PERENCANAAN SANITASI MASYARAKAT DAERAH PESISIR (STUDI KASUS : KECAMATAN KENJERAN, SURABAYA)
Oleh: GILANG YANUAR RADITYA Dosen Pembimbing Dr. ALI MASDUQI, MASDUQI, ST., MT. JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010
(3306.100.074)
Latar Belakang Pertambahan Jumlah Penduduk
Kurangnya Kesadaran Masyarakat
Tidak Layaknya Fasilitas Sanitasi
Tingkat Kesehatan dan Estetika yang rendah
Tingkat Perekonomian yang rendah
Rumusan Masalah Masalah Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan lingkungan Tidak layaknya Fasilitas Sanitasi di beberapa lokasi
Penyebab & Solusi
?
Tujuan Mensurvey tingkat kelayakan fasilitas sanitasi pada masyarakat Kecamatan Kenjeran. Merencanakan teknologi yang dapat digunakan untuk fasilitas sanitasi tersebut. Manfaat 1.Penyusun dapat mengaplikasikan teori yang telah diterima selama kegiatan perkuliahan 2.Dapat menjadi contoh bagi daerah lain mengenai sistem sanitasi masyarakat yang baik sehingga dapat diterapkan untuk daerah - daerah lain yang memiliki permasalahan yang sama.
Batasan Masalah Perencanaan
Daerah sasaran perencanaan adalah Kecamatan Kenjeran. Perencanaan ini menggunakan metode survey. Dalam survey ini, sampel responden menggunakan metode Stratified Random Sampling berdasarkan pada penghasilan masyarakat yang dibagi menjadi tiga kategori, yaitu Low Income, Middle Income dan High Income. Sampel air buangan dari septic tank rumah warga. Parameter karakteristik air buangan : pH, COD, BOD, TSS, N, P, Total Coliform. Pemilihan teknologi yang tepat. Perencanaan desain bangunan pengolah air buangan
Kondisi Existing
Demografis Sebagian besar penduduknya (90%) adalah pendatang dari luar Surabaya, didapatkan gambaran bahwa penduduk pada setiap keluarga memiliki jumlah anak yang cukup banyak. Dengan banyaknya keluarga yang ditanggung sedangkan penghasilan tidak menentu maka kesempatan anak-anak mengenyam pendidikan maksimal masih sedikit.
Tingkat Perekonomian Mata pencaharian rata-rata adalah pedagang, pekerja pabrik, nelayan.
Kondisi Existing (Lanjutan)
Kondisi Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya masyarakat menunjukkan suatu ciri masyarakat pedesaan (rural), yang ditunjukkan dengan adanya keakraban, guyub, kebersamaan antar tetangga walaupun lingkungannya sudah berupa perkotaan. Dengan kondisi pendapatan yang minim, ditambah kewajiban membayar uang sewa rumah yang cukup membebani, menyebabkan tidak tersedianya dana lebih untuk memperbaiki atau meningkatkan kesehatan lingkungannya.
Kondisi Sanitasi
Sebagian masyarakat masih ada yang buang air besar (BAB) di rawa-rawa dan sebagian yang lain belum mempunyai sarana sanitasi yang layak dan memadai. Sampah / limbah padat hasil perikanan atau aktivitas nelayan masih belum bisa dikelola dengan baik sehingga hanya menumpuk di sudut-sudut rumah warga.
Kerangka Studi
Kerangka Studi (lanjutan)
Kuesioner Masyarakat Identitas responden berisi tentang tingkat pendidikan, pekerjaan, perekonomian responden, status huni. Data ini diperlukan untuk mengetahui latar belakang responden Persepsi tentang sanitasi berisi tentang perilaku dan harapan, tingkat akses fasilitas sanitasi, tingkat kelayakan fasilitas sanitasi. Data ini diperlukan untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap fasilitas sanitasi yang ditawarkan.
Kuesioner Masyarakat (lanjutan) Perilaku dan Harapan - Kesadaran Masyarakat untuk Mencuci Tangan Sebelum Makan atau Sesudah Buang Air Besar - Tempat masyarakat BAB - kepuasan masyarakat terhadap kondisi sanitasi
Tingkat Akses Fasilitas Sanitasi - tercukupinya kebutuhan air bersih - kepemilikan jamban pribadi - kepemilikan jamban pribadi dengan septic tank - kepemilikan jamban pribadi dengan karakteristik jamban yang baik
Kuesioner Masyarakat (lanjutan) Akumulasi Penilaian Skala Prioritas Tiap Kategori Dari setiap Kelurahan : - Sidotopo Wetan = 23 - Tanahkali Kedinding = 36 - Bulak Banteng = 41 - Tambak Wedi = 14 Kelurahan dengan nilai akumulasi yang terkecil menjadi daerah sasaran perencanaan sanitasi masyarakat karena menunjukkan kurang layaknya fasilitas sanitasi di kelurahan tersebut
Kualitas Air Buangan
Karakteristik Air Buangan dari Sampling Rumah Nelayan Warga di Kelurahan Tambak Wedi
Kualitas Air Buangan (lanjutan)
Karakteristik Air Buangan dari Sampling Limbah Domestik di daerah Surabaya
Kuantitas Air Buangan Pemakaian air bersih = 120 L/jiwa/hari
(berdasarkan SNI 03-7065-2005 )
Asumsi debit air buangan = 70% x 120 L/jiwa/hari = 84 L/jiwa/hari
Jumlah penduduk terlayani = kegiatan domestik + pencucian ikan =(75 % x jumlah penduduk) + (70% x 300 jiwa x kk/5 jiwa) Q rata-rata = debit limbah domestik + debit pencucian ikan
Segregasi Limbah
Tekonologi yang Digunakan MCK + + yang terdiri dari toilet, kamar mandi, dan tempat cuci termasuk pencucian ikan yang dilengkapi dengan biodigester sebagai penghasil biogas dan sistem pengolahan limbah. Sistem pengolahan limbah terdiri dari Anaerobic Baffle Reactor (ABR).
Desain Tipikal MCK Berdasarkan rumus antrian yang tercantum pada SNI 03-2399-2002 maka didapatkan jumlah masing-masing ruang MCK: Kamar Mandi (M) = 6 ruang Ruang Cuci (C) = 8 ruang Ruang Kakus (K) = 8 ruang
Desain Biodigester Volume digester = volume limbah (m3/hr) x waktu retensi lumpur (hr) Volume lumpur dihitung dengan rumus
Desain Biodigester (lanjutan)
Masa pakai (umur) biodigester:
volume digester (m 3 ) t= 3 m volume lumpur ( ) hr
Perhitungan pemenuhan energi = berat tinja x produksi gas per Kg Kotoran (0,02 m3 /kg)
Pemilihan Alternatif Pengolahan Pertimbangan Pemilihan ABR: Keuntungan : Biaya konstruksi dan operasional pemeliharaannya cukup murah dan dapat diaplikasikan pada lahan yang terbatas. Operasional stabil terhadap variasi debit dan beban organik dan lebih efektif untuk mengolah limbah dengan kandungan organik yang tinggi. Dalam pengoperasiannya ABR tidak membutuhkan adanya lumpur granular (granular sludge). Mampu menghilangkan COD yang tinggi dan mereduksi BOD degradable dengan cepat. Kerugian : Pada permulaan (start-up) menggunakan beban organik yang rendah. Kurang ekonomis apabila diaplikasikan dalam skala besar.
Desain ABR
Direncanakan : oQ
rata-rata
oθ o Lebar
= 2 jam bak
o Konsentrasi
mg/l
= 26,743 m3/hari =1m substrat influen (So) = 176,53
Effluent ABR
Debit effluent = Q in – Qlumpur = 26,753 – 0,23 = 26,523 m3/hari = 1,416 / 26,523 = 0,053 kg/m3 CODef = 53 mg/L BODef = 0,04 kg/m3 = 40 mg/L TSSef = 0,132 kg/m3 = 132 mg/L Nef = 80,9 mg/L Pef = 2,5 mg/Lg/L
Kesimpulan
Hasil survey tingkat kelayakan fasilitas sanitasi pada masyarakat Kecamatan Kenjeran menunjukkan bahwa Kelurahan yang diprioritaskan dalam perencanaan sanitasi masyarakat ini adalah Kelurahan Tambak Wedi. Teknologi yang digunakan pada perencanaan kali ini adalah MCK + + komunal yang terdiri dari toilet, kamar mandi, dan tempat cuci termasuk pencucian ikan yang dilengkapi dengan biodigester sebagai penghasil biogas dan sistem pengolahan limbah (ABR). Pemilihan ini berdasarkan pertimbangan sempitnya lahan tiap rumah, jarak rumah yang saling berdekatan, memanfaatkan hasil biogas sehingga meningkatkan kesadaran masyarakat dan sebagai pemicu agar masyarakat sadar akan bahaya buang air besar sembarangan.
TERIMA KASIH