Isolasi Dan Pemurnian Mikrobia_eq

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Isolasi Dan Pemurnian Mikrobia_eq as PDF for free.

More details

  • Words: 3,835
  • Pages: 30
ISOLASI DAN PEMURNIAN MIKROBIA

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI OLEH :

NAMA

: EKI SOPHYA NOORHAYATI

NIM

: H1E107005

KELOMPOK

:5

ASSISTEN

: M. BASUKI YUS’A

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU

OKTOBER, 2009

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Di alam populasi mikroba tidak terpisah sendiri menurut jenisnya, tetapi

terdiri dari campuran berbagai macam sel. Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan komplek. Beratus-ratus spesies berbagai mikroba biasanya menghuni bermacam-macam bagian tubuh kita, termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit. Sebagai contoh, sekali bersin dapat menyebarkan beriburibu mikroorganisme. Satu tinja dapat mengandung jutaan bakteri (Pelczar, 1986). Bakteri tersebar sangat luas baik ditanah, air dan udara, bila hendak mengisolasi bakteri dari tanah/ benda padat yang mudah tersuspensi atau terlarut, atau zat cair lain, maka dilakukan serangkaian pengenceran (dilution series) terhadap zat tersebut. Sumber isolat dari bakteri benda yang liat atau padat, misatnya daging maka zat tersebut dihancurkan terlebih dahulu. Tehadap bakteri yang hanya terdapat dipermukaan maka pengenceran dilakukan terhadap air tempat zat tersebut dicelupkan/ direndam. Dan jika bakteri hendak diisolasi dari udara, cukup dengan membuka cawan petri yang berisi media agar steril beberapa saat. Di dalam laboratorium mikrobiologi, populasi bakteri ini dapat diisolasi menjadi kultur murni yang terdiri dari satu jenis yang dapat dipelajari morfologi, sifat dan kemampuan biokimiawinya.

1.2

Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari teknik-teknik isolasi

dan pemurniannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Isolasi merupakan cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal (Pelczar, 1986). Kultur murni atau biakan murni sangat berguna didalam mikrobiologi, yaitu untuk menelaah dan mengidentifikasi mikroorganisme, termasuk penelaahan ciri-ciri cultural, morfologis, fisiologis, maupun serologis, memerlukan suatu popolasi yang terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Untuk beberapa bakteri yang yang ada dan tersebar dimana sangat membantu dalam hal biokimia dan biofisika lingkungan. Biokimia (masalah nutrient) lingkungan ada karena berkat adanya kultur medium, dan semua itu tergantung dari bakteri particular itu (sebagaimana sebagai particular investigator) bermacam sumber dan jenis dari kultur media akan berkembang dengan adanya perbedaan maksud dan. kultur media sebagai tempat untuk teknik isolasi dan pemeliharaan kultur murni dari bakteri dan juga digunakan untuk mengidentifikasi bakteri menurut biokimia dan biofisika yang ada (Todar, 2000) Sel–sel bakteri mempunyai muatan yang agak negatif bila pH lingkungannya mendekati netral. Muatan negatif dari sel bakteri akan bergabung dengan muatan positif dari ion zat warna misalnya methylen blue, sehingga selnya akan berwarna. Perbedaan muatan inilah yang menyebabkan adanya ikatan atau gabungan antara zat warna dan sel bakteri (Frobisher et all, 1974)

Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengisolasi bakteri, fungi, dan khamir dengan menggunakan metode gores, metode tuang, metode sebar, metode pengenceran serta micromanipulator. Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah tekhnik cawan tuang dan cawan gores. Kedua metode ini didasarkan pada prinsip yang sama yaitu mengencerkan organisme sedemikian rupa sehingga individu spesies individu spesies dapat dipisahkan dari lainnya (Hadioetomo, 1993). Isolasi dan Pemurnian Bakteri Di alam tersebar sangat luas baik tanah, air, udara. Bila hendak mengisolasi bakteri dari tanah/ benda padat yang mudah tersuspensi atau terlarut atau zat cair lain, maka dilakukan serangkaian pengenceran (dilution series) terhadap zat tersebut. Sumber isolat bakteri benda yang liat atau keras, misalnya daging maka zat tersebut dihancurkan terlebih dahulu. Terhadap bakteri yang hanya terdapat di permukaan maka pengenceran dilakukan terhadapa air tempat zat tersebut dicelupkan/direndam. Dan jika bakteri hendak diisolasi dari udara cukup dengan membuka cawan petri yang berisi media agar steril beberapa saat. Faktor Lingkungan Yang Berpengaruh Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme •

Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan mikroorganisme

Berdasarkan suhu optimum untuk pertumbuhan maka dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu : 1. psikrofilik (0-200C), 2. mesofilik Mesofilik (20-300C), 3. termofilik (50-1000C). Suhu merupakan faktor lingkungan yang sangat menentukan kehidupan mikroorganisme, pengaruh suhu berhubungan dengan

aktivitas enzim. Suhu rendah menyebabkan aktiivtas enzim menurun dan jika suhu terlalu tinggi dapat mendenaturasi protein enzim. Cara Kerja : 1. 8x2 tabung yang berisi Nutrient Broth untuk suhu inkubasi 50C, 250C, 370C, dan 500C dan mikroorganisma yang berbeda (E.coli dan Bacillus sp.) diberi label . Setelah diinokulasi dengan bekteri yang berbeda, diinkubasi sesuai suhu yang tertera; 2. Setelah ditumbuhkan selama 48 jam, bandingkan derajat kekeruhannya. •

Pengaruh tekanan osmotik terhadap pertumbuhan mikroorganisme

Keberadaan mikroorganisma dilingkungan dapat dipengaruhi kepekatan suspensi/cairan di lingkungan. Bila kepekatan suspensi di lingkungan tinggi maka isi sel akan ke luar. Sebaliknya kepekatan suspensi di lingkungan rendah maka akan terjadi pergerakan massa cair ke dalam sel. Cara Kerja: 1. buat 4 buah cawan Nutrient Agar yang mengandung NaCl 0,5%, 3%, 5% dan 15%; 2. Setiap konsentrasi, cawan dibagi menjadi 2 dengan spidol kemudian labeli dengan bakteri E.coli dan Bacillus sp. 3. Inokulasikan E.coli dan Bacillus sp. dengan streak kontinyu;

4. Gunakan kontrol untuk masing-masing biakan dengan media yang tidak ditambahi NaCl; 5. Inkubasi selama 48 jam dan amati pertumbuhannya. •

Pengaruh sinar ultraviolet terhadap pertumbuhan mikroorganisme

Sinar UV panjang gelombang 210-300 nm dapat membunuh mikroorganisme jika di paparkan. Komponen seluler yang dapat menyerap sinar UV adalah asam nukleat sehingga dapat rusak dan menyebabkan kematian. Cara Kerja: 1. Inokulasikan Aspergillus sp., E.coli dan Bacillus sp. pada 3 cawan NA.· Dedahkan ketiga cawan tersebut pada sinar UV dengan panjang 254 nm selama 1 menit, 5 menit, dan 15 menit (ingat tutup cawan dibuka dan diusahakan lingkungan sekitar steril). Jarak antar UV dan cawan sekitar 12 inchi; 2. Gunakan kontrol untuk masing-masing biakan dengan tidak memaparkan pada sinar UV; 3. Inkubasi selama 48 jam dan amati pertumbuhan koloninya. •

Pengaruh pH terhadap pertumbuhan mikroorgansime

pH berpengaruh terhadap sel dengan mempengaruhi metabolisme, pada umumnya bakteri tumbuh dengan baik pada pH netral (7,0). Berdasarkan nilai pH yang dibutuhkan untuk kehidupannya dikenal 3 kelompok mikroorganisme yaitu : Acidofilik, Mesofilik/Neutrofilik dan Basofilik.

Cara Kerja : 1. Buatlah tabung reaksi berisi NB dan atur pH-nya (pH 3, 7 dan 9) masing-masing 2 tabung untuk tiap nilai pH 2. Labeli dengan nama bakteri yang akan diinokulasikan 3. Inokulasi tiap tabung dengan Bacillus sp dan E.coli lalu diinkubasi pada suhu 370C selama 48 jam 4. Amati perbedaan kekeruhan pada tiap nilai pH (Pradhika, 2008) Teknik Pengambilan Sampel Sebelum melakukan isolasi terlebih dahulu dilakukan pengambilan sampel. Berikut merupakan prosedur pengambilan sampel. 1. Sampel tanah Jika mikroorganisme yang diinginkan kemungkinan berada di dalam tanah, maka cara pengambilannya disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan. Misal jika yang diinginkan mikroorganisma rhizosfer maka sampel diambil dari sekitar perakaran dekat permukaan hingga ujung perakaran. 2. Sampel air Pengambilan sampel air bergantung kepada keadaan air itu sendiri. Jika berasal dari air sungai yang mengalir maka botol dicelupkan miring dengan bibir botol melawan arus air (1). Bila pengambilan sampel dilakukan pada air yang tenang, botol dapat dicelupkan dengan tali (2), jika ingin mengambil sampel dari air keran maka sebelumya keran dialirkan dulu beberapa saat (3) dan mulut kran dibakar (4)

(1)

(2)

(3)

(4)

Isolasi Dengan Cara Pengenceran (Dilution) 1. Teknik Preparasi Suspensi Sampel yang telah diambil kemudian disuspensikan dalam akuades steril. Tujuan dari teknik ini pada prinsipnya adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya. Macam-macam preparsi bergantung kepada bentuk sampel : a. Swab (ulas), dilakukan menggunakan cotton bud steril pada sampel yang memiliki permukaan luas dan pada umumnya sulit dipindahkan atau sesuatu pada benda tersebut. Contohnya adalah meja, batu, batang kayu dll. Caranya dengan mengusapkan cotton bud memutar sehingga seluruh permukaan kapas dari cotton bud kontak dengan permukaan sampel. Swab akan lebih baik jika cotton bud dicelupkan terlebih dahulu ke dalam larutan atraktan semisal pepton water. b. Rinse (bilas) ditujukan untuk melarutkan sel-sel mikroba yang menempel pada permukaan substrat yang luas tapi relatif berukuran kecil, misalnya daun bunga dll. Rinse merupakan prosedur kerja dengan mencelupkan sampel ke dalam akuades dengan perbandingan 1 : 9

(w/v). Contohnya sampel daun diambil dan ditimbang 5 g kemudian dibilas dengan akuades 45 ml yang terdapat dalam beaker glass. c. Maseration (pengancuran), sampel yang berbentuk padat dapat ditumbuk dengan mortar dan pestle sehingga mikroba yang ada dipermukaan atau di dalam dapat terlepas kemudian dilarutkan ke dalam air. Contoh sampelnya antar alain bakso, biji, buah dll. Perbandingan antar berat sampel dengan pengenceran pertama adalah 1 : 9 (w/v). Unutk sampel dari tanh tak perlu dimaserasi 2. Teknik Pengenceran Bertingkat

3. Teknik Penanaman Tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Digunakan perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya mengandung 1/10 sel mikroorganisma dari pengenceran sebelumnya. Cara Kerja :

a.

Sampel yang mengandung bakteri dimasukan ke dalam tabung

pengenceran pertama (1/10 atau 10-1) secara aseptis (dari preparasi suspensi). Perbandingan berat sampel dengan volume tabung pertama adalah 1 : 9 dan ingat akuades yang digunakan jika memakai teknik rinse dan swab sudah termasuk pengencer 10-1. Setelah sampel masuk lalu dilarutkan dengan mengocoknya (pengocokan yang benar dapat dilihat pada gambar disamping) b.

Diambil 1 ml dari tabung 10-1 dengan pipet ukur kemudian

dipindahkan ke tabung 10-2 secara aseptis kemudian dikocok dengan membenturkan tabung ke telapak tangan sampai homogen. Pemindahan dilanjutkan hingga tabung pengenceran terakhir dengan cara yang sama, hal yang perlu diingat bahwa pipet ukur yang digunakan harus selalu diganti, artinya setiap tingkat pengenceran digunakan pipet ukur steril yang berbeda/baru. Prinsipnya bahwa pipet tidak perlu diganti jika memindahkan cairan dari sumber yang sama. a. Teknik penanaman dari suspense • Spread Plate (agar tabur ulas) Spread plate adalah teknik menanam dengan menyebarkan suspensi bakteri di permukaan agar diperoleh kultur murni. Adapun prosedur kerja yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : 1.

Ambil suspensi cairan senamyak 0,1 ml dengan pipet ukur

kemudian teteskan diatas permukaan agar yang telah memadat. 2.

Batang L atau batang drugal diambil kemudian disemprot alkohol

dan dibakar diatas bunsen beberapa saat, kemudian didinginkan dan ditunggu beberapa detik.

3.

Kemudian disebarkan dengan menggosokannya pada permukaan

agar supaya tetesan suspensi merata, penyebaran akan lebih efektif bila cawan ikut diputar. 4.

Hal yang perlu diingat bahwa batang L yang terlalu panas dapat

menyebabkan sel-sel mikroorganisme dapat mati karena panas.



Pour Plate (agar tuang) Teknik ini memerlukan agar yang belum padat (>45oC) untuk dituang

bersama suspensi bakteri ke dalam cawan petri lalu kemudian dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Hal ini akan menyebarkan sel-sel bakteri tidak hanya pada permukaan agar saja melainkan sel terendam agar (di dalam agar) sehingga terdapat sel yang tumbuh dipermukaan agar yang kaya O2 dan ada yang tumbuh di dalam agar yang tidak begitu banyak mengandung oksigen. Adapun prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Siapkan cawan steril, tabung pengenceran yang akan ditanam dan media padat yang masih cair (>45oC) 2. Teteskan 1 ml secara aseptis.suspensi sel kedalam cawan kosong 3. Tuangkan media yang masih cair ke cawan kemudian putar cawan untuk menghomogenkan suspensi bakteri dan media, kemudian diinkubasi.

Alasan diteteskannya bakteri sebanyak 0,1 ml untuk spread plate dan 1 ml untuk pour plate karena spread plate ditujukan untuk menumbuhkan dipermukaanya saja, sedangkan pour plate membutuhkan ruang yang lebih luas untuk penyebarannya sehingga diberikan lebih banyak dari pada spread plate.

b. Teknik Penanaman dengan Goresan (Streak) Bertujuan untuk mengisolasi mikroorganisme dari campurannya atau meremajakan kultur ke dalam medium baru. •

Goresan Sinambung

Cara kerja : 1. Sentuhkan inokulum loop pada koloni dan gores secara kontinyu sampai setengah permukaan agar. 2. Jangan pijarkan loop, lalu putar cawan 180oC lanjutkan goresan sampai habis. 3. Goresan sinambung umumnya digunakan bukan untuk mendapatkan koloni tunggal, melainkan untuk peremajaan ke cawan atau medium baru.



Goresan T

Cara kerja : 1.

Bagi cawan menjadi 3 bagian menggunakan spidol marker

2.

Inokulasi daerah 1 dengan streak zig-zag

3.

Panaskan jarum inokulan dan tunggu dingin, kemudian lanjutkan

streak zig-zag pada daerah 2 (streak pada gambar). Cawan diputar untuk memperoleh goresan yang sempurna. 4.



Lakukan hal yang sama pada daerah 3.

Goresan Kuadran (Streak quadrant)

Cara kerja : Hampir sama dengan goresan T, namun berpola goresan yang berbeda yaitu dibagi empat. Daerah 1 merupakan goresan awal sehingga masih mengandung banyak sel mikroorganisma.Goresan selanjutnya dipotongkan atau disilangkan dari goresan pertama sehingga jumlah semakin sedikit dan akhirnya terpisah-pisah menjadi koloni tunggal.

(Pradhika, 2008) Terdapat berbagai cara mengisolasi mikroba, yaitu: 1) Isolasi pada agar cawan Prinsip pada metode isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan mikroorganisme sehingga diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari organisme lainnya. Setiap koloni yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal. Terdapat beberapa cara dalam metode isolasi pada agar cawan, yaitu: Metode gores kuadran, dan metode agar cawan tuang.Metode gores kuadran. Bila metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan terisolasinya mikroorganisme, dimana setiap koloni berasal dari satu sel. Metode agar tuang berbeda dengan metode gores kuadran, cawan tuang menggunakan medium agar yang dicairkan dan didinginkan (500C), yang kemudian dicawankan. Pengenceran tetap perlu dilakukan sehingga pada cawan yang terakhir mengandung koloni-koloni yang terpisah di atas permukaan/di dalamcawan. 2) Isolasi pada medium cair Metode isolasi pada medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada agar cawan (medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode ini juga perlu dilakukan pengenceran dengan beberapa serial

pengenceran. Semakin tinggi pengenceran peluang untuk mendapatkan satu sel semakin besar. 3) Isolasi sel tunggal Metode

isolasi

sel

tunggal

dilakukan

untuk

mengisolasi

sel

mikroorganisme berukuran besar yang tidak dapat diisolasi dengan metode agar cawan/medium cair. Sel mikroorganisme dilihat dengan menggunakan perbesaran sekitar 100 kali. Kemudian sel tersebut dipisahkan dengan menggunakan pipet kapiler yang sangat halus ataupun micromanipulator, yang dilakukan secara aseptis (Admin, 2008)

BAB III METODE PRAKTIKUM

3.1

Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari rabu tanggal 5 Oktober 2009

bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas MIPA Unlam Banjarbaru.

3.2

Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi

steril,vortex mixer, cawan petri steril, lampu spritus, kertas label,alkohol 70%, pipet ependorp, pipet volumetric, jarum ose, kapas. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah medium NA (Nutrient Agar), PDA (Potato Dextrose Agar), aquadest, sampel sumber bakteri (air sumur, air kemasan, air ledeng, tanah kebun, tanah dekat sampah)

3.3

Prosedur Kerja Isolasi dan Pemurnian Bakteri 1. Disiapkan medium nutrient agar yang sudah dalam keadaan steril. 2. Dilakukan pengenceran terhadap sampel air, untuk air kemasan sebanyak 10-1 - 10-3 dan untuk sampel air sumur dan ledeng sebanyak 10-1 - 10-6 3. Dituangkan 1 ml sampel air ke dalam cawan petri pada pengenceran 10-2 - 10-3 untuk air kemasan, 10-4 - 10-6 untuk air sumur

dan ledeng, masing-masing dilakukan sebanyak dua kali. Kemudian dihomogenkan dengan vortex mixer. 4. Dituangkan larutan medium NA kedalam cawan petri sebanyak 1015 ml; 5. Cawan petri digoyang membentuk angka delapan; 6. Diinkubasi dalam keadaan terbalik pada suhu 300 selama 24 jam. 7. Dari koloni yang terpisah dimurnikan secara goresan. Selanjutnya dipindahkan ke media agar miring. Isolasi dan Pemurnian Fungi 1. Disiapkan PDA (Potato Dextrose Agar) yang sudah dalam keadaan steril. 2. Dilarutkan sampel tanah kebun dan tanah dekat sampah dengan aquadest; 3. Dilakukan pengenceran terhadap sampel air tanah, untuk tanah kebun dan tanah dekat sampah sebanyak 10-1 - 10-6 8. Dituangkan 1 ml sampel air tanah tersebut ke dalam cawan petri pada pengenceran 10-4 - 10-6, masing-masing dilakukan sebanyak dua kali. Kemudian dihomogenkan dengan vortex mixer. 4. Dituangkan larutan medium PDA kedalam cawan petri sebanyak 10-15 ml; 5. Cawan petri digoyang membentuk angka delapan; 6. Diinkubasi dalam keadaan terbalik pada suhu 300 selama 2 x 24 jam.

7. Dari koloni yang terpisah dimurnikan secara goresan. Selanjutnya dipindahkan ke media agar miring.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil

Tabel 1. Sampel Air Kemasan (1x24 jam) No.

Gambar

Konsentrasi

Jumlah Koloni

1.

10-2(1)

1

2.

10-2(2)

8

3.

10-3(1)

3

4.

10-3(2)

2

Tabel 2. Sampel Air Sumur (1x24 jam) No. 1.

Gambar -

Konsentrasi 10-4(1)

Jumlah Koloni -

10-4(2) 10-5(1)

-

4.

10-5(2)

1

5.

10-6(1)

2

10-6(2)

-

Konsentrasi

Jumlah Koloni

10-4(1)

1

10-4(2)

-

10-5(1)

16

10-5(2) 10-6(1) 10-6(2)

29 12 9

2. 3.

-

6.

Rusak

Tabel 3. Sampel Air Ledeng (1x24 jam) No.

Gambar

1.

2.

-

3.

4. 5. 6.

-

Tabel 4. Sampel Tanah Kebun (2x24 jam) No.

Gambar

Konsen Jumlah trasi

Koloni

Bentuk Tepian Warna

Elevasi

1.

10-4(1)

-

-

-

-

-

2. Serat 10-4(2)

2

benang -

-

Putih susu

-

benang 3.

10-5(1)

-

-

-

-

-

10-5(2)

-

-

-

-

-

10-6(1)

-

-

-

-

-

4.

5.

6.

10-6(2)

-

-

-

-

-

Tabel 5. Sampel Tanah Dekat Sampah (2x24 jam) No.

Gambar

Konsen Jumlah Bentuk Tepian Warna trasi

Elevasi

Koloni

1. Serat 10-4(1)

3

benang -

-

Putih susu

-

benang 2.

Serat 10-4(2)

2

benang -

-

Putih susu

-

benang 3.

Serat 10-5(1)

2

benang -

-

Putih susu

-

benang 4. 10-5(2)

-

-

-

-

-

5.

10-6(1)

-

-

-

-

-

10-6(2)

rusak

-

-

-

-

6.

4.2

Pembahasan Pada praktikum yang telah dilakukan, teknik isolasi dan pemurnian mikroba

dengan Medium NA (Nutrient Agar) digunakan untuk menumbuhkan bakteri, sedangkan PDA (Potato Dextrose Agar) digunakan untuk menumbuhkan fungi dapat dilakukan beberapa cara antara lain dapat dilakukan dengan cara goresan (streak plate), cara taburan/ tuang (pour plate), cara sebar (spread plate), cara pengenceran (dilution method), serta micromanipulator (teh micromanipulator method). Dari ke-5 cara teknik isolasi, pada praktikum yang telah dilakukan menggunakan cara pengenceran bertingkat, teknik tuang dan juga teknik goresan (isolasi dari kultur campuran). Isolasi yang digunakan yaitu metode pengenceran bertingkat. Dilakukannya pengenceran bertingkat ini dengan maksud memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Semakin tinggi pengenceran peluang untuk mendapatkan satu sel semakin besar. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel.

Dalam hal ini dilakukan pengenceran dari dari 10-1 – 10-6, pada sampel air kemasan pengenceran dilakukan dari 10-1 - 10-3 berbeda dari yang lain karena di sini air kemasan merupakan air yang sudah mengalami proses sterilisasi air dan juga pasti jumlah koloni yang berada seharusnya tidak ada, karena air kemasan merupakan air yang siap minum dalam hal ini pada adalah pembuktian terhadap sampel air kemasan. Setelah itu, dituangkan 1 ml sampel air ke dalam cawan petri pada pengenceran 10-2 - 10-3 untuk air kemasan, 10-4 - 10-6 untuk air sumur dan ledeng, masing-masing dilakukan sebanyak dua kali. Dituangkan larutan medium NA kedalam cawan petri sebanyak 10-15 ml (merata pada permukaan cawan petri). Digoyang membentuk angka delapan dengan maksud supaya merata dan dibiarkan hingga memadat. Hasil setelah diinkubasi selama 1 x 24 jam, terdapat koloni di setiap cawan petri. Isolasi lain yaitu menggunakan metode tuang, lebih cocok digunakan untuk mikrobia yang bersifat anaerob, teknik ini memerlukan agar yang belum padat (>45oC) untuk dituang bersama suspensi bakteri ke dalam cawan petri lalu kemudian dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Hal ini akan menyebarkan selsel bakteri tidak hanya pada permukaan agar saja melainkan sel terendam agar (di dalam agar) sehingga terdapat sel yang tumbuh dipermukaan agar yang kaya O2 dan ada yang tumbuh di dalam agar yang tidak begitu banyak mengandung oksigen. Kekurangan pada teknik tuang ini membutuhkan ruang yang lebih luas untuk penyebarannya. Metode ketiga yaitu isolasi bakteri dari kultur campuran. Metode ini memakai medium agar miring dalam tabung reaksi, caranya dengan menggunakan ose lurus sudah steril dengan dibakar di api bunsen, mengambil biakan bakteri lalu

menusukkan ke dalam medium lalu di tutup. Dengan mengunakan ose bulat, mengambil biakan bakteri dan menggoreskannya secara zig- zag pada medium agar miring lalu di tutup. Menginkubasinya selama 24- 72 jam, baru dapat diamati hasilnya. Untuk hasil, kami tidak sempat melihat hasil dari pengisolasian bakteri tersebut berhubung dengan keterbatasan waktu praktikum. Namun setidaknya disini telah dilakukan praktiknya secara langsung oleh para praktikan bagaimana cara mengisolasi bakteri yang baik dan benar. Dari hasil percobaan, diketahui jumlah koloni terbanyak terlihat pada sampel air ledeng sebanyak 29 koloni pada pengenceran 10-5 pada pengambilan kedua. Air ledeng ditemukan mengandung banyak koloni, walaupun telah di tangani melalui IPAM dan telah dinyatakan hilang (pemberian chlor membunuh mikroba) dan menjadi air layak pakai, namun ternyata dalam pendistribusian air ledeng sendiri yang sampai ke konsumen, melewati pipa yang dimungkinkah telah terkontaminasi suatu koloni (pipa tersebut menjadi tempat berkembang biak koloni baru) sehingga terdapatlah mikroba yang cukup banyak. Jumlah koloni terendah terdapat pada air sumur yaitu tidak ditemukan koloni satupun. kemungkinan ini terjadi karena letak sumur yang jauh dari kontaminan. Atau terdapat kandungan sesuatu didalam air sumur (entah itu pengaruh suhu, kedalaman, maupun yang lain) yang membuat kontaminan tidak tercemar. Selain itu juga karena air sumur sendiri, air yang masuk kedalam tanah dan menjadi air sumur melalui penyaringan dari lapisan tanah berpori. Untuk medium PDA sendiri yang menggunakan sampel tanah. Fungi terbanyak berada pada sampel tanah dekat sampah pada pengenceran 10-4 pada pengambilan pertama. Setelah pengamatan 2 x 24 jam, jumlah yang ditemukan 3

koloni, dengan bentuk serat benang-benang dan berwarna putih susu. Ditemukan mikroba dikarenakan sampel yang diambil lokasinya dekat dengan tempat sampah sedangkan kita tahu bahwa tempat sampah merupakan tempat terurainya/ terdekomposisinya mikroba sehingga wajar apabila sampel ditempat ini memiliki jumlah mikroba lebih banyak dibanding tanah yang lain. Sebenarnya tanah kebun kurang lebih juga memiliki jumlah koloni yang sama dengan tanah dekat sampah, jumlah yang ditemukan adalah 2 koloni pada pengenceran 10-4 pengambilan kedua. Tanah kebun biasanya adalah tanah subur dan gembur, mikroba juga mudah berkembang di tanah kebun ini karena biasanya tanah kebun kandungan hara pada tanahnya tinggi. Menunjukkan mikroba didalam tanah berkembang biak. Dilakukan isolasi dan pemurnian mikroba untuk mengetahui sampel yang kita uji mengandung mikroba atau tidak. Isolasi itu sendiri yaitu dengan cara memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Kultur murni sendiri yaitu kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari satu sel tunggal, biakan murni diperlukan untuk menelaah dan mengidentifikasi termasuk penelaahan cirri-ciri kultur, morfologis, fisiologis maupun serologis. Sangat penting dilakukannya sterilisasi sebelum melakukan isolasi memungkinkan agar tidak ada mikroba lain yang tidak diinginkan tumbuh pada isolat dan dapat diperoleh hasil biakan yang murni. Manfaat dari isolasi dan pemurnian mikroba yaitu didapat kultur murni yang selsel mikrobanya berasal dari pembelahan sel tunggal sehingga dapat diketahui satu sampel jenis mikroba yang ingin diketahui.

BAB V PENUTUP

5.1

Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut: 1. Isolasi mikroba sangat memerlukan keadaan steril baik alat maupun lingkungan di sekitar proses pengisolasian untuk mendapatkan kultur murni. 2. Metode isolasi yang digunakan ada 3 macam yaitu dengan pengenceran bertingkat, metode tuang dan isolasi bakteri kultur campuran. 3. Natrium agar merupakan media tumbuh untuk bakteri. PDA media tumbuh fungi (berbentuk serat benang-benang) 4. Diketahui sampel air ledeng lebih banyak mengandung bakteri dibanding air sumur dan air kemasan. Sedangkan tanah dekat sampah lebih banyak mengandung fungi dibanding tanah kebun. 5.2

Saran Dalam melakukan isolasi faktor penting yang perlu dilakukan yaitu selalu

dalam melakukan pengisolasian jangan sampai melakukan kesalahan atau melupakan tahapan yang seharusnya karena dapat mempengaruhi hasil akhir yang didapat.

DAFTAR PUSTAKA

Frobisher, Hinsdill,etc. 1974. Fundamentals of Microbiology. Saunders Company. USA. Hadietomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT Gramedia, Jakarta. Pelczar, Jr et al. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Universitas Indonesia (U I Press), Jakarta. Pradhika, E.I. 2008.MIKRO-BA NGET: Bab 4. Isolasi Mikroorganisme. http://ekmon-saurus.blogspot.com/2008/11/bab-4-isolasimikroorganisme.html? showComment=1250835814547#c348216433596296173 Diakses tanggal 6 Oktober 2009 Pradhika, E.I. 2008.MIKRO-BA NGET: Bab 7. Faktor Lingkungan Yang Berpengaruh Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme. http://ekmon-saurus.blogspot.com/2008/11/bab-7-faktor-lingkunganyang.html Diakses tanggal 6 Oktober 2009 Todar, Kenneth.2000. Culture Media for The Growth of Bacteria. http://lecturer.ukdw.ac.id/dhira/NutritionGrowth/culturemedia.html Di akses tanggal 6 Oktober 2009

Related Documents