Jamur.docx

  • Uploaded by: joni
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Jamur.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,176
  • Pages: 40
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM BOTANI TUMBUHAN RENDAH Disusun Oleh: Kelompok I (Satu) Anggota : Ayu Islami Roza

(1706103010024)

Edi Hardiansyah

(1706103010006)

Erlinda

(1706103010015)

Fermatasari

(1706103010009)

Laina Maqfirah

(1706103010030)

Meri Yusrida

(1706103010066)

Syarifah Syifaurrahmah (1706103010027)

Darussalam, 23 November 2018 Menyetujui Asisten Meja

Taryanto, S.Pd. NIP: 198602052016011101

Dosen Pembimbing Praktikum

Koordinator Laboratorium

Dr. Hasanuddin, M.Si. NIP. 196407171990031004

Rahmi Ovita, S.Pd. NIP. 198509242011012101

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji serta syukur hanya milik Allah SWT karena dengan kuasanya praktikan dapat menyelesaikan laporan Botani Tumbuhan Rendah dengan judul “Eksplorasi Dan Identifikasi Jenis-Jenis Jamur Di Kawasan Brayeung, Leupung, Aceh Besar”. Shalawat dan salam ke pangkuan Nabi Besar Muhammad SAW serta para sahabat beliau. Dalam menyelesaikan laporan ini, banyak pihak yang telah memberikan arahan, bantuan serta bimbingan. Oleh karena itu, melalui kata pengantar ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada: 1. Dr. Hasanuddin, M.Si., Dr. Cut Nurmaliah, M.Pd., dan Wardiah, S.Pd. M.Bio. selaku dosen pengajar mata kuliah Praktikum Botani Tumbuhan Rendah. 2. Segenap asisten laboratorium Biologi yang tetap sabar untuk melayani kelompok kami dalam berlangsungnya praktikum. 3. Para orang tua yang tak pernah putus mendoakan agar kuliah kami berjalan dengan lancer. 4. Seluruh teman-teman yang berkenan membantu hingga laporan Botani Tumbuhan Rendah ini dapat selesai. Demikianlah laporan Praktikum Botani Tumbuhan Rendah ini kami buat dengan sepenuh hati. Dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangannya, baik dari segi

i

isi atau teknik penyajiannya sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk meningkatkan mutu penulisan di masa yang akan datang.

Banda Aceh, 3 November 2018

Penulis

ii

ABSTRAK

Erlinda., Hardiansyah, E., Fermatasari., Maqfirah, L., Roza, AI., Syifaurrahmah, S., & Yusrida, M. (2018). Eksplorasi dan Identifikasi Jenis-Jenis Jamur di Kawasan

Brayeung, Leupung, Aceh Besar. Laporan, Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala. Asisten: Taryanto, S.Pd. Kata kunci: Jamur, Saprofit, Parasit, Zat organik Jamur merupakan mahkluk hidup yang tidak dapat membuat makanannya sendiri oleh karena itu mereka bersifat saprofit atau parasit. Jamur banyak ditemukan ditempat yang lembab dan kaya zat organik, misalnya di kayu yang lapuk, di roti yang basi. Jamur ada yang bersifat merugikan dan juga menguntungkan. Jamur yang merugikan adalah jamur yang menguraikan makanan sehingga membusuk, namun dengan sifat pengurai tersebut jamur dapat membuat bahan organik terurai dan tidak memenuhi alam kita dengan sampah organik. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui berbagai jenis jamur di daerah Brayeung, Leupung, Aceh Besar. Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah jelajah (observasi), pengamatan secara langsung terhadap jamur yang berada di lapangan, yang kemudian diidentifikasi di Laboratorium FKIP Biologi Universitas Syiah Kuala agar dapat diketahui jenis dari jamur yang diamati. Hasil akhir dari praktikum ini adalah dapat diketahui jenis dari berbagai jamur di lapangan. Dari semua jamur yang didapat, diketahui memiliki divisio Basidiomycota, familia yaitu Polyporaceae, spesies Trametes gibbosa, Pyncnoporus sanguineus. Famila Stereaceae spesies Stereum ostrea, kelas Agaricomycetes familia Mycenaceae spesies Panellus mitis. Divisio Ascomycota, kelas Pezizomycetes familia Sarcoscyphaceae spesies Cookeina tricholoma. Divisio Eumycota kelas Basidiomycetes familia Ganodermataceae spesies Ganoderma lucidum. Kesimpulan dari hasil pengamatan setiap jamur memiliki karakteristiknya masingmasing tergantung dari cara hidupnya.

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i ABSTRAK ........................................................................................................................iii DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 4 1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................. 4 1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................ 4 1.5 Kerangka Pemikiran ......................................................................................... 5 1.6 Hipotesis Penelitian .......................................................................................... 5 1.7 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................ 6 1.8 Definisi Operasional ......................................................................................... 6 BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................................ 7 2.1 Deskripsi Jamur ................................................................................................ 7 2.2 Morfologi Jamur ............................................................................................... 8 2.3 Klasifikasi Jamur .............................................................................................. 8 2.4 Reproduksi Jamur ........................................................................................... 11 2.5 Peranan Jamur ................................................................................................ 12 BAB III METODE PENELITIAN................................................................................... 15 3.1 Jenis Penelitian Pendekatan ........................................................................... 15 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 15 3.3 Objek Penelitian ............................................................................................. 15 3.4 Alat dan Bahan ............................................................................................... 15

iv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................. 17 4.1 Hasil Penelitian .............................................................................................. 17 4.2 Pembahasan .................................................................................................... 17 BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 30 5.1 Simpulan......................................................................................................... 30 5.2 Saran ............................................................................................................... 30 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 31

v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Jamur merupakan organisme yang kebanyakan relative kecil atau disebut mikroskopik, umumnya berbentuk filament tabung, eukariotik, heterotrofik dan umumnya bereproduksi dengan spora. Jamur disebut dengan organisme eukariotik karena mempunya inti sel sejati. Intinya kira-kira 1-5 mm dan berisi DNA dengan 107108 pasang basa (bp). Sebagai perbandingan dapat dikemukakan bakteri yang mempunyai 106-107 bp, tumbuhan hewan 108-109 bp (Ginting, 2016). Jamur dapat hidup diberbagai lingkungan dan bersimbiosis dengan banyak organisme. Sebagian jamur hidup di darat, tetapi ada juga jamur yang hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air umumnya bersifat parasite. Kebanyakan drai kelas Oomycetes. Semua jenis jamur umumya tidak dapat menghasilkan makanan sendiri (heterotrof). Jamur mendapatkan makanan dengan cara menyerap zat organic dari tumbuhan atau benda lain melalui hifa dan miselium, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen (AgroMedia, 2009). Beberapa jenis jamur telah banyak dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan makanan dan sumber bahan obat-obatan tradisional maupun 2007 dalam Wahyudi, 2012).

1

modern

(Parjimo,

2

Jamur merupakan organisme eukariota (sel-selnya mempunyai inti sel sejati). Sel jamur terdiri dari zat kitin. Tubuh atau soma jamur dinamakan hifa (rantai sel yang membentuk rangkaian berupa benang) yang berasal dari spora. Sel jamur tidak mengandung klorofil sehingga tidak dapat berfotosintesis seperti tumbuhan tingkat tinggi. Jamur memperoleh makanan secara heterotrof dengan mengambil makanan dari bahan organik. Bahan-bahan organik yang ada di sekitar tempat tumbuhnya diubah menjadi molekul-molekul sederhana dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh hifa, untuk selanjutnya molekul-molekul sederhana tersebut dapat diserap langsung oleh hifa (Gunawan, 2008). Jika kadar air dalam media >78%, maka substrat menjadi anaerobik dan miselium jamur tidak dapat tumbuh dan berkembang, akhirnya miselium mati dan tubuh buah jamur tidak dihasilkan (Sohi dan Upadhyay, 1989 dalam Sumiati, 2005 dalam Nurilla, 2013). Karakteristik morfologi jamur secara makroskopis, yaitu warna tubuh jamur, tekstur, bentuk cup, bentuk tepi cup, lebar cup, bentuk bilah, letak tangkai, panjang tangkai dan warna tangkai serta melakukan pengukuran faktor lingkungan yang meliputi jenis substrat, suhu, kelembaban, intensitas cahaya dan tingkat keasaman substrat (pH) (Sari, 2015). Jamur merupakan salah satu kingdom dalam sistem klasifikasi makhluk hidup. Seperti halnya kingdom tumbuhan, maka jamur juga memiliki tingkat keaneka-

3

ragaman yang tinggi. Namun pengetahuan dan pengenalan kita tentang jamur dalam kehidupan sehari-hari tidak sebaik tumbuhan tingkat tinggi. Hal ini disebabkan jamur hanya tumbuh pada waktu tertentu dengan kondisi dan kemampuan hidup yang juga terbatas. Umumnya jamur banyak ditemukan pada saat musim penghujan pada kayukayu lapuk, serasah maupun pohon-pohon masih tumbuh (Hiola, 2011). Jamur kuping (Auricularia spp.) merupakan salah satu jamur kayu yang dapat dimakan dan cukup dikenal di Indonesia. Jenis-jenis jamur kuping biasanya dibedakan berdasarkan warna tubuh buahnya. Beberapa jenis jamur kuping yang banyak dibudidayakan di Indonesia : A. polytricha (jamur kuping hitam), A. yudae (jamur kuping merah), dan Tremella fucioarmis (jamur kuping

agar/jamur kuping putih)

(Djuariah & Sumiati, 2008). Perubahan ekosistem dari hutan alam ke tanaman yang kebanyakan monokultur atau campuran dapat menyebabkan peningkatan serangan hama dan penyakit (Tri Waluyo dan Anggraini, 2000).

Salah satu ancaman penyakit pada

tanaman akasia adalah busuk akar yang disebabkan oleh jamur antara lain Ganoderma sp (Nurrohmah & Nur, 2014). Jamur yang dimanfaatkan oleh warga adalah jamur yang membentuk tubuh buah dan dapat dikonsumsi, yang berasal dari filum Basidiomycota. Hasil observasi awal ditemu- kan beberapa spesies jamur Basidiomycota yang dimanfaatkan oleh warga sebagai bahan pangan dan obat-obatan, seperti supa ceuli atau disebut juga jamur

4

kuping (Auricularia auricula). Selain itu, ada jamur yang merugikan, seperti cahkokor atau disebut juga Ganoderma sp. yang dapat merusak batang pohon. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui biodiversitas dan pemanfaatan Basidiomycota oleh masyarakat adat Kasepuhan Cisungsang (Ulya, 2017). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana ciri-ciri morfologi dan anatomi jamur ? 2. Bagaimana karakteristik jamur yang terdapat di Brayeung Leupung ? 3. Dimana habitat jamur? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui ciri-ciri morfologi dan anatomi jamur. 2. Mengetahui karakteristik jamur yang terdapat di Brayeung Leupung. 3. Mengetahui habitat jamur. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat: 1.

Memberikan informasi bagi masyarakat mengenai ciri-ciri morfologi dan anatomi jamur.

5

2.

Memberikan informasi untuk menambah pengetahuan tentang reproduksi, cara hidup dan habitat jamur serta memahami peranan jamur bagi manusia.

3.

Menjadi bahan kajian masyarakat agar memperhatikan jenis spesies jamur yang aman dan tidak aman untuk dikonsumsi.

4.

Bermanfaat sebagai referensi bagi mahasiswa khususnya pada mata kuliah Botani Tumbuhan Rendah dan juga dapat dijadikan kajian untuk penelitian selanjutnya.

1.5 Kerangka Pemikiran Identifikasi dan pengklasifikasian jamur (fungi) untuk menunjang praktikum mata kuliah Botani Tumbuhan Rendah. Jika identifikasi dan pengklasifikasian tidak dilakukan dengan serius, maka tidak akan didapatkan hasil seperti yang diinginkan dan informasi yang salah akan tersebar. 1.6 Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam observasi ini adalah terdapat beberapa spesies jamur (fungi) yang tersebar dikawasan Brayeung, yaitu terdapat Trametes gibbosa, Ganoderma lucidum, Stereum ostrea, Cookeina tricholoma, Pyncnoporus sanguineus, dan Panellus mitis. 1.7 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini ialah mengenai bidang klasifikasi Jamur yang mengkaji mengenai jenis-jenis jamur, habitat jamur, perkembangan jamur, dan bidang Botani Tumbuhan yang mengkaji tentang anatomi dari Kingdom Fungi.

6

1.8 Definisi Operasional Definisi operasional penelitian antara lain: 1.

Fungi atau jamur didefinisikan sebagai kelompok organisme eukariotik, tidak berpindah tempat (nonmotile), bersifat uniselular atau multiselular, memiliki dinding sel dari glukan, mannan, dan kitin, tidak berklorofi l, memperoleh nutrien dengan menyerap senyawa organik, serta berkembang biak secara seksual dan aseksual.

2.

Klasifikasi (pengelompokan) merupakan suatu cara memilah dan mengelompokkan makhluk hidup menjadi golongan atau unit tertentu. Urutan klasifikasi makhluk hidup dari tingkat tertinggi ke terendah.

3.

Anatomi merupakan bidang biologi yang mempelajari struktur dari tanaman. Anatomi tanaman jamur yang akan diamati pada penelitian ini yaitu bagian akar dan daun.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Deskripsi Jamur Jamur merupakan organisme eukariota (sel-selnya mempunyai inti sel sejati). Sel jamur terdiri dari zat kitin. Tubuh atau soma jamur dinamakan hifa (rantai sel yang membentuk rangkaian berupa benang) yang berasal dari spora. Sel jamur tidak mengandung klorofil sehingga tidak dapat berfotosintesis seperti tumbuhan tingkat tinggi. Jamur memperoleh makanan secara heterotrof dengan mengambil makanan dari bahan organik. Bahan-bahan organik yang ada di sekitar tempat tumbuhnya diubah menjadi molekul-molekul sederhana dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh hifa, untuk selanjutnya molekul-molekul sederhana tersebut dapat diserap langsung oleh hifa (Gunawan, 2008). Menurut Sinaga (2011:5), jamur merupakan golongan fungi yang membentuk tubuh buah berdaging yang umumnya berbentuk payung dan memiliki akar semu, tangkai, tudung dan terkadang disertai dengan cincin atau cawan volva. Jamur dapat tumbuh secara alami pada musim tertentu dalam kurun waktu satu tahun. Hal ini terjadi karena faktor kelembaban dan temperatur tempat hidupnya Jamur merupakan organisme yang kebanyakan relatif kecil atau disebut mikroskopik,, umumnya berbentuk filamen tabung, eukariotik, heterotrofik, dan umumnya bereproduksi dengan spora. Jamur merupakan konsumen, maka dari itu jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa

7

8

kimia lainnya. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang – benang yang disebut hifa. Karena jamur ini sebagai makhluk heterorof, maka jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit. 2.2 Morfologi Jamur Sebagian besar tubuh fungi (Jamur) terdiri dari atas benang-benang yang disebut hifa, yang saling berhubungan menjalin semacam jala yaitu miselium. Miselium dapat dibedakan atas miselium vegetatif yang berfungsi meresap menyerap nutrient dari lingkungan , dan miselium fertile yang berfungsi dalam reproduksi. Fungi tingkat tinggi maupun tingkat rendah mempunyai ciri khas yaitu berupa benang tunggal atau bercabang-cabang yang disebut hifa. Fungi dibedakan menjadi dua golongan yaitu kapang dan khamir. Kapang merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai miselium, sedangkan khamir merupakan fungi bersel tunggal da tidak berfilamen (Medhy, 2013). 2.3 Klasifikasi Jamur Berdasarkan struktur dan bentuk sporanya, jamur diklasifikasikan menjadi: 1. Divisi Zygomycotina Divisi ini memiliki struktur hifa yang tidak bersekat, hifa bersekat hanya ditemukan pada hifa untuk reproduksi. Divisi ini ditemukan hidup di dalam tanah (sebagai mikoriza) atau saprofit pada hewan atau tumbuhan yang mati. Nama divisi ini berasal dari nama spora seksualnya, zigosporangia yang resisten terhadap perubahan

9

lingkungan. Ciri khas pada divisi ini ialah struktur rizoid (menyerupai akar) pada hifa absorptifnya. Bentuk sporanya berdinding tebal mempunyai beberapa inti (koenositik). Contoh dari divisi ini yaitu, Rhizopus sp. yang terkenal sebagai jamur fermentasi pembuatan tempe (Rhizophus oryzae), roti (Rhizopus stolonifer), atau sake. Kelompok ini dapat berkembang biak baik secara seksual maupun aseksual (Hasanuddin, 2018). 2. Divisi Ascomycotina Divisi ini memiliki tubuh yang tersusun atas satu sel atau multisel. Pada jamur multisel tersusun atas hifa yang bersekat. Miseliumnya membentuk badan buah yang disebut askus. Perkembangbiakan terjadi secara seksual maupun aseksual. Pada jamur unisel reproduksi secara tunas (budding), sementara reproduksi aseksual pada jamur multiselnya terjadi dengan spora hasil mitosis (konidia) dari pembelahan hifa yang membentuk kantung konidiasporangium. Reproduksi seksual terjadi dengan proses singami (konjugasi). Sel – sel hifa membentuk askus (kantung), di dalam askus terbentuk spora seksual, askuspora yang sebelumnya telah membelah secara mitosis. Dalam satu askus mengandung 4 spora seksual. Contoh: Saccharomyces, Accharomyces cerevisiae bersel tunggal yang dimanfaat sebagai ragi. Dan Aspergillus sp. juga dimanfaatkan sebagai pembuatan kecap dan Penicillium sp. (Hasanuddin, 2018). 3. Divisi Basidiomycotina Divisi ini merupakan jamur makroskopis yaitu jamur yang dapat dilihat oleh mata. Ciri jamur Basidiomycota adalah memiliki basidium. Kelompok jamur ini dikenal

10

karena tubuh buahnya tampak jelas di permukaan tanah atau substrat lainnya. Tubuh buah bentuknya bermacam-macam, ada yang seperti payung, bola atau papan. Misalnya, jamur merang (Volvariella volvacea) dengan tubuh buah berbentuk payung. Secara umum, tubuh buah mempunyai 4 bagian, yaitu tangkai tubuh buah (stipe), tudung (pileus), volva, dan bilah (lamella). Stipe merupakan suatu massa miseliumyang tumbuh tegak. Pileus merupakan bagian yang ditopang oleh stipe. Sewaktu muda, pileus dibungkus oleh selaput yang disebut velum universale yang akan pecah menjelang dewasa. Volva adalah sisa pembungkus yang terdapat di dasar tangkai. Lamella merupakan bagian bawah dari tudung, berbentuk helaian, dan tersusun atas lembaran. Reproduksi secara seksual membentuk spora basidospora dalam badan buah yang disebut basidokarp. Sementara reproduksi seksualnya menghasilkan spora konidia yang merupakan hasil pembelahan mitosis inti sel hifa. Contoh: Volvariela volvaceae (jamur merang) dan Agaricus bisporus yang biasa dijadikan sumber makanan. Serta Auricularia polytrica (jamur kuping), jamur ini enak dimakan, hidup pada batang tumbuhan yang telah mati (Hasanuddin, 2018). 4. Deuteromycetes Jamur Deuteromycetes adalah jamur yang berkembang biak dengan konidia dan belum diketahui tahap seksualnya. Oleh karena itu, jamur ini merupakan jamur yang tidak sempurna (jamur imperfeksi). Ciri-ciri Deuteromycota banyak bersifat merusak atau menyebabkan penyakit pada hewan, manusia, dan tumbuhan. Bersifat parasit pada

11

ternak dan ada yang hidup saprofit pada sampah. Hifa bersekat. Tubuh berukuran mikroskopis. Jamur yang tergolong pada jamur imperfeksi banyak yang menimbulkan penyakit, misalnya, jamur Helminthosporium oryzae, dapat merusak kecambah, terutama menyerang buah dan menimbulkan nodanoda hitam pada daun inang; Sclerotium rolfsii merupakan penyakit busuk pada berbagai tanaman; Epidermophyton floocosum

yang menyebabkan kutu

air;

Epidermophyton

microsporum

yang

menyebabkan panu; Tychophyton tonsurans yang menyebabkan ketombe di kepala. Jenis jamur dalam kelompok ini yang menguntungkan adalah jamur oncom (Monilia sitophila atau sekarang bernama Neurospora sitophila) (Hasanuddin, 2018). 2.4 Reproduksi Jamur Pada jamur terdapat dua macam perkembangbiakan yaitu secara vegetatif (aseksual) dan generatif (seksual). Reproduksi aseksual lebih penting bagi jamur karena dapt terjadi berulang – ulang dalam satu musim. Reproduksi aseksual jamur dengan cara fragmentasi dan spora. Fragmentasi adalah pembentukan individu baru dari tiap fragmen atau bagian dari bentuk somatik fungi. Dengan fragmentasi, tiap potong hifa jamur dapat tumbuh jika dibiakkan pada media yang tepat. Jika reproduksi aseksual melibatkan spora hanya terjadi di alam pada jamur Basidiomycetes. Reproduksi seksual biasanya secara alami dan hanya terjadi sekali dalam setahun. Reproduksi seksual dicirikan oleh pencampuran dua inti sel yang sesuai (kompatibel). Proses reproduksi seksual fungi terdiri dari tiga fase, yaitu plasmogami, kariogami, dan meosis. Plasmogami adalah

12

pencampuran protoplasma yang mendekatkan inti dalam sel yang sama. Kariogami adalah bercampurnya kedua inti tersebut. fase kedua ini berlangsung segera sesudah plasmogami, fase terakhir disebut meiosis yang mereduksi jumlah kromosom diploid menjadi haploid kembali. Jamur juga memiliki kekhasan pola seksual untuk tiap jenisnya (Achmad, 2011). 2.5 Peranan Jamur Peranan jamur yang menguntungkan: 1.

Jamur yang membentuk tubuh buah dan dapat dikonsumsi, yang berasal dari filum Basidiomycota. Beberapa spesies jamur Basidiomycota yang dimanfaatkan oleh warga sebagai bahan pangan dan obat-obatan, seperti supa ceuli atau disebut juga jamur kuping (Auricularia auricula) (Ulya, 2017).

2.

Jamur pangan (ediblemushrooms) dan jamur obat (medicinal mushrooms). Jamur pangan misalnya, jamur merang (Volvarfelia votvacea), jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dan jamur kuping (Auricularia auricula). Jamur rayap (Termitomyces sp.), di samping sebagai jamur pangan, juga dapat berkhasiat sebagai obat, karena dapat memperkuat perut dan menyembuhkan ambeyen (bawazir). Jamur - jamur pangan ini selain enak rasanya, juga bemilai gizi tinggi, karena mengandung asam amino esensialyang relatif lengkap. Sementaraitu, yangdimaksud dengan jamur obat antara lain reshi dan ling zhi (Ganoderma sp.), yang dinilai mampu menghambat pertumbuhan tumor dan khasiat lain. Berikutnya, shiftake (Lentinula

13

sp.), sebagai obat antikanker, Cordyceps sp., yang mampu meningkatkan sistem kekebalan

tubuh

untuk

melawan

infeksi

bakteri

dan

virus,

Maitake

(Grifolafrondosa), mampu merangsang sistem kekebalan dan efektif melawan tumor. 3.

Sebagai decomposer kedua kelompok tersebut dapat menguraikan sisa-sisa tumbuhan, bangkai hewan dan bahan-bahan organic lainnya dan hasil penguraianya dikembalikan ke tanah sehingga dapat menyuburkan tanah.

4.

Berperan dalam industri fermentasi tersebut adalah fungi, terutama dari kelompok ragi. Contoh hasil fermentasi adalah bir, roti, asam sitrat atau 2-hidroksipropan, 1,2,3, asam trikasboksilat.

5.

Berperan dalam industri antibiotik, antibiotik ini dihasilkan oleh fungi Penicllium notatum

Peranan jamur yang merugikan 1.

Cahkokor atau disebut juga Ganoderma sp. yang dapat merusak batang pohon.

2.

Dapat menurunkan kualitas maupun kuantitas makanan maupun bahan-bahan lain yang penting bagi manusia

3.

Fungi dapat juga menyerang bahan-bahan lain yang bernilai ekonomi seperti kulit, kayu, tekstil dan bahan-bahan baku pabrik lainnya.

14

4.

Fungi juga dapat berperan sebagai agen penyebab penyakit. Fungi pada umumnya lebih sering menyebabkan penyakit pada tumbuhan dibanding pada hewan atau manusia

5.

Fungi dapat menghasilkan racun, racun yang dihasilkan beberapa fungi seperti seperti

Amanita

phalloides,

A.

muscaria

maupun

Aspergillus

flavus

(menghasilkan aflatoksin), dapat sangat berbahaya bagi manusia karena dapat menyebabkan penyakit kronis seperti kanker dan bahkan kematian.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian Pendekatan Jenis

penelitian

adalah

obeservasi lapangan/pengamatan secara langsung

terhadap objek penelitian. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Proses penelitian (observasi) lapangan dilaksanakan di Leupung Kab. Aceh Besar tanggal 21 Oktober 2018, sedangkan untuk identifikasi dan analisis klasifikasi jamur di dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Penelitian ini berlangsung dari tanggal 22 Oktober - 3 November 2018. 3.3 Objek Penelitian Objek pada penelitian ini adalah Jamur, dengan cara menganalisis melalui ciriciri morfologi yang terdapat pada jamur sehingga dapat diketahui klasifikasi pada jamur tersebut. 3.4 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1. No Nama Alat Jumlah Kegunaan 1 Kantong Plastik 20 Untuk meletakkan sampel jamur 2 Kertas Label 10 Untuk meletakkan masing-masing spesies jamur

15

16

3 4 5 6

Spidol Permanen Kamera Mistar/Penggaris Kertas Grafik

1 1 1 2

Untuk menandakan sampel Untuk dokumentasi Untuk mengukur ukuran jamur Untuk tempat mengukur jamur

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini mengkaji tentang eksplorasi dan identifikasi jenis-jenis jamur di kawasan Brayeung, Leupung, Aceh Besar. Hasil akhir dari praktikum ini adalah dapat diketahui jenis dari berbagai jamur di lapangan yang dibawa ke laboratorium, diantaranya Trametes gibbosa, Ganoderma lucidum, Stereum ostrea, Cookeina tricholoma, Ascocoryne sarcoides, Pyncnoporus sanguineus, dan Panellus mitis. 4.2 Pembahasan Jamur merupakan salah satu keunikan yang memperkaya keanekaragaman jenis mahkluk hidup. Beberapa jenis jamur telah banyak dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan makanan dan sumber bahan obat-obatan tradisional maupun modern (Wahyudi, 2012). Tempat tumbuh jamur di hutan berbeda, ada yang tumbuh pada kayu lapuk, tanah dan seresah. Jamur kayu adalah jamur yang menempel pada pohon kayu yang mengalami proses pelapukan, namun beberapa jenis jamur kayu ada yang tumbuh pada batang yang masih hidup, yaitu menempel pada lapisan luar batang. Peranan jamur kayu di hutan di antaranya adalah sebagai pengurai, bahan makanan, dan obat-obatan. Sebagai pengurai, jamur mampu menguraikan bahan organik seperti selulosa, hemiselulosa, lignin, protein, dan senyawa pati dengan bantuan enzim. Jamur menguraikan bahan organic menjadi senyawa yang diserap dan digunakan untuk pertumbuhan dan

17

18

perkembangannya. Beberapa jenis jamur kayu dapat dijadikan sebagai bahan makanan karena mempunyai rasa yang enak serta nilai gizi yang tinggi, sedangkan sebagai obatobatan jamur menghasilkan antibiotik tertentu yang berkasiat untuk pencegahan penyakit seperti tumor dan kanker (Hasanuddin, 2014). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh 13 spesimen. Dari 13 sampel yang ditemukan, hanya 6 sampel yang dapat diidentifikasi yang termasuk kedalam kelas yang berbeda.

Ketujuh sampel tersebut berasal dari kelas

Basidiomycetes, Leotiomycetes, Pezizomycetes, dan Agaricomycetes. Dalam penelitian ini, diperoleh sebanyak 4 spesimen yang termasuk kedalam kelas Agaricomycetes, 1 spesimen masuk kedalam kelas Basidiomycetes, 1 spesimen masuk kedalam kelas Pezizomycetes. Terdapat sisa 5 spesimen yang tidak dapat diidentifikasi karena kondisi jamur yang sudah hancur akibat terlalu lama disimpan dan terlambat dalam proses identifikasi. Hasil penelitian jamur-jamur yang diperoleh, habitat jamur-jamur tersebut paling banyak pada batang kayu lapuk dan tanah yang lembab. Jamur-jamur termasuk jamur makroskopis anggota Basidiomycets dan Ascomycetes akan tumbuh subur pada tempattempat yang mengandung sumber karbohidrat, selulosa dan lignin yang terdapat pada timbunan sampah atau serasah dari daun-daun yang telah gugur atau kayu-kayu yang sudah lapuk (Proborini, 2012). Faktor kelembaban juga sangat mempengaruhi kemampuan jamur-jamur untuk dapat tumbuh membentuk badan buah. Keadaan suhu

19

yang cukup dingin dan kelembaban yang relatif tinggi di kawasan Brayeun karena penelitian dilaksanakan pada saat musim penghujan sehingga pertumbuhan jamur-jamur cukup beragam terdistribusi di kawasan Brayeun. Faktor-faktor tersebut sangat memungkinkan untuk pertumbuhan jamur-jamur di alam karena temperature dan kelembaban merupakan salah satu syarat penunjang bagi pertumbuhan jamur. Suhu rendah, kelembaban yang cukup tinggi dan nutrisi merupakan salah satu syarat utama bagi pertumbuhan jamur. Spesies yang diidentifikasi pertama kali adalah Trametes gibbosa. Jamur ini berasal dari kelas Agarycomycetes, ordo Polyporales. Trametes gibbosa adalah jamur polypora yang menyebabkan pembusukan. Jamur ini sering dijumpai di tunggul pohon dan kayu mati ataupun kayu yang masih keras. Tubuh buah berdiameter 8–15 sentimeter dan berbentuk setengah lingkaran. Permukaan atas biasanya berwarna abu-abu atau putih, tetapi ada juga yang berwarna kehijauan pada jamur yang sudah tua karena pertumbuhan alga atau lumut pada permukaannya. Pori-pori berbentuk memanjang yang terletak di bawah permukaan. Tubuh buah sering diserang oleh larva kumbang.

20

Gambar 4.1. Jamur Trametes gibbosa. Klasifikasi Trametes gibbosa adalah sebagai berikut: Kingdom

: Fungi

Divisio

: Basidiomycota

Classis

: Agaricomisetes

Ordo

: Polyporales

Familia

: Polyporaceae

Genus

: Trametes

Spesies

: Trametes gibbosa

21

Stereum ostrea adalah jamur Basidiomycota di genus Stereum. Jamur ini adalah pathogen bagi tanaman dan jamur pembusukan kayu. Nama ostrea memiliki arti tiram, yang menggambarkan bentuknya seperti tiram, memiliki lingkaran konsentris dari banyak warna, jamur ini hampir mirip dengan Trametes gibbosa, yang membedakan adalah pada Trametes gibbosa memiliki banyak pori-pori di bagian bawah tubuhnya, tidak seperti Stereum ostrea yang tidak memiliki pori-pori dibawah tubuhnya dan memiliki warna yang lebih merah. Selain itu, factor pembeda lainnya terletak pada ukuran tubuh buah ataupun cangkang pada kedua jamur tersebut. Tubuh buah Stereum ostrea tidak memiliki batang dan menyerupai cangkang, tumbuh sekitar 1-7 sentimeter. Pada permukaannya memiliki bulu halus pada saat muda, dan tumbuh lebih halus seiring bertambahnya usia. Memiliki lingkaran konsentris yang memiliki variasi warna mulai dari merah kekuningan hingga coklat gelap. Jika alga tumbuh di atasnya, warnanya bisa berubah menjadi hijau. Jamur tidak memiliki batang. Bagian bawah halus dan tidak memiliki pori-pori, putih ke abu-abu atau warna coklat kemerahan dalam warna. Stereum ostrea bersifat saprofitik. Jamur ini termasuk kedalam jamur yang tidak dapat dikonsumsi karena memiliki zat beracun didalamnya. Jamur ini berasal dari Amerika Utara, di mana tersebar luas dan tumbuh sepanjang tahun.

22

Klasifikasi Stereum ostrea adalah sebagai berikut: Kingdom

: Fungi

Divisio

: Basidiomycota

Classis

: Agaricomisetes

Ordo

: Russulales

Familia

: Stereaceae

Genus

: Stereum

Spesies

: Stereum ostrea

Gambar 4.2. Jamur Stereum ostrea.

23

Pyncnoporus sanguineus adalah spesies jamur dari keluarga Polyporaceae. Pyncnoporus sanguineus termasuk salah satu kelompok Homobasidiomycetes, Ordo Polyporales dan Famili Polyporaceae. Pada umumnya Famili Polyporaceae memiliki tubuh buah berbentuk seperti kipas dan keras seperti papan (Darwis, 2013). Genus ini dibedakan dari kebanyakan polipora lainnya karena warnanya merah-oranye yang cemerlang. Tubuh buah biasanya menempel langsung ke permukaan tumbuh. Jamur ini hidup di habitat yang beragam, tetapi biasanya hidup di dekat sumber air. Biasanya tumbuh secara bergerombol dan tersusun. Susunan jamur tersebut berbentuk seperti kerang dengan tangkai pendek. Spora berwarna putih. Warna jamur ini dapat bertahan lama ketika disimpan ataupun dikeringkan, namun dapat berubah cokelat suram atau abu-abu dan memudar warnanya dari waktu ke waktu. Untuk mengidentifikasi spesies Pyncnoporus sanguineus, beberapa karakteristik harus diamati dengan cermat. Pyncnoporus sanguineus memiliki diameter berkisar antara 1-5 sentimeter. Selain itu Pyncnoporus sanguineus biasanya mengandung pigmen merah gelap yang tidak mudah luntur. Jenis jamur ini masih tergolong liar dan belum dibudidayakan. Bagian dari jenis ini yang sering digunakan sebagai obat adalah seluruh bagian jamurnya yang dapat digunakan untuk mengobati gusi berdarah. Menurut seorang Batra dari Bengkulu, Yarsana (2009), jamur ini banyak digunakan untuk mengobati penyakit kanker. Sugiarto (2008) jamur ini digunakan sebagai obat untuk mengobati berbagai macam penyakit

24

salah satunya sebagai obat penyakit kanker, disentri, kusta dan penyakit dermatitis. Kandungan kimia dari jamur ini yang diketahui sebagai bahan untuk obat yakni asam polyporus. Sedangkan Azizahwati (2008) menyatakan bahwa kemungkinan senyawa yang bertanggungjawab terhadap aktivitas antioksidan adalah terpen. Senyawa golongan terpen dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan antara lain, minyak atsiri dan betakaroten. Klasifikasi Pyncnoporus sanguineus adalah sebagai berikut: Kingdom

: Fungi

Divisio

: Basidiomycota

Classis

: Agaricomisetes

Ordo

: Polyporales

Familia

: Polyporaceae

Genus

: Pyncnoporus

Spesies

: Pyncnoporus sanguineus

25

Gambar 4.3. Jamur Pyncnoporus sanguineus. Panellus mitis adalah jamur dari keluarga Mycenaceae. Spesies ini hidup didaerah beriklim tropis. Panellus mitis adalah jamur yang tidak dapat dimakan, warnanya bervariasi antara putih sampai krem dan ada abu-abu dan krem, ukurannya kurang dari 5 cm, spora berwarna putih, krem atau kekuningan, tumbuh di kayu mati. Klasifikasi Panellus mitis adalah sebagai berikut: Kingdom

: Fungi

Divisio

: Basidiomycota

Classis

: Agaricomisetes

Ordo

: Agarycales

Familia

: Mycenaceae

Genus

: Panelus

Spesies

: Panellus mitis

26

Gambar 4.4. Jamur Panellus mitis. Keempat jamur diatas merupakan jamur dari golongan Basidiomycota. Jamur Basidiomycota umumnya hidup sebagai saprofit pada sisa-sisa makhluk hidup, bahkan tidak sedikit bersifat sebagai parasit yang hidup pada organisme inangnya seperti tumbuhan dan hewan. Namun ada juga jamur jenis ini yang hidupnya bersimbiosis dengan akar tumbuhan sehingga membentuk mikorhiza, yang mempunyai peranan penting bagi pertumbuhan tanaman. Saat ini, jamur golongan Basidiomycota memegang peranan yang cukup penting, karena digunakan secara luas untuk makanan, kosmetik maupun pengobatan, dan telah mulai dibudidayakan (Hiola, 2011). Berikutnya adalah spesies Cookeina tricholoma adalah jenis jamur piala dari keluarga Sarcoscyphaceae, jamur ini dapat ditemukan di daerah tropis dan subtropis di

27

dunia. Spesies dapat ditemukan pada cabang angiosperma, batang, dan kadang-kadang pada buah yang gugur. Jamur jenis ini biasanya sering digunakan sebagai umpan untuk memancing. Spesies Cookeina tricholoma memiliki tubuh buah berbentuk cawan yang dalam, berbentuk corong, atau apothecia. Permukaan spora berbentuk bantalan dalam apothecium, hymenium, berwarna cerah, kuning kemerahan, meskipun warnanya akan memudar setelah dikeringkan. Permukaan luar kurang berwarna cerah. Jaringan yang membentuk dinding apothecium, tipis dan lentur. Rambut pada apothecium, berasal dari hifa silindris. Klasifikasi Cookeina tricholoma adalah sebagai berikut: Kingdom

: Fungi

Divisio

: Ascomycota

Classis

: Pezizomisetes

Ordo

: Pezizales

Familia

: Sarcoscyphaceae

Genus

: Cookeina

Spesies

: Cookeina tricholoma

28

Gambar 4.5. Jamur Cookeina tricholoma. Spesimen terakhir yang diidentifikasi adalah jamur dari kelas Basidiomycetes, yaitu Ganoderma lucidum. Jamur Ganoderma lucidum memiliki famili Polyperaceae dari ordo Aphyllophoracles. Umumnya dikenal sebagai jamur pelapuk kayu (wood decaying fungus), yang menyebabkan busuk pada tanaman dan karena itu disebut juga sebagai phytophatogenic fungus.

29

Klasifikasi Ganoderma lucidum adalah sebagai berikut: Kingdom

: Fungi

Divisio

: Eumycota

Classis

: Basidiomisetes

Ordo

: Aphyllophoracles

Familia

: Ganodermataceae

Genus

: Ganoderma

Spesies

: Ganoderma lucidum

Gambar 4.6. Jamur Ganoderma lucidum. Nama binomialnya adalah Ganoderma lucidum (FR) Karst, yang ditetapkan oleh Karsten. Kata latin lucidum berarti bersinar atau berkilauan dan menunjukan pernis yang

30

muncul pada permukaan jamur. Kompleks Ganoderma lucidum terdiri dari tubuh buah yang tebal, bergabus dan berwarna kuning kemerahan pada awalnya dan kemudian berubah menjadi berwarna kecoklatan pada saat masaknya. Pada batas tubuh buah biasanya tipis berwarna putih pada awalnya dan menjadi coklat terang pada tahap akhirnya. Bentuknya seperti kipas dengan diameter antara 5-8 sentimeter. Tubuh buahnya keras dengan permukaan yang tidak rata dan pinggirannya bergelombang. Jamur ini memiliki batang yang kokoh untuk hidup dibatang kayu yang keras dan lembab. Jamur ini memiliki sifat rasa pedas, pahit, dan hangat, serta dapat dijadikan obat (Hasanuddin, 2018).

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, dapat diambil kesimpulan yaitu: 1. Karakteristik morfologi jamur secara makroskopis, yaitu warna tubuh jamur, tekstur, bentuk cup, bentuk tepi cup, lebar cup, bentuk bilah, letak tangkai, panjang tangkai dan warna tangkai serta melakukan pengukuran faktor lingkungan yang meliputi jenis substrat, suhu, kelembaban, intensitas cahaya dan tingkat keasaman substrat (pH). 2. Tempat tumbuh jamur di hutan berbeda, ada yang tumbuh pada kayu lapuk, tanah dan seresah. Beberapa jamur ada yang tumbuh pada batang yang masih hidup, yaitu menempel pada lapisan luar batang 5.2 Saran Setelah melakukan penelitian ini penulis mengharapkan bahwa dapat dilakukan penelitian lanjutan tentang jamur yang berada di kawasan Brayeung. Serta mencari sebanyak-banyaknya referensi, baik jurnal maupun buku demi memudahkan proses identifikasi.

30

31

DAFTAR PUSTAKA

Achmad. dkk. (2011). Panduan Lengkap Jamur. Jakarta: Penebar Swadaya. Agromedia, Redaksi. (2009). Buku Pintar Bertanam Jamur Kosumsi. Jakarta Selatan: Agromedia Pustaka. Darwis, Welly, dan Anggia Franciska. (2013). Pembuatan Isolat Picnoporus sanguineus. Jurnal of Biology, 7 (4), 457-466.

Jamur Obat

Djuariah, D. Dan E. Sumiati. (2008). Penampilan Fenotipik Tujuh Spesies Jamur Kuping (Auricularia Spp.) Di Dataran Tinggi Demdang. Jurnal Hort, 18 (3): 255-260. Ginting, Cipta. Dan Joko Prasetyo. (2016). Jamur Patogen Tumbuhan. Yoyakarta: Plantaxia. Gunawan, A. W. (2008). Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta: Penebar Swadaya. Hasanuddin. (2014). Jenis Jamur Kayu Makroskopis Sebagai Media Pembelajaran Biologi (Studi di TNGL Blangjerango Kabupaten Gayo Lues). Jurnal Biotik, 2 (1): 38-52. Hasanuddin dan Mulyadi. (2018). Botani Tumbuhan Rendah. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press. Hiola, St. Fatmah. (2011). Keanekaragaman Jamur Basidiomycota di Kawasan Gunung Bawakaraeng (Studi Kasus: Kawasan Sekitar Desa Lembanna Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa). Jurnal Bionature, 12 (2): 93-100. Keirle, M.R, Hemmes, D.E. And Desjardin, D.E. (2004). Agaricales Of The Hawaiian Islands. 8. Agaricaceae: Coprinus And Podaxis; Psathyrellaceae: Coprinopsis, Coprinellus And Parasola. Fungal Diversity, 15 (2): 33-124. Mun’im, Abdul, Azizahwati, dan Trastiana. (2008). Aktivitas Antioksidan Cendawan Suku Pleurotaceae dan Polyporaceae Dari Hutan UI. Jurnal Ilmiah Farmasi, 5 (1): 7-13.

31

32

Nurilla, Neilla., Dkk. (2013). Studi Pertumbuhan Dan Produksi Jamur Kuping (Auricularia Auricula) Pada Substrat Serbuk Gergaji Kayu Dan Serbuk Sabut Kelapa. Jurnal Produksi Tanaman, 1 (3): 40-47. Nurrohma, Siti Husnah Dan Nur Hidayati. (2014). Uji Inkompatibilitas Somatik Dan Pertumbuhan Jamur Ganoderma Dari Kebun Benih Generasi Pertama Acacia Auriculiformis Di Wonogiri, Jawa Tengah. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. 8(1): 14-29. Proborini, Meitini W. (2012). Eksplorasi dan Identifikasi Jenis-Jenis Jamur Klas Basidiomycetes Di Kawasan Bukit Jimbaran Bali. Jurnal Biologi, 16 (2): 45-47. Sari, Ita Mya., Dkk. (2015). Jenis-Jenis Jamur Basidiomycetes Di Hutan Bukit Beluan. Kecamatan Hulu Gurung Kabupaten Kapuas Hulu. Jurnal Protobiont. 4 (1): 2228. Sinaga, Meity Suradji. (2011). Budi daya jamur merang. Jakarta: Penebar Swadaya. Sugiarto, A dan Tinton, D.P. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta: Agromedia Pustaka. Ulya, Ahmad Ni’matullah Al. dkk. (2017). Biodiversitas Dan Potensi Jamur Basidomycota Di Kawasan Kasepuhan Cisungsang, Kabupaten Lebak, Banten. Journal of Biology, 10(1): 9-16. Wahyudi, Agus Eko, Riza Linda, dan Siti Khotimah. (2012). Inventarisasi Jamur Makroskopis Di Hutan Rawa Gambut Desa Teluk Bakung Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Protobiont, 1 (1): 8-11.

More Documents from "joni"

Tugas Jaringan Md.pdf
June 2020 26
May 2020 37
Jamur.docx
June 2020 31
Tugas Winda Ritonga.docx
April 2020 20