Isi.docx

  • Uploaded by: ferdian
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Isi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 10,256
  • Pages: 69
BAB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG Air merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, dari itu penggunaan dari air sendiri sangatlah banyak, dan penggunaannya akan semakin meningkat ketika pada suatu daerah tersebut mengalami peningkatan penduduk. Sumber air sendiri berasal dari sungai ataupun berasal dari air bawah permukaan hampir setengah dari populasi dunia masih menggunakan sumber airtanah sebagai sumber air minum dan untuk keperluan lainnya (Brindha dkk., 2015). Ketersediaan sumber air tersebut diketahui berada di bawah permukaan tanah dengan kedalaman tertentu melewati pori-pori tanah atau batuan mulai terisi air dan tersimpan pada lajur jenuh yang disebut dengan airtanah (Fetter, 1980). Hidrologi adalah hydrologia adalah ilmu yang mempelajari tentang air cabang dari ilmu Geografi Ilmu yang mempelajari mengenai pergerakan, persebaran, dan kualitas air permukaan di Bumi. Hidrogeologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai batuan dan

hidrologi adalah ilmu yang

mempelajari mengenai air. Geohidrologi adalah cabang ilmu hidrologi yang mempelajari keberadaan persebaran, pergerakan serta sifat fisik dan kimia air di bawah permukaan tanah. Selain geohidrologi cabang hidrologi. Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari air dalam segala bentuknya (cairan, gas dan padat) dan diatas permukaan tanah termasuk didalamnya adalah penyebaran daur

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 1 | P a g e

dan perilakunya, sifat-sifat fisika dan kimianya, serta hubungannya dengan unsur-unsur hidup dalam air itu sendiri. Ada beberapa pengertian hidrologi, hidrologi juga berarti cabang ilmu Geografi yang mempelajari pergerakan, distribusi, dan kualitas air di seluruh bumi, termasuk siklus hidrologi dan sumber daya air. Orang yang ahli dalam bidang hidrologi disebut hidrolog, bekerja dalam bidang ilmu bumi dan ilmu lingkungan, serta teknik sipil dan teknik lingkungan. Hidrologi merupakan suatu ilmu yang mengkaji tentang kehadiran dan gerakan air di alam. Studi hidrologi meliputi berbagai bentuk air serta menyangkut perubahan-perubahannya, antara lain dalam keadaan cair, padat, gas, dalam atmosfer, di atas dan di bawah permukaan tanah (air tanah), distribusinya, penyebarannya, gerakannya dan lain sebagainya, temasuk di dalamnya mengkaji asal usul air tanah.

B.

MAKSUD DAN TUJUAN a)

Maksud Maksud dari proses belajar mengajar hingga pembuatan laporan ini untuk dapat mengetahui kondisi air yang ada bawah permukaan dengan beberapa metode yang telah dilakukan.

b)

Tujuan Tujuan dari praktikum hingga pembuatan laporan ini adalah :  Agar praktikan dapat menginterpretasikan kualitas air tanah  Agar praktikan mengetahui metode analisis trilinier piper  Agar praktikan mampu menguji pemompaan akuifer tertekan

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 2 | P a g e

 Agar praktikan mampu menguji pemompaan akuifer bocor  Agar praktikan mampu melakukan pemetaaan hidrogeologi  Agar praktikan mampu melakukan pengukuran debit  Agar praktikan mampu membuat dan menginterpretasikan peta pola aliran airtanah  Agar praktikan mampu membaca dan menggambarkan desain kontruksi sumur

C.

METODE Metode yang digunakan selama kegiatan praktikum hingga pembuatan laporan resmi ini adalah : 

Persiapan, meliputi ; Pembelajaran dikelas, membaca data sekunder dan klasifikasi



Fieldtrip, meliputi ; Pengambilan data lapangan yang dilakukan dengan dibagikan kelompok



Finishing, meliputi ; Olah data dan pembuatan laporan resmi yang digunakan sebagai syarat masuknya responsi praktikum Hidrigeologi

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 3 | P a g e

BAB II DASAR TEORI A.

KUALITAS AIR TANAH Penentuan kualitas airtanah penting terkait keperluan penyediaan air layak konsumsi, penyediaan air irigasi maupun keperluan industri. Kualitas airtanah, salah satunya dapat ditentukan berdasarkan sifat kimia yang terkandung dalam airtanah yang terdiri atas Kesadahan, Jumlah Garam Terlarut (Total Dissolved Solids—TDS), Daya Hantar Listrik—DHL (Electric Conductance—EC), Keasaman—Ph, dan Kandungan Ion. Pada praktikum ini, akan dilakukan penentuan kualitas airtanah berdasarkan interpretasi sifat kimia, terutama berdasarkan kandungan ionnya. Airtanah, umumnya memiliki kandungan ion kation: Na+, K+, Ca2+, Mg2+, Fe2+, Mn2+ dan ion anion: Cl-, HCO3-, SO42-, NO3-, serta SiO2. Menurut Zaporozec (1972, dalam Suharyadi, 1984), metode interpretasi kimia airtanah terdiri atas: 1) Metode Klasifikasi; Digunakan dalam menentukan dasar penciri komposisi kimia air-tanah pada suatu daerah. Selain itu, digunakan dalam membedakan tipe/klas airtanah dan menentukan tipe/klas airtanah dominan. Metode Klasifikasi Kurlov (1982) merupakan metode klasifikasi yang umum digunakan, dikarenakan sangat praktis dan cepat dalam menentukan klas airtanah suatu daerah. Metode ini diterapkan dalam menentukan tipe atau klas airtanah, terutama berdasarkan kandungan ion kation utama: Na+, K+,

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 4 | P a g e

Ca2+, Mg2+ dan ion anion utama: Cl-, HCO3-, SO42-, NO3-. Metode Klasifikasi Kurlov dapat diterapkan apabila jumlah konsentrasi ion kation (satuan epj) sama dengan jumlah konsentrasi ion anion (satuan epj) atau selisih jumlah konsentrasi < 5 %. Penentuan tipe/klas air dilakukan berdasarkan nilai konsentrasi ion kation dan anion utama ≥ 25 %. Langkah kerja penerapan Metode Klasifikasi Kurlov, sebagai berikut. a) Tentukan nilai konsentrasi masing-masing ion dalam satuan epj (ekuivalen per juta), dengan persamaan di bawah. 𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒌𝒐𝒏𝒔𝒆𝒏𝒕𝒓𝒂𝒔𝒊 (𝒆𝒑𝒋) =

𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒌𝒐𝒏𝒔𝒆𝒏𝒕𝒓𝒂𝒔𝒊 (𝒃𝒑𝒋) 𝒙 𝑽𝒂𝒍𝒆𝒏𝒔𝒊 𝑴𝒂𝒔𝒔𝒂 𝒂𝒕𝒐𝒎 (𝑨𝒓)

𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒌𝒐𝒏𝒔𝒆𝒏𝒕𝒓𝒂𝒔𝒊 (𝒆𝒑𝒋) =

𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒌𝒐𝒏𝒔𝒆𝒏𝒕𝒓𝒂𝒔𝒊 (𝒃𝒑𝒋) 𝒙 𝑽𝒂𝒍𝒆𝒏𝒔𝒊 𝑴𝒂𝒔𝒔𝒂 𝒎𝒐𝒍𝒆𝒌𝒖𝒍 (𝑴𝒓)

b)

Tentukan nilai konsentrasi masing-masing ion dalam persen (%).

c)

Tentukan ion dengan nilai persen konsentrasi ≥ 25 %.

d)

Penamaan dilakukan dengan menuliskan ion kation diikuti ion anion. Tuliskan ion dengan nilai prosentase terbesar terlebih dahulu, diikuti dengan nilai prosentase terbesar kedua dan ketiga, dan seterusnya.

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 5 | P a g e

Contoh : Tabel II.1, Contoh data perhitungan kualitas airtanah Lokasi Analisa Kimia

A bpj 226,2

Mg2+

21.9

Ca2+

61.7

Fe+

-



-

Cl-

11.3

NO3-

-

HCO3-

21.2

SO42-

906.1



-

ANION

KATION

Na+ + K+

Klas Airtanah

epj 7,29

% 59,80

1,82

14,93

,08

25,27

12,19

100

0,32

2,05

0,44

2,82

14,85

95,13

15,61

100

Alkali Magnesium Bikarbonat

2) Metode Korelasi Dilakukan dengan menggunakan Diagram Stiff, berfungsi menghubungkan kualitas airtanah secara vertikal pada satu lubang bor maupun secara horizontal pada lapisan akuifer yang sama. Metode korelasi diKationlakukan dengan memplotkan nilai konsentrasi ion kation maupun ion anion pada Diagram Stiff. Pada metode ini, digunakan data nilai konsentrasi ion dengan satuan epj. Berikut langkah kerja metode korelasi dengan Diagram Stiff.

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 6 | P a g e

a) Pada kertas milimeter blok gambarkan dua buah kolom, sebagaimana tampak pada contoh dengan garis horizontal sebagai sumbu X dan garis vertikal sebagai sumbu Y. Lebar kolom menyesuaikan nilai konsentrasi ion (satuan epj).

b)

Sumbu X menunjukkan nilai konsentrasi ion (satuan epj) dan Sumbu Y me-nunjukkan jenis ion.

c)

Sumbu Y bagian kanan menunjukkan jenis ion kation. Sumbu Y bagian kiri menunjukkan jenis ion anion.

d)

Plot nilai konsentrasi ion kation maupun ion anion pada diagram sesuai dengan jenis dan nilai konsentrasi ion.

e)

Hubungan setiap titik-titik tersebut membentuk pola stiff, sebagaimana tampak pada contoh.

Gambar II.1, Contoh data ekuivalen per juta (epj)

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 7 | P a g e

3) Metode Sintesa Berfungsi menggambarkan konsentrasi setiap ion kation maupun anion yang terkandung pada airtanah. Metode ini dilakukan dengan menggunakan Diagram Bar Collins, yang menggambarkan konsentrasi setiap ion kation maupun anion dalam bentuk diagram bar/batang. Metode

sintesis

dilakukan

dengan

memplotkan

nilai

konsentrasi ion kation maupun ion anion pada Diagram Bar Collins. Pada metode ini, digunakan data nilai konsentrasi ion dengan satuan epj. Berikut langkah kerja metode sintesis dengan Diagram Bar Collins. a) Pada kertas milimeter blok gambarkan satu kolom tegak, sebagaimana tampak pada contoh dengan garis horizontal sebagai sumbu X dan garis vertikal sebagai sumbu Y. Tinggi kolom menyesuaikan nilai konsentrasi ion (satuan epj). b) Sumbu X menunjukkan jenis ion dan Sumbu Y menunjukkan nilai konsentrasi ion (satuan epj).

c) Sumbu X bagian kanan menunjukkan jenis ion kation. Sumbu X bagian kiri menunjukkan jenis ion anion.

d) Plot nilai konsentrasi ion kation dalam bentuk batang (bar) pada bagian kanan. Plot secara berurutan dan berimpitan dari bawah ke atas (Ca 2+ – Mg2+ – Na+ + K+), sebagaimana tampak pada contoh.

e) Plot nilai konsentrasi ion anion dalam bentuk batang (bar) pada bagian kiri berhimpitan dengan kolom ion kation. Plot secara berurutan dan

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 8 | P a g e

berimpitan dari bawah ke atas (HCO3- – SO42- – Cl- + NO3-), sebagaimana tampak pada contoh.

Gambar II.2, Contoh data anion kation kualitas air tanah

B.

METODE TRILINIER PIPER Sebagaimana diuraikan pada acara praktikum sebelumnya, kualitas

dan kelayakan airtanah dapat ditentukan melalui analisis dan interpretasi kandungan kimia airtanah. Selain itu, melalui analisis kimia airtanah dapat ditentukan proses pembentukan, sejarah maupun evolusi airtanah. Pada praktikum ini, akan dilakukan analisis airtanah dengan Diagram Trilinier Piper berdasarkan kandungan ion kation: Na+, K+, Ca2+, Mg2+ dan ion anion: Cl–, HCO3–, SO42–. Metode analisis Diagram Trilinier dilakukan guna menentukan genetika atau fasies airtanah suatu daerah. Dengan demikian, dapat ditentukan sumber unsur penyusun terlarut dalam airtanah, perubahan sifat air yang melewati suatu wilayah tertentu mau-pun hubungannya dengan permasalahan geokimia (Suharyadi, 1984).

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 9 | P a g e

Diagram Trilinier Piper terdiri atas dua diagram dalam bentuk segitiga dan satu diagram dalam bentuk jajargenjang, sebagaimana tampak pada Gambar 1. Diagram segi-tiga menunjukkan konsentrasi ion kation maupun ion anion yang terkandung dalam airtanah, masing-masing dalam satuan persen epj (% epj). Diagram jajargenjang menunjukkan variasi atau kombinasi ion kation maupun ion anion yang terkandung dalam airtanah, dalam satuan persen epj (% epj).

Gambar II.3, Diagram segitiga menunjukkan pembagian tipe airtanah berdasarkan kandungan dominan ion kation maupun ion anion. Diagram jajargenjang menun-jukkan pembagian fasies airtanah berdasarkan kombi-nasi alkali tanah (Ca2+ + Mg2+), alkali (Na+ + K+), asam lemah (CO32– + HCO–3), dan asam kuat (SO42– + Cl–).

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 10 | P a g e

Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1, berdasarkan diagram segitiga kation maupun anion, airtanah dapat dikelompokkan menjadi empat tipe (Tabel 1). Berda-sarkan komponen kimia yang terdapat pada diagram jajargenjang (Gambar 1), airtanah dapat dikelompokkan menjadi sembilan fasies (Tabel 2). Tipe kualitas airtanah dapat diketahui secara cepat dengan memperhatikan kelompok dominan hasil pengeplotan data pada diagram jajargenjang. Tabel II.2, Tipe airtanah berdasarkan kandungan dominan ion kation maupun ion anion. Kation

Anion

A : Tipe Kalsium B : Tipe Magnesium; C : Tipe Sodium & Potasium/ Tipe Alkali; dan D : Tidak terdapat tipe dominan.

E : Tipe Bikarbonat; F : Tipe Sulfat; G : Tipe Klorida; dan H : Tidak terdapat tipe dominan.

Tabel II.3, Pembagian fasies airtanah berdasarkan kombinasi kandungan ion kation maupun ion anion (Walton, 1970). 1

Alkali tanah (Ca2+ + Mg2+) melebihi alkali (Na+ + K+).

2

Alkali (Na+ + K+) melebihi alkali tanah (Ca2+ + Mg2+).

3

Asam lemah (CO32– + HCO–3) melebihi asam kuat (SO42– + Cl–).

4

Asam kuat (SO42– + Cl–) melebihi asam lemah (CO32– + HCO3–).

5

Tipe Magnesium Bikarbonat dengan kekerasan karbonat (alkalinitas sekunder) > 50 %, airtanah didominasi alkali tanah (Ca2+ + Mg2+) dan asam lemah (CO32– + HCO3–).

6

Tipe Kalsium Klorida dengan kekerasan non karbonat (kegaraman sekunder) > 50 %.

7

Tipe Sodium Klorida dengan non karbonat alkali (kegaraman primer) > 50 %, sifat kimia airtanah didominasi alkali (Na+ + K+) dan asam kuat (SO42– + Cl–). Tipe ini berupa air laut dan air garam.

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 11 | P a g e

8

Tipe Sodium Bikarbonat dengan karbonat alkali (alkalinitas primer) > 50 %.

9

Tipe campuran, kandungan kation dan anion seimbang, tidak ada yang melebihi 50 %.

Langkah Kerja Pada Praktikum: Metode Analisis Trilinier Piper, akan dilakukan interpretasi kimia airtanah dengan menggunakan Diagram Trilinier Piper. Langkah kerja sebagai berikut: 

Tentukan nilai prosentase epj (% epj) dari konsentrasi ion kation (Na+, K+, Ca2+, Mg2+) dan ion anion (Cl-, HCO3-, SO42-).



Plot nilai prosentase epj (% epj) setiap ion kation pada diagram segitiga kiri bawah (Gambar 2). Contoh: Na+ + K+ (70%); Ca2+ (25%); dan Mg2+ (5%).



Plot nilai prosentase epj (% epj) dari setiap ion anion pada segitiga anion kanan bawah (Gambar 2). Contoh: Cl- (20%); HCO3- (35%); dan SO42(45%).



Tarik garis dari setiap titik perpotongan pada masing-masing diagram segitiga kation maupun anion menuju diagram jajargenjang, sehingga setiap garis sa-ling berpotongan (Gambar 2).



Tentukan tipe airtanah berdasarkan kandungan dominan ion kation maupun ion anion, berdasarkan Gambar 1 dan Tabel 1.



Tentukan fasies airtanah berdasarkan persebaran titik perpotongan pada diagram jajargenjang, dengan acuan mengikuti Gambar 1 dan Tabel 2.

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 12 | P a g e

Gambar II.4, Airtanah memiliki tipe ka-tion: Alkali dan tipe anion: tidak terdapat tipe dominan.

Fasies airtanah termasuk Tipe 2, 4, dan 7, maka airta-nah memiliki alkali (Na+ + K+) melebihi alkali tanah (Ca2+ + Mg2+) dan memiliki asam kuat (SO42– + Cl–) melebihi asam lemah (CO32– + HCO3–). Dengan demikian, airtanah termasuk jenis Sodium Klo-rida dengan non karbonat alkali (kegaraman primer) > 50 %. Sifat kimia airtanah didominasi alkali dan asam kuat, maka airtanah berupa air laut dan air garam, se-hingga tidak layak konsumsi.

C.

AKUIFER TERTEKAN Akuifer merupakan suatu lapisan batuan dengan porositas dan permeabilitas yang baik, sehingga mampu menyimpan dan mengalirkan air dalam jumlah ekonomis. Ber-dasarkan letak, batas lapisan kedap air maupun koefisien kelulusan air, akuifer dapat dibedakan menjadi 1) Akuifer Bebas;

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 13 | P a g e

2) Akuifer Setengah-bebas; 3) Akuifer Bocor; dan 4) Akuifer Tertekan..

Pada praktikum ini, akan dilakukan uji pemompaan pada akuifer tertekan dengan kondisi arah maupun besar aliran berubah-ubah seiring waktu (unsteady flow). Uji pe-mompaan dilakukan guna memperoleh informasi mengenai penurunan muka airtanah akibat pemompaan, kecepatan aliran maupun faktor tidak terduga dapat terjadi selama pemompaan. Dengan demikian, dapat ditentukan:  karakter hidrolik dari akuifer;  jumlah airtanah yang dapat diambil secara berkelanjutan; dan  kedalaman yang tepat untuk pemompaan. Uji pemompaan pada akuifer tertekan dapat dilakukan berdasarkan Metode Theis dan Metode Cooper–Jacob. Metode Theis dapat diterapkan apabila :  Diameter sumur kecil  Berkembang pada akuifer tertekan  Aliran aliran berubah-ubah seiring waktu dengan drawdown (s) dan waktu penurunan airtanah (t); dan  Gradien hidrolik konstan. Pada uji pemompaan, menggunakan nilai debit konstan dengan periode mini-mum 24 jam. Kedua metode tersebut, dilakukan guna menentukan dan mengevaluasi potensi suatu akuifer berdasarkan harga Koefisien Kemenerusan Airtanah (T) dan Daya Simpan Airtanah (S).

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 14 | P a g e

Koefisien Kemenerusan Airtanah/Transmisivitas (T) merupakan jumlah air yang mampu dialirkan pada setiap satuan tebal dan lebar akuifer pada setiap unit gradien hidrolik. Daya Simpan Airtanah/Storativitas (S) merupakan jumlah air dalam akuifer yang mampu disimpan ataupun dikeluarkan setiap satuan luas pada setiap perubahan kedudukan muka airtanah. Langkah Kerja Uji Pemompaan dengan Metode Theis: 1)

Tampalkan kertas kalkir di atas Grafik Double Log.

2)

Plotkan nilai drawdown (s) pada sumbu Y dan plot waktu penurunan airtanah selama pemompaan pada sumur pengamat (t/r2) pada sumbu X.

3)

Lepaskan kertas kalkir. Tampalkan kertas kalkir di atas Kurva Baku hingga saling berhimpitan (kedua sumbu selalu sejajar).

4)

Pilih salah satu titik (match point), tentukan nilai W( ) dan ( ) pada Kurva Baku. Selanjutnya, berdasarkan titik tersebut tentukan nilai (s) dan (t/r2) mengikuti nilai pada Grafik Double Log.

5)

Tentukan nilai Koefisien Kemenerusan Airtanah (T) dan Daya Simpan Airtanah (S) berdasarkan persamaan: 𝑸

𝐓 = 𝟒 𝛑 𝐬 𝑾(µ)

𝐒=

𝟒𝑻µ 𝒓𝟐 /𝒕

𝑾(µ)

Langkah Kerja Uji Pemompaan dengan Metode Cooper–Jacob: 1)

Tampalkan kertas kalkir di atas Grafik Semilog.

2)

Plotkan nilai drawdown (s) pada sumbu Y dan plot waktu penurunan airtanah selama pemompaan (t) pada sumbu X.

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 15 | P a g e

3)

Tarik garis lurus (a) mengenai sebagian besar titik ploting.

4)

Tentukan dua titik pada nilai (t) dengan nilai bulat, contoh: 10 dan 100. Tarik garis bantu dari kedua titik tersebut hingga berpotongan dengan garis lurus (a). Selanjutnya, dari titik perpotongan tersebut tarik garis bantu hingga berpotongan dengan nilai (s) pada sumbu Y.

5)

Berdasarkan titik perpotongan pada sumbu Y, diperoleh nilai (s1) dan (s2). Selisih dari nilai (s2) dengan (s1) diperoleh

6)

s.

Tarik garis lurus (s) ujung kiri hingga berpotongan dengan nilai (t) pada sumbu X, sehingga diperoleh nilai (t0).

7)

Tentukan nilai Koefisien Kemenerusan Airtanah (T) dan Daya Simpan Airtanah (S) berdasarkan persamaan:

𝐓= 𝐒=

D.

𝟐. 𝟑𝟎 𝑸 𝑾(µ) 𝟒 𝛑 𝚫𝐬

𝟐. 𝟐𝟓 𝑻 𝒕𝟎 𝑾(µ) 𝒓𝟐

AKUIFER BOCOR Akuifer bocor atau semi-tertekan merupakan suatu akuifer yang berkembang di bawah lapisan semi-kedap air atau akuitar. Suatu lapisan akuifer bocor dapat dijumpai berada di bawah lapisan akuitar maupun berada diantara dua lapisan akuitar yang terdapat pada bagian atas dan bawah. Proses imbuhan airtanah pada akuifer bocor dapat terjadi pada dua kondisi. Pertama, lapisan akuifer bocor memperoleh imbuhan air melalui

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 16 | P a g e

suatu lapisan akuitar yang terdapat di atasnya. Kedua, dan 2) akuifer bebas ataupun akuifer tertekan melalui lapisan akuitar. Pada praktikum ini, uji pemompaan pada akuifer bocor dilakukan berdasarkan Metode Hantush yang dapat diterapkan apabila: 1) diameter sumur kecil; 2) berkem-bang pada akuifer bocor; dan 3) aliran aliran berubahubah seiring waktu dengan drawdown (s) dan waktu penurunan airtanah (t). Uji pemompaan dengan Metode Hantush, dilakukan guna menentukan Koefisien

Kemenerusan

Airtanah/Transmisivitas,

Daya

Simpan

Airtanah/Storativitas, dan Konduktivitas Hidrolika. Koefisien Kemenerusan Airtanah/Transmisivitas (T) merupakan jumlah air yang mampu dialirkan melalui suatu bidang vertical pada setiap satuan tebal dan lebar akui-fer pada setiap unit gradien hidrolik. Daya Simpan Airtanah/Storativitas (S) merupakan jumlah air dalam akuifer yang mampu disimpan ataupun dikeluarkan setiap satuan luas pada setiap perubahan kedudukan muka airtanah. Koefisien Kelulusan Air/Konduk-tivitas Hidrolika (K) merupakan kemampuan lapisan batuan meluluskan air.

Langkah Kerja Uji Pemompaan dengan Metode Hantush: 1)

Tampalkan kertas kalkir di atas Grafik Double Log.

2)

Plotkan nilai drawdown (s) pada sumbu Y dan plot waktu penurunan airtanah selama pemompaan pada sumur pengamat (t) pada sumbu X.

3)

Lepaskan kertas kalkir. Tampalkan kertas kalkir di atas Kurva Baku hingga titik ploting berhimpitan pada kurva r/B yang sesuai (kedua

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 17 | P a g e

sumbu selalu sejajar). Titik plotting sebagian besar mengenai kurva baku. 4)

Berdasarkan kurva tersebut, tentukan nilai r/B.

5)

Tentukan titik (match point) pada Kurva Baku, dengan acuan nilai W(u, r/B): 1 dan (u) : 100, dsb. Tandai titik (match point) tersebut, misal: A

6)

Tampalkan kembali kertas kalkir pada Grafik Double Log. Berdasarkan titik (match point) tersebut, tentukan nilai (s) dan (t).

7)

Tentukan nilai Koefisien Kemenerusan Airtanah (T), Daya Simpan Airtanah (S), dan Konduktifitas Hidrolika (K’) berdasarkan persamaan:

𝐓=

𝑸 𝑾(µ, 𝒓/𝑩) 𝟒𝛑𝐬 𝐒=

𝐊′ =

E.

𝟒𝑻𝒕𝒖 𝒓𝟐

𝒓 𝑻 𝒃′ (𝑩)𝟐 𝒓𝟐

DEBIT ALIRAN 

Satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai(DAS), menggambarkan jumlah air yang mengalir dalam satuan volume perwaktu.



Laju aliran air(dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai persatuan waktu (Asdak,2002). Dipengaruhi oleh curah maupun intensitas hujan, sehingga pada

musim kemarau debit aliran menyusut dan pada musim hujan debit aliran

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 18 | P a g e

semakin deras. Besar kecilnya debit aliran mempengaruhi sedimentasi yang terjadi pada hulu sungai

Tabel II.4, Pengukuran debit pada pemompaan sumur - Wadah yang diketahui volumenya - Catat waktu air yang keluar dari pemompaan Ember / drum dengan sklala tertentu

Pancaran Pengukuran debit pada pemompaan sumur Lubang

Ambang

- Pancaran vertikal pengukuran pada sumur artersis atau sumur pompa - Pancaran horizontal relatif sama dengan pancaran vertikal, namun arahnya berbeda - Circular Orifices pengukuran pada pemompaan sistem sentrifugal dan turbin - Orifices Bucket pengukuran pada pemompaan sistem piston atau pada pemompaan dengan pengelarutan tidak konstan - Ambang Thompson - Ambang Cipoletti

Gambar II.5, Ambang Thompson dan ambang Cipoletti Ambang Thompson

Q : 0.0139 x h5/2 (I/detik) Keterangan h : tinggi muka air (cm)

Ambang Cipoletti Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 19 | P a g e

Q : 0.0186 x B x h3/2 (I/detik) Keterangan B : lebar ambang (m) h : tinggi muka air (cm) Tabel II.5, Pengukuran debit aliran Current meter Alat pengukur kecepatan aliran. Distribusi kecepatan aliran sungai tidak sama, sehingga pengukuran dilakukan pada beberapa titik. Prinsip kerja : semakin cepat putaran baling-baling pada alat, maka semakin cepat aliran sungai Pengukuran Debit Aliran Pelampung Pengukuran kecepatan aliran sungai berdasarkan waktu tempuh pelampung dengan jarak tertentu

Cara kerja pengukuran kecepatan aliran 1) Lebar sungai dibagi menjadi tiga, yaitu: segmen tipe kiri, segmen tipe tengah, dan segmen tipe kanan. Lebar sungai A = lebar segmen B = lebar segmen C. Gambar II.6,

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 20 | P a g e

2) Tentukan Panjang lintasan guna pengukuran waktu lintas pelampung. Titik pelepasan pelampung (A1) menuju titik awal pengukuran (A2) : 5 meter. Titik A2 menuju titik akhir pengukuran (A3) : 10 meter Gambar II.7, Penentuan waktu lintas pelampung

3) Lepaskan pemlampung dari titik A1 hingga bergerak menuju titik A2. Ketika pelampung mencapai titik A2 (nyalakan stop watch) lakukan

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 21 | P a g e

pengukuran waktu lintas pelampung sejauh 10 meter menuju titik A3 (matikan stopwatch). Lalu catat waktu lintas pada form / table isian. 4) Tentukan kecepatan aliran (V)

V = s/t (m/detik), dengan jarak S : jarak

A2 – A3 (m) dan t : waktu (detik) 5) Tentukan kecepatan rata-rata setiap segmen  VA = (VA1 + VA2 + VA3) /3 (m/detik)  VB = (VB1 + VB2 + VB3) /3 (m/detik)  VC = (VC1 + VC2 + VC3) /3 (m/detik) 6) Tentukan kecepatan aliran sungai (Vs) Vs = (VA + VB + VC) /3 (m/detik) Cara kerja pengukuran luas penampang Gambar II.8, Penentuan luas penampang

1) Bagi lebar sungai menjadi 3 bagian sama besar, yaitu : segmenA, B, dan C. 2) Bagi setiap segmen menjadi 2 bagian sama lebar (γ). 3) Lakukan pengukuran kedalaman a,b,c,d,e,f, dan g. 4) Tentukan luas penampang setiap segmen  𝐿𝐴 =

2 𝑋 𝑙 𝑥 (𝑎+2𝑏+𝑐)

 𝐿𝐵 =

2 𝑋 𝑙 𝑥 (𝑐+2𝑑+𝑒)

4

4

(𝑚2 ) (𝑚2 )

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 22 | P a g e

 𝐿𝐶 =

2 𝑋 𝑙 𝑥 (𝑒+2𝑓+𝑔) 4

(𝑚2 )

5) Tentukan luas penampang sungai (A) A = 𝐿𝐴 + 𝐿𝐵 + 𝐿𝐶

Cara kerja pengukuran debit sungai 

Tentukan debit aliran sungai (Q) Q = Vs x A x k (liter / debit)

F.

POLA ALIRAN AIRTANAH Pengertian  Jaring aliran merupakan penggambaran hokum kontinuitas aliran air di dalam tanah, umumnya digunakan untuk tanah dengan batasan tertentu.  Jaring- jarring aliran merupakan penggambaran kumpulan garis equipotensial mau pungaris aliran.  Garis equipotensial merupakan kurva yang mempunyai (potential head) yang sama.  Garis aliran merupakan kurva lintasan dari partikel

Kaidah jarring-jaring aliran  Garis aliran air tanah (groundwater flow lines) tegak lurus terhadap garis equipotential.

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 23 | P a g e

 Garis aliran permukaan (stream lines) paralel dengan batas kontur bidang impermeabel (tidak memotong).  Garis aliran permukaan memotong atau bergabung dengan bidang permeabel baru yang dibatasi oleh potential head berbeda.  Setiap stream tube membawa aliran air yang sama.  Fungsi:membuat peta aliran airtanah.

Kontur muka airtanah dan jarring aliran Gambar II.9, Kontur muka airtanah dan jarring aliran

 Potential head ekuivalen dengan tinggi muka airtanah.  Garis yang menghubungkan titik dengan tekanan yang sama (potential head) Equipotential line.  Equipotential line/ equipotential contour ≈ kontur ketinggian m.a.t.  Streamline menunjukkan arah aliran air tanah.

Cara kerja metode matematis Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 24 | P a g e

1) Pilih data ketinggian muka air tanah (potentialhead) sebagai 3 data sumur. 2) Plot koordinat sumur dan nilai ketinggian muka air tanah (potentialhead) setiap sumur. 3) Hubungkan sumur head tertinggi dan sumur head terendah melalui satu garis lurus, ditunjukkan pada gambar di bawah.

Gambar II.10, Hubungkan sumur head tertinggi dan sumur head terendah melalui satu garis lurus

4) Tentukan sumur yang mempunyai nilai ketinggian muka air tanah diantara kedua sumur Well 2. 5) Gambar garis (garis putus-putus) diantara Well 1 dan Well 3 yang menunjukkan perkiraan letak equipotential line dari Well 2 (Point A), ditunjukkan pada gambar di samping. Gambar II.11, Garis (garis putus-putus) diantara Well 1 dan Well 3

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 25 | P a g e

6) Tentukan jarak antara Well 1 dengan Point A, dinotasikan sebagai X, berdasarkan persamaan: H1−H3 Y

=

H1−H2 X

7) Tentukan jarak antara Well 1 dengan Well 3, dinotasikan Y, diperoleh berdasarkan pengukuran secara langsung pada peta (konversi skala). Gambar II.12, Jarak antara Well 1 dengan Well 3, dinotasikan Y

8) Plot titik X berdasarkan hasil perhitungan X = 80 m, di antara garis yang menghubungkan Well 1 dan Well 3.

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 26 | P a g e

9) Gambar garis lurus menghubungkan titik X terhadap Well 2 (kedua titik tersebut memiliki head yang sama) membentuk equipotential line. Gambar II.13, Garis lurus menghubungkan titik X terhadap Well 2

10) Tentukan arah aliran air tanah dengan menarik garis (garis putus-putus) tegak lurus atau 90° terhadap garis kontur 26,20 m. Gambar II.14, Arah aliran air tanah dengan menarik garis

Cara kerja metode grafis 1) Pilih data ketinggian muka air tanah (potential head) sebagai 3 data sumur.

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 27 | P a g e

2) Plot koordinat sumur dan nilai ketinggian muka air tanah (potential head) setiap sumur.

Gambar II.15, Metode kerja grafis 1

3) Hubungkan sumur head tertinggi

dan

sumur

head terendah melalui satu

garis

membentuk

lurus bidang

datar segitiga. 4) Bagi kelas interval pada setiap sisi/garis guna menentukan perkiraan titik equipotential head. 5) Tarik garis (garis putus-putus) yang menghubungkan setiap titik potential head dengan nilai sama membentuk equipotential line. 6) Tentukan arah aliran air tanah deng an menarik garis tegak lurus atau 90° terhadap garis kontur/equipotential line. Gambar II.16, Metode kerja grafis 2

G.

REKONTRUKSI SUMUR Tabel II.6, Tahapan penyelifikan airtanah

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 28 | P a g e

Tabel II.7, Kecepatan rambat gelombang seismic pada batuan tidak jenuh air

Tabel II.8, Kecepatan rambat gelombang seismic pada batuan jenuh air

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 29 | P a g e

Tabel II.9, Nilai resistivitas batuan

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 30 | P a g e

Tabel II.10, Contoh log geofisika pada batupasir mengandung air tawar yang dibatasi lapisan lempung atau kedap air

Gambar II.17, Penampang dan komponen konstruksi sumur

Keterangan: a. Pompa selam b. Pipa jambang c. Kepala pompa selam (bowl) d. Kerucut reduser e. Pipa buta f. Pipa saringan g. Kerikil pembalut h. Sumbat

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 31 | P a g e

i. Pasangan beton (semen)

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan Panjang saringan : 

Luas lubang tiap satuan Panjang saringan



Karakter hidrolika akuifer



Besar kapasitas pemompaan



Umur sumur yang direncanakan



Harga saringan

Panjang saringan dapat ditentukan berdasarkan persamaan : 𝑆𝐿 = Ket:

𝑄 (𝑊𝑎𝑙𝑡𝑜𝑛, 1970) 7.48 Ao Vc

SL : Panjang saringan Q : Debit pemompaan Ao : Luas lubang efektif dari saringan tiap feet Panjang (ft2), dan Vc : Kecepatan aliran optimum (fpm) Tabel II.11, Jenis-jenis akuifer dan saringannya Jenis Akuifer

Saringan

Akuifer tertekan homogen

Saringan ditempatkan pada bagian tengah akuifer ataupun berselang-selang dengan pipa buta

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 32 | P a g e

Panjang saringan 70 % - 80 % dari ketebalan akuifer Akuifer tertekan tidak homogen

Saringan dipasang pada seluruh akuifer yang diketemukaan Penentukan panjang saringan dengan mempertimbangkan kapasitas jenis dan drawdown

Akuifer bebas homogen

Akuifer bebas tidak homogen

Saringan akan optimal, bila dipasang pada bagian bawah akuifer akuifernya sepanjang sepertiga sampai setengan panjang akuifer Saringan diletakkan paling bawah dari akuifer bebas (setengan bebas) untuk mendapatkan drawdown yang lebih dalam

Hubungan diameter saringan dengan jenis kerikil pembalut 

SUmur pembalut dengan kerikil pembalut alam = diameter saringan 2 – 4 inchi lebih kecil dari diameter lubang bor



Sumur dengan kerikil pembalut buatan = diameter saringan 6 – 16 inchi dan mempertimbangkan jenis akuifer

H.

PEMETAAN HIDROGEOLOGI 1. Peta Hidrogeologi Peta yang mencerminkan keadaan airtanah, berkaitan dengan keadaan

geologi

setempat.

Konsep

pemetaan

hidrogeologi



pengambilan data lapangan berupa kedalaman muka airtanah dangkal, elevasi, dan data kualitas air tanah.  Peta Kedalaman Muka Air Tanah → peta yang menggam-barkan kedalaman MAT dari permukaan tanah.  Peta Muka Airtanah → peta yang menggambarkan kedudukan MAT (selisih antara ketinggian muka airtanah dengan muka air laut ratarata). Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 33 | P a g e

 Peta Aliran Airtanah → peta yang menggambarkan arah aliran airtanah. 2. Total Padatan Terlarut / Total Dissolve Solid (TDS) Merupakan suatu ukuran kandungan suatu material, baik anorganik maupun organik yang terdapat di dalam suatu cairan (airtanah).  TDS secara umum bukan sebagai zat cemar yang utama, dikarenakan dianggap tidak berkaitan dengan efek kesehatan.  Aplikasi → Studi mengenai mutu airtanah maupun air permukaan (sungai, danau, dsb). Sebagai salah satu karakteristik air minum dan indikator dalam pengukuran luas kontaminan suatu zat kimia. 3. Daya Hantar Listrik  Merupakan kemampuan suatu cairan (airtanah) untuk menghantarkan arus listrik.  DHL berbanding lurus dengan TDS, semakin banyak kandungan garam terlarut (TDS), maka semakin tinggi pula nilai DHL.  Nilai DHL bergantung pada: kehadiran ion-ion anorganik, valensi, konsentrasi total maupun relatif, serta suhu.  Aplikasi → sebagai parameter kualitas air, terkait penentuan kandungan mineral dalam air dan kemampuan ion-ion dalam air dalam menghantarkan listrik. Menurut APHA, AWWA (1992) dalam Effendi (2003), pengukuran DHL bermanfaat dalam:  Memperkirakan jumlah zat padat terlarut dalam air,

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 34 | P a g e

 Menetapkan tingkat mineralisasi dan derajat disosiasi air destilasi,  Menentukan kelayakan air untuk dikonsumsi, dan  Melakukan evaluasi pengolahan sesuai kondisi mineral air.

Tabel II.11, Klasifikasi Air Tanah Berdasarkan DHL & TDS

DHL

TDS (mmho/cm) (mg/l)

< 1.500

< 1.000

> 1.500 – < 5.000

> 1.000 – < 5.000

> 5.000 – < 15.000

> 3000 – < 10.000

> 15.000 – < 50.000

> 10.000 – < 35.000

> 50.000

> 35.000 10.000 – 100.000

Jenis air Hem (Douwer, Davis & De 1978) Wiest 1966 tawar (fresh) agak payau tawar (fresh) (moderately brackish) Masin payau (moderately (brackish) saline) sangat masin -(very saline) asin (briny) ---

salty

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 35 | P a g e

> 100.000

--

briny

Tabel II.12, Klasifikasi Air Tanah Berdasarkan DHL

DHL (μmho/cm pada 25°C)

Macam Air

0,055

air murni

0,5 - 5,0

air suling

5 - 30

air hujan

30 - 2.000

airtanah

35.000 - 45.000

air laut

4. Data Yang Diperlukan Untuk Pembuatan Peta  Koordinat dan Elevasi lokasi pengukuran;  Kedalaman dan Ketinggian MAT dangkal;  Koordinat lokasi mata air dan tipenya (apabila dijumpai di lokasi pemetaan); dan pH, DHL, dan TDS.

Tabel II.13, Alat & Bahan Untuk Pembuatan Peta Bahan

Alat

Alat tulis

GPS

Peta lokasi

Tali rafia

(Peta RBI atau Peta Topografi)

Gelas/gayung

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 36 | P a g e

Buku catatan lapangan

pH meter

Blangko/tabel pengukuran

TDS meter

5. Pengukuran Sumur Bor Gambar II.18, Tinggi Muka Air Sumur

6. Target / Hasil Pemetaan Berupa 

Peta Kedalaman Muka Airtanah (MAT )Dangkal.



Peta Aliran Air Tanah Dangkal Daerah Penelitian.



Peta Sebaran DHL dan TDS.



Hubungan air permukaan (buatan/alamiah) dengan airtanah dangkal

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 37 | P a g e

BAB III PEMBAHASAN A.

ANALISA KUALITAS AIRTANAH 1. Maksud dan Tujuan  Maksud Maksud

dilaksanakannya

Interpretasi

Kimia

Airtanah,

untuk

mengetahui : o kandungan ion dalam airtanah, o manfaat interpretasi kimia airtanah,

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 38 | P a g e

o jenis metode interpretasi dalam menentukan kualitas airtanah.  Tujuan Tujuan dilaksanaannya Interpretasi Kimia Airtanah, untuk mengetahui: o mengetahui langkah kerja dan mampu mela-kukan interpretasi kimia airtanah o mampu menentukan klas airtanah maupun menghubungkan kandungan kimia airtanah.

2. Laporan harian Praktikum Hidrogeologi  Data Tabel III.1, Data kualitas airtanah Lokasi

A

Analisa Kimia +

bpj

epj

%

B

Analisa Kimia +

+

bpj

epj

%

3176.82

70.22

60.1

Na + K

2244.09

72.39

60.40

Mg2+

439.32

36.15

30.9

Mg2+

411.24

23.27

28.60

Ca2+

211.2

10.56

9.0

Ca2+

264.60

13.23

11

Fe

0

0

0



2919.93

119.89

100

1010.10

28.45

24

0

0

0

+

Fe

0

0

0



2827.34

116.93

100

Cl-

995.4

28.07

24.23

NO3

-

0

0

0

KATION

Na + K

ANIO N

ANIO N

KATION

+

Lokasi

+

ClNO3

-

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 39 | P a g e

HCO3SO4

3669.76

2-

1324.32

∑ Klas Airtanah

Mg

bpj

epj

%

2590.67

83.57

65.99

392.88

2+

Ca

32.74

25.86

206.40

10.32

8.15

Fe+

0

0

0



3189.95

126.65

100

-

2-



3150.65

52.65

43.60

1842.24

38.38

45.40

6002.99

118.48

100

Klas Airtanah

Alkali Bikarbonat Sulfat

Lokasi

D

Analisa Kimia Na+ + K+

KATION

2+

bpj

epj

%

1934.09

62.39

58.37

2+

195.24

16.27

15.22

2+

564.60

28.23

26.41

Fe+

0

0

0



2693.93

106.89

100

695.10

19.58

18.72

Mg Ca

-

1003.10

28.26

22.44

Cl

NO3-

374

6.03

11.74

NO3-

302

6.50

6.23

HCO3-

2996.72

65.52

52.04

HCO3-

3040.85

49.85

47.63

1376.64

28.68

27.42

5515.59

104.61

100

SO4

2-

1252.60

∑ Klas Airtanah

26.10

20.73

6626.48 125.91 100 Alkali Magnesium Bikarbonat

Lokasi

ANION

Cl

SO4

Klas Airtanah

Alkali Karbonat Sulfat

Lokasi

F

E

Analisa Kimia +

+

bpj

epj

%

SO4

2-



Analisa Kimia +

+

bpj

epj

%

413.82

13.35

13.35

Na + K

208.63

6,73

9.79

Mg2+

333.31

27.775

27.775

Mg2+

639.96

53.33

77.57

Ca2+

1177.50

58.875

58.875

Ca2+

173.80

8.69

12.64

Fe

0

0

0

2693.93

68.75

100

367.15

10.34

15.07

431.62

5.51

8.03

567.19

9.79

14.27

2062.08

42.96

62.62

+

KATION

Na + K

+

Fe

0

0

0



1924.63

100

100



Cl-

533.37

15.03

15.05

Cl-

NO3

-

HCO3 SO42-

0 -

0

0

4121.91

67.52

67.72

825.04

17.23

17.23

ANION

KATION

Na+ + K+

ANION

23.83

C

Analisa Kimia

KATION

27.59

HCO3-

51.94

5986.48 115.82 100 Alkali Magnesium Bikarbonat

Lokasi

ANION

60.16

NO3

-

HCO3 SO42-

-

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 40 | P a g e

∑ Klas Airtanah

5480.33 99.78 100 Kalsium Magnesium Bikarbonat

+

bpj

+

393.39

%

12.69

H

Mg

295.44

24.62

52.82

Ca2+

186.00

9.3

19.95

+

Analisa Kimia

bpj

epj

%

289.54

9.34

28.50

Mg

222.48

18.54

56.58

Ca2+

97.80

4.89

14.92

Fe

0

0

0

+

27.23

2+

100

Lokasi +

Na + K 2+

+

Fe

0

0

0



874.83

46,61

100



609.82

32.77

100

Cl-

1106.35

31.17

69.31

Cl-

797.65

22.47

69.80

NO3-

195.30

3.15

7.01

NO3-

0

0

0

HCO3-

381.25

6.25

13.90

HCO3-

345.26

5.66

17.58

SO42-

211.20

4.4

9.78

SO42-

194.88

4.06

12.61



1894.10

44.97

100

Klas Airtanah

Maknesium Alkali Klorida

ANION

ANION

KATION

Na + K

epj

68.60

Maknesium Sulfat

G

Analisa Kimia

3368.04

Klas Airtanah

KATION

Lokasi



∑ Klas Airtanah

1337.79 32.19 100 Magnesium Alkali Klorida

 Perhitungan epj dan persentase a)

Perhitungan epj 1.

𝑀𝑔2+ ∶

439.32 𝑥 2

2.

𝐶𝑎2+ ∶

211.20 𝑥 2

3.

𝐹𝑒 +





: 70.22 + 36.15 + 10.56 + 0

24.3

40 0𝑥1 55.84

∶ 𝟑𝟔. 𝟏𝟓 ∶ 𝟏𝟎. 𝟓𝟔 ∶𝟎

: 116.93

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 41 | P a g e

905.40 𝑥 1

4.

𝐶𝑙 −

5.

𝐻𝐶𝑂3 − :

1+12+(16x3)

6.

𝑆𝑂4 2− ∶

32+(16 x 4)





35.45 366.7 𝑥 1

1329.32 𝑥 1

∶ 𝟐𝟖. 𝟎𝟕 ∶ 𝟔𝟎. 𝟏𝟔 ∶ 𝟐𝟐. 𝟓𝟗

: 28.07 + 0 + 60.16 + 22.59 : 115.02

Perhitungan persentase (%)

b)

1.

𝑁𝑎+ + 𝐾 + ∶

2.

𝑀𝑔2+



3.

𝐶𝑎2+



4.

𝐹𝑒 +



5.

𝐶𝑙 −



6.

𝑁𝑂3 −



7.

𝐻𝐶𝑂3 −



8.

𝑆𝑂4 2− ∶

70.22 116.93 3.15 116.93 10.56 116.93 0 116.93 28.07 116.93 0 116.93 60.16 116.93

27,59 116.93

𝑥 100% ∶ 𝟔𝟎. 𝟏 % 𝑥 100% ∶ 𝟑𝟎. 𝟗 % 𝑥 100% ∶ 𝟗 % 𝑥 100% ∶ 𝟎 % 𝑥 100% ∶ 𝟐𝟒. 𝟑𝟒 % 𝑥 100% ∶ 𝟎 % 𝑥 100% ∶ 𝟓𝟏. 𝟗𝟒 %

𝑥 100% ∶ 𝟐𝟕. 𝟖𝟑 %

Perhitungan epj 1.

𝑀𝑔2+ ∶

411.24 𝑥 2

2.

𝐶𝑎2+ ∶

211.20 𝑥 2

3.

𝐹𝑒 +





: 72.39 + 34.27 + 13.23 + 0

24.3

40 0𝑥1 55.84

∶ 𝟑𝟒. 𝟐𝟕 ∶ 𝟏𝟑. 𝟐𝟑 ∶𝟎

: 119.89 4.

𝐶𝑙 −



1010.10 𝑥 1 35.45

∶ 𝟐𝟖. 𝟒𝟓

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 42 | P a g e

51.65 𝑥 1

5.

𝐻𝐶𝑂3 − :

1+12+(16x3)

6.

𝑆𝑂4 2− ∶

32+(16 x 4)



1842.24 𝑥 2

∶ 𝟓𝟏. 𝟔𝟓 ∶ 𝟑𝟖. 𝟑𝟖

: 28.45 + 0 + 51.56 + 38.38 : 118.48

Perhitungan persentase (%)

c)

1.

𝑁𝑎+ + 𝐾 + ∶

2.

𝑀𝑔2+



3.

𝐶𝑎2+



4.

𝐹𝑒 +



5.

𝐶𝑙 −



6.

𝑁𝑂3 −



7.

𝐻𝐶𝑂3 −



8.

𝑆𝑂4 2−



72.39 119.89 34.27 119.89 13.23 119.89 0 119.89 28.45 119.89 0 119.89 51.65 119.89 38.38 119.89

𝑥 100% ∶ 𝟔𝟎. 𝟒𝟎 % 𝑥 100% ∶ 𝟐𝟖. 𝟔𝟎 % 𝑥 100% ∶ 𝟏𝟏 % 𝑥 100% ∶ 𝟎 % 𝑥 100% ∶ 𝟐𝟒 % 𝑥 100% ∶ 𝟎 % 𝑥 100% ∶ 𝟒𝟑. 𝟓 % 𝑥 100% ∶ 𝟒𝟓. 𝟒𝟎 %

Perhitungan epj 1.

𝑀𝑔2+ ∶

392,88 𝑥 2

2.

𝐶𝑎2+ ∶

206.40 𝑥 2

3.

𝐹𝑒 +





: 83.57 + 32.74 + 10.32 + 0

24.3

40 0𝑥1 55.84

∶ 𝟑𝟐. 𝟕𝟒 ∶ 𝟏𝟎. 𝟑𝟐 ∶𝟎

: 126.65 4.

𝐶𝑙 −



28.26 𝑥 1 35.45

∶ 𝟐𝟖. 𝟐𝟔

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 43 | P a g e

374 𝑥 1

5.

𝑁𝑂3 − ∶

14+(16x3)

6.

𝐻𝐶𝑂3 − :

1+12+(16 x 3)

7.

𝑆𝑂4 2− ∶ ∑

∶ 𝟔. 𝟎𝟑

3996.72 𝑥 1

1252.80 𝑥 2 32+(16 x 4)

∶ 𝟔𝟓. 𝟓𝟐 ∶ 𝟐𝟔. 𝟏𝟎

: 28.26 + 6.03 + 65.52 + 26.10 : 125.91

Perhitungan persentase (%)

d)

1.

𝑁𝑎+ + 𝐾 + ∶

2.

𝑀𝑔2+



3.

𝐶𝑎2+



4.

𝐹𝑒 +



5.

𝐶𝑙 −



6.

𝑁𝑂3 −



7.

𝐻𝐶𝑂3 −



8.

𝑆𝑂4 2−



83.57 126.65 32.74 126.65 10.32 126.65 0 126.65 28.26 126.65 6.03 126.65 65.52 126.65 26.10 126.65

𝑥 100% ∶ 𝟔𝟓. 𝟗𝟗 % 𝑥 100% ∶25.86 % 𝑥 100% ∶8.15 % 𝑥 100% ∶0 % 𝑥 100% ∶ 𝟐𝟐. 𝟒𝟒 % 𝑥 100% ∶ 𝟒. 𝟕𝟗 % 𝑥 100% ∶ 𝟓𝟐. 𝟎𝟒 % 𝑥 100% ∶ 𝟐𝟎. 𝟕𝟑 %

Perhitungan epj 1.

𝑀𝑔2+ ∶

195.24 𝑥 2

2.

𝐶𝑎2+ ∶

564.60 𝑥 2

3.

𝐹𝑒 +





: 62.39 + 34.27 + 28.23 + 0

24.3

40 0𝑥1 55.84

∶ 𝟑𝟒. 𝟐𝟕 ∶ 𝟐𝟖. 𝟐𝟑 ∶𝟎

: 106.86

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 44 | P a g e

4.

𝐶𝑙 −

5.

𝑁𝑂3 − ∶

6.

𝐻𝐶𝑂3 − :

7.

𝑆𝑂4 2− ∶ ∑



695.10 𝑥 1 35.45 403 𝑥 1 14+(16x3) 3040.85 𝑥 1 35.45 1376.64 𝑥 2 32+(16 x 4)

∶ 𝟏𝟗. 𝟓𝟖 ∶ 𝟔. 𝟓𝟎 ∶ 𝟒𝟗. 𝟖𝟓 ∶ 𝟐𝟖. 𝟔𝟖

: 19.58 + 6.50 + 49.85 + 28.68 : 184.61

Perhitungan persentase (%) 1.

𝑁𝑎+ + 𝐾 + ∶

2.

𝑀𝑔2+



3.

𝐶𝑎2+



4.

𝐹𝑒 +



5.

𝐶𝑙 −



6.

𝑁𝑂3 −



7.

𝐻𝐶𝑂3 −



8.

𝑆𝑂4 2−



62.39 106.89 16.27 106.89 28.23 106.89 0 106.89 19.58 106.89 6.50 106.89 49.85 106.89 28.68 106.89

𝑥 100% ∶ 𝟓𝟖. 𝟑𝟕 % 𝑥 100% ∶15.22 % 𝑥 100% ∶26.41 % 𝑥 100% ∶0 % 𝑥 100% ∶18.72 % 𝑥 100% ∶ 6.21 % 𝑥 100% ∶ 𝟒𝟕. 𝟔𝟓 % 𝑥 100% ∶ 𝟐𝟕. 𝟒𝟐 %

 Interpretasi Pada lokasi A terdapat airtanah dengan kation yang didominasi oleh unsur 𝑁𝑎+ + 𝐾 + yaitu 70.22 %, menunjukan bahwa airtanah merupakan larutan non karbonat dan biasanya terdapat pada daerah unsur maupun batuan vulkanik.

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 45 | P a g e

Pada lokasi B sendiri seperti lokasi A dimana yabg mendominasi adalah 𝑁𝑎 + + 𝐾 + dengan nilai 72.39 %. Pada lokasi C dan D sendiri seperti lokasi A dan B, yang mendominasi adalah 𝑁𝑎 + + 𝐾 + dengan nilai 83.57 % dan 62.39 %. Pada lokasi E yang mendominasi adalah 𝐻𝐶𝑂3 − , dengan nilai 67.57 %. Hal itu menunjukan bahwa air tanah dilokasi ini merupakan air dengan komposisi larutan karbonat dan biasanya terdapat pada daerah yang banyak batu gamping. Pada lokasi F yang mendominasi adalah unsur 𝑀𝑔2+ dengan nilai 53.33 atau 77.57 %, yang menunjukan bahwa terdapat air dengan komposisi larutan non karbonat. Pada lokasi G yang mendominasi unsur 𝐶𝑙 − dengan nilai 63.91 % yang menunjukan memiliki kandungan garam yang tinggi. Pada lokasi H yang mendominasi adalah unsur 𝐶𝑙 − dengan konsentrasi 69.80 %. Menunjukan kandungan garam yang sangat tinggi.

B.

ANALISA METODE TRILINIER PIPER 1. Maksud dan Tujuan  Maksud Maksud dilaksanakan metode Analisis Trilinier Piper, yanitu : o guna menge-tahui langkah kerja o manfaat analisis kimia airtanah dengan Diagram Trilinier Piper

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 46 | P a g e

o mampu melakukan interpretasi kimia airtanah dengan Diagram Trilinier Piper.  Tujuan Tujuan dilaksanakannya Metode Analisis Trilinier Piper, yaitu : o menen-tukan tipe kualitas o fasies airtanah. 2. Laporan harian Praktikum Hidrogeologi  Data TAbel III.2, Data analisan metode trilinier piper Lokasi

A

Analisis Kimia +

+

ANION

KATION

Na + K

D

epj

%

epj

%

epj

%

epj

%

70.22

72.39

72.39

60.40

83.57

65.99

62.39

58.37

Mg

36.15

20.9

34.27

28.60

32.74

25.86

16.27

15.22

Ca2+

10.56

9.0

13.23

11

10.32

8.15

28.23

26.41



116.93

100

119.89

100

126.65

100

106.86

100

Cl-

995.40

24.23

28.45

24

28.26

23.57

19.58

19.95

HCO3-

60.16

51.94

51.65

43.60

65.52

54.66

49.85

50.81

27.59

23.03

38.04

45.40

26.20

21.77

28.68

29.23

115.82

100

118.48

100

119.88

100

98.11

100

2-



Lokasi

E

Analisis Kimia

KATION

C

2+

SO4

AN IO N

B

F

G

H

epj

%

epj

%

epj

%

epj

%

Na+ + K+

13.35

13.35

6.73

9.79

12.69

27.23

9.34

28.50

Mg2+

27.775

27.775

53.37

77.57

24.62

52.82

18.54

56.68

Ca2+

58.875

58.875

8.69

12.64

9.3

19.95

4.89

14.92



100

100

68.75

100

46.61

100

72.77

100

15.02

15.05

10.34

16.38

31.17

34.53

22.47

69.80

Cl

-

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 47 | P a g e

HCO3-

67.57

67.72

9.79

15.52

6,25

14.45

5.66

17.58

SO42-

17.19

17.23

42.96

68.1

4.4

10.52

4.66

12.61



99.78

100

63.09

100

51.82

100

32.19

100

Gambar III.1, Data alkali dan tipe anion

Tabel III.3, Keterangan data alkali dan tipe anion 1

/2

3

K

A

/4

A

C

H

9

2

4

B

C

H

9

2

4

C

C

E

9

2

3

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 48 | P a g e

D

C

H

7

2

4

E

A

E

5

1

3

A

F

B

F

6

1

4

B

G

B

G

6

1

4

C

H

B

G

6

1

4

D

Garis

E F G H

 Interpretasi a) Pada daerah A bertipe sodium dan potassium atau tipe alkali dan tidak terdapat tipe dominan. Alkali (Na+ + K+) melebihi alkali tanah (Ca2+ + Mg2+), asam kuat (SO42- + Cl-) melebihi asam lemah ( CO32+ HCO3-) dan tipe campuran, kandungan kation dan anion seimbang, tidak ada yang melebihi 50% b) Pada daerah A bertipe sodium dan potassium atau tipe alkali dan tidak terdapat tipe dominan. Tipe campura, kandungan anion dan kation seimbang, tidak ada yang melebihi 50%. Alkali (Na+ + K+) melebihi alkali tanah (Ca2+ + Mg2+), asam kuat (SO42- + Cl-) melebihi asam lemah ( CO32- + HCO3-) c) Pada daerah C bertipe sodium dan potassium atau tipe alkali dan bertipe bikarbonat. Tipe campura, kandungan anion dan kation seimbang, tidak ada yang melebihi 50%. Alkali (Na+ + K+) melebihi alkali tanah (Ca2+ + Mg2+), asam lemah (SO42- + Cl-) melebihi asam kuat ( CO32- + HCO3-)

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 49 | P a g e

d) Pada daerah D bertipe sodium dan potassium atau tipe alkali, dan tidak terdapat tipe dominan. Tipe sodium klorida dengan non karbonat alkali (kegaraman primer) >50%. Sifat kimia airtanah didominasi alkali (Na+ + K+) dan asam kuat (SO42- + Cl-). Tipe ini bersifat atau berupa air laut dan air garam. Alkali (Na+ + K+) melebihi alkali tanah (Ca2+ + Mg2+). Asam kuat (SO42- + Cl-) melebihi asam lemah ( CO32- + HCO3-) e) Pada daeraah E bertipe kalsium dan bertipe bikarbonat. Tipe magnesium bikarbonat dengan kekerasan karbonat (alkalinitas sekunder) >50%. Airtanah didominasi alkali tanah (Ca2+ + Mg2+) dan asamlemah ( CO32- + HCO3-). Alkali tanah (Ca2+ + Mg2+) melebihi alkali (Na+ + K+). Dan asam lemah ( CO32- + HCO3-) melebihi asam kuat (SO42- + Cl-) f) Pada daerah F memiliki tipe magnesium dan tipe sulfat. Tipe kalium klorida dengan kekerasan non karbonat (keragaman sekunder) >50%. Alkali tanah (Ca2+ + Mg2+) melebihi alkali (Na+ + K+). Dan asam kuat (SO42- + Cl-) melebihi asam lemah ( CO32- + HCO3-) g) Pada daerah G memiliki tipe magnesium dan tipe klorida. Tipe kalium klorida dengan kekerasan non karbonat (keragaman sekunder) >50%. Alkali tanah (Ca2+ + Mg2+) melebihi alkali (Na+ + K+). Dan asam kuat (SO42- + Cl-) melebihi asam lemah ( CO32- + HCO3-) h) Pada daerah G memiliki tipe magnesium dan tipe klorida. Tipe kalium klorida dengan kekerasan non karbonat (keragaman

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 50 | P a g e

sekunder) >50%. Alkali tanah (Ca2+ + Mg2+) melebihi alkali (Na+ + K+). Dan asam kuat (SO42- + Cl-) melebihi asam lemah ( CO32- + HCO3-)

C.

UJI PEMOMPAAN AKUIFER TERTEKAN 1. Maksud dan Tujuan  Maksud Maksud dilaksanakan Uji Pemompaan Akuifer Tertekan, yaitu o guna mengetahui metode yang digunakan o mengetahui langkah kerja dari setiap metode yang digunakan.  Tujuan Tujuan dilaksanakannya Uji Pemompaan Akuifer Tertekan, yaitu guna menentukan nilai Koefisien Kemenerusan Airtanah (T) dan Daya Simpan Airtanah (S). 2. Laporan harian Praktikum Hidrogeologi  Perhitungan Cooper Jacob D1

Q : 0.24 m3/menit Π : 3.14 t0 : 0.65 r2 : 900 Δs : S2 – S1

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 51 | P a g e

: 0.955 – 0.6 : 0.35 D2

T : ……..? S : …...…?

D3

2.30 𝑄

T ∶ 4 π Δs 2.30 𝑥 0.24

∶ 4 x 3.14 x 0.35 0.55

∶ 4.39 : 0.12 S ∶ ∶ ∶

2.25 𝑇 𝑡0 𝑟2 2.25 𝑥 0.12 𝑥 0.65 900 0.17 900

: 18.10-5

 Perhitungan Metode Theis D1

Q : 350 ms/hari

350 𝑚𝑠

: 1440 menit ∶ 0.24

Π : 3.14 S : 0.4 W (π) : 4 m 1 π

: 10-2

R2/t : 3.5 x 10-2

D2

T : ……..? S : …...…?

D3

𝑄

T ∶ 4πs ∶

0.24 4 𝑥 3.14 𝑥 0.4 0.24

∶ 5.024 : 0.19 m3 / menit Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 52 | P a g e

S ∶ ∶

4𝑇𝜋 𝑟 2 /𝑡 4 𝑥 0.19 𝑥 0.02 0.033 0.72

∶ 0.033 : 2.18

D.

UJI PEMOMPAAN AKUIFER BOCOR 1. Maksud dan Tujuan  Maksud Maksud dilaksanakan Uji Pemompaan Akuifer Bocor, yaitu o Guna mengetahui metode yang digunakan o Mengetahui langah kerja dari metode yang digunakan  Tujuan Tujuan dilaksanakannya Uji Pemompaan Akuifer Tertekan, yaitu guna menentukan nilai Koefisien Kemenerusan Airtanah (T) dan Daya Simpan Airtanah (S) dan konduktifitas hidrolika (K’)

Semi – tertekan dengan metode Hartush Soal Latihan : Suatu sumur menembus penuh pada aquifer tertekan dengan lapisan aqifer bocor atau semi-tertekan pada bagian atas, dilakukan pemompaan dengan debit konstan sebesar 600 m3/hari. Lapisan aquifer bocor memiliki tebal sebesar 14 m. Berdasarkan data waktu penurunan m.o.t dan drawdown (tabel

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 53 | P a g e

1) pada sumur pengamat yang terletak 40 m dari sumur yang dilakukan pemompaan, tentukan ? a) Koefisien kemenerusan airtanah (T) aquifer b) Daya simpan airtanah (S) aquifer c) Konduktifitas hidrolika (K) aquifer bocor

Penyelesaian: D1

350 𝑚𝑠

Q : 600 m3/hari

: 1440 menit ∶ 0.24

Π : 3.14 S :2 W (π r/b) : 1 t : 12 menit r/B : 0.001 r : 40 meter π : 10 -3 b’ : 14 meter D2

T : ……..? S : …...…? K : ……..?

D3

𝑄

T ∶ 4 π s W (π r/b) ∶

0.42 𝑚2 /𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 4 𝑥 3.14 𝑥 2

x1

0.42

∶ 25.12 : 1.7 x 10-2 m2 / menit

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 54 | P a g e

S ∶ ∶ ∶

4𝑇𝑡𝜋 𝑟2 4 𝑥 1,7.102 𝑥 12 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 10−3 (40)2 81.6 𝑥 10−5 1600

: 0.051 x 10-5 : 5.1 x 10-7 m

K’ ∶ ∶ ∶

𝑟 𝑇 𝑏 ′ ( )2 𝑏

𝑟2

1,7.102 𝑥 14 𝑥 (0.001)2 (40)2 23.8 𝑥 10−5 1600

: 1.5 x 10-10 m2/menit

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 55 | P a g e

E.

PENGUKURAN DEBIT ALIRAN 1. Maksud dan Tujuan  Tujuan o Menentukan debit tertinggi (banjir) maupan debit terendah (kemarau) suatu aliran sungai o Mengetahui potensi sumber daya air disuatu wilayah DAS.  Manfaat o Acuan dalam pengelolaan sumber daya air permukaan o Acuan dalam merancang bangunan pengendali banjir Tabel III.4, data pengukuran dan perhitungan kecepatanaliran sungai Segemen A

B

C

Pengukuran ke 1 2 3 1 2 3 1 2 3

S (m) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 Vs

t (detik) 18.02 17.64 18.70 17.61 14.39 16.08 17.75 17.51 19.08

V (m/detik) 0.55 0.56 0.53 0.56 0.69 0.62 0.56 0.57 0.52

V rata-rata (m/detik) 0.54

0.62

0.55 0.57

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 56 | P a g e

Tabel III.5, Data pengukuran dan perhitungan luas penampang sungai

Segemen

A

B

C

l (m)

Kedalaman (m)

1 2 3 1 2 3 1 2 3

a b c a b c a b c

L penampang (m2)

0.03 0.12 0.32 0.32 0.35 0.37 0.47 0.15 0.2

A Keterangan : S : Jarak lintas pelampung. t : waktu lintas pelampung. V : Kecepatan aliran pada setiap segmenper satu kali pengukuran. l : Lebar setiap sub segmen. Kecepatan aliran rata-rata setiap segmen : Va, Vb & Vc.

Luas penampang setiap segmen : La, Lb & Lc. Vs : Kecepatan aliran sungai. A : Luas penampang sungai.

Perhitungan 1) Tabel 1 Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 57 | P a g e



Segmen A A1

A2

A3

D1

S : 10 m , t : 18.02 det

D2

V : ……?

D3

V :

D1

S : 10 m , t : 17.64 det

D2

V : ……?

D3

V :

D1

S : 10 m , t : 18.70 det

D2

V : ……?

D3

V :

V rata-rata A

: : :

𝑠

10

: 18.02 : 0.55 m/det

t

𝑠

10

: 17.64 : 0.56 m/det

t

𝑠

10

: 18.70 : 0.53 m/det

t

(𝑉𝐴1 + 𝑉𝐴2 + 𝑉𝐴3 m ) 𝑑𝑒𝑡

3(

0.55+0.56+ 0.53 m ) 𝑑𝑒𝑡

3( 1.64 m ) 𝑑𝑒𝑡

3(

: 0.54 m/det



Segmen B B1

B2

D1

S : 10 m , t : 17.61 det

D2

V : ……?

D3

V :

D1

S : 10 m , t : 14.39 det

D2

V : ……?

D3

V :

𝑠 t

𝑠 t

10

: 17.61 : 0.56 m/det

10

: 14.39 : 0.69 m/det

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 58 | P a g e

B3

D1

S : 10 m , t : 16.08 det

D2

V : ……?

D3

V :

V rata-rata B

: : :

𝑠

10

: 16.08 : 0.62 m/det

t

(𝑉𝐵1 + 𝑉𝐵2 + 𝑉𝐵3 m ) 𝑑𝑒𝑡

3(

0.56+0.69+ 0.62 m ) 𝑑𝑒𝑡

3( 1.87 m ) 𝑑𝑒𝑡

3(

: 0.62 m/det 

Segmen C C1

C2

C3

D1

S : 10 m , t : 17.75 det

D2

V : ……?

D3

V :

D1

S : 10 m , t : 17.51 det

D2

V : ……?

D3

V :

D1

S : 10 m , t : 19.08 det

D2

V : ……?

D3

V :

V rata-rata C

: :



Vs

:

𝑠 t

𝑠 t

𝑠 t

10

: 17.75 : 0.56 m/det

10

: 17.51 : 0.57 m/det

10

: 19.08 : 0.52 m/det

(𝑉𝐶1 + 𝑉𝐶2 + 𝑉𝐶3 m ) 𝑑𝑒𝑡

3(

0.56+0.51+ 0.52 m ) 𝑑𝑒𝑡

3(

: 0.55 m/det

(𝑉𝐴 + 𝑉𝐵 + 𝑉𝐶 ) m ) 𝑑𝑒𝑡

3(

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 59 | P a g e

: :

0.54+0.62+ 0.55 m ) 𝑑𝑒𝑡

3( 1.71 m ) 𝑑𝑒𝑡

3(

: 0.57 m/det

2) Tabel 2, Delta pengukuran dan perhitungan luas penampang sungai 

D1

Nilai tetapan l : 1.07 Kedalaman

a : 3 cm

: 0.03 m

b : 12 cm

: 0.12 m

c : 32 cm

: 0.32 m

d : 35 cm

: 0.35 m

e : 47 cm

: 0.46 m

f : 15 cm

: 0.15 m

g : 20 cm

: 0.2 m

D2

A

: …….. ?

D3

LA

: : :

LB

: : :

2 𝑥 𝑙 (𝑎+2𝑏+𝑐) 4 2 𝑥 1.07 ( 0.33+2 (2𝑏)+0.32 4 1.2626 4

: 0.31565 m2

2 𝑥 𝑙 (𝑐+2𝑑+𝑒) 4 2 𝑥 1.07 ( 0.32+2 (0.35)+0.47 4 3.1886 4

: 0.797115 m2

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 60 | P a g e

LC

: : :

A

2 𝑥 𝑙 (𝑒+2𝑓+𝑔) 4 2 𝑥 1.07 ( 0.47+2 (0.15)+0.7 4 2.0758 4

: 0.51895 m2

: LA + LB + LC : 0.315 + 0.797 + 0.518 : 16.3 m2



D1

V3

: 0.57 m/detik

A

: 16.3 m2

K

: 0.8

D2

Q

: ……..?

D3

Q

: Vs x A x K : 0.57 x 16.3 x 0.8 : 7.4328 liter / detik

Interpretasi Dari hasil pengamatan dan berdasarkan data yag telah dianalisis depat dilihat bahwa, terdapat 3 segmen yaitu segmen A, B, dan C. Dari ketiga segmen tersebut nantinya didapatkan nilai tetapan rata – rata aliran sungai, kecepatan aliran sungai (Vs), luas penampang, hingga menentukan debit aliran sungai (Q). Kecepatan aliran sungai rata – rata persegmen A memiliki kecepatan aliran sungai paling rendah yaitu dengan nilai 0.54 m/s. pada segmen B terlihat bahwa nilai kecepatan aliran sungai memiliki nilai paling tinggi, yaitu Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 61 | P a g e

0.63 m/s. Sedangkan pada segmen C nilai kecepatan aliran relative sedang yaitu dengan nilai 0.55 m/s. Sehingga didapatkan kecepatan aliran sungai berdasarkan nilai segmen A, B, dan C didapatkan nilai kecepatan aliran sungai (Vs) sebesar 0.57 m/s. Luas penampang sungai juga ditentukan berdasarkan lebar dari segmen-segmen yang ada yaitu A, B, dan C. Juga berdasarkan nilai kedalaman, dibagi menjadi 7 titik. Pada segmen A didapatkan nilai luas penampang (LA) sebesar 0.315 m2, nilai kedalaman yang digunakan adalah nilai kedalaman a, b, c. Pada segmen B didapatkan nilai luas penampang (LB) sebesar 0.797 m2, nilai kedalaman yang digunakan adalah c, d, dan f. Pada segmen C nilai luas penampang (LC) adalah sebesar 0/518 m2, nilai kedalaman yang digunakan e, f, g. Sehingga berdasarkan nilai luasan penampang sungai A didapatkan nilai sebesar 16.3 m2. Penentuan nilai kecepatan aliran sungai (n) dan pengukuran luasan penampang sungai (A) akan digunakan untuk mengukur dabit aliran dari sungai (Q). Sehingga berdasarkan data kecepatan aliran sungai (V1), dan data dari luasan penampang yang sudah dikalikan dan dikaitkan dengan nilai kecepatan pelampung 0.8, didapatkan nilai Q dari sungai aliran adalah 7.4328 liter/detik.

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 62 | P a g e

F.

PETA POLA PENGALIRAN AIRTANAH 1. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui pergerakan airtanah dalam akuifer ,mengetahui hubungan airtanah dengan air permukaan di sekitarnya, dan menganalisis cadangan airtanah suatu wilayah. 2. Interpretasi Pada daerah pengamatan mempunyai elevasi MAT dari 3.4 m sampai 8.5 m. Garis arah aliran airtanah memiliki arah tegak lurus terhadap garis equifalen potensial yang menunjukan arah pergerakan relatif aliran air tanah dan potensial h tertinggi hingga potensial head terendah. Pada lokasi pengamatan arah aliran ait tanah mengarah masuk kedalam sungai dan danau. Dengan ini dikatakan sungai efflesent, arah panah menuju pada satu titik. Aliran air permukaan ini yang berperan sebagai pemberi air pada air tanah dan daerah sungai.

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 63 | P a g e

G.

DESAIN KONTRUKSI SUMUR 1. Maksud dan Tujuan  Maksud o Mengenali jenis batuan sebagai akuifer Mengetahui jenis akuifer yang berkembang o Mampu menentukan letak/kedalaman akuifer o Mampu menentukan desain konstruksi sumur  Tujuan o Perencanaan

konstruksi

sumur

dilakukan

sebagai

upa-ya

memanfaatkan airtanah secara optimum dalam waktu yang cukup lama Acuan dalam merancang bangunan pengendali banjir o Perencanaan konstruksi diterapkan pada sumur dalam dengan jenis akuifer tertekan berdasarkan kondisi hidro-geologi yang diketahui melalui penyelidikan permukaan maupun bawah permukaan. 2. Interpretasi Berdasarkan data yang di peroleh dari sumur dilokasi dusun ngalancing, Kecamatan Praciminanto Kabupaten Imogiri dengan kedalaman 122m yang di hasilkan dari data penetrasi, electrical logging

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 64 | P a g e

(SN dan LN) dan nilai resistivity menujukan pada lokasi logging ini terdapat 3 jenis litologi berupa Batu Lempung, Batu Gamping Lempungan, dan Batu Gamping Pasiran dengan ukuran butir dari kasar sampain dengan sedang. Dimana pada data yang sudah di peroleh lokasi sumur ini berada dekat pantai yang dibuktikan dari data litologi yang sudah diketahui dan pada sumur ini terdapat akuifer di kedalaman 28-66m dan 72-122m dengan jenis akuifer bebas / akuifer homogeny dengan jenis airnya air payau.

H.

PEMETAAN HIDROGEOLOGI 1.

Maksud dan tujuan 

Maksud Praktikan mampu melakukan pemetaan kondisi airtanah dangkal dan air permukaan, termasuk pengambilan data suhu, pH, Daya Hantar Listrik (DHL) maupun Total Dissolve Solid (TDS) airtanah.



Tujuan Praktikan mampu membuat peta aliran airtanah dangkal dan mengetahui hubungan antaraa irtanah dangkal dan air permukaan pada daerah pemetaan, serta mampu membuat peta terkait evaluasi kondisi Daya Hantar Listrik (DHL) maupun Total Dissolve Solid (TDS) airtanah.

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 65 | P a g e

2.

Data pemetaan Hidrogeologi Tabel III.6, Data pemetaan hidrogeologi

KOORDINAT (UTM) NOMOR SUMUR

KETINGGIAN/ ELEVASI (m)

DALAM SUMUR (m)

PJG BIBIR SUMUR (m)

MAT (m)

SUHU AIR (⁰C)

pH AIR

TDS (ppm)

TDL (μs/cm)

(X)

(Y)

1

430009

9123545

28

3,80

0,82

2,98

29,70

6,80

250

524

2

429976

9123468

29

3,40

0,43

2,97

30,10

6,60

317

634

3

430091

9123413

28

3,26

0,57

2,69

29,50

7,70

259

522

4

430127

9123461

31

3,82

1,10

2,72

30,40

7,60

593

1180

5

430086

9123562

30

3,23

0,77

2,46

29,70

6,40

214

446

6

430051

9123563

31

3,40

0,66

2,74

30,10

6,80

243

488

7

429968

9123565

31

3,47

0,71

2,77

29,20

6,60

316

6,34

9123542

28

3,69

0,72

2,97

29,10

6,70

306

602

9123399

30

4,25

0,72

3,53

29,80

6,70

286

576

9123358

30

4,22

0,67

3,55

29,20

6,70

240

504

9123083

24

4,65

0,92

3,73

31,30

6,70

262

520

9123107

29

6,37

0,91

5,46

28,80

6,80

328

662

8 9 10 11 12

429964 429958 429951 429978 429931

13

430109

9123502

34

3,67

0,65

3,02

28,70

6,50

286

602

14

430044

9123449

30

3,26

0,26

3,00

29,50

6,70

278

504

15

429934

9123408

30

4,36

0,79

2,47

29,80

6,60

282

564

16

429991

9123245

27

4,49

0,72

3,77

29,50

6,60

280

260

17

429995

91231187

29

5,68

0,81

4,87

29,40

6,60

268

500

18

430022

9123233

30

5,92

0,68

5,24

29,50

8,00

253

472

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 66 | P a g e

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A.

KESIMPULAN Geohidrologi adalah cabang ilmu hidrologi yang mempelajari keberadaan persebaran, pergerakan serta sifat fisik dan kimia air di bawah permukaan tanah. Selain geohidrologi cabang hidrologi. Untuk mempelajari ilmu ini, sangat banyak kita perlu memahami tentang kualitas air tanah, akuifer tertekan dan akuifer bocor, perhitungan debit air, penetuan pola aliran airtanah, memahami metode Trilinear Piper, hingga melakukan pemetaan Hidrogeologi.

B.

SARAN Kegiatan Praktikum Hidrogeologi tahun ini sudah sangat berkembang dibandingkan tahun – tahun ajaran sebelumnya, mulai dari teknis penyampaian materi hingga dibuatkannya fieldtrip Hidrogeologi. Akan tetapi, menurut saya masih ada satu yang perlu ditingkatkan lagi, yaitu alangkah lebih baiknya praktikan diberikan sebuah Modul Praktikum

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 67 | P a g e

Hidrogeologi dalam bentuk buku agar praktikan bisa mempelajari materi dengan maksimal. Terlepas dari itu, Praktikum Hidrogeologi sudah sangat berkembang dan bisa jadi contoh untuk kegiatan Praktikum lainnya.

DAFTAR PUSTAKA Badan Geologi Pusat Lingkungan Geologi, 2007, Atlas Cekungan Air Tanah Indonesia, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta. Cooper H. H. Jr. and Jacob C.E., 1946, A generalized graphical method for evaluating formations constants and summarizing well-field history, Trans. Amer. Geophysical Union, v.27, pp. 526-534 Runtu Kexia G.A.1, Sunjoto S.2*, Hendrayana H. Studi Kasus ANALISIS PEMOMPAAN AIRTANAH DENGAN METODE COPER-JACOB DAN METODE SUNJOTO. Pertemuan Ilmiah Tahunan XXXIII HATHI, Semarang Hendrayana, H., 2011, Cekungan Air Tanah Yogyakarta-Sleman : Geometri Cekungan dan Sistem Akuifer, Jurusan Teknik Geologi, fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Hendrayana, H., 1994, Hasil Simulasi Model Matematika Aliran Air Tanah Di Bagian Tengah Cekungan Yogyakarta, Makalah Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Pertemuan Ilmiah Tahunan Ke 23, Desember 1994, Yogyakarta.

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 68 | P a g e

LAMPIRAN

Laporan Praktikum Hidrogeologi (Ferdian Tri Nugraha / 410016077) 69 | P a g e

More Documents from "ferdian"

Daftar Isi Gmb.docx
December 2019 29
Bab 1.docx
December 2019 34
Isi.docx
December 2019 29
Pendahuluan.docx
December 2019 31
Bab Ii.docx
December 2019 35
Pendahuluan New.docx
December 2019 29