BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Sebelum Belanda menjajah Indonesia, pribumi tidak mengenal apa itu Perawat , apalagi mengenyam pendidikan di sekolah Perawat, seperti sekarang ini. Masa itu, yang di ketahui hanya, bagaimana cara merawat orang sakit dengan segala keterbatasan. 'Orang pintar' merawat dan mengobati mengandalkan naluri, yang dikenal dengan " mother insting" ( naluri keibuan). Setelah Belanda menguasai nusantara, sekitar tahun 1819, di Jakarta didirikan beberapa rumah sakit, salah satu diantaranya adalah Rumah Sakit Stadverband , sekarang bernama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Selain RSCM, berdiri beberapa rumah sakit swasta, seperti Rumah sakit PGI Cikini, Rumah Sakit St. Carolus Salemba, Rumah Sakit St. Boromeus Bandung dan Rumah Sakit Elisabeth Semarang. Karena adanya Rumah Sakit tersebut, maka didirikan pula sekolah perawat. Tahun 1906, Rumah Sakit PGI Cikini menyelenggarakan pendidikan juru rawat, kemudian tahun 1912, RSCM ikut menyelenggarakan pendidikan juru rawat. Jadi, pertama kali sekolah perawat berdiri di Indonesia, bukan di sumatera, bukan di Surabaya, bukan juga di Sulawesi. Tapi sekolah Perawat pertama kali berdiri di Jakarta, di Rumah Sakit PGI Cikini. Tahun 1906 sekolah Perawat baru sebatas pendidikan okupasional. Tahun tersebut merupakan pondasi bersejarah lahirnya cikal bakal. Seperti sekarang ini, menjamurnya pendidikan Akademi Perawat, dan Fakultas Ilmu Keperawatan. Dari Juru Rawat menjelma menjadi Sekolah Perawat Kesehatan, Akademi Keperawatan dan Pendidikan Tinggi Keperawatan lainnya, tersebar di berbagai propinsi di Indonesia, hingga melahirkan berbagai kriteria perawat profesional. Dan, Perawat juga memiliki keahlian sesuai peminatan dan bidangnya. Bahkan program pendidikan tinggi Perawat di Indonesia mencapai strata 3, doktoral , yang di selenggarakan di Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimanakah definisi keperawatan? 2. Bagaimanakah Falsafah keperawatan? 3. Bagaimana sejarah perkembangan keperawatan dunia? 4. Bagaimana sejaran perkembangan keperawatan di Indonesia? 5. Bagaimana paradigma keperawatan? 6. Apa yang di maksud Keperawatan Okupasional? 1
C. TUJUAN PENULISAN Tujuan di susunnya makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah konsep dasar keperawatan juga agar mahasiswa mengetahui sejarah perkembangan profesionalisme keperawatan okupasional.
D. MANFAAT PENULISAN Memberikan informasi kepada pembaca terutama mahasiswa tentang perkembangan profesionalisme keperawatan okupasional.
2
BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Keperawatan Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan (UU Kesehatan No. 23, 1992). Menurut Effendy (1995), perawatan adalah pelayanan essensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga dan masyarakat. Pelayanan yang diberikan adalah upaya mencapai derajat kesehatan semaksimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimiliki dalam menjalankan kegiatan di bidang promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan. Merawat mempunyai suatu posisi sentral. Merawat merupakan suatu kegiatan dalam ruang lingkup yang luas yang dapat menyangkut diri kita sendiri, menyangkut sesuatu yang lain dan menyangkut lingkungan. Jika kita merawat sesuatu, kita menginginkan hasil yang dicapai akan memuaskan. Jadi kita akan selalu berusaha untuk mencapai sesuatu keseimbangan antara keinginan kita dan hasil yang akan diperoleh.
B. Falsafah Keperawatan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan. Falsafah Keperawatan: kenyakinan perawat terhadap nilai-nilai keperawatan yang menjadi pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan. Keyakinan Yang Harus Dimiliki Perawat:
Manusia adalah individu yang unik holistik Meningkatkan derajat kesehatan yang optimal Kolaborasi dengan tim kesehatan dan pasien/keluarga. Proses keperawatan Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat Pendidikan keperawatan harus dilaksanakan terus-menerus
3
C. Sejarah Perkembangan Keperawatan Dunia Merawat orang sama tuanya dengan keberadaan umat manusia. Oleh karena itu perkembangan keperawatan, termasuk yang kita ketahui saat ini, tidak dapat dipisahkan dan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan peradaban manusia. Kepercayaan terhadap animisme, penyebaran agama-agama besar dunia serta kondisi sosial ekonomi masyarakat. 1. Perkembangan Keperawatan Masa Sebelum Masehi Pada masa sebelum masehi perawatan belum begitu berkembang, disebabkan masyarakat lebih mempercayai dukun untuk mengobati dan merawat penyakit. Dukun dianggap lebih mampu untuk mencari, mengetahui, dan mengatasi roh yang masuk ke tubuh orang sakit. Demikian juga di Mesir yang bangsanya masih menyembah Dewa Iris agar dapat disembuhkan dari penyakit. Sementara itu bangsa Cina menganggap penyakit disebabkan oleh setan atau makhluk halus dan akan bertambah parah jika orang lain menyentuh orang sakit tersebut. 2. Perkembangan Keperawatan Masa Setelah Masehi Kemajuan pradaban manusia dimulai ketika manusia mengenal agama. Penyebaran agama sangat mempengaruhi perkembangan peradaban manusia, sehingga berdampak positif terhadap perkembangan keperawatan. a.Perkembangan Kperawatan Masa Penyebaran kristen Pada permulaan Masehi, Agama Kristen mulai berkembang. Pada masa itu, keperawatan mengalami kemajuan yang berarti, seiring dengan kepesatan perkembangan Agama Kristen. Ini dapat di lihat pada masa pemerintahan Lord Constantine, yang mendirikan Xenodhoeum atau hospes (latin), yaitu tempat penampungan orang yang membutuhkan pertolongan terutama bagi orang-orang sakit yang memerlukan pertolongan dan perawatan. b.Perkembangan Keperawatan Masa Penyebaran Islam Pada pertengahan Abad VI Masehi, Agama Islam mulai berkembang. Pengaruh Agama Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak terlepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyebarkan Agama Islam. Memasuki Abad VII Masehi Agama Islam tersebar ke berbagai pelosok Negara. Pada masa itu di Jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti: ilmu pasti, ilmu kimia, hygiene dan obat-obatan. Prinsip-prinsip dasar perawatan kesehatan seperti pentingnya menjaga kebersihan makanan, air dan lingkungan berkembang secara pesat. Tokoh keperawatan yang terkenal dari dunia Arab pada masa tersebut adalah “Rafida”. c.Perkembangan Keperawatan Masa Kekuasaan Pada permulaan Abad XVI, struktur dan orientasi masyarakat mengalami perubahan, dari orientasi kepada agama berubah menjadi orientasi kepada kekuasaan, yaitu: perang, 4
eksplorasi kekayaan alam serta semangat kolonialisme. Pada masa itu telah terjadi kemunduran terhadap perkembangan keperawatan, dimana gereja dan tempat-tempat ibadah ditutup, sehingga tenaga perawat sangat jauh berkurang. Untuk memenuhi kekurangan tenaga tersebut maka digunakanlah bekas wanita jalanan (WTS) yang telah bertobat sebagai, sehingga derajat seorang perawat turun sangat drastis dipandangan masyarakat saat itu. 3. Perkembangan Keperawatan Di Inggris Perkembangan keperawatan di Inggris sangat penting untuk kita pahami, karena Inggris melalui Florence Nightingle telah membuka jalan bagi kemajuan dan perkembangan keperawatan yang kemudian diikuti oleh negara-negara lain. Florence Nightingle, lahir dari keluarga kaya dan terhormat pada tahun 1820 di Flronce (Italia). Setahun setelah kelahirannya, keluarga Florence kembali ke Inggris. Di Inggris Florence mendapatkan pendidikan sekolah yang baik sehingga ia mampu menguasai bahasa Perancis, Jerman, dan Italia. Pada usia 31 tahun Florence mengikuti kursus pendidikan perawat di Keiserwerth (Italia) dan Liefdezuster di Paris, dan setelah pendidikan ia kembali ke Inggris. Pada saat Perang Krim (Crimean War) terjadi di Turki tahun 1854, Florence bersama 38 suster lainnya di kirim ke Turki. Berkat usaha Florence dan teman-teman, telah terjadi perubahan pada bidang hygiene dan keperawatan dengan indikator angka kematian turun sampai 2%. Kontribusi Florence Nightingle bagi perkembangan keperawatan adalah menegaskan bahwa nutrisi merupakan satu bagian penting dari asuhan keperawatan, meyakinkan bahwa okupasional dan rekreasi merupakan suatu terapi bagi orang sakit, mengidentifikasi kebutuhan personal klien dan peran perawat untuk memenuhinya, menetapkan standar manajemen rumah sakit, mengembangkan suatu standar okupasi bagi klien wanita, mengembangkan pendidikan keperawatan, menetapkan 2 (dua) komponen keperawatan, yaitu: kesehatan dan penyakit. Meyakinkan bahwa keperawatan berdiri sendiri dan berbeda dan berbeda dengan profesi kedokteran dan menekankan kebutuhan pendidikan berlanjut bagi perawat.
D. Sejarah Perkembangan Keperawatan di Indonesia 1. Sejarah Perkembangan Keperawatan Sebelum Kemerdekaan Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut “velpleger” dengan dibantu “zieken oppaser” sebagai penjaga orang sakit. Mereka bekerja pada rumah sakit Binnen Hospital di Jakarta yang didirikan tahun 1799. Pada masa VOC berkuasa, Gubernur Jendral Inggris Raffles (1812-1816), telah memiliki semboyan “Kesehatan adalah milik manusia” Pada saat itu Raffles telah melakukan 5
pencacaran umum, membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa serta memperhatikan kesehatan dan perawatan tahanan. Setelah pemerintah kolonial kembali ke tangan Belanda, di Jakarta pada tahun 1819 didirikan beberapa rumah sakit. Salah satunya adalah rumah sakit Sadsverband yang berlokasi di Glodok-Jakarta Barat. Pada tahun 1919 rumah sakat tersebut dipindahkan ke Salemba dan sekarang dengan nama RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Dalam kurun waktu 1816-1942 telah berdiri beberapa rumah sakit swasta milik misionaris katolik dan zending protestan seperti: RS. Persatuan Gereja Indonesia (PGI) Cikini-Jakarta Pusat, RS. St. Carolos Salemba-Jakarta Pusat. RS. St Bromeus di Bandung dan RS. Elizabeth di Semarang. Bahkan pada tahun 1906 di RS. PGI dan tahun 1912 di RSCM telah menyelenggarakan pendidikan juru rawat. Namun kedatangan Jepang (1942-1945) menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami kemunduran. 2. Sejarah Perkembangan Keperawatan Setelah kemerdekaan a.Periode 1945 -1962 Tahun 1945 s/d 1950 merupakan masa transisi pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perkembangan keperawatan pun masih jalan di tempat. Ini dapat dilihat dari pengembanagan tenaga keperawatan yang masih menggunakan system pendidikan yang telah ada, yaitu perawat lulusan pendidikan Belanda (MULO + 3 tahun pendidikan), untuk ijazah A (perawat umum) dan ijazah B untuk perawat jiwa. Terdapat pula pendidikan perawat dengan dasar (SR + 4 tahun pendidikan) yang lulusannya disebut mantri juru rawat. Baru kemudian tahun 1953 dibuka sekolah pengatur rawat dengan tujuan menghasilkan tenaga perawat yang lebih berkualitas. Pada tahun 1955, dibuka Sekolah Djuru Kesehatan (SDK) dengan pendidikan SR ditambah pendidikan satu tahun dan sekolah pengamat kesehatan sebagai pengembangan SDK, ditambah pendidikan lagi selama satu tahun. Pada tahun 1962 telah dibuka Akademi Keperawatan dengan pendidikan dasar umum SMA yang bertempat di Jakarta, di RS. Cipto Mangunkusumo. Sekarang dikenal dengan nama Akper Depkes di Jl. Kimia No. 17 Jakarta Pusat. Walupun sudah ada pendidikan tinggi namun pola pengembangan pendidikan keperawatan belum tampak, ini ditinjau dari kelembagaan organisasi di rumah sakit. Kemudian juga ditinjau dari masih berorientasinya perawat pada keterampilan tindakan dan belum dikenalkannya konsep kurikulum keperawatan. Konsep-konsep perkembangan keperawatan belum jelas, dan bentuk kegiatan keperawatan masih berorientasi pada keterampilan prosedural yang lebih dikemas dengan perpanjangan dari pelayanan medis. b.Periode 1963-1983
6
Periode ini masih belum banyak perkembangan dalam bidang keperawatan. Pada tahun 1972 tepatnya tanggal 17 April lahirlah organisasi profesi dengan nama Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) di Jakarta. Ini merupakan suatau langkah maju dalam perkembangan keperawatan. Namun baru mulai tahun 1983 organisasi profesi ini terlibat penuh dalam pembenahan keperawatan melalui kerjasama dengan CHS, Depkes dan organisasi lainnya. c.Periode 1984 Sampai Dengan Sekarang Pada tahun 1985, resmi dibukanya pendidikan S1 keperawatan dengan nama Progran Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesi di Jakarta. Sejak saat itulah PSIK-UI telah menghasilkan tenaga keperawatan tingkat sarjana sehingga pada tahun 1992 dikeluarkannya UU No. 23 tentang kesehatan yang mengakui tenaga keperawatan sebagai profesi. Pada tahun 1996 dibukanya PSIK di Universitas Padjajaran Bandung. Pada tahun 1997 PSIK-UI berubah statusnya menjadi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI), dan untuk meningkatkan kualitas lulusan, pada tahun 1998 kurikulum pendidikan Ners disyahkan dan digunakan. Selanjutnya juga pada tahun 1999 kurikulum D-III keperawatan mulai dibenahi dan mulai digunakan pada tahun 2000 sampai dengan sekarang.
E. Paradigma Keperawatan Paradigma keperawatan : Merupakan suatu pandangan global yang dianut oleh perawat yang mengatur hubungan di antara teori guna mengembangkan model konseptual dan teori-teori keperawatan sebagai kerangka kerja keperawatan. Unsur paradigma keperawatan 1.Keperawatan
Memberikan layanan kesehatan Memberikan bantuan yang paripurna dan efektif kepada klien Membantu klien (dari level individu hingga masyarakat) Melaksanakan intervensi keperawatan : *Promotif *Preventif *Kuratif *Rehabilitatif
7
2. Manusia
Manusia sebagai makhluk unik Mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda Manusia sebagai sistem adaptif/terbuka memerlukan berbagai masukan dari subsistem dan suprasistem . 1. Manusia sebagai makluh holistik 2. Manusia sebagai makhluk bio 3. Manusia sebagai makhluk psiko 4. Manusia sebagai makhluk sosial 5. Makhluk sebagai makhluk spiritual
3. Kebutuhan Manusia
Kebutuhan aktualisasi diri Kebutuhan harga diri Kebutuhan cinta dan dicintai Kebutuhan keselamatan dan keamanan Kebutuhan fisiologis
4. Sehat-Sakit
Sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik fisik, mental, dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan (WHO) Sehat adalah kemampuan optimal individu untuk menjalankan peran dan tugasnya secara efektif (parson) Sehat adalah keadaan sejahtera tubuh, jiwa, sosial, yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Undang – Undang Kesehatan RI No.23 Tahun 1992)
5. Sakit
Sakit adalah ketidak seimbangan fungsi normal tubuh manusia, termasuk jumlah sistem biologis dan kondisi kondisi penyesuaian ( parson). Sakit adalah adanya gejala, persepsi tentang keadan sakit yang dirasakan, dan kemampuan beraktivitas sehari-hari yang menurun (Bauman). Sakit adalah suatu keadaan tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan pada aktivitas jasmani maupun sosial (perkins).
8
F. Okupasional dalam Keperawatan 1. Pengertian kelompok okupasional Kelompok okupasional adalah kelompok yang terdiri atas orangorang yang melakukan pekerjaan sejenis. Kelompok okupasional biasa terdapat pada masyarakat heterogen. Pada masyarakat ini berkembang sistem pembagian kerja yang semakin didasarkan pada pengkhususan atau spesialisasi. Warga masyarakat melakukan pekerjaan sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing. Melalui keahliannya, mereka membantu masyarakat untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu. Oleh karena itu, muncul kelompok-kelompok profesi yang terdiri atas kalangan profesional yang seolah-olah mempunyai monopoli terhadap bidang ilmu dan teknologi tertentu. 2. Dinamika Kelompok dalam Keperawatan Kelompok merupakan kumpulan individu yang saling berinteraksi dan mempunyai tujuan bersama. Dinamika kelompok berasal dari kata dinamika yang memiliki arti tingkah laku warga yang dapat mempengaruhi tingkah laku warga lainnya sehingga terjadi hubungan timbal balik. Dinamika kelompok merupakan kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama. Dinamika kelompok merupakan kebutuhan bagi setiap individu yang hidup dalam satu kelompok yang saling berinteraksi membutuhkan satu dengan lainnya. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan dinamika kelompok dapat berfungsi sebagai berikut : a. Antara individu satu dengan yang lain akan terjadi kerja sama saling membutuhkan, mangingat setiap individu tidak mungkin dapat hidup secara sendiri di dalam masyarakat atau di mana ia bertempat tinggal, karena mereka akan saling membutuhkan orang lain dalam menyelesaikan persoalan hidup. b. Melalui dinamika kelompok individu akan lebih memudahkan segala pekerjaan karena pekerjaan tidak dapat dilakukan tanpa bantuan orang lain, hingga dengan berdinamika kelompok orang akan mengetahui kelemahan dalam bekerja c. Dengan dinamika kelompok segala pekerjaan yang membutuhkan pemechan masalah dapat teratasi, dan mengurangi beban pekerjaan yang selalu besar sehingga waktu untuk menyelesaikan pekerjaan dapat diatur secara tepat, efektif, dan efisien, karena pekerjaan besar dapat dibagi-bagi sesuai dengan bagian kelom masing-masing. d. Akan lebih meningkatkan masyarakat yag demokratis karen individu satu dengan yang lain dapat memberikan masukan atau berinteraksi dengan lainnya dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat. Kelompok social merupakan kesatuan social yang terdiri dari dua atau lebih individu yang mengadakan interaksi social agar dapat terjadi pembagian tugas, struktur dan norma yang ada. Berdasarkan pengaertian tersebut, maka kelompok social dapat dibagi menjadi kelompok primer, delompok sekunder, kelompok formal dan informal. 9
Kelompok primer Merupakan kelompok social di mana terjadinya interaksi sosial yang anggotanya saling mengenal dekat dan hubungannya erat sekali dalam kehidupan, seperti keluarga, rukun, tetangga atau kelompok kawan sepermainan, kelompok agama dan lain-lain. Kelompok sekunder Kelompok sekunder ini terjadi apabila interaksi sosial dalam hubungannya dilakukan secara tidak langsung, berjauhan dan sifatnya kurang kekeluargaan. Hubungannya biasanya kurang objektif. Kelompok formal dan informal Pada kelompok formal ditandai dengan adanya peraturan atau anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, sedangkan kelompok informal tidak didukung oleh peraturan atau anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang ada. Pada kelompok ini terjadi pembagian tugas yang jelas. Sifat dari kelompok informal hanya berdasarkan kekeluargaan dengan perasaan simpati. Suatu kelompok apabila disebut kelompok social, maka harus memiliki ciri seperti: 1. Terdapat dorongan atau motifasi yang sama antar individu satu dengan yang lain, dapat menyebabkan terjadinya interaksi dalam mencapai tujuan yang sama. 2. Terdapat akibat-akibat interaksi yang belainan terhadap individu satu dengan yang lain berdasarkan rasa dan kecakapan yang berbeda-beda antara individu yang terlibat didalamnya 3. Adanya penugasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan-peranan dan kedudukan masing-masing. 4. Adanya peneuhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan yang ada. Proses pembentukan kelompok dapat diawali dengan adanya perasaan atau persepsi yang sama dalam memenuhi kebutuhan. Setelah memiliki perasaan yang sama akan timbul motivasi dalam memenuhinya, kemudian menentukan tujuan yang sama dan akhirnya terjadi interaksi sehingga terwujudnya sebuah kelompok. Proses pembentukan kelompok sangat dibutuhkan dalam metode belajar diskusi yang melibatkan beberapa orang menjadi satu kelompok sehingga akan menjadi sebuah tim. Dengan demikian langkah sebuah proses pembentukan tim diawali dengan pembentukan kelompok, kemudian dalam proses selanjutnya didasarkan adanya hal-hal sebagai berikut: Persepsi : pembagian kelompok yang didasarkan atas tingkat kemampuan intelegensi dapat dilihat dari tingkat pencapaian intektual, atau ada memiliki kemampuan bahasa yang lebih baik. Dengan demikian setiap kelompok mempunyai kekuatan yang berimbang serta diharapkan anggota yang memiliki kelebihan tersebut mampu menginduksi anggota lainnya.
10
Motivasi : pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi setiap anggota kelompok untuk berkompetisi secara sehat, dalam mencapai tujuan kelompok secara khusu dan umum, semangat berkompetisi nantinya diharapkan menghasilkan hasil diskusi yang bermutu, maka kompetisi sehat antar anggota kelompok internal akan berjalan, agar bisa memotivasi diri untuk maju. Tujuan : untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas kelompok atau individu dengan menggunakan metode diskusi atau menyelesaikan masalah yang sifatnya umum, dan sudah tentu setiap anggota dalam suatu kelompok memiliki tujuan yang sama dengan tujuan anggota kelompok. Organisasi : dapat dilakukan untuk mempermudah koordinasi, mempermudah proses serta menetapkan koordinasi kegiatan kelompok Independensi : kebebasan dalam dinamika kelompok tetap mendaji hal yang sangat penting. Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan setiap kelompok untuk menyampaikan ide, pendapat, serta ekspresi selama kegiatan, namun kebebasan tersebut tetap berbeda pada tatanan aturan yang disepakati kelompok sehingga tidak mangganggu proses dinamika kelompok. Interaksi : hubungan timbal balik antara kelompok ataupun antara sesame anggota kelompok merupakan syarat utama yang diterapkan dalam dinamika kelompok, karena aka nada proses memberi dan menerima ilmu pengetahuan dari suatu anggota kepada anggota yang lain. Setiap anggota profesi mempunyai ciri-ciri yang berbeda di antara anggota seperti :
Adanya kelompok anggota psikologis di mana secara pdikologis mempunyai minat untuk berpartisipasi dalam kelompok norma Kelompok anggota marginal artinya kelompok menerima baik keanggotaannya tetapi bersikap menjauh atau tidak ingin terlalu kelompok menerima baik keanggotaannya tetapi bersikap menjauh atau tidak ingin terlalu terlibat dalam kelompoknya Anggota pemberontak artinya orang yang telah diterima kelompok bersikap menentang dan tidak bersedia mengikuti norma kelas. Kondisi demikian akan terjadi dalam setiap kelompok dan tak terkecuali kelompok profesi perawatan
pentingnya dinamika kelompok dalam Keperawatan
Profesi perawat merupakan bagian dari profesi kesehatan yg anggotanya terdiri dari perawat dimana terjadi satu ikatan profesi yg mempunyai tujuan untuk kepentingan yg sama dalam bidang keperawatan . Profesi perawat terbentuk dari adanya suatu kelompok-kelompok perawat yg mempunyai tradisi, norma, prosedur dan terjadi aktifitas yg sama dalam menjalankan tugas sebagaimana seorang perawat. Terbentuknya kelompok karena adanya partisipasi dari anggota yang mempunyai motivasi dan tujuan dari masing-masing anggota. Setiap anggota saling tergantung satu dg yang lain karena saling memerlukan bantuan. 11
BAB III PENUTUP
A. Simpulan Profesi keperawatan merupakan bagian dari profesi kesehatan yang anggotanyanya terdiri dari perawat di mana terjadinya satu ikatan profesi yang mempunyai tujuan untuk kepentingan yang sama dalam bidang keperawatan. Profesi keperawatan terbentuk dari adanya suatu kelompok-kelompok perawat yang mempunyai tradisi, norma, prosedur dan terjadi aktivitas yang sama dalam menjalankan tugas sebagaimana seorang perawat. Terbentuknya kelompok karena adanya partisipasi dari anggota yang mempunyai motivasi dan tujuan dari masing-masing anggota. Setiap anggota saling tergantung satu sama lain karena saling memerlukan bantuan.
B. Saran 1. Dalam menjalankan tugas sebagai perawat di perlukan kerjasama didalam sebuah tim kerja agar mempermudah dalam menjalankan tugas demi memberikan pelayanan kepada pasien. 2. Dalam menjalankan tugas diperlukan sikap peduli kepada sesama perawat, yaitu saling membantu dalam melakukan pelayanan kepada pasien. 3. Diperlukannya pembagian tugas dalam kerja sama agar memudahkan dalam menjalankan tugas sebagai seorang perawat.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://beequinn.wordpress.com/nursing/kdk-konsep-dasar-keperawatan/falsafah-danparadigma-keperawatan-perkembangan-ilmu-keperawatan/ https://medianers.blogspot.co.id/2015/09/-sekolah-perawat.html?m=1 https://syehaceh.wordpress.com/2010/03/09/sejarah-perkembangan-keperawatan/ https://wikapurwina.wordprees.com/2015/10/06/dinamika-kelompok-dalam-keperawatan/
13