PROBLEM BASED LEARNING (PBL) dan PROBLEM SOLVING (PS)
MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas Matakuliah Belajar dan Pembelajaran yang dibina oleh Dr. Sri Endah Indriwati, M.Pd
Oleh Kelompok 13 off A 2013: Amalia Asmarawicitra
(1303416033
)
Mu’asshomah Wardatun N.
(130341614792)
Nabila Gezy Amaringga
(130341603384)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI NOVEMBER 2015
KATA PENGANTAR Syukur alhamdulilah penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Problem Based Learning (PBL) dan
Problem Solving (PS)”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pembuatan makalah ini tidak lepas dari peran serta beberapa pihak yang telah memberikan saran, bimbingan, pengarahan, dan petunjuk serta fasilitas. Oleh karena itu, didalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Sri Endah selaku Dosen Matakuliah Belajar dan Pembelajaranyang telah memberikan pengarahan, bimbingan, serta petunjuk dalam penyelesaian makalah ini. 2. Petugas perpustakaan pusat Universitas Negeri Malang dan Biologi Referensi yang telah menyediakan referensi untuk penulis. 3. Teman-teman dan semua yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini. Penulis menyadari bahwa makalah yang telah penulis buat ini tidak lepas dari kekurangan dan jauh dari sempurna, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharap kritik, saran, dan masukan dari semua pihak demi perbaikan. Semoga apa yang penulis sajikan dapat bermanfaat guna menambah ilmu pengetahuan dan wawasan.
Malang, 10 November 2015
Penulis
3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan guru didalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar dan mengelola kelas. Kegiatan mengajar dimaksudkan secara langsung menggiatkan siswa mencapai tujuan-tujuan seperti menelaah kebutuhan-kebutuhan siswa, menyusun rencana pelajaran, menyajikan bahan pelajaran kepada siswa, mengajukan pertanyaan kepada siswa, menilai kemajuan siswa adalah contoh-contoh kegiatan mengajar. Kegiatan mengelola kelas bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas agar kegiatan mengajar itu dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Memberi ganjaran dengan segera, mengembangkan hubungan yang baik antara guru dan siswa, mengembangkan aturan permainan dalam kegiatan kelompok adalah contoh-contoh kegiatan mengelola kelas. Dalam kenyataan sehari-hari kedua jenis kegiatan itu menyatu dalam kegiatan atau tingkah laku guru sehingga sukar dibedakan. Namun demikian, pembedaan seperti itu sangat perlu, terutama apabila kita ingin menanggulangi secara tepat permasalahan yang berkaitan dengan kelas. Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas.Tugas sekaligus masalah pertama, yakni pengajaran, dimaksudkan segala usaha membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti
1
4
prestasi belajar murid rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. Karena itu, pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting. Usman dalam salah satu bukunya mengemukakan bahwa suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur murid dan sarana pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan metode problem based learning? 2. Apa yang dimaksud dengan metode pemecahan masalah (problem solving) ? 3. Apa perbedaan dari problem based learning dan problem solving? C. Tujuan 1. Mengetahui maksud dari metode problem based learning. 2. Mengetahui maksud dari metode pemecahan masalah (problem solving). 3. Mengetahui perbedaan dari problem based learning dan problem solving.
5
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Metode Problem Based Learning
Berikut adalah beberapa pengertian Problem Based Learning: 1. Menurut Kamdi (2007: 77) Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahaptahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah. 1. Menurut Duch (1995) Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. 2. Menurut Arends (Trianto, 2007), Problem Based Learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, meningkatkan kepercayaan dirinya. 3. Menurut Glazer (2001) Problem Based Learning merupakan suatu strategi pengajaran dimana siswa secara aktif dihadapkan pada masalah yang kompleks dalam situasi yang nyata. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Problem Based Learning merupakan suatu metode pembelajaran yang berpusat pada siswa, dan kurikulumnya disajikan dalam bentuk masalah yang ada (nyata) sehingga siswa mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi yang kemudian akan memecahkan masalah tersebut. 3
6
Berdasarkan pada hal ini, ada tiga prinsip pembelajaran yang berkaitan dengan Problem Based Learning, yaitu: 1. Belajar adalah proses konstruktif Belajar adalah proses konstruktif bukan penerimaan. Pembelajaran tradisional didominasi oleh pandangan bahwa belajar adalah penuangan pengetahuan kekepala siswa. Kepala siswa dipandang sebagai kotak kosong yang siap diisi melalui repetisi dan penerimaan. Jadi pelaksanaan pembelajaran selama ini dianggap sebagai perekaman materi oleh guru saja ke dalam otak siswa. Padahal menurut teori psikologi kognitif modern, memori merupakan struktur asosiatif. Ketika belajar terjadi informasi baru digandengkan pada jaringan informasi yang telah ada. Jalinan semantik tidak hanya menyangkut bagaimana menyimpan informasi, tetapi juga bagaimana informasi itu diinterpretasikan. Dan dalam pembelajaran berbasis masalah, siswa dilatih untuk mengumpulkan konsep-konsep agar tujuan pembelajaran itu dapat terekam. 2. Knowing about knowing (metakognisi) Knowing about knowing mempengaruhi Pembelajaran Prinsip kedua yang sangat penting dalam belajar adalah proses cepat, bila siswa mengajukan keterampilan-keterampilan self monitoring, secara umum mengacu pada metakognisi (Bruer, 1993 dalam Gijselaers, 1996). Keberhasilan pemecahan masalah tidak hanya bergantung pada pemilikan pengetahuan konten (body of knowledge), tetapi juga penggunaan metode pemecahan masalah untuk mencapai tujuan. Secara khusus keterampilan metokognitif meliputi kemampuan memonitor prilaku belajar diri sendiri, yakni menyadari bagaimana suatu masalah dianalisis dan apakah hasil pemecahan masalah masuk akal Ada beberapa karakteristik dalam pembelajaran Problem Based Learning yaitu : a. b.
Belajar dimulai dengan satu masalah Memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa.
7
c.
Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan
d. e.
menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri. Menggunakan kelompok kecil. Menuntut siswa untuk mendemonstrasi-kan yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja. Berdasarkan uraian di atas, tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model
Problem Based Learning dimulai oleh adanya masalah yang dalam hal ini dapat dimunculkan
oleh
siswa
ataupun
guru,
kemudian
siswa
memperdalam
pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memcahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar. Tahap-Tahap Pembelajaran Problem Based Learning Sebagaimana penjelasan di atas bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah ini menuntut peserta didik untuk menghadapi apa yang telah mereka ketahui dan apa yang belum mereka ketahui. Situasi ini mengajak mereka untuk mengajukan pertanyaan, melakukan penelitian, dan menentukan tindakan apa yang akan diambil. Langkah-langkah berikut ini merupakan salah satu model pemecahan masalah. Menurut Lepinski(2005) tahap-tahap pemecahan masalah sebagai berikut ini, yaitu: 1. Penyampaian ide (ideas) Pada tahap ini dilakukan secara curah pendapat (brainstorming). Peserta didik merekam semua daftar masalah (gagasan,ide) yang akan dipecahkan. Mereka kemudian diajak untuk melakukan penelaahan terhadap ide-ide yang dikemukakan atau mengkaji pentingnya relevansi ide berkenaan dengan masalah yang akan dipecahkan (masalah aktual, atau masalah yang relevan dengan kurikulum), dan menentukan validitas masalah untuk melakukan proses kerja melalui masalah.
8
2.
Penyajian fakta yang diketahui (known facts) Pada tahap ini, peserta didik diajak mendata sejumlah fakta pendukung sesuai
dengan masalah yang telah diajukan. Tahap ini membantu mengklarifikasi kesulitan yang diangkat dalam masalah. 3.
Mempelajari masalah (learning issues) Peserta didik diajak menjawab pertanyaan tentang, Apa yang perlu kita
ketahui untuk memecahkanmasalah yang kita hadapi? Setelah melakukan diskusi dan konsultasi, mereka melakukan penelaahan atau penelitian dan mengumpulkan informasi. Seringkali, pada saat para peserta didik menyampaikan masalah-masalah, mereka menemukan cara-cara baru untuk memecahkan masalah. Dengan demikian, hal ini dapat menjadi sebuah proses atau tindakan untuk mengeliminasi ide-ide yang tidak dapat dipecahkan atau sebaliknya ide-ide yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah. 4. Menyusun rencana tindakan, (action plan) Pada tahap ini, peserta didik diajak mengembangkan sebuah rencana tindakan yang didasarkan atas hasil temuan mereka. Rencana tindakan ini berupa sesuatu (rencana) apa yang mereka akan lakukan atau berupa suatu rekomendasi saran-saran untuk memecahkan masalah. 5.
Evaluasi (evaluation). Tahap evaluasi ini terdiri atas tiga hal: a. bagaimana pebelajar dan evaluator menilai produk (hasil akhir) proses b. bagaimana mereka menerapkan tahapan PBM untuk bekerja melalui masalah c. bagaimana pebelajar akan menyampaikan pengetahuan hasil pemecahaan masalah atau sebagai bentuk pertanggung jawaban mereka.Peserta didik menyampaikan hasil-hasil penilaian atau respon-respon mereka dalam berbagai bentuk yang beragam, misalnya: secara lisan atau verbal, laporan tertulis, atau sebagai suatu bentukpenyajian formal lainnya
Kelebihan dan Kelemahan Problem Based Learning
9
Kelebihan dalam penerapan metode Pembelajaran Problem Based Learning antara lain: a.
Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memecahkan masalahmasalah menurut cara-cara atau gaya belajar individu masing-masing. Dengan cara mengetahui gaya belajar masing-masing individu, kita diharapkan dapat membantu
menyesuaikan
dengan
pendekatan
yang
kitapakai
dalam
pembelajaran. b. Pengembangan keterampilan berpikir kritis (critical thinking skills). c. Peserta didik dilatih untuk mengembangkan cara-cara menemukan (discovery), bertanya (questioning), mengungkapkan (articulating), menjelaskan atau mendeskripsikan (describing) mempertimbangkan atau membuat pertimbangan (considering), dan membuat keputusan (decision-making). Dengan demikian, peserta didik menerapkan suatu proses kerja melalui suatu situasi bermasalah, siang mengandung masalah. Kelemahan dalam penerapan metode Pembelajaran Problem Based Learning antara lain: a. Pembelajaran model Problem Based Learning memnbutuhksn waktu yang lama. b. Perlu ditunjang oleh buku yang dapat dijadikan pemahaman dalam kegiatan belajar terutama membuat soal
2.2 Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving) Problem adalah suatu situasi yang tak jelas jalan pemecahannya yang mengkonfrontasikan individu atau kelompok untuk menemukan jawaban dan problem Solving adalah upaya individu atau kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah tersebut (Krulik & Rudnick, 1996). Jadi aktivitas problem solving diawali dengan konfrontasi dan berakhir apabila sebuah jawaban telah diperoleh sesuai dengan kondisi masalah.
10
Menurut (Gagne dalam Mulyasa, 2005:111) jika seorang peserta didik dihadapkan pada suatu masalah, pada akhirmya mereka bukan hanya sekedar memecahkan masalah, tetapi juga belajar sesuatu yang baru. Pemecahan masalah memegang peranan penting baik dalam pelajaran sains maupun
dalam banyak
disiplin ilmu lainnya, terutama agar pembelajaran berjalan dengan fleksibel. (Depdiknas, 2008:33) menyebutkan: metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode - metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Metode ini banyak menimbulkan kegiatan belajar siswa yang lebih optimal. Terdapat 3 ciri utama dari Problem Solving : 1. Problem Solving merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi Problem Solving ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Problem Solving tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui Problem Solving siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. 2. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Problem Solving menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran. 3. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan penedekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu; sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas. Langkah Pembelajaran Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving) Pemecahan masalah dapat dipandang sebagai satu unit dipecahkan bersama, atau masalah dibagi-bagi untuk dikerjakan masing-masing secara individual. Hal ini
11
bergantung kepada kompleks tidaknya masalah yang akan dipecahkan. Langkahlangkah metode problem solving (Depdiknas, 2008:33) yaitu meliputi : 1) Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya. 2) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya dan lain-lain. 3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas. 4) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode - metode lainnya seperti demonstrasi, tugas, diskusi, dan lainlain. 5) Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.
12
Gambar. Skema Problem Solving. Sumber : http://www.basicknowledge101.com Adapun skenario pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) yang dilaksanakan adalah :
Skenario Pembelajaran Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving) No
Kegiatan Pembelajaran
1
Kegiatan Awal
2
Kegiatan Inti
Langkah Pembelajaran Guru melakukan apersepsi. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Pelaksanan
pembelajaran
menggunakanmetode
pemecahan
dengan masalah,
langkah-langkahnya yaitu :
Guru menentukan dan menjelaskan masalah Guru dan siswa menyediakan alat/buku-buku
yang relevan dengan masalah tersebut. Siswa mengadakan identifikasi masalah. Siswa merumuskan jawaban sementara dalam memecahkan masalah tersebut. Siswa mengumpulkan data atau keterangan yang relevan dengan masalah tersebut. Siswa berusaha memecahkan masalah yang dihadapinya dengan data yang ada baik secara
13
individu maupun kelompok. Setelah selesai siswa ditunjuk
untuk
menjelaskan ke depan kelas hasil dari pemecahan masalahnya. 3
Kegiatan Penutup
Sebagai evaluasi metode pemecahan masalah, langkah pembelajarannya adalah :
Siswa
membuat
kesimpulan
pemecahan
masalah. Guru menutup pembelajaran.
Kegunaan-kegunaan metode problem solving tersebut diatas baru dapat dicapai dengan sempurna jika guru mampu menciptakan iklim yang kondusif untuk terselenggaranya penggunaan metode problem solving tersebut. Jarolimek dalam (Djahiri,1985:132) memberikan rambu-rambu untuk menciptakan iklim yang kondusif tersebut. Ada yang bersifat individual maupun kelompok. Tuntutan yang bersifat individual diantaranya adalah : a) Berikan kesempatan kepada siswa anda untuk merumuskan sesuatu dalam bahasa dan pikirannya sendiri b) Berikan kesempatan kepada mereka mencari jalannya sendiri dalam menempuh pemecahan yang telah disepakati bersama/oleh yang bersangkutan. c) Berikan hal mengumukakan sesuatu dalam berbagai cara serta hak berbuat untuk melakukan kesalahan, dan kesalahan ini hendaknya dapat dimanfaatkan sebagai pengalaman ke arah mencari perbaikan. d) Binalah situasi kelas/kelompok yang memungkinkan siswa mengemukakan pendapat/jawaban sendiri. e) Sediakan waktu, peralatan serta pertolongan secukupnya (secara wajar) f) Doronglah agar siswa mengemukakan pendapat, hipotesis, pemecahan dan kesimpulannya sendiri dalam berbagai varisasi dan alternatif. g) Berikan kesempatan kepada siswa mengembangkan cara pola kerja sendiri. Sedangkan tuntutan yang bersifat kelompok/kelas yang dapat menciptakan iklim problem solving antara lain:
14
a) Kelas diarahkan kepada pokok permasalahan yang telah jelas rumusannya, patokan/cara, serta arah tujuan b) Agar dipahami bahwa inkuiri/problem
solving
adalah
pengembangan
kemampuan membuat perkiraan serta proses berpikir. Peranan dan kemampuan mengembangkan pertanyaan (teknik bertanya) dari guru akan sangat menentukan keberhasilan inkuiri. c) Hendaknya diberikan kekuasaan kepada siswa untuk mengemukakan berbagai kemungkinan (alternatif) dalam bertanya atau menjawab. d) Bahwa cara menjawab dapat diutarakan dengan berbagai cara sepanjang, hal ini mengenai permasalahan yang sedang diinkuiri/problem solving. e) Bahwa pada umumnya inkuiri/problem solving adalah mengenai nilai-nilai atau sikap, maka hargailah sistem kepercayaan/nilai dan sikap siswa-siswa anda. f) Guru hendaknya menjaga diri untuk tidak menjawab sendiri pertanyaanpertanyaan. g) Usahakan selalu jawaban bersifat merata dan kooperatif (dapat diperbandingkan dengan yang lainnya) Dengan terciptanya iklim pembelajaran yang interaktif dan edukatif maka penerapan metode problem solving dalam pembelajaran dapat terlaksana dengan baik untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kelebihan dan kekurangan metode problem solving Tidak ada satupun metode yang sempurna diterapkan untuk semua mata pelajaran.
Penggunaan
metode
harus
disesuaikan
dengan
kondisi
yang
mempengaruhi metode. Oleh karena itu masing-masing metode pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Metode pemecahan masalah (problem solving) menurut (Djamarah dan Aswan Zain, 2010) ini pun memiliki beberapa kelebihan diantaranya yaitu: Kelebihan metode problem solving a) Metode ini dapat membuat pendidikan disekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan. b) Dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.
15
c) Merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajar siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dan mencari pemecahan masalah. d) Dapat mendorong siswa untuk berfikir secara kritis dalam menghadapi atau menganalisis sebuah masalah. Kekurangan metode problem solving a) Menentukan suatu masalah yang tingkat kualitasnya sesuai sengan tingkat berfikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalamanya yang telah memiliki siswa sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru. b) Memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain. c) Mengubah kebiasaan siawa belajar dengan mendengar dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalahan, kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa. 2.3 Perbedaan antara Problem Based Learning dan Problem Solving
16
17
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Problem Based Learning merupakan suatu metode pembelajaran yang berpusat pada siswa, dan kurikulumnya disajikan dalam bentuk masalah yang ada (nyata) sehingga siswa mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi yang kemudian akan memecahkan masalah tersebut. Metode problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainya dimulai dengan mencari data sampai menarik kesimpulan. Perbedaan antara problem based learning dan problem solving adalah pada PBL berawal dari suatu masalah sedangkan pada metode problem solving berawal adari suatu informasi kemudian baru disusun rumusan masalahnya.
3.2 Saran Semoga apa yang penulis sampaikan dapat bermanfaat untuk mempelajari lebih dalam tentang masalah metode khusus pembelajaran biologi (pemecahan masalah). Apabila ada kurangnya dalam penulisan atau dalam penyampaian materi, penulis memohon maaf dan memohon untuk berkenan dalam menyampaikan kesalahan penulis.
15
18
DAFTAR RUJUKAN Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA, Dirjen Mandikdasmen, Depdiknas. Djahiri, Kosasih. 1985. Stategi Pengajaran Aktif Nilai Moral VCT Dan Games Dalam VCT. Bandung : Jurusan PMPKn FPIPS IKIP Bandung. Djamarah,Syaiful B. dan Aswan Zain, dkk. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Renika Cipta. Krulik, S., & Rudnick, J. A. 1996. The new sourcebook for teacing reasoning and problem solving in Junior and Senior High School. Boston: Allyn and Bacon Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung:Rosda. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Media Prenada
16