Israk Mikraj, Khotbah

  • Uploaded by: H Masoed Abidin bin Zainal Abidin Jabbar
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Israk Mikraj, Khotbah as PDF for free.

More details

  • Words: 1,496
  • Pages: 11
Memahami Israk Mi’raj Nabi Muhammad SAW

2009

ISRAK MIKRAJ BELAJAR MENGHADAPI TANTANGAN Oleh : H Mas’oed Abidin

Sudah lazim, setiap bulan Rajab, kita ingati kembali perjalanan sirah Nabawi, yakni satu peristiwa kembar (Isra’ dan Mi’raj) Nabi Muhammad SAW, pilar penting dalam rentetan Risalah Islam. PERISTIWA

PERTAMA DISEBUT

ISRA’.

Perjalanan malam hari Rasulullah SAW, berawal dari Masjidil Haram (Makkah) dan berakhir di Masjidil Aqsha (Baitul Maqdis, Palestina). Kedua tempat itu telah diberkati sekelilingnya (alladzi barakna haulahu), sebagai tempat diutusnya banyak Nabi dan Rasul-Rasul sejak Ibrahim AS hingga Isa ibni Maryam. Disekitar Baitulmaqdis telah diturunkan KitabKitab Allah, Taurat, Zabur, Injil, dan beberapa shuhuf, kepada Rasul-Rasul Allah untuk dijadikan pegangan dalam Agama Samawi. Menjadi bimbingan dan pedoman ummat manusia dari masa ke masa. Di keliling Masjidil Haram (Makkah dan Madinah)

Memahami Israk Mi’raj Nabi Muhammad SAW

2009

diwahyukan Al Quranul Karim kepada Muhammad SAW, yang menjadi rahmat besar tiada ternilai untuk seluruh penduduk alam ini, sampai akhir masa. Perjalanan Isra’ merupakan bukti kemuthlakan kekuasaan Allah Maha Pencipta (linuriyahuu min

ayatina). Yang Mampu (Al Qawiy-yun) merubah ruang dan waktu. Tidak terpaut kepada dimensi-dimensi menurut batas akal fikiran manusia. Kecerdasan akal (intelektual inteligensia) manusia sangat terbatas. Mengandalkan semata kemampuan rasio tidak akan mampu mencerna peristiwa sangat spektakular ini. Apalagi

kalau

yang

menjadi

pembuktian peristiwa ini hanyalah

ukuran

bagi

jarak, waktu,

ruang dan dimensi materi, berdasarkan hukum gerak dalam teori mekanika klasik Isaac Newton, atau mekanika modern Albert Einstein sekalipun. Secara ringkas bisa disebutkan, bahwa suatu kejadian menurut embanan teori realitivitas dimensi ruang dan waktu, belum

dalam

ada satu benda

melebihi kecepatan maksimum (kecepatan cahaya). Kecepatan itu bisa dicapai oleh materi yang memiliki

massa diam nol, yakni gelombang elektromagnet (seperti

sinar

gamma,

sinar

X,

dan

cahaya).

Memahami Israk Mi’raj Nabi Muhammad SAW

2009

Konsekwensi teori (realitivitas) ini melahirkan suatu kaedah, bahwa materi tidak dapat dimusnahkan,

tidak dapat diciptakan, tetapi dapat dikonversi kedalam bentuk atau gelombang. Perjalanan menempuh jarak antara Masjidil Haram (Makkah) dengan Masjidil Aqsha (Palestina) dengan hasil teknologi transportasi maju hari ini bisa ditempuh

kurang

dari

semalam,

memakai

kapal

terbang, termasuk rumusan mekanika klasik. Akan tetapi, tingkat teknologi transportasi satu setengah

millenium lalu itu adalah Kuda, Onta,

Keledai atau jalan kaki. Ini yang menjadikan ilmuan Quraisy menentangnya. Tidak masuk akal, kata mereka. Pertanyaan berikutnya, kenderaan apakah yang dipakai Muhammad SAW dalam perjalanan malam (Isra’) itu ??? Bila disebut dengan berkenderaan buraq (berasal dari kata barq artinya kilat). Maka itupun

dilihat

sebagai

suatu

yang

berlebihan,

selanjutnya juga sangat mustahil. Kilat adalah satu gelombang elektromagnet dengan kecepatan

maksimum

seperti

kecepatan

cahaya,

sehingga dengannya jarak matahari dan bumi bisa dijelang dalam waktu delapan menit.

Memahami Israk Mi’raj Nabi Muhammad SAW

2009

Sebenarnya Buraq (barq) tidak sama dengan kilat dalam arti yang lazim. Karena memiliki kecepatan ‘sekejap mata’. Mampu menempuh jarak sejauh mata memandang. Kenyataan keseharian kita membuktikan bahwa mata tanpa alat bantu bisa memandang bintang dilangit yang jaraknya ribuan kali jarak matahari. Karenanya dapat disimpulkan buraq bukanlah kilat dalam dimensi pengertian umum dengan kecepatan melampuai cahaya. Bahkan mungkin 18 juta kali kecepatan cahaya. Sekali lagi, bila Muhammad masih terkungkung pada dimensi ruang dan waktu, mustahil dia bisa bergerak secepat kilat. Kecuali jika telah di ubah menjadi

foton

(paket

energi

gelombang

elektromagnet, yang kecepatannya sama dengan cahaya). Bila itu yang terjadi, sangat sulit untuk kembali

kepada

materi

semula.

Lebih

rumit

membayangkan terjadi pada diri manusia seperti Muhammad. Kejadian ini diluar jangkauan akal dan indera manusia. Akal tidak mampu menggambar lintasan gerak yang terjadi. Bahkan ilmu pengetahuan tidak mampu menuliskan persamaannnya dalam teori gerak (mekanika) Newton

Memahami Israk Mi’raj Nabi Muhammad SAW

2009

ataupun Einstein. Kedua teori gerak tersebut dalam kasus ini tidak berlaku lagi. Kata kuncinya terletak pada kata-kata “asraa” (kata kerja transitif yang membutuhkan obyek) dan berasal dari katakerja intransitif “saraa”, berarti telah berjalan malam hari.

Obyek asraa adalah Muhammad. Kata-kata Isra’ diambil dari bentuk mashdar saraa, sehingga secara harfiyah diartikan perjalanan malam hari dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsha. Sepenuhnya dari perencanaan sampai pelaksanaan perjalanan (baik dalam bentuk sarana, alat yang dipakai, sifat perjalanan, waktu dan kecepatan) adalah

muthlak

ilmu

dan

kekuasaan

Allah,

Subhanallah. Peristiwa agung ini adalah wilayah iman (keyakinan). Berurat berakar pada kalbu (hati). Menumbuhkan kekuatan bagi manusia berakal.

”Innahu huwa as-sami’ ul-bashir”,artinya “sungguh Dia (Allah) Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS.17:1). ADALAH

PERISTIWA

KEDUA

MI’RAJ

Memahami Israk Mi’raj Nabi Muhammad SAW

2009

Naik ketempat yang paling tinggi. Firman Allah SWT, “Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Didekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.

Penglihatannya

(Muhammad)

tidak

berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhan-Nya yang paling besar” (QS.53,An-Njm,ayat 13-18). Nabi Muhammad SAW melihat Jibril untuk pertama kalinya dalam bentuk asli itu adalah tatkala diturunkan wahyu pertama Surat Al ‘Alaq (96) ayat 1-5. Keabsahan penglihatan Muhammad ini diperkuat oleh Wahyu Allah QS.53,An-Najm, ayat 1-14. Peristiwa kedua ini

lebih

menakjubkan

dari

peristiwa pertama. Lebih susah membayangkan dan sulit

menerimanya,

bila

hanya

mengandalkan

kemampuan rasio semata. Namun, sangat mudah diterima bila kemampuan rasio didasari haqqul-yaqin (keyakinan atas kemuthlakan Allah Yang Maha Kuasa). Haqqul yaqin, adalah puncak dari ilmul yaqin. Keyakinan ini akan menjadi landasan utama pandangan hidup tauhid (tauhidic weltanschaung),

Memahami Israk Mi’raj Nabi Muhammad SAW

2009

dan mengokohkan kekuatan intelektual serta mampu menjalin emotional inteligensia dengan kekuatan rasio yang memiliki kekuatan dan kecerdasan menguasai nilai-nilai keseimbangan (tawazunitas).

TIGA NILAI DASAR a) Ujian

Iman

DALAM PERISTIWA

(nilai

aqidah)

ISRAK MIKRAJ

yang

melahirkan

pengakuan bahwa kekuasaan yang muthlak hanya ada pada kekuasaan Allah. b) Kesadaran ilmiah bahwa kemampuan rasio sangat tidak

berarti

apabila

tidak

dilandasi

oleh

keyakinan tauhid. c) Kekhusyukan adanya

ibadah

keyakinan

merupakan

tauhid

dalam

pembuktian menempuh

kehidupan nyata sebagai suatu kepantasan yang sangat rasional. HIKMAH

DARI

DUA PERISTIWA SPEKTAKULAR

INI

1. Pengukuhan iman berkaitan dengan pengakuan atas kemuthlakan kekuasaan Allah, yang pada tahap selanjutnya akan menanamkan kesadaran mendalam atas lemahnya kekuatan rasio manusia bila tidak dilandasi aqidah (keyakinan tauhid),dan pada bagian akhirnya akan melahirkan ketaatan penghambaan

Memahami Israk Mi’raj Nabi Muhammad SAW

2009

hanya terhadap Ma’bud (hanya Allah yang berhak disembah). 2. Bukti atas keutusan Muhammad SAW sebagai Rasul Allah, dengan segala kemuliaan (mukjizat) selaku Khataman Nabiyyin (penutup segala nabinabi), dan merupakan pembuktian Al Quranul Karim yang teruji secara ilmiah. 3. Kerelaan dan ketaatan sebagai bukti kesetiaan kepada Allah, dengan keteguhan mempedomani hidayah Allah (Al Quran) dan mengikuti Sunnah Rasul-Nya.

MENUNAIKAN IBADAH

ADALAH

NIKMAT ALLAH.

Kesempatan seseorang untuk bisa menunaikan ibadah

secara

khusyuk

dan

tertib,

sungguh

merupakan nikmat Allah yang besar. Ibadah shalat, sebagai salah satu syari’at dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj yang dilaksanakan lima kali sehari

semalam,

sesungguhnya

harus

dirasakan

sebagai wahana pembentukan watak manusia yang sempurna (insan kamil). Ibadah selain bernilai spiritual, akan menjadi akar sikap

dari

caracter-building

terpuji

seperti;

dalam

disiplin

membentuk

waktu,

cinta

kebersihan, sehat fisik, taat aturan, tuma’ninah

Memahami Israk Mi’raj Nabi Muhammad SAW

2009

(teratur), memiliki kesadaran prima (kontroling), bersikap hati-hati, tabah dan setia. Ibadah perlu dalam mengarungi kehidupan kini dan menatap keberhasilan masa depan (dunia dan akhirat). Karenanya amat mudah membuat garis kaedah, bahwa orang yang lalai dalam ibadah, kecenderung melalaikan tugas-tugas yang ada di depannya, dan mudah

mengkhianati amanah yang

dipetaruhkan padanya.

PERGESERAN NILAI Kini, terjadi pergeseran pandangan masyarakat dunia dewasa ini. Umat Islam wajib berperan aktif melaksanakan secara murni konsep agama dalam setiap

perubahan,

agar

peradaban

kembali

gemerlapan. Berpaling

dari

sumber

kekuatan

murni,

Kitabullah dan Sunnah Rasul, dan menanggalkan prinsip syar’i dan akhlak Islami akan berakibat fatal untuk umat penduduk bumi. Pada gilirannya umat Islam akan menjadi santapan konspirasi dari kekuatan asing. Konsekwensinya adalah wilayah yang sudah terpecah akan sangat mudah untuk dikuasai.

Bila kehidupan manusia ingin diperbaiki. Umat

Memahami Israk Mi’raj Nabi Muhammad SAW

2009

mesti beriman dan amal nyata.  Tatanan masyarakat harus dibangun diatas

landasan persatuan (QS.al-Mukminun:52).  Mayarakat

mesti

ditumbuhkan

dibawah

naungan ukhuwwah (QS.al-Hujurat:10).  Anggota

masyarakatnya

didorong

hidup

dalam prinsip ta’awunitas (kerjasama) dalam al-birri (format kebaikan) dan ketakwaan (QS.al-Maidah:2).  Hubungan bermasyarakat didasarkan atas

ikatan mahabbah (cinta kasih), sesuai sabda Rasul: “Tidak beriman seorang kamu sebelum mencintai orang lain seperti menyayangi diri sendiri”.  Setiap

masalah

diselesaikan

dengan

musyawarah (QS.asy-Syura:38).  Tujuan akhirnya, penjelmaan satu tatanan

masyarakat yang pantang berpecah belah (QS.Ali Imran:103). Rahasia keberhasilan adalah “tidak terburuburu” (isti’jal) dalam bertindak. Tidak memetik sebelum

ranum.

Tidak

membiarkan

jatuh

ke

tempat yang dicela. Kepastian amalan adanya husnu-dzan (sangka

Memahami Israk Mi’raj Nabi Muhammad SAW

2009

baik) sesama umat. Mengiringi semua itu adalah tawakkal kepada Allah. Dalam

tatanan

berpemerintahan,

kekuasaan

akan berhasil jika menyentuh hati nurani rakyat banyak, sebelum kekuasaan itu menjejak bumi. Ukurannya

adalah

adil

dan

tanggap

terhadap

aspirasi yang berkembang. Takarannya

adalah

kemashlahatan

umat

banyak. Kemasannya adalah jujur secara transparan. Kekuatan

hati

(dhamir)

rakyat

terletak

pada

ditanamkannya kecintaan yang tulus. Menghidupkan energi ruhanik lebih dahulu dari gerakan

fisik

umat.

Titik

lemah

umat

karena

hilangnya akhlaq (moralitas) Islami. Enggan memahami syari’at, berakibat hilangnya kecintaan (kesadaran) terhadap Islam.

Lahirnya radikalisme, atau berlebihan dalam agama, akan menghapuskan watak Islam. Tidak menghormati hubungan antar manusia merupakan

kebodohan

pengertian

terhadap

prinsip-prinsip sunnah. Akibatnya adalah tindakan anarkis (merusak). Billahit taufiq wal hidayah, Wassalamu’alaikum.

Related Documents

Israk Mikraj, Khotbah
June 2020 29
Israk Mikraj
May 2020 38
Israk Mikraj
October 2019 50
Israk Mikraj
May 2020 39
Israk Dan Mikraj
May 2020 28

More Documents from ""