus manusia purba ini adalah: – Mempunyai volume otak 1000 cc – 1300 cc. – Tinggi badan sekitar 130 – 210 cm – Memiliki wajah yang tidak menonjol seperti manusia kera – Berjalan dengan bipedal – mempunyai badan yang lebih tegap

Homo Sapiens atau Homo Erectus

Jenis manusia purba ini adalah yang usianya paling muda, dan paling mendekati bentuk manusia zaman ini. Pada masa kehidupannya, diduga mereka sudah memiliki struktur tugas untuk masing – masing anggota kelompoknya. Beberapa ahli yang telah melakukan penelitian pada manusia purba ini menyatakan bahwa mereka sudah memiliki kehidupan sosial yang baik dan berpikiran lebih cerdas. Ciri Ciri Homosapiens atau Homo Erectus Ciri atau karakteristik yang melekat pada jenis manusia purba tegak dan bijaksana ini diantaranya adalah sebagai berikut ini: – Mempunyai karakteristik manusia ras Austramelanosoid dan Mongoloid – Dapat berjalan dengan tegap dan tegak – Pada bagian wajah bentuknya sudah seperti manusia sekarang

– Volume otak berkisar antara 1000 cc – 1200 cc – Mempunyai pemikiran yang paling baik – Memiliki tinggi badan sekitar 130 – 210 cm – Kening sudah tidak lagi menonjol – Memiliki dagu – mengalami penyusutan di bagian otot tengkuk – Bentuk rahang dan gigi lebih kecil dan tidak sekuat pithecanthropus Dalam mempertahankan eksistensinya, manusia purba melakukan beberapa hal untuk mencari makanan. Termasuk melakukan perburuan. Ciri – ciri kehidupan mereka pada masa ini dianalisis dari beberapa hal dan fakta yang ditemukan seperti di bawah ini: – Manusia Purba tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap, mereka berpindah – pindah dan tidak kembali lagi ke tempat awal – Semakin hari kehidupan manusia purba yang awalnya sendiri – sendiri, mulai membentuk kelompok kecil – Tempat tinggal paling lama dan aman untuk mereka adalah Goa – Di masa perburuan mereka sudah mengenal seni, dibuktikan dengan ditemukannya lukisan di Goa bekas tempat tinggal mereka. Terdapat gambar hewan seperti babi dan rusa yang sedang terkena panah. Mereka telah mengenal warna, karena pada lukisan yang dibuat terdapat warna merah, hitam, dan putih. – Di masa ini mereka sudah makan ubi.

ZAMAN PRAAKSARA

Zaman praaksara atau zaman prasejarah adalah zaman manusia belum mengenal tulisan. Zaman praaksara juga disebut zaman nirleka, yang berarti zaman ketika tulisan belum ditemukan (nir = tidak; leka = tulisan aksara). Zaman Praaksara dimulai sejak manusia ada di muka bumi sampai dengan saat manusia mengenal tulisan. Sejarah dan praaksara berbicara mengenai peristiwa atau kejadian yang berlangsung pada masa lalu. Perbedaannya, sejarah meninggalkan bukti-bukti tertulis, sedangkan praaksara meninggalkan bukti-bukti yang tidak menorehkan tulisan. Kurun Waktu Masa Praaksara

Bumi merupakan planet tempat tinggal manusia dan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Usia bumi diperkirakan sekitar 4.500 juta tahun. Perkembangan bumi dapat diketahui melalui ilmu geologi, yakni ilmu tentang komposisi, struktur dan sejarah bumi. Berdasarkan ilmu geologi, bumi terbagi dalam empat zaman, yaitu. Arkeozoikum adalah zaman tertua dalam sejarah perkembangan bumi beserta segala hal yang hidup di bumi, berumur kira-kira 545-4.500 juta tahu lalu. Pada masa itu, keadaan bumi belum stabil, kulit bumi masih tahap pembentukan, dan udara masih sangat panas sehingga belum tampak tanda-tanda kehidupan. Setelah itu, terjadi penurunan suhu yang memungkinkan munculnya suatu kehidupan. Hal itu terjadi pada akhir Arkeozoikum. Paleozoikum merupakan kelanjutan dari Arkeozoikum dan diperkirakan berumur sekitar 245545 juta tahun yang lalu. Pada masa Paleozoikum, bumi lambat laun menjadi dingin dan tanda-

tanda kehidupan semakin jelas, yakni dengan munculnya makshluk bersel satu seperti bakteri. Pada masa itu, telah muncul pula sejumlah makhluk hidup sejenis ikan maupun binatang amfibi, walaupun dalam jumlah sedikit. Paleozoikim disebut juga sebagai zaman primer (zaman pertama). Mesozoikum disebut pula dengan zaman sekunder (zaman kedua) atau zaman reptil dan berumur kira-kira 65-245 juta tahun yang lalu. Mesozoikum merupakan masa pertumbuhan kedua dalam tingkat kehidupan makhluk hidup. Pada masa itu muncul reptil raksasa yang dikenal dinosaurus yang panjangnya mencapai 12 meter dan Atlantosaurus dengan panjang 30 meter. Pada zaman itupun sudah muncul binatang jenis burung dan binatang menyusui dalam tingkat yang masih rendah. Keadaan Bumi Pada Zaman Prasejarah

Neozoikum atau Kainozoikum diperkirakan terjadi sampai dengan sekitar 65 juta tahun yang lalu. Pada masa tersebut, keadaan bumi sudah mulai stabil dan kehidupan semakin berkembang serta beraneka ragam. Neozoikum dibagi menjadi dua, yakni zaman tersier (zaman ketiga) dan zaman kuarter (zaman keempat). Pada zaman tersier, jenis-jenis binatang besar mulai berkurang dan telah hidup jenis-jenis binatang menyusui seperti kera dan monyet. Pada zaman kuarter ini mulai muncul tanda-tanda kehidupan manusia purba. Zaman kuarter dibagi menjadi dua masa, yaitu masa Pleistosen dan masa Halosen. Plaistosen merupakan masa awal kehidupan manusia. Selain disebut diluvium, Pleistosen disebut juga dengan zaman es, atau glasial. Glasial ditandai dengan banyaknya air yang berubah menjadi es, permukaan air laut pun menurun sekitar 100 sampai 150 meter, laut dangkal berubah menjadi daratan. Pada masa glasial, di Indonesia terbentuklah Paparan Sunda. Pada waktu itu, pulau Sumatra, Kalimantan, serta Malaka menjadi satu dan beberapa pulau di Indonesia Timur, Papua dan Australia merupakan satu daratan. Oleh karena itu, sampai sekarang dapat dilihat jenis tumbuhan dan hewan yang sama terdapat di pulau Sumatra, Kalimantan, Malaka dan Asia daratan. Selain Paparan Sunda, terbentuk juga Paparan Suhul. Selama masa Pleistosen, terjadi empat kali Glasial yang diselingi dengan masa antar glasial. Pada masa antar glasial suhu bumi naik, es mencair, permukaan air laut naik, dan kedua paparan kembali menjadi laut dangkal. Masa halosen berlangsung sekitar 20.000 tahun yang lalu. Pada

masa tersebut mulai muncul Homo sapiens atau manusia cerdas, seperti Homo wajakensis. Spesies tersebut merupakan nenek moyang dari masa modern saat ini. Selain suhu bumi yang naik turun secara tajam, masih banyak tantangan yang harus dihadapi makhluk hidup yang mendiami bumi pada masa pleistosen. Tantangan tersebut antara lain pergeseran kulit bumi, letusan gunung berapi, terjadinya sungai, timbulnya danau baru, dan sebagainya. Kehidupan Manusia Pada Masa Praaksara

Dalam menghadapi tantangan tersebut, manusia lebih baik dibandingkan dengan makhluk hidup lain. Oleh karena manusia mempunyai akal, mereka menghadapi tantangan tersebut dengan akalnya, sementara makhluk hidup yang lain dengan instingnya. Seiring dengan berjalannya waktu, terjadilah evolusi pada manusia, baik pada bentuk tubuh maupun kecerdasan akal. Evolusi itu misalnya isi otak semakin besar, bentuk tengkorak berubah, berjalan dengan cara tegak, dan sebagainya. Selain itu, manusia juga mendapat julukan Homo faber, yaitu makhluk yang menciptakan alat untuk mempermudah mencapai tujuannya. Alat yang mereka ciptakan juga mengalami perkembangan, yakni mula-mula dari batu, kemudian dari tembaga, perunggu, dan akhirnya dari besi. Zaman Praaksara di Indonesia

Zaman praaksara di Indonesia tidak dikenal zaman tembaga sehingga hanya dikenal tiga zaman, yaitu zaman batu, zaman perunggu, dan zaman besi. Zaman batu terdiri dari tiga tingkatan, yaitu Paleolitikum (zaman batu tua), Mesolitikum (zaman batu tengah) dan Neolitikum (zaman batu baru).

Walaupun manusia pada ketiga masa tersebut sudah mengalami kemajuan dalam pembuatan alat-alat, tetapi mereka belum dapat membaca dan menulis atau belum mengenal tulisan. Mereka hidup di dalam masa praaksara atau zaman purba dan mereka diberi nama manusia purba. Untuk dapat mengetahui kehidupan manusia purba, dapat dilakukan dengan meneliti fosil ynag ditinggalkan. Proto Sejarah, Masa Sebelum Zaman Sejarah

Sebelum masuk dalam periode sejarah, terdapat proto-sejarah yang mungkin mulai berlangsung pada awal tarikh Masehi sampai sekitar abad keempat dan merupakan masa awal Indonesia menapaki periode sejarah. Ada dua ciri-ciri masa proto sejarah, yaitu sebagai berikut: 1. Jika di suatu wilayah sudah terdapat bukti-bukti adanya goresan, pahatan, lukisan dan sebagainya yang diduga sebagai bentuk aksara, tetapi belum dapat diidentifikasi artinya hingga sekarang. 2. Jika berita mengenai masyarakat di suatu wilayah sudah disebut oleh bangsa lain yang mengunjunginya dan yang telah mengenal aksara. Walaupun bangsa yang dicatat beritanya itu masih belum mengenal aksara. Berdasarkan bukti-bukti yang tercatat, setelah zaman praaksara di Indonesia pernah juga mengalami masa proto sejarah. Hal itu dapat diketahui karena adanya berita dari China dan uraian kesusastraan India. Fosil adalah tumbuh-tumbuhan, hewan dan kerangka manusia yang sudah membatu. Oleh karena itu, fosil memberi panduan untuk mengetahui kehidupan manusia purba, kegiatan itu disebut fosil pandu atau leitfosil. Masa praaksa dimulai sejak adanya kehidupan manusia sampai manusia mengenal aksara.

PENINGGALAN-PENINGGALAN ZAMAN BATU DAN LOGAM Di Indonesia pembabagan zaman berdasarkan peninggalan bendanya di bagi menjadi 2 yaitu zaman batu dan zaman logam. Zaman batu dibagi menjadi 4 tahap yakni zaman batu tua (palaeolithikum), batu tengah (mesolithikum), batu muda(neolithikum), dan batu besar(megalithikum).Selain zaman batu, di Indonesia juga terjadi zaman logam. 1. Kebudayaan Batu Tua (Palaeolithikum) Alat-alat hasil kebudayaan zaman batu tua antara lain. a. Kapak Perimbas Kapak ini terbuat dari batu, tidak memiliki tangkai, digunakan dengan cara menggengam. Dipakai untuk menguliti binatang, memotong kayu, dan memecahkan tulang binatang buruan. Kapak perimbas banyak ditemukan di daerah-daerah di Indonesia, termasuk dalam Kebudayaan Pacitan. Kapak perimbas dan kapak genggam dibuat dan digunakan oleh jenis manusia purba Pithecantropus.

Kapak Perimbas (Sumber: Encarta Encyclopedia) b. Kapak Genggam Kapak genggam memiliki bentuk hampir sama dengan jenis kapak penetak dan perimbas, namun bentuknya jauh lebih kecil. Fungsinya untuk membelah kayu, menggali umbi-umbian, memotong daging hewan buruan, dan keperluan lainnya. Pada tahun 1935, peneliti Ralph von Koenigswald berhasil menemukan sejumlah kapak genggam di Punung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Karena ditemukan di Pacitan maka disebut Kebudayaan Pacitan.

Kapak Genggam (Sumber: Encarta Encyclopedia)

c. Alat-alat Serpih (Flakes) Alat-alat serpih terbuat dari pecahan-pecahan batu kecil, digunakan sebagai alat penusuk, pemotong daging, dan pisau. Alatalat serpih banyak ditemukan di daerah Sangiran, Sragen, Jawa Tengah, masih termasuk Kebudayaan Ngandong.

Alat-alat serpih (Sumber: Encarta Encyclopedia) d. Perkakas dari Tulang dan Tanduk Perkakas tulang dan tanduk hewan banyak ditemukan di daerah Ngandong, dekat Ngawi, Jawa Timur. Alat-alat itu berfungsi sebagai alat penusuk, pengorek, dan mata tombak. Oleh peneliti arkeologis perkakas dari tulang disebut sebagai Kebudayaan Ngandong. Alat-alat serpih dan alat-alat dari tulang dan tanduk ini dibuat dan digunakan oleh jenis manusia purba Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.

Alat-alat dari Tulang dan Tanduk Hewan. (Sumber: Sejarah Nasional Indonesia)

2. Kebudayaan Batu Madya (Mesolithikum) Kebudayaan batu madya ditandai oleh adanya usaha untuk lebih menghaluskan perkakas yang dibuat. Dari penelitian arkeologis kebudayaan batu madya di Indonesia memiliki persamaan kebudayaan dengan yang ada di daerah Tonkin, Indochina (Vietnam). Diperkirakan bahwa kebudayaan batu madya di Indonesia berasal dari kebudayaan di dua daerah yaitu Bascon dan Hoabind. Oleh karena itu pula kebudayaan dinamakan Kebudayaan Bascon Hoabind. Hasilhasil kebudayaan Bascon Hoabind, antara lain berikut ini. a. Kapak Sumatra (Pebble) Bentuk kapak ini bulat, terbuat dari batu kali yang dibelah dua. Kapak genggam jenis ini banyak ditemukan di Sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera, antara Langsa (Aceh) dan Medan.

Kapak Sumatera (Sumber: Indonesian Heritage)

b. Kapak Pendek (Hache courte) Kapak Pendek sejenis kapak genggam bentuknya setengah lingkaran. Kapak ini ditemukan di sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera. c. Kjokkenmoddinger Kjokkenmoddinger berasal dari bahasa Denmark, Kjokken berarti dapur dan modding artinya sampah. Jadi, kjokkenmoddinger adalah sampah dapur berupa kulit-kulit siput dan kerang yang telah bertumpuk selama beribu-ribu tahun sehingga membentuk sebuah bukit kecil yang beberapa meter tingginya. Fosil dapur sampah ini banyak ditemukan di sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera. d. Abris sous roche Abris sous roche adalah gua-gua batu karang atau ceruk yang digunakan sebagai tempat tinggal manusia purba. Berfungsi sebagai tempat tinggal.

Abris sous roche. e. Lukisan di Dinding Gua Lukisan di dinding gua terdapat di dalam abris sous roche. Lukisan menggambarkan hewan buruan dan cap tangan berwarna merah. Lukisan di dinding gua ditemukan di Leang leang, Sulawesi Selatan, di Gua Raha, Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, di Danau Sentani, Papua.

Lukisan di Dinding Gua (Sumber: Album Peninggalan Sejarah dan Purbakala) 3. Kebudayaan Batu Muda (Neolithikum) Hasil kebudayaan zaman batu muda menunjukkan bahwa manusia purba sudah mengalami banyak kemajuan dalam menghasilkan alat-alat. Ada sentuhan tangan manusia, bahan masih tetap dari batu. Namun sudah lebih halus, diasah, ada sentuhan rasa seni. Fungsi alat yang dibuat jelas untuk pengggunaannya. Hasil budaya zaman neolithikum, antara lain. a. Kapak Persegi Kapak persegi dibuat dari batu persegi. Kapak ini dipergunakan untuk mengerjakan kayu, menggarap tanah, dan melaksanakan upacara. Di Indonesia, kapak persegi atau juga disebut beliung persegi banyak ditemukan di Jawa, Kalimantan Selatan, Sulawesi, dan Nusatenggara.

Kapak persegi (Sumber: Sejarah Nasional Indonesia dan Umum) b. Kapak Lonjong Kapak ini disebut kapak lonjong karena penampangnya berbentuk lonjong. Ukurannya ada yang besar ada yang kecil. Alat digunakan sebagai cangkul untuk menggarap tanah dan memotong kayu atau pohon. Jenis kapak lonjong ditemukan di Maluku, Papua, dan Sulawesi Utara.

Kapak Lonjong (Sumber: Sejarah Nasional Indonesia dan Umum) c. Mata Panah Mata panah terbuat dari batu yang diasah secara halus. Gunanya untuk berburu. Penemuan mata panah terbanyak di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.

Mata Panah

d. Gerabah Gerabah dibuat dari tanah liat. Fungsinya untuk berbagai keperluan.

Gerabah (Sumber: IPS Sejarah) e. Perhiasan Masyarakat pra-aksara telah mengenal perhiasan, diantaranya berupa gelang, kalung, dan anting-anting. Perhiasan banyak ditemukan di Jawa Barat, dan Jawa Tengah. f. Alat Pemukul Kulit Kayu Alat pemukul kulit kayu digunakan untuk memukul kulit kayu yang akan digunakan sebagai bahan pakaian. Adanya alat ini, membuktikan bahwa pada zaman neolithikum manusia praaksara sudah mengenal pakaian. 4. Kebudayaan Batu Besar (Megalithikum) Istilah megalithikum berasal dari bahasa Yunani, mega berarti besar dan lithos artinya batu. Jadi, megalithikum artinya batubatu besar. Manusia pra-aksara menggunakan batu berukuran besar untuk membuat bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai tempat pemujaan kepada roh-roh nenek moyang. Bangunan didirikan untuk kepentingan penghormatan dan pemujaan, dengan demikian bangunan megalithikum berkaitan erat dengan kepercayaan yang dianut masyarakat pra-aksara pada saat itu. Bangunan megalithikum tersebar di seluruh Indonesia. Berikut beberapa bangunan megalithikum. a. Menhir Menhir adalah sebuah tugu dari batu tunggal yang didirikan untuk upacara penghormatan roh nenek moyang. Menhir ditemukan di Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan.

Menhir b. Sarkofagus Sarkofagus adalah peti mayat yang terbuat dari dua batu yang ditangkupkan. Peninggalan ini banyak ditemukan di Bali.

Sarkofagus c. Dolmen Dolmen adalah meja batu tempat menaruh sesaji, tempat penghormatan kepada roh nenek moyang, dan tempat meletakan jenazah. Daerah penemuannya adalah Bondowoso, Jawa Timur.

Dolmen d. Peti Kubur Batu Peti Kubur Batu adalah lempengan batu besar yang disusun membentuk peti jenazah. Peti kubur batu ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat.

e. Waruga Waruga adalah peti kubur batu berukuruan kecil berbentuk kubus atau bulat yang dibuat dari batu utuh. Waruga banyak ditemukan di daerah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara. f. Arca Arca adalah patung terbuat dari batu utuh, ada yang menyerupai manusia, kepala manusia, dan hewan. Arca banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. g. Punden Berundak Punden berundak-undak merupakan tempat pemujaan. Bangunan ini dibuat dengan menyusun batu secara bertingkat, menyerupai candi. Punden berundak ditemukan di daerah Lebak Sibeduk, Banten Selatan.

Punden berundak (Sumber: Kompasiana) 5. Kebudayaan Zaman Logam Kebudayaan perunggu di Indonesia diperkirakan berasal dari daerah bernama Dongson di Tonkin, Vietnam. Kebudayaan Dongson datang ke Indonesia kira-kira abad ke 300 SM di bawa oleh manusia sub ras Deutro Melayu (Melayu Muda) yang mengembara ke wilayah Indonesia. Hasil-hasil kebudayaan zaman logam, antara lain. a. Nekara Nekara adalah tambur besar yang berbentuk seperti dandang yang terbalik. Benda ini banyak ditemukan di Bali, Nusatenggara, Maluku, Selayar, dan Irian. b. Moko Nekara yang berukuran lebih kecil, ditemukan di Pulau Alor, Nusatenggara Timur. Nekara dan Moko dianggap sebagai benda keramat dan suci. c. Kapak Perunggu Kapak perunggu terdiri beberapa macam, ada yang berbentuk pahat, jantung, dan tembilang. Kapak perunggu juga disebut sebagai kapak sepatu atau kapak corong. Daerah penemuannya Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah, dan Irian. Kapak perunggu dipergunakan untuk keperluan sehar-hari.

d. Candrasa Sejenis kapak namun bentuknya indah dan satu sisinya panjang, ditemukan di Yogyakarta. Candrasa dipergunakan untuk kepentingan upacara keagamaan dan sebagai tanda kebesaran.

a) Nekara; c) Kapak Perunggu; b) Moko; d) Candrasa. (Sumber: Sejarah Nasional Indonesia dan Umum) e. Perhiasan Perunggu Benda-benda perhiasan perunggu seperti gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung, bandul kalung pada masa perundagian, banyak ditemukan di daerah Jawa Barat, Jawa Timur, Bali dan Sumatera.

Perhiasan Perunggu (Sumber: Sejarah untuk SMA) f. Manik-manik Manik-manik adalah benda perhiasan terdiri berbagai ukuran dan bentuk. Manik-manik dipergunakan sebagai perhiasan dan bekal hidup setelah seseorang meninggal dunia. Bentuknya ada silider, segi enam, bulat, dan oval. Daerah penemuannya di Sangiran, Pasemah, Gilimanuk, Bogor, Besuki, dan Buni.

Manik-manik (Sumber: Sejarah untuk SMA) g. Bejana Perunggu Bejana perunggu adalah benda yang terbuat dari perunggu berfungsi sebagai wadah atau tempat menyimpan makanan. Bentuknya bulat panjang dan menyerupai gitar tanpa tangkai. Benda ini ditemukan di Sumatera dan Madura. h . Arca Perunggu Benda bentuk patung yang terbuat dari perunggu menggambar orang yang sedang menari, berdiri, naik kuda, dan memegang panah. Tempat-tempat penemuan di Bangkinang (Riau), Lumajang, Bogor, dan Palembang.

Related Documents

Jenis
April 2020 64
Jenis
July 2020 41
Jenis-jenis Kabel
June 2020 24
Jenis-jenis Bank.docx
July 2020 14

More Documents from "agus susanti"