Ispa.docx

  • Uploaded by: Herluin Nadia
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ispa.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 498
  • Pages: 1
MY OPINION PART II

Karl Marx, seorang filsuf asal Jerman berpendapat "agama adalah candu masyarakat" karena agama bisa meninabobokan penderitaan yang dialami seseorang, yaitu dengan percaya adanya takdir atau sudah menjadi kehendak Allah. Bagi kita orang yang beragama menghadapi pendapat Karl Marx tersebut tidak perlu marah atau berpikir negatif tentang pendapat filsuf tersebut. Kita mencoba melihatnya dari sisi positifnya, kalau agama dianggap sebagai candu masyarakat adalah suatu candu yang baik karena agama tidak menimbulkan ketagihan atau effek sampingan yang buruk malah sebaliknya mendorong orang untuk melakukan hal-hal yang baik. Memang benar agama mengajarkan kita untuk berpasrah terhadap kehendak Allah, takdir, sehingga tidak ada kekuatiran dalam menjalani hidup ini. Tapi, ada kalanya kita merasa tidak diperdulikan Tuhan pada saat kita membutuhkan bantuanNya, misalnya do'a kita tidak terkabul dan banyak hal-hal lain di luar dugaan yang menambah beban derita kita. Lalu omelan atau rintihan pun keluar dari mulut. Sebenarnya tidak perlu ngedumel bila doa kita merasa tidak terjawab. Tuhan tahu dan peduli akan kebutuhan setiap manusia, hanya terkadang manusia sering memaksakan kehendaknya sendiri tanpa berusaha untuk mencoba mengerti apa yang menjadi kehendak Allah. Setiap doa pasti dijawab oleh Allah kita yang maha baik, kadang-kadang jawabannya pas seperti yang kita maui; kadang-kadang jawabannya sesuai dengan rencana Allah yang mengharuskan kita untuk lebih bersabar dan akan mengerti kenapa jawabannya seperti itu di kemudian hari. Seringkali manusia menjadi tidak sabaran atau menganggap Tuhan itu seperti 'bell boy', yang kalau kita “pencet bel” (berdoa), maka DIA akan segera datang dan memberi jawaban yang sesuai dengan keinginan kita. Kalau kita berpasrah sepenuhnya kepada kehendak Allah maka kita akan mengerti bahwa setiap doa kita akan dijawab olehNya. Seorang petani menanam gandum/padi/jagung, dan sebagainya dengan harapan bahwa pada saatnya tiba bisa panen berkelimpahan. Dalam proses penantian masa panen tiba, sang petani harus rajin menyirami supaya tanamannya tidak kekeringan dan mati, memupuk tanamannya supaya tumbuh subur. Bisa saja semua yang sudah direncanakan atau dilakukan oleh sang petani bisa gagal sebelum masa panen tiba karena adanya hama yang merusak tanaman tersebut, atau kemarau panjang yang membuat tanamannya mati. Tetapi sang petani tidak akan berhenti menjadi petani dengan adanya halangan atau bencana ini. Dia akan terus berusaha dan berkarya; akan terus menyebarkan benih-benih tanamannya; akan terus dengan rajinnya merawat, menyirami dan memupuk tanamannya sehingga hasil panen yang diidamkannyapun akan tiba dan bisa menikmati hasil kerja kerasnya tersebut dengan hati bahagia dan penuh rasa syukur. Seperti petani tersebut, kita pun harus rajin memupuk dan merawat iman kita, mencoba mendengarkan suaraNya di dalam pikiran dan hati kita melalui meditasi (tirakat) dan berdoa, mempraktekan ajaranajaranNya yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat kita gagal memperoleh apa yang kita inginkan misalnya jawaban doa yang tidak langsung terjawab, atau menghadapi cobaan hidup yang berat seperti krisis keuangan, sakit parah, punya anak cacat fisik atau mental, patah hati, dan sebagainya, kita tidak akan berpaling dari Allah. Seperti seorang petani, kita akan kembali bangkit merawat iman kita dengan telaten sampai akhirnya masa panen pun tiba, dan kita pun dengan penuh rasa syukur bisa menikmati hasil panenan tersebut.

More Documents from "Herluin Nadia"