Isi.docx

  • Uploaded by: Ridha Shabrina
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Isi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 9,557
  • Pages: 54
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat setrategis dalam meningkatkan sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Usaha untuk meningkatkan pembangunan sumber daya manusia melalui pendidikan perlu mendapat perhatian khusus. Undang-undang Pendidikan No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan

Nasional

yang

berfungsi

mengembangkan

kemampuan

membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakal mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan peka terhadap tantangan zaman. Jadi jelaslah pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja agar anak didik memiliki sikap dan kepribadian yang baik, sehingga penerapan pendidikan harus diselengggarakan sesuai dengan Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan UU No. 20/ 2003. Berkenaan dengan hal ini, seorang psikolog bidang pendidikan mngembangakan sebuah taksonomi yang kemudian dikenal dengan nama Taksonomi Bloom. Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin S. Bloom,. Konsep ini mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Taksonomi Bloom itu merupakan penggolongan (klasifikasi) tujuan pendidikan yang terbagi menjadi tiga ranah atau kawasan yaitu ranah kognitif (berkaitan dengan kognisi), ranah afektif (berkaitan dengan afeksi), dan ranah psikomotor (berkaitan dengan psikomotor). Dunia

pendidikan

merupakan

dunia

yang

dinamis.Berbagai

faktor

mempengaruhi keberhasilan pendidikan tanpa mengetahui faktor manakah yang berpengaruh,namun demikian seorang guru tidak akan berhenti,dan selalu belajar memahami

berbagai

gejala

salahsatunya

alat

evaluasi

pembelajaran.

Keberhasilan dalam proses pembelajaran yang dapat dilihat dari prestasi belajar yang di capai siswa Kriteria keberhasilan guru dan siswa dalam melaksanakan program pembelajaran dilihat dari kompotensi dasar yang di miliki oleh siswa, jika di analisis lebih rinci akan diperoleh informasi tentang kesulitan siswa dan evaluasi 1

harus dilakukan secara terus menerus ,oleh karna itu kemampuan guru menyusun dan menlaksanakan evaluasi merupakan bagian dari kemampuan menyelenggarakan proses pembelajaran secara keseluruhan.

B. Rumusan Masalah 1. Apa Itu Taksonomi Bloom ? 2. Apa Saja Yang Termasuk Alat-Alat Evaluasi ? 3. Apa Itu Skala Pengukuran ? 4. Apa Itu Rubrik Penskoran ?

C. Tujuan 1. Untuk Mengetahui Taksonomi Bloom 2. Untuk Mengetahui Alat-Alat Evaluasi 3. Untuk Mengetahui Skala Pengukuran 4. Untuk Mengetahui Rubrik Penskoran

2

BAB II PEMBAHASAN A. Taksonomi Bloom Kata taksonomi diambil dari bahasa yunani yaitu “tassein” yang berarti untuk mengklasifikasikasi dan “nomos” yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai klasifikasi berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Tujuan pendidikan dapat dirumuskan pada tiga tingkatan. Pertama, tujuan umum pendidikan. Tujuan ini menentukan perlu dan tidaknya sesuatu program diadakan. Di dalam praktek sehari-hari di sekolah, tujuan ini dikenal sebagai TIU (Tujuan Intruksional Umum). Kedua, tujuan yang didasarkan atas tingkah laku. Dalam periode 20 tahun terakhir ini, banyak usaha telah dilakukan untuk mencari metode yang dapat digunakan untuk menganalisis atau mengklasifikasikan sebuah pandangan yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan sehari-hari. Yang dimaksud adalah berhasilnya penddikan dalam bentuk tingkah laku. Inilah yang dimaksud dengan taksonomi (taxonomy)1. Taksonomi pendidikan lebih dikenal dengan sebutan “Taksonomi Bloom”. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa taksonomi sangat bersifat mental. Mereka tidak menjelaskan kepada para pendidik secara konkret dan dapat diamati. Dalam pelaksanaan pendidikan disekolah, ketiga tujuan ini harus ada. Tetapi prakteknya memang sulit karena dalam beberapa hal, penafsirannya lalu menjadi subjektif. Kesulitan lain adalah bahwa sulit untuk menjabarkan tujuan umum ini menjadi tujuan yang lebih terperinci. Beberapa ahli telah memberikan cara bagaimana menyebut ketiga tingkatan tujuan ini, yang akhirnya oleh Viviane De Landsheere disimpulkan bahwa ada 3 tingkatan tujuan (termasuk taksonomi), yaitu :

1

a.

Tujuan akhir atau tujuan umum pendidikan.

b.

Taksonomi.

c.

Tujuan yang operasional.

Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (PT. Burai Aksara, 2013) hlm 128

3

Adapun Bloom dan Krathwohl telah memberikan banyak inspirasi kepada banyak orang yang melahirkan taksonomi lain. Prinsip-prinsip dasar yang digunakan oleh dua orang ini ada empat buah, yaitu :2 a.

Prinsip metodologis Perbedaan-perbedaan yang besar telah merefleksi kepada cara-cara guru dalam mengajar.

b.

Prinsip psikologis Taksonomi hendaknya konsisten dengan fenomena kejiwaan yang ada sekarang

c.

Prinsip logis Taksonomi hendaknya dikembangkan secara logis dan konsisten.

d.

Prinsip tujuan Tingkatan-tingkatan tujuan tidak selaras dengan tingkatan-tingkatan nilai-nilai. Tiap-tiap jenis tujuan pendidikan hendaknya menggambarkan corak yang netral. Atas dasar prinsip ini maka taksonomi disusun menjadi suatu tingkatan yang

menunjukkan tingkat kesulitan. Sebagai contoh, mengingat fakta lebih mudah daripada menarik kesimpulan. Atau menghafal, lebih mudah daripada memberikan pertimbangan. Tingkatan kesulitan ini juga merfleksi kepada kesulitan dalam proses belajar dan mengajar. Taksonomi Bloom merupakan hasil kelompok penilai di Universitas yang terdiri dari B.S Bloom Editor M.D Engelhart, E Frust, W.H. Hill dan D.R Krathwohl, yang kemudian di dukung oleh Ralp W. Tyler. Bloom merumuskan tujuan-tujuan pendidikan pada 3 tingkatan3 : 1.

Kategori tingkah laku yang masih verbal

2.

Perluasan kategori menjadi sederetan tujuan

3.

Tingkah laku konkrit yang terdiri dari tugas-tugas dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai ujian dan butir-butir soal.

1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif) yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir

2

Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (PT. Burai Aksara, 2013) hlm 129

3

Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (PT. Burai Aksara, 2013) hlm 130 Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (PT. Burai Aksara, 2008) hlm 117

4

4

2. Affective Domain (Ranah Afektif) yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. 3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengopersikan mesin.

5

6

1.

Ranah Kognitif Domain kognitif merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan perkembangannya dari persepsi, introspeksi, atau memori siswa. Domain kognitif berhubungan denangan kemampuan intelektual,

seperti

pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan berfikir. Ranah kognitif mengacu pada taksonomi Bloom, terdiri atas 6 jenjang yaitu: a. Pengetahuan (knowledge): Kemampuan mengingat materi yang telah dipelajari dari pengalaman belajar.5 Contoh : Pada Materi Trigonometri SOAL : Dari gambar berikut ini, tunjukkanlah perbandingan trigonometri berdasarkan sudut !

ALASAN : Soal tersebut merupakan jenis soal C1 karena pertanyaan yang diajukan tidak menuntut siswa berpikir lama, siswa yang sudah belajar mengenai trigonometri dapat dengan mudah menjawab soal ini. Contoh jawaban yang diharapkan dari siswa:

b.

Pemahaman (comprehension): Kemampuan untuk menangkap arti materi pelajaran yang dapat berupa kata, angka, menjelaskan sebab akibat. Contoh : Pada Materi Trigonometri SOAL : Tentukanlah nilai sinus, cosinus, dan tangen pada sudut P dan R pada segitiga siku-siku di bawah ini. Nyatakanlah jawaban anda dalam bentuk paling sederhana

5 Drs. Ali Hamzah, M.Pd., Evaluasi Pembelajaran Matematika (Jakarta:PT Rajagrafindo Persada,2013), hlm 153.

7

ALASAN : mengapa soal ini merupakan jenis soal C2, sebab dalam soal siswa dituntut untuk menemukan nilai dari sinus, cosines dan tangent berupa angka yang sederhana. Soal ini sangat berkaitan dengan soal yang pertama, jika pada soal 1 siswa dituntut untuk mengetahui apa itu perbandingan trrigonometri, pada soal ini siswa dituntun untuk menyatakan nilai dari perbandingan trigonometri tersebut, artinya soal ini merupakan indikator apakah siswa paham betul dengan prinsip perbandingan trigonometri yang telah ia tahu sebelumnya atau hanya berupa hafalan saja c.

Aplikasi (application): Kemempuan menggunakan materi pelajaran yang telah dipelajari lewat pengalaman belajar kepada situasi dan kondisi yang lebih konkret. Contoh : Pada Materi Trigonometri SOAL : Perhatikan gambar berikut ini! Tentukanlah nilai a!

ALASAN : Soal ini merupakan jenis soal C3 sebab untuk menyelesaikan soal ini siswa tinggal menerapkan prinsip perbandingan sinus. Jadi, permasalahan ini dapat mengindikasikan tingkat kognitif siswa pada tahap aplikasi, dimana sebelumnya siswa telah mengetahui dan memahami konsep trigonometri, kemudian siswa mampu mengaplikasikannya pada saat memecahkan soal matematika seperti di atas. d.

Analisis (analysis): kemampuan menempatkan bagian bagian secara bersama sehingga struktur organisasi meteri dapat dimengerti. Contoh : Pada Materi Trigonometri SOAL : Pada gambar di bawah, TM panjang MB = 5 cm, AT=13 cm, dan besar . Hitunglah panjang AB! 8

ALASAN : Soal ini merupakan jenis soal C4 sebab untuk menyelesaikan soal ini siswa tidak dapat menerapkan prinsip perbandingan sinus secara langsung, tetapi perlu menganalisis atau “menerjemahkan” soalnya terlebih dahulu. Soal ini terlihat sederhana, namun siswa perlu melakukan langkah yang sistematis, berkesinambungan, dan terintegrasi. Untuk mencari AB pada soal ini, siswa harus tahu panjang AM, untuk mencari AM siswa harus tahu besar sudut A atau T, dan begitu seterusnya. e.

Sintesis (synthesis): kemampuan menempatkan bagian-bagian secara bersama sehingga dapat membentuk sesuatu yang baru sebagai satu kesatuan. Contoh : Pada Materi Trigonometri SOAL : Berkas sinar yang berasal dari sebuah lensa berdiameter 10 cm mengumpul ke arah fokus dengan jarak 12 cm dari lensa. Berapakah sudut yang terbentuk oleh cahaya dari lensa dengan sumbu horizontal? ALASAN : Soal ini merupakan jenis soal C5 sebab untuk menyelesaikan soal ini siswa perlu mengetahui berbagai konsep yang telah ia pelajari seperti sifat optic (lensa) pada pelajaran fisika dan tentu saja pelajaran trigonometri. Jadi kemampuan yang dituntut dari soal ini adalah me-sintesis / meramu suatu konsep dengan konsep lain agar dapat memecahkan masalah matematika.

f.

Evaluasi (evaluation): kemampuan mengambil keputusan untuk memberikan penilaian atau pertimbangan nilai terhadap suatu materi pelajaan sesuai denagn tujuannya. Contoh : Pada Materi Trigonometri SOAL : Periksalah kebenaran dari pernyataan berikut. Berikan alasanmu!. (i) Sec x dan sin x selalu memiliki nilai tanda yang sama di keempat kuadran. (ii) Untuk

, dan

, maka nilai dari

9

ALASAN : Soal ini merupakan jenis soal C6 (sebelum revisi) sebab untuk menyelesaikan soal ini siswa harus benar-benar menguasai semua tingkatan kognitif pada soal sebelumnya. Siswa harus mampu menilai kebenaran dari pernyataan soal ini, dengan begitu memungkinkan bagi siswa untuk melakukan kreasi teerhadap konsep ini dan menemukan sebuah ide baru tentang karakteristik dari perbandingan trigonometri yang dimaksud soal

10

11

2.

Ranah Afektif Domain Afektif merupakan sasaran penilaian hasil pembelajaran lain yang dihasilkan lewat pengalaman belajar. Tujuan pembelajaran yang diklasifikasikan pada domain afektif, dikembangkan oleh Krathwohl, D.R dkk, dalam Krathwohl taxonomy pada tahun 1964. Salah satu metode yang digunakan untuk mengukur ranah efektif dari siswa adalah dengan melakukan observasi. Penggunaan metode observasi berdasarkan asumsi bahwa karakteristik afektif dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan oleh siswa. Terdapat 5 tipe karakteristik afektif yang penting berdasarkan evaluasi pada ranah afektif pada materi trigonometri yaitu : a.

Sikap Indikator sikap dalam pembelajaran tentang trigonometri : 1) Siswa memiliki buku tentang trigonometri (matematika) 2) Siswa mengerjakan latihan/soal-soal tentang trigonometri 3) Siswa membaca materi tentang trigonometri sebelum pembelajaran dimulai

b.

Minat Indikator minat dalam pembelajaran tentang trigonometri : 1) Siswa memiliki catatan tentang materi trigonometri 2) Siswa mengikuti kegiatan pembelajaran tentang trigonometri dengan antusias 3) Siswa menyiapkan seluruh perlengkapan yang dibutuhkan dalam pembelajaran tentang trigonometri 4) Siswa menandai/menggaris bawahi hal-hal penting terkait materi trigonometri pada buku

c.

Konsep Diri Indikator konsep diri dalam pembelajaran tentang trigonometri : 1) Siswa berlaku jujur dalam mengikuti ulangan atau ujian tentang trigonometri 2) Siswa mengajukan pertanyaan mengenai bagian yang kurang dipahami pada materi trigonometri

d.

Nilai Indikator nilai dalam pembelajaran tentang trigonometri : 12

1) Siswa belajar dengan sungguh-sungguh dan berusaha menguasai materi trigonometri agar mendapat nilai yang memuaskan ketika ulangan 2) Siswa membetulkan/melengkapi jawaban dari temannya yang ditampilkan di depan kelas 3) Siswa dapat menyelesaikan tugas tepat waktu e.

Moral Indikator moral dalam pembelajaran tentang trigonometri : 1) Siswa membantu temannya yang kesulitan dalam memahami atau mengerjakan soal-soal trigonometri 2) Siswa tidak meribut atau mengganggu siswa lain ketika guru menjelaskan tentang trigonometri 3) Siswa mendengarkan dan menghargai jawaban siswa lain dari soal yang diberikan oleh guru Krathwohl, dkk merencanakan tujuan pembelajaran afektif dengan

membedakannya menjadi 5 jenjang dari yang sederhana sampai pada tingkatan kompleks, yaitu: a.

Menerima (receiving), yakni kemauan untuk memerhatikan suatu kegiatan atau kejadian. Contoh: siswa mengikuti pembelajaran trigonometri dengan serius dan penuh konsentrasi serta menghindarkan hal-hal yang akan mengganggu proses pembelajaran

b.

Menanggapi (responding), yakni mau bereaksi terhadap suatu kejadian dengan berperan serta. Contoh: siswa mengajukan pertanyaan mengenai hal yang kurang dipahami tentang trigonometri, siswa mengerjakan soal-soal trigonometri yang diberikan guru

c.

Menilai (valuing), mau menerima atau menolak suatu kejadian melalui pengungkapan sikap positif atau negatif. Contoh:

siswa

mengoreksi/melengkapi

jawaban

dari

soal

tentang

trigonometri yang dibuat temannya di depan kelas, siswa mampu mengemukakan alasan apakah jawaban dari soal trigonometri yang diberikan benar atau salah.

13

d. Menyusun (organizing), bila siswa berhadapan dengan situasi yang menyangkut lebih dari satu nilai, dengan senang hati mengatur nilai-nilai tersebut, menentukan hubungan antara berbagai nilai tersebut, dan menerima bahwa ada nilai yang lebih tinggi dari pada yang lain dari segi pentingnya bagi siswa perseorangan. Contoh: siswa dapat menentukan nilai dari perbandingan sisi-sisi pada suatu segitiga. e.

Pembentukan sifat melalui nilai (characterization by value or value complex), siswa secara konsisten mengikuti nilai yang berlaku dan menganggap tingkah laku ini sebagai bagian dari sifatnya6. Contoh: siswa membuat catatan tentang trigonometri dan mengerjakan tugas-tugas / latihan yang telah dipahami

6 Drs. Ali Hamzah, M.Pd., Evaluasi Pembelajaran Matematika (Jakarta:PT Rajagrafindo Persada,2013), hlm 153.

14

15

3.

Ranah Psikomotor Perkataan psikomotor berhubungan dengan kata “motor,sensory-motorperceptual-motor”. Jadi, ranah psikomotor berhubungan erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagiannya. Yang termasuk kedalam klasifikasi gerak disini dimulai dari gerak yang paling sederhana yaitu melipat kertas sampai dengan merakit suku cadang di televise atau computer. Contoh: “seberapa terampil para siswa dalam menyiapkan alat- alat?” “seberapa terampil para siswa dalam menggunakan alat- alat?”

Taksonnomi menurut Anita Harrow (1972), mengatakan bahwa para guru tidak bias mencapai 100 dari tujuan yang dirumuskan kecuali hanya berharap bahwa keterampilan yang dicapai oleh siswa- siswanya akan sangat mendukung mempelajari keterampilan lanjutan atau gerakan – gerakan yang lebih kompleks sifatnya7. Aspek Ranah Psikomotor Terbagi Menjadi 4 Yaitu : 1.

Meniru merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan contoh yang diamatinya walaupun belum mengerti makna atau hakikatdari keterampilan. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek ini adalah mengkonstruksi, menggabungkan, mengatur, menyesuaikan, dan sebagainya. Cara mengukur aspek ini sesuai topik ialah siswa dapat menggambarkan ulang segitiga dan menunjukkan yang mana perbandingan sinus, cosinus dan tangen seperti yang dijelaskan oleh guru.

2.

Memanipulasi merupakan kemampuan dalam melakukan suatu tindakan seperti yang diajarkan, dalam arti mampu memilih yang diperlukan. Kata kerja yang sering digunakan dalam mengukur aspek ini adalah menempatkan, membuat,memanipulasi, merancang, dan sebagainya.Cara mengukur aspek ini pada topic trigonometri ialah siswa dapat merancang sendiri soal-soal yang berkaitan dengan topik perbandingan trigonometri dan dapat mengerjakannya dengan baik.

7

Prof. Dr. Arikunto ,Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan ( Jakarta:Bumi Aksara,2008), hlm 122.

16

3.

Pengalamiahan merupakan suatu penampilan tindakan dimana hal-hal yang diajarkan (sebagai contoh) telah menjadi suatu kebiasaan dan gerakan-gerakan yang ditampilkan lebih meyakinkan. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek ini diantaranya adalah memutar, memindahkan, menarik, mendorong, dan sebagainya. Cara mengukur aspek ini sesuai topik ialah siswa telah dapat memahami penerapan perbandingan trigonomtri dengan memberikan contoh yang berkaitan dengan kehidupan nyata.

4.

Artikulasi merupakan suatu tahap dimana seseorang dapat melakukan suatu keterampilan yang lebih komplek terutama yang berhubungan dengan gerakan interpretatif. Cara mengukur aspek ini adalah siswa mampu menjelaskan kembali materi yang telah dijelaskan guru didepan kelas dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh teman-temannya.

B. Alat Evaluasi 1. Tes a. Pengertian Tes Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa perancis kuno: testum dengan arti: “piring untuk menyisihkan logam-logam mulia”(maksudnya dengan menggunakan alat berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam yang mulianyang berniali sangat tinggi) dalam bahasa inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa indonesia diterjemahkan dengan “tes”,”ujian” atau “percobaan”. Dalam bahas arab: imtihan8. Ada beberapa istilah yang mememrlukan penjelasan sehubungan dengan uraian di atas, yaitu istilah test, testing, tester dan testee, yang masing-masing mempunyai pengeritian yang berbeda. tes adalah alat atau prosedur yang yang dipergunakan dalam rangka pengukuran atau penilaian; testing adalah saat dilaksanakan atau peristiwa berlangsungnya pengukuran dan penilaian; tester adalahorang yang melaksanakan tes, atau membuat tes, atau eksperimentor, yaitu orang yang sedang melakukan percobaan (eksperimen); sedangkan testee (mufrad) yang sedang dikenai percobaan.

8

Prof. Drs. Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (PT Raja Grafindo Persada, 2008) hlm 66

17

Dari definisi di atas dapat kita simpulkan tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) dan prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penlain di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari nilai pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya, atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu. b. Fungsi Tes Ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes9, yaitu: 1) Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah di capai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. 2) Sebagai alat pengukur keberhasilan program mengajar, sebab melalui tes tersebut akan mendapat di ketahui seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat di capai. c.

Penggolongan tes Sebagai alat pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau golongan, tergantung dari segiman, atau dengan alasan penggolongan tes itu di lakukan 1) Penggolongan tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan /kemajuan belajar peserta didik sebagai berikut. a) Tes seleksi Tes seleksi sering dikenal dengan istilah”ujian ringan” atau “ujian masuk” tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon sisiwa baru, dimana hasil tes digunakan oleh untuk memilih calon pesenta didik yang tergolong yang paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes. Contohnya

meteri

pada

seleksi

ini

merupakan

msteri

persyaratan untuk mrngikuti program pendidikan yang akan di ikuti 9

Prof. Drs. Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (PT Raja Grafindo Persada, 2015) hlm 66

18

oleh calon. Sesuai dengan sifatnya, yaitu menyeleksi atau melakukan penyaringan maka materi tes seleksi terdiri atas butiran butiran soal yang cukup sulit, hanya calon-calon yang memiliki kemampuan tinggi sajalah yang di mungkinkan dapat menjawab butiran soal tes dengan betul. b) Tes awal Tes awal sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes ini tujuan untuk mrngrtahui sejauh manakah meteri atau bahan pelajaran yang akan di ajarkan telah dapat dikuasai peserta didik jadi tes awal adalah tes yang dilaksanakan sebalum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik Contohnya: sebelum mereka dierikan pelajaran matematika, terlebih dahulu di tes pengetahuanya dalam hal perkalian, pembagian, pengkuadratan, mencari akan dan sebagainya. Tes awal dapat dilaksanakan, baik secara tulisan atau lisan. Setelah tes awal itu berakhir, maka sebagai tindakan lajutnya adalah: 1) Jika dalam tes awal itu semua materi yang ditanyaan dalam tes sudah di kuasai dengan baik oleh peserta didik, maka materi yang telah ditanyakan dalam tes awal itu tidak akan diajarkan lagi. 2) Jika materi yang dapar di pahami oleh peserta didik baru sebagian saja, maka yang diajarkan adalah materi pelajaran yang belum cukup dipahami oleh para peserta didik tersebut. c) Tes Akhir Tes akhir sering dikenal dengan istilah post-test. Tes akhr bertujuan untukmengetahui apakah semua materi pelajran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik baiknya oleh para peserta didik Isi atau masalah tes akhir ini adalah bahan bahan terpelajar yang tergolong penting, dan biasanya naskah tes akhir ini di buat sama dengan naskah tes awal. Contohnya:

di

dalam

pelajaran

mengajar

seorang

guru

memberikan tes akhir kepada siswa dengan materi yang telah dijelaskan tadi. Tujuanya untuk mengetahui apakah hasil tes akhir lebih baik sama, ataukah lebih elek dari pada hasil tes awal. Jika hasil 19

tes akhir itu lebih baik dari pada tes awal, maka dapatdiartikan bahwa program pengajaran telah berjalan dan berhasil dengan sebaik baiknya d) Tes diagnostik Tes diasnogtik adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu. Tes diagnostik juga bertujuan ingin menentujan jawaban atau pertanyaan”apakah peserta didik sudah dapat menguasai pengetahuan yangmerupakan dasar atau landasan untuk dapat menerima pengetahuan selanjutnya, Materi ini yang ditanyakan dalam tes diagnostik pada umumnya ditekankan pada bahan bahan tertentu yang biasanya atau menurut pengalaman sulit di pahami siswa.tes ini dapat dilaksanakan ddngan secara lisan, terlutis, pembuatan atau kombinasi dari ketiganya. Sesui dengan nama tes itu sendiri (diagnose = pemeriksaan), maka jika hasil “pemeriksaan” itu menunjukan bahwa tingkat penguasaan peserta didik yang sedang “diperiksa” itu termasuk rendah, harus diberi bimbingan secara khusus agar mereka dapat memperbaiki tingkat penguasaannya terhadap mata pelajaran tertentu. e) Tes Formatif Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui, sudah sejauh manakah peserta didik “telah terbentuk” (sesui dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan) setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Tes formatif ini biasa dilaksanakan di tengah-tengah perjalanan program pengajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan pelajaran atau sub pokok bahasa terakhir atau dapat diselesaikan. Contohnya di sekolah-sekolah tes formatif ini biasa dikenal dengan istilah “Ulangan Harian”. Materi dari tes formatif ini pada umumnya ditekankan pada bahan-bahan pelajaran yang telah diajarkan. Butir-butir soalny tersndiri atas butir-butir soal, baik yang termasuk kategori mudah maupun yang termasuk kategori sukar. Tindak lanjut yang perlu dilakukan setelah diketahuinya hasil tes formatif adalah:

20

1) Jika materi yang diteskan itu telah dikuasi dengan baik, maka pembelajaran dilanjutkan dengan pokok bahasa yang baru. 2) Jika ada bagian-bagian yang belum dikuasai, maka sebelum dilanjutkan dengan pokok bahasa baru, terlebih dahulu dulagi atau dijelaskan lagi bagian-bagain yang belum dikuasi oleh peserta didik. Tujuan dari tes formatik ini adalah untu memperbaiki tingkat penguasaan peserta didik dan sekali gus juga untuk memperbaiki proses pembelajaran. f) Tes sumatif Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan. Contohnya: di sekolah, tes ini dikenal dengan istilah “ Ulangan Umum” atau EBTA (Evaluasi Belajar Tahap Akhir), dimana hasilnya digunakan untuk mengisi rapor atau mengisi ijazah (STTB). Tes sumatif ini pada umumnya disusun atas dasar materi pelajaran yang telah diberikan selama satu semester. Dengan demikian materi tes sumatif itu jauh lebih banyak ketimbang materi tes formatif. Tes sumatif dilaksanakan secar tertulis, agar semua siswa memperoleh soal yang sama. Butir-butir yang dikemukankan dalam tes sumatif ini pada umumnya juga lebih sulit atau lebih berat dari pada butir-butir soal tes formatif. Yang menjadi tujuan utama tes sumatif adalah untuk menentukn nilai yang melambangkan keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, sehingga ditentukan: a) Kedudukan dari masing-masing peserta didik di tengah-tengah kelompoknya; b) Dapat atau tidaknya peserta didik unk mengikuti program pengajaran berikutnya (yang lebih tinggi), dan; c) Kemajuan peserta didik, untuk diinformasikan kepada pihak oarang tua, petugas bimbinga dan koseling, lembaga-lembaga pendidikan lainnya, atau pasaran kerja, yang tertuang dalam bentuk repor atau surat tanda tamat belajar.

21

2) Penggolongan tes berdasarkan aspek psikis yang ingin diungkap sebagai berikut: 1) Tes intelegensi (intellegency test), yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang. 2) Tes kempuan yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh testee. 3) Tes sikap yakini, salah satujenis tes yang dipergunakan untuk mengungkap predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu terhadap dunia sekitnya, baik berupa individu-individu maupun obyek-obyek tertentu. 4) Tes kepribadian

yakni, tes

yang dilasanakan dengan tujuan

mengungkap ciri-ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah, seperi gaya bicara, cara berpakaian, nada suara, hobi atau kesenangan, dan lain-lain. 5) Tes hasil belajar atau tes pretasi yakni, tes yang biasa digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi belajar. 3) Penggolongan lain-lain Dititik dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: a) Tes individual yakni, tes di mana tester hanya berhadapan dengan satu orang testee saja, dan; b) Tes kelompok yakni tes dimana tester berhadapan dengan lebih dari satu orang testee. 4) Dititik dari segi waktu yang disediakan bagi tester untuk menyelesaikan tes, tes dapat dibedakan menjadi dua golangan yaitu; a) Power test, yakni tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes tersebut tidak dibatasi, dan; b) Speed test, yakni tes di mana waktu yang disedikan buat testee untuk menyelsaikan tes tersebut dibatasi. 5) Tes Tertulis a) Tes Pilihan Ganda

22

Tes Objektif Jenis pilihan ganda adalah suatu bentuk tes dengan jawaban tersedia atas 3 atau 4 serta 5 option pilihannya dan hanya saru jawaban yang tepat10 Contoh : Pedagang mangga mempunyai 1,75 kwintal mangga. Ia baru menjual mangganya sebanyak 0,50 kwintal. Berapa sisa mangga yang belum terjual ? a.

4/3 kwintal

b.

1 1/4 kwintal

c.

1/2 kwintal

d.

1 kwintal

Langkah-langkah penyusunan butir tes pilihan ganda dengan tahap sebagai berikut: Pertama

: Analisis Kurikulum

Kedua

: Peta Konsep

Ketiga

: Penyusunan Kisi-kisi

Keempat

: Menyusun spesifikasi butir soal

Kelima

: Menuliskan Butir Soal

Tes jenis pilihan ganda terdiri dari ganda biasa, sebab akibat dan asosiatif. Di samping itu, ada lima ragam tes pilihan ganda menurut wujud atau bentuk soalnya diantaranya sebagai berikut: 1)

Pilihan Ganda Melengkapi Pilihan (ragam A) Ragam A dengan susunan stem dan 4 atau 5 option

(alternatif jawaban) dimana satu jawaban adalah kunci jawaban dan lainnya pengecoh. Perintah mengerjakan butir soal ini: pilih satu jawaban yang paling tepat. Contoh soal: Mencari faktor-faktor dari suatu persamaan kuadrat, membahas tentang…

10

Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika (PT. Raja Grafindo Persada, 2014) hal 125

23

a.

Fakta

b.

Konsep

c.

Prinsip

d.

Keterampilan

2) Pilihan Ganda Sebab Akibat (Ragam B) Dalam jenis pilihan ganda ini ada dua pernyataan yang dipisah dengan kata karena atau sebab. Format sebab akibat itu bisa berhubungan dan keduanya benar, tapi tidak berhubungan. Pernyataan pertama bila mempunyai konsep benar dan bisa salah konsep sedemikian pula dengan pernyataan kedua. Contoh soal: Akar dari 169 adalah 13 sebab operasi hitung pengakaran hasilnya sama dengan operasi hitung perkalian. 3) Pilihan Ganda Asosiasi Kasus (ragam C) 4) Ganda Kompleks (ragam D) Pilihan ganda jenis ini adalah melihat hubungan antara jawaban yang menjadi option antara satu dengan yang lainnya.option yang ditawarkan sebanyak empat yakni (1),(2), (3), dan (4). dan antara option itu bisa bergabung menjadi satu pembenaran maka itulah pilihan jawabannya. Prosedur menjawab soal sebagai berikut : a.

Bila (1) dan (3) benar

b.

Bila (2) dan (4) benar

c.

Bila (1), (2) dan (3) benar

d.

Bila (4) benar

1.

Memahami konsep bilangan

2.

Memahami konsep operasi hitung

3.

Memahami konsep luas ruang bidang

4.

Memahami konsep keliling bidang

24

5) Membaca Diagram, Tabel, atau Grafik (ragam E) Kasus dalam butir soal ini dibuat dalam bentuk tabel atau diagram, dengan tampilan itu dilanjutkan dengan memilih jawaban yang tepat dari 4 option yang disediakan.11 b) Tes Objektif Menjodohkan Soal bentuk menjodohkan atau memasangkan terdiri dari suatu premis, suatu daftar kemungkinan jawaban, dan suatu petunjuk untuk menjodohkan masing-masing premis itu dengan suatu kemungkinan jawaban. Biasanya nama, tanggal/tahun, istilah,frase, pernyataan, bagian dari diagram, dan sejenisnya digunakan premis.12 Contoh: Petunjuk: Pilihlah pasangan premis di bagian kiri dengan bagian kanan sehingga terjadi suatu pengertian yang utuh dan logis. a.

F(x) startioner di x=0

b.

F(x) naik di x=0

c.

F(x) merupakan maksimum di stationer di x=a

d.

F(x) merupakan titik belok horizontal di stationer x=a a.

F’ (a) >0

b.

F’ (a)=0

c.

F’ (a)<0

d.

F’’ (a)>0

e.

F’’ (a)=0

f.

F’’(a)<0

c) Tes bentuk benar salah Tes benar salah ditekankan mengandung atau tidaknya kebenaran dalam pernyataan yang hendak dinilai siswa. Siswa menjawab dengan menetapkan apakah pernyataan yang disajikan itu salah atau benar dalam arti mengandung atau tidak mengandung kebenaran. 11

Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika (PT. Raja Grafindo Persada, 2014)hal. 130-133

12

Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika (PT. Raja Grafindo Persada, 2014) hal 133-134

25

Dalam soal tes benar salah siswa diminta melingkari tanda B jika pernyataan itu benar menurut pendapatnya dan melingkari tanda S jika salah. Ada 4 variasi yang dapat dibuat darimacam soal benar salah yaitu: a.

Biasa adalah bentuk umum dari tes ini yakni siswa hanya tinggal memberikan tanda dengan melingkari atau menyilang huruf B apabila pernyataan tersebut dinilai benar dan melingkari atau menyilang huruf S apabila pernyataan itu dinilai salah.

b.

Alasan adalah siswa tidak hanya diminta menilai kebenaran pernyataan tersebut, tetapi juga memberikan alasan apabila pernyataan itu dinilai salah.

c.

Pembetulan adalah dalam variasi ini siswa tidak hanya dituntut menilai kebenaran pernyataan tersebut, akan tetapi juga diminta memberikan alasan dan membetulkan jika pernyataan itu dinilai salah.

d.

Alasan dan pembetulan adalah gabungan dari alasan dan pembetulan.

Contoh: 1.

FPB dan KPK dari 20 dan 50 secara berurutan adalah 5 dan 100. ( Benar / Salah ) Jawabannya: Benar

2.

Volume suatu balok kayu adalah 3500 cm3 = 35 dm3. (Benar / Salah)

d) Tes bentuk Isian Bentuk tes isian adalah suatu jenis tes dimana kita diminta untuk memberikan jawaban pertanyaan dengan mengisi titik-titik yang kosong tersedia pada tes itu. Menurut Suke Silverius tes bentuk isian adalah tes yang melengkapi pernyataan yang lebih sering dipakai disbanding bentuk pertanyaan. Contoh: Jika persentase bunga (20), palawijaya (30), sayuran (25), buah (25) adalah hasil panen di daerah lubuk lintah pada tahun 2019. Dan hasil

26

panen seluruhnya berjumlah 600 ton, panen palawijaya sebanyak … ton. e) Tes uraian Tes uraian adalah tes yang jawabannya diberikan dalam bentuk menuliskan pendapat berdasar pengetahuan yang dimiliki. Tes uraian dapat digunakan ketika kita ingin mengukur misalkan berat perhiasan emas, karena harus diuraikan cara melakukannya tidak bisa hanya dengan memilih dari beberapa option. Contoh: Tes uraian materi matematika untuk kelas IX semester 1 dengan: Standar Kompetensi : memahami sifat-sifat tabung, kerucut, dan bola serta menentukan ukurannya. Kompetensi dasar

: mengidentifikasi unsur-unsur tabung, kerucut, dan bola; menghitung; ruas selimut dan volume tabung, kerucut dan bola.

Indikator kompetensi :menyebutkan unsur-unsur tabung, kerucut, dan bola;

menunjukkan

jarring-jaring

tabung,

kerucut, dan bola; menghitung luas selimut tabung kerucut, dan bola. Tujuan pembelajaran : 1.

Siswa dapat menemukan rumus luas selimut tabung kerucut, dan bola.

2.

Siswa dapat menemukan rumus volume tabung kerucut, dan bola.

3. Siswa dapat menghitung luas selimut tabung , kerucut, dan bola Kerjakannlah soal berikut ini sesuai perintah! Sebuah bak mandi berbentuk balok. Bagian dalamnya berukuran panjang 12 dm, lebar 8 dm, dan didinding 10 dm. Bak telah terisi air setinggi 8 dm. mamat disuruh ibunya mengisi bak mandi itu hingga penuh. a.

Beraapa liter volume air yang harus ditambahkan mamat?

b.

Jika mamat mengisi bak mandi itu dengan menggunakan ember yang volumenya 9 liter sebanyak 20 ember, apakah bak mandi itu menjadi penuh? Jelaskan alasan jawabanmu.

27

2. NonTes Dengan teknik non-tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan tanpa “menguji” peserta didik, melainkan dilakukan dengan melakukan pengamatan secra sistematis (observation), melakukan wawancara (interview(, menyerbarkan angket (questionnaire), dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen (documentary analysis).13 Sebagai berikut: a.

Pengamatan (observation) Secara umum obeservasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan atau pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang di jalankan seseran pengamatan. Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau proses terjadi suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar; misalnya tingkah laku peserta didik pada waktu guru pendidikan agama menyampaikan pelajaran di kelas, tingkah laku peserta didik pada waktu istirahat atau pada saat terjadinya kekosongan pelajaran, prilaku peserta didik pada saat sholat jamah di musholla sekolah, ceramah-ceramah keagamaan, upacara bendera, ibadah sholat terawih dan sebaliknya. Observasi dapat dilakuakn baik secara partisipatif maupun non partisipatif. Observasi dapat pula berbentuk observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan dalam situasi buatan atau berbentuk observasi yang dilakukan dalam situasi yang wajar. Pada observasi berpartisipasi, observasi (dalam hal ini pendidik yang sedang diamati tingkah lakunya, seperti: murit, siswa, mahasiswa, dan sebagainya), sedangkan observasi nonpartisipasi, evaluasi berada “ diluar garis”, seolah-olah sebagai penonton belaka. Jika observas di digunakan sebagai alat elaluasi, maka harus diingat bahwa pengcatatan hasil observasi itu pada umumnya jauh lebih sukar dari dapat memcatat jawaban-jawaban yang diberikan peserta didik terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dalam suatu tes, ulangan atau ujian;

13

Prof. Drs. Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (PT Raja Grafindo Persada, 2008) hlm 76

28

sebab respon yang diperoleh dalam observasi adalah berupa tingkah laku. Mencatat tingkah laku merupakan pekerjaan yang sulit, sebab di sini observasi selaku evaluator harus dapat dengan secara cepat mencatatnya. Pencatatan terhadap segala sesuatu yang disaksikan dalam observasi itu penting sekali sebab hasilnya dijadikan landasan untuk menilai makna yang terkandung dibalik tingkah laku peserta didik tersebut. b. Wawancara wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Ada dua jenis wawancara, yakni wawancara berstruktur dan wawancara kemungkinan

bebas

(tak

jawaban

berstruktur). telah

Dalam

disipakan

wawancara

sehingga

berstruktur

siswa

tinggal

mengategorikannya kepada alternatif jawaban yang telah dibuat. Keuntungan ialah mudah diolah dan dianalisis untuk dibuat kesimpulan. Sedangakan wawancara bebas, jawabannya bisa beraneka ragam. Hasil atau jawaban siswa tidak bisa ditafsirkan langsung, tetapi perlu analisi dalam bentuk katagori dimensi-dimensi jawaban, sesui dengan aspek yang diungkapkan. Ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam melkasanakan wawancara, yakni: a.

Tahap awal pelaksanaan wawancara

b.

Penggunaan pertanyaan,

c.

Pencatatan hasil wawancara. Tahap awal wawancara bertujuan untuk mengondisikan situasi

wawancara. Buatlah situasi yang mengungkapkan suasana keakraban sehingga dapatnya secara bebas dan benar atau jujur. Setelah kondisi awal kucup baik, barulah diajukan pertanyan-pertanyan sesui dengan tujuan wawancara. Pertanyaan diajukan secara bertahap dan sistematis berdasarkan rambu-rambu atau kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya. Tahap terakhir adalah mencatat hasil wawancara. Hasil wawancara sebaiknya dicatat saat itu juga supaya tidak lupa. Mencatat hasil wawancara berstruktur cukup mudah sebab tinggal memberikan tanda pada alternatif jawaban, misalnya melingkari salah satu jawaban yang ada. 29

Sedangkan pada wawancara terbuka kita perlu mencatat pokok-pokok isi jawaban apa adanya dari siswa, jangan tafsiran pewawancara atau ditambah dan dikurangi. Sebelum melaksanakan wawancara perlu dirancang pedomam wawancara. Pedoman wawancara disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut: a.

Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara.

b.

Berdasarakan tujuan diatas tentukan aspek-aspek yang akan diungkap dari wawancara tersebut.

c.

Tentukan bentuk pertanyaan yang akan digunakan, yakni berbentuk berstruktur ataukah berbentuk terbuka.

d.

Buatlah pertanyaan wawancara sesuai dengan analisis butir (c) di atas yakni membuat pertanyaan yang berstruktur dan atau yang bebas.

e.

Ada baiknya apabila dibuat pula pedoman mengolah dan menafsirkan hasil wawancara, baik pedoman untuk wawancara berstruktur maupun untuk wawancara bebas.

Contohnya: Tujuan : memperoleh informasi mengenai cara belajar yang dilakukan oleh siswa dirumahnya. Bentuk : wawancara bebas Responden : siswa yang memperoleh prestasi belajar cukup tinggi. Nama Siswa: .................................................................................... Kelas/Semester : ................................................................................................ Jenis Kelamin : .................................................................................................. Pertanyaan guru

Jawaban siswa

Komentar kesimpulan

dan hasil

wawancara I.

Kapan dan berapa lama anda belajar di rumah?

II.

Bagaimana cara anda

30

mempersiapakan diri untuk belajar secara efektif? III.

Kegiatan apa yang anda lakukan pada waktu mempelajari bahan pengajaran (bidang studi tertentu)

IV.

Seandainya anda mengalami kesulitandalam mempelajarinya, usaha apa yang anda lakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut?

V.

Bagaimana cara yang anda lakukan untuk mengetahui tingkat penguasaan belajar yang telah anda capai?

VI.

Dst.

..................2019 Pewawancara, ........................ c.

Angket Angket juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka penilaian hasil belajaran. Berbeda dengan wawancara dimana penilai (evaluator) berhadapan secara langsung (face to face) dengan peserta didik atau dengan pihak lainnya, maka dengan menggunkan angket, pengumpulan data sebagai bahan penilaian hasil belajar jauh lebih praktis, menghemat waktu dan tenaga. Angket dapat diberikan langsung kepada peserta didik, dapat pula diberikan kepada para orang tua mereka. Pada umunya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Disimpang

31

itu juga dimaksudkan untuk memperoleh data sebagai bahan dalam menyusun kurikulum dan program pembelajaran. Data yang dapat dihimpun melalui kuesioner misalnya adalah data yang berkenanan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi pleh para peserta didik dalam mengikuti pembelajaran, cara belajar mereka, fasilitas belajarnya, bimbingan belajar, motifasi dan minat belajarnya, sikap belajarnya, sikap terhedap mata pelajaran tertentu, pandangan siswa terhadap proses pembelajaran dan sikap mereka terhadap guru. Kuesioner sering digunakan untuk menilai hasil belajar ranah afektif. Ia dapat berupa kuesioner bentuk pilihan ganda (multiple choice item) dan dapat pula berbentuk skala sikap. Skala yang mengukur sikap, sangat terkenal dan sering du=igunakan untuk mengungkap sikap peserta didik adalah skala likert. Angket dibedakan menjadi 2, yaitu: angket langsung, disebut angket langsung apabila angket dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya. Angket tidak langsung adalah angket didisi oleh orang yang bukan dimintai keterangan tentang dirinya. Berikut ini merupakan langkah-langkah menyusun angket. a.

Merumuskan tujuan

b.

Merumuskan kegiatan.

c.

Menyusun langkah-langkah.

d.

Menyusun kisi-kis.

e.

Menyusun panduan angket.

f.

Menyusun alat penilain.

32

Contoh: ANGKET MINAT SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : ............

kelas/ Semester : ...............

Hari/tanggal :..............

Petunjuk 1. Pada angket ini terdapat 34 pertanyaan. Pertimbankan baik-baik setiap penyataan dalam kaitannya dengan materi pembelajaran yang baru selesai kamu pelajari, dan tentukan kebenarannya. Berikan jawaban yang benar-benar cocok dengan pilihanmu. 2. Pertimbangkan setiap penyataan secara terpisah dan tentukan kebenarannya. Jawabanmu jangan dipengarui jawaban terhadap pernyataan lain. 3. Catat responmu pada lembar jawaban yang tersedia, dan ikuti petunjuk-petunjut lain yang mungkin diberikan dengan dengan lembar jawaban. Terima kasih. Keterangan pilihan jawaban 1 = sangat tidak setuju 2 = tidak setuju 3 = ragu-ragu 4 = setuju PERNYATAAN pilihan jawaban 1. Guru benar-benar mengetahui bagaimana membuat kami menjadi antuasis terhadap materi pelajaran 1 2 3 4. 2. Hal yang saya pelajari dalam pembelajaran ini akan bermanfaat bagi saya. 1 2 3 4 3. Saya yakin bahwa saya akan berhasil dalam pembelajaran ini. 4. Pembelajaran ini kurang menarik bagi saya. 33

5. Guru membuat materi pembelajaran ini menjai penting. 6. Saya senang bekerja dalam pembelajaran ini. 7. Saya seing melamun di dalam kelas. 8. Manfaat pribadi dari pembelajaran ini jelas bagi saya. 9. Saya merasa agak kecewa dengan pembelajaran ini. 10. Para siswa berperan aktif di dalam pembelajaran.

PENGGOLONGAN PERNYATAAN DALAM ANGKET MINAT DAN MOTIVASI BERDASARKAN KRITERIA DAN KONDISI No. Kondisi

1.

Perhatian

Angket

Angket

Minat

Motivasi

Nomor

Nomor

Nomor

Nomor

pernyataan

pernyataan

pernyataan

pernyataan

positif

negative

positif

negative

1,3,4

3,5,7,2

4,6,8,9

1,2,3,4

2,4,3,5

1,3,7,8

10, 9,8,7

1,4,6

(attention) 2.

Relevansi (relevance)

Rekap skor yang diberikan siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam angket minat siswa dan angket motivasi dibuat dengan ketentuan sebagai berikut. 1. Untuk pertanyaan dengan kristeria positif: 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = ragu – ragu, 4 = setuju, dan 5 = sangat setuju. 2.

Untuk pernyataan dengan kriteria negatif: 1 = sangat setuju, 2 = setuju, 3 = raguragu, 4 = tidak setuju, 5 = sangat tidak setuju.

3.

Menghitung skor rata-rata gabungan dan kriteria positif dan negatif tiap kondisi, kemudian menentukan katagorinya dengan ketentuan skor rata- rata

1,00-1,49 =

tidak baik, 1, 50-2,49 = kurang baik, 2,50 – 3,49 =

3,50-4,49 =

cukup baik,

baik, dan 4,50-5,00 = sangat baik.

34

4.

Pemeriksaan dokumen Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (teknik nontes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen; misalnya dokumen yang memuat informasi mengenai riwayat hidup (auto biografi), seperti kapan dan dimana peserta didik dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak didalam keluarga (anak kandung/ anak angkat/ anak tiri, anak yatim/ anak piatu, anak keberapa dari beberapa anaka kandung/ anak sulung dan laiannya; sejak kapan diterima menjadi siswa, dari mana sekolah asalnya, dn masih banyak lagi yang di tanyakan tentang ke pribadian siswa. Selain itu dokumen ini juga memuat infomasi tentang orang tua peserta didik.14 Berbagai infomasi, baik mengenai peserta didik, orang tua dan linkungannya itu bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didik. Informasi-informasi seperti telah dikemukakan contohnya di atas, dapat direkam melakukan sebuah dokumen berbentuk formulir atau blanko isian, yang harus diisi pada saat peserta didik untuk pertama kali di terima sebagai siswa di sekolah yang bersangkutan.

C. Skala Pengukuran Skala adalah satuan yang digunakan dalam penilaian15. Pengukuran adalah Membandingkan keadaan tertentu dengan objek yang diukur dengan alat ukurnya dan menerakan bilangan pada objek. menurut aturan tertentu Dalam langkah pengambilan data atau informasi penilaian, ada bagian penting lainnya yaitu, pengukuran (meauserement), yaitu bagian evaluasi yang memiliki tujuan untuk menghasilkan data atau informasi tertentu16. Skala Pengukuran dibagi atas 4 macam skala ukur17: 1. Skala ukur nominal. Skala ukur yang paling sederhana.Alat ukur ini hanya mempunyai satu fungsi, yaitu membedakan.Contohnya misalkan, warna putih 14

Prof. Drs. Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (PT Raja Grafindo Persada, 2008) hlm 90

15

Purwanto (2011). Evaluasi hasil belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.hal 205 Sukardi (2015). Evaluasi program pendidikan dan pelatihan. Jakarta: Pustaka Nasional: Katalog Dalam

16

17

Ibid, hal 89-91

35

merah, putih biru, dan putih abu-abu seragam anak sekolah dasar, seolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas. Item pertanyaan atau pernyataannya hanya bisa dijawab” ya atau tidak” laki-laki- perempuan, siangmalam juga termasuk item evaluasi yang diukur secara nominal. Skala nominal biasanya digunaan para elevator untuk menggali informasi yang berkaitan erat dengan data pribadi responden sebelum mereka diminta mengisi pertanyaan atau pernyataan. 2. Skala ukur ordinal. Skala ukur ini merupakan skala ukur yang sering juga disebut sebagai skala peringkat. Skala ordinal adalah salah satu jenis pengukuran dimana angka dikenakan terhadap data berdasarkan urutan dari objek. Contohnya angka 1 untuk mewakili mahasiswa tahun pertama, 2 untuk tahun kedua, 3 untuk tahun ketiga, dan 4 untuk mahasiswa senior. Namun kita juga bisa memakai angka 10 untuk mewakili mahasiswa tahun pertama, 20 untuk tahun kedua, 25 untuk tahun ketiga, dan 30 untuk mahasiswa senior. Contoh lainnya, yaitu ada 28 peserta didik dalam kelas. Seorang guru mengurutkan peringkat kelas, mulai dari nilai yang tertinggi, mendapat juara 1 sampai nilai terendah, peringkat ke 28. 3. Skala ukur interval. Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh skala nominal dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain, yaitu berupa adanya interval yang tetap.contoh alat ukur yang interval diantaranya, alat ukur termometer dan alat ukur inteligensi manusia(IQ). Alat ukur interval tidak memilki titik awal atau nol mutlak. Contoh adalah alat ukur IQ dan skala temperature suhu. Implikasi yang terjadi dalam pelaksanaannya adalah misalkan IQ seorang anak adalaah 120 tidak sama dengan IQ dua orang anak juga 120, yang masing-masing ber IQ 60 karena ana yang ber IQ 120 adalah anak yang pintar, sedangkan anak yang ber IQ 60 adalah seorang anak yang memilki keterlambatan dalam berfikir. 4. Skala ukur rasio. Skala rasio adalah skala data dengan kualitas paling tinggi Merupakan skala ukur yang paling tepat dalam kegiatan penelitian maupun evaluasi program. Pada skala rasio,terdapat semua karakteristik skala nominal,ordinal dan skala interval ditambah dengan sifat adanya nilai nol yang bersifat mutlak atau absolut, sehingga memungkinkan kita membandingkan besaran angka-angka absolute yang mempunyai titi awal nol mutlak yang nilai dasarnya tidak dapat diubah. Alat ukur ini biasanya digunakan untuk pengalian, pembagian, pengurangan, penambahan. Juga sebagai alat ukur yang ada 36

dilaboratorium fisika mekanika dan teknik. Tinggi dan berat adalah dua contoh nyata disini. Seseorang yang memiliki berat 100 kg boleh dikatakan dua kali lebih berat dibandingkan seseorang yang memiliki berat 50 kg, dan seseorang yang memiliki berat 150 kg tiga kali lebih berat dibandingkan seseorang yang beratnya 50 kg

37

D. Rubrik Penskoran Hasil pengukuran, baik melalui tes dan non tes, menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor. Skor ini kemudian ditafsirkan sehingga menjadi nilai. Kesulitan yang dihadapi adalah menetapkan skor dengan dengan tepat. Disinilah pentingnya rubrik penilaian. Rubrik penilaian adalah panduan yang digunakan untuk menentukan skor hasil penyelesaiaan pekerjaan siswa. Dengan rubrik penilaian, guru akan lebih mudah menentukan skor siwa. Oleh karena itu, selain menyusun butir-butir instrumen, guru juga perlu mengembangakan rubrik penilaian. Rubrik dapat dibedakan menjadi dua yaitu rubrik analitik dan rubrik holistik. Rubrik analitik adalah pedoman untuk menilai berdasarkan beberapa kriteriayang telah ditentukan. Dengan menggunakan rubrik ini dapat dianalisa kelemahan dan kelebihan peserta didik terletak pada kriteria yang mana. Sedangkan rubrik holistik adalah pedoman untuk menilai berdasarkan kesan keseluruhan atau kombinasi semua kriteria. Dalam rubrik ini, salah satu penyebutan yang digunakan adalah tingkat 1 (memuaskan), tingkat 2 (cukup memuaskan dengan banyak kekurangan), tingkat 3(memuaskan dengan sedikit kekurangan), dan tingkat 4 (superior).

38

Berikut ini secara berturut-turut merupakan contoh rubrik penilaian analitik dan rubrik penilaian holistik pada pelajaran matematika. 1. Tes Uraian Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : X/I Kompetensi Dasar : Menerapkan konsep nilai mutlak dalam persamaan dan pertidaksamaan linier dalam memecahkan masalah nyata. Indikator : Menentukan himpunana penyelesaian persamaan linier dengan melibatkan nilai mutlak Butir Soal . Pedoman Penyekoran a) Analitik Langkah Pembahasan Soal Skor : Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan |

|

|

1

|

2

|

Untuk

|

|

{

5

|

{

5

maka –

3

5

(memenuhi karena berada pada domain Untuk maka

)

4

5 (tidak memenuhi karena ) Untuk maka

tidak berada pada domain

5 5

(memenuhi karena 6

berada pada domain

Jadi, himpunan penyelesaian = { Skor Maksimum

}

) 5 30

a) Holistik

39

Kriteria Memahami masalah Merumuskan pemecahan

Skala 1 Tidak memahami masalah Tidak mampu merumuskan pemecahan

2 Kurang memahami masalah mampu merumuskan pemecahan masalah, tetapi tidak tepat Mampu melaksanakan pemecahan masalah, tetapi tidak tepat Mampu membuat kesimpulan, tetapi tidak tepat

Melaksananakan Tidak mampu pemecahan melaksanakan masalah pemecahan masalah Membuat kesimpulan

Tidak mampu membuat kesimpulan

3 Cukup mampu memahami masalah Cukup mampu merumuskan pemecahan masalah

4 Mampu memahami masalah

Cukup mampu melasanakan pemecahan masalah

Mampu melasanakan pemecahan masalah

Cukup mampu membuat kesimpulan

Mampu membuat kesimpulan

Tabel diatas kemudian dapat ditabulasikan seperti : Aspek yang Dinilai Memaham Merumuskan Melaksananakan No Nama i masalah pemecahan pemecahan masalah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Mampu merumuskan pemecahan masalah

Membuat kesimpula n

Skor

Nilai

Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 , dengan pedoman sebagai berikut : ℎ



×

%

2. Penugasan (Produk dan Proyek) Mata Pelajaran : Matematika 40

Kelas/Semester

: X/I : Mendeskripsikan konsep sistem persamaan linier dua dan tiga variabel serta pertidaksamaan linier dua variabel dan mampu Kompetensi Dasar menerapkan berbagai strategi yang efektif dalam menentukan himpunan penyelesaiannya serta memeriksa kebenaran jawabannya dalam pemecahan masalah matematika. Indikator : 1. Mengidentifikasi konsep sistem persamaan linier dua variabel 2. Menjabarkan konsep sistem persamaan linier dua variabel a. Produk Deskripsi Tugas Ujilah pemahamanmu. Diskusikan permasalahan di bawah ini dengan kelompokmu. 1. Diberikan dua persamaan dan 2x + 3y = 2. Apakah dua persamaan ini membentuk sistem persamaan linier dua variabel ? 2. Diberikan persaman x = 3 dan y = -2. Apakah kedua persamaan tersebut membentuk sistem persamaan linier dua variabel ? Rubrik Penilaian Produk 1) Holistik No. Aspek yang Dinilai

Penilaian 1

1.

Persiapan

2.

Proses

3.

Hasil

4.

Kerjasama Kelompok

2

3

Skor 4

Skor yang Dicapai NIlai

2) Analitik Tahap Tahap Persiapan

Kriteria

1

2

3

4

Terampil dalam membuat perencanaan

Tidak ada perencanaan

Ada perencaa na kasar

Terdapat perencaan yang cukup teroranisir

Perencanaan terorganisisr dan sistematis

Kreatif dalam mengembangka

Ide kurang kreatif

Ide cukup

Ide atau pemikirann

Ide yang dimiliki sangat 41

n ide Melaksanakan pemecahan masalah

Tidak mampu melaksanak an pemecahan

Perhitungan matematika

Tidak terdapat perhitungan

Penjelasan dalam penyelasian

Sedikit atau tidak ada penjelasan

Menulis laporan hasil diskusi

Penulisan kurang rapi

Menentukan himpunan penyelesaian

Tidak terdapat HP

Tahap Pembuatan (Proses)

Tahap Penilaian Produk

Kerjasama

Kekompakan anggota kelompok

Anggota tidak kompak satu sama lain

kreatif

ya kreatif

kreatif

Mampu melaksan akan pemecah an, tetapi kurang tepat Terdapat perhiting an, tetapi kurang tepat Ada penjelasa n tetapi sukar dimenger ti

Mampu melaksanak an pemecahan

Sangat mampu melaksanakan pemecahan

Perhitungan tepat

Perhitungan sangat tepat dan lengkap

Penulisa n cukup rapi Terdapat HP, tetapi salah Anggota cukup kkompak k satu sama lain

Tabel diatas kemudian ditabulasikan seperti : No Kelompok Persiapan Proses . a b a b c

Sangat Sangat jelas jelas, hanya dan proses proses berfikir mudah berfikir diikuti kadangkadang tidak mudah diikuti Penulisan Penulisan rapi sangat rapi Terdapat HP dan benar, tetapi penulisan salah Anggota kelompok kompak satu sama lain, tetapi kadang masih cuek dengan teman yang bertanya

Hasil a b

Kerjas ama

Terdapat HP dan benar, serta penulisan benar Anggota kelompok sangat kompak dan saling membantu satu sama lain

Skor

Nilai 42

1 2 3 4 5 6 7 8 Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 , dengan pedoman sebagai berikut :

×

b. Proyek Deskripsi Tugas Temukan sebuah SPLDV yang menyatakan model matematika dari masalah nyata yang kamu jumpai di lingkungan sekitarmu. Uraikan proses penemuan model matematika yang berupa SPLDV. Kemudian tentukan himpunan penyelesaiannya yang menyatakan pemecahan masalah nyata tersebut. Buat laporan dan persentasikan hasilnya di depan kelas. Rubrik Penilaian Proyek 1) Holistik No. Aspek yang Dinilai

Penilaian 1

1.

Perencanaan

2.

Pelaksanaan

3.

Laporan Proyek

2

3

Skor 4

Skor yang Dicapai Nilai Keterangan : 1 = Kurang ; 2 = Cukup ; 3 = Baik ; 4 = Sangat Baik

2) Analitik Aspek yang dinilai

Kriteria

Skor (1 – 4)

Terampil dalam membuat perencanaan atau Perencanaan

persiapan Kreatif dan tepat dalam merumuskan judul

43

Sistematika penulisan bagus atau baik Informasi yang didapat merupakan informasi yang akurat Model matematika yang dibuat sesuai dengan Pelaksanaan

informasi dan meruakan pekerjaan sendiri Terampil serta tepat dalam melaksanakan pemecahan masalah Mampu membuat kesimpulan yang baik dan benar, serta sesuai

Laporan Proyek

Penyusunan laporan proyek Presentasi laporan proyek Skor yang Dicapai Nilai

Keterangan : 1 = Kurang ; 2 = Cukup ; 3 = Baik ; 4 = Sangat Baik

Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 , dengan pedoman sebagai berikut :

×

3. Kinerja Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : X/I Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan konsep sistem persamaan linier dua dan tiga variabel serta pertidaksamaan linier dua variabel dan mampu menerapkan berbagai strategi yang efektif dalam menentukan himpunan penyelesaiannya serta memeriksa kebenaran jawabannya dalam pemecahan masalah matematika. Indikator : 1. Menentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV) dengan metode eliminasi 2. Menentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV) dengan metode grafik.

44

Deskripsi Tugas 1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok 2. Tiap-tiap kelompok membuat dua soal yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel, satu soal dengan bentuk model matematika dan satu soal merupakan soal yang berkaitan dengan masalah penerapan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Tentukan himpunan penyelesaian dari SPLDV tersebut dengan metode eliminasi (soal penerapan) dan metode grafik (soal matematika) 4. Ikutilah langkah-langkah pengerjaan sebai berikut:







Langkah-langkah penyelesaian dengan metode eliminasi a. Modelkan permasalahan ke dalam kalimat matematika yang berupa persamaan 1 dan 2. b. Hilangkan salah satu variabel, misalnya variabel x c. Hilangkan variabel yang lain d. Tentukan selesaian dari SPLDV tersebut, dan jawablah pertanyaan yang diberikan soal.  



Langkah-langkah penyelesaian dengan metode grafik

a. Untuk menggambar grafik kedua persamaan, terlebih dahulu tentukan koordinat titik potong sumbu x dan sumbu y b. Gambarlah pada bidang cartesius di bawah ini koordinat titik potong sumbu-x dan sumbu-y dari setiap persamaan yang kalian peroleh c. Hubungkan titik-titik koordinat dari setiap persamaan yang telah kalian gambar tersebut dengan menggunakan garis d. Amatilah gambar grafik yang telah kalian buat tersebut! e. Berdasarkan grafik yang sudah kalian gambar, tulislah pertanyaan yang mungkin muncul atau belum dipahami f. Dari gambar grafik yang kalian amati tersebut, apa koordinat titik potong dari grafik dua persamaan tersebut? g. Berdasarkan jawaban f, sehingga diperoleh himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variabel tersebut adalah

Rubrik Penilaian Kinerja 1) Holistik No. Aspek yang Dinilai

Penilaian 1

1.

Pengorganisasian dan perencanaan

2.

Pemecahan Masalah

2

3

Skor 4

(Ketetpatan Menghitung)

45

3.

Gambar (Grafik)

4.

Penjelasan

5.

Kesimpulan Skor yang Dicapai NIlai

Keterangan : 1 = Kurang ; 2 = Cukup ; 3 = Baik ; 4 = Sangat Baik

2) Analitik Aspek yang

Kriteria

1

2

3

4

dinilai Perencanaan dalam mengumpulkan informasi dapat Pengorgan mengorganisir isasian dan informasi. perencana

Pengumpulan

an

data/informasi yang dilakukan terorganisir dan

Ada perencanaan kasar tetapi Tidak tetapi tidak Terorganisir terorganisir, cukup untuk dan ada ada atau tidak mengorgani perencanaan ada bukti pengumpula sir perencanaan n data. informasi yang kompleks

Sangat terorganisir, sistematik dalam pengumpula n data

sistematik Pemecahan Pemecaha

masalah yang

n Masalah

dilakukan sesuai

(Ketepatan atau tepat Menghitun Perhitungan yang g)

dilakukan sesuai

Tidak mampu melaksanak an pemecahan masalah

Mampu melaksanak an pemecahan masalah, tetapi tidak tepat

Mampu melasanaka n pemecahan masalah

Sangat mampu melaksanak an pemecahan masalah.

Ada gambar yang tidak jelas, ada kesalahan dalam menerjemah

Gambar jelas dan tepat , dan sesuai dengan data.

Seperti tingkat 3, ditambah gambar disajikan dengan rapi

dengan data Gambar disajikan Gambar (Grafik)

jelas, tepat, dan sesuai dengan informasi Gambar disajikan

Sembaranga n dan tidak jelas, banyak kesalahan

46

dengan rapi

kan data Ada

Terdapat Kesimpula kesimpulan n

dan baik

Kesimpulannya sesuai

Tidak ada kesimpulan akhir

kesimpulan akhir, tetapi kurang dimengerti

Kesimpulan akhir jelas

Kesimpulan akhir sangat jelas

Kemudian skor yang diperoleh selanjutnya ditabulasikan seperti : No .

Nama

Pengorgan isasian dan perencana an a b

Pemecahan Masalah (Ketepatan Menghitung) a b c

Gambar (Grafik)

a

b

Kesimpula n

a

Skor Nilai

b

1 2 3 4 5 6 7 8 Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 , dengan pedoman sebagai berikut :

×

4. Portofolio Mata : Matematika : X/I Pelajaran : Mendeskripsikan konsep sistem persamaan linier dua dan tiga variabel serta pertidaksamaan linier dua variabel dan mampu Kelas/Semester menerapkan berbagai strategi yang efektif dalam menentukan Kompetensi Dasar himpunan penyelesaiannya serta memeriksa kebenaran jawabannya dalam pemecahan masalah matematika. Indikator : Menentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV) dengan metode eliminasi, substitusi, eliminasisubstitusi.

47

Rubrik Penilaian Portofolio 1) Holistik No. Aspek yang Dinilai

Penilaian 1

1.

2

3

Skor 4

Membuat review materi tentang metode eliminasi

2.

Membuat review materi tentang metode substitusi

3.

Membuat review materi tentang metode eliminasi-substitusi

4.

Menyelasaikan soal penerapan masalah sehari-hari dengan metode eliminasi

5.

Menyelasaikan soal penerapan masalah sehari-hari dengan metode substitusi

6.

Menyelasaikan soal penerapan masalah sehari-hari dengan metode substitusi eliminasi Skor yang Dicapai NIlai

Keterangan : 1 = Kurang ; 2 = Cukup ; 3 = Baik ; 4 = Sangat Baik

2) Analitik No

Aspek yang dinilai

1.

Kriteria

Skor (1–4)

Pengidentifikasian metode eliminasi Membuat review materi tentang metode eliminasi

Algoritma atau langkah penyelesaian SPLDV dengan metode eliminasi Proses menyelesaiakan masalah dengan metode eliminasi Kesesuain materi tentang metode eliminasi 48

Contoh dan latihan soal yang diberikan 2.

Pengidentifikasian metode substitusi Algoritma atau langkah penyelesaian SPLDV Membuat review

dengan metode substitusi

materi tentang

Proses menyelesaiakan masalah dengan metode

metode substitusi

substitusi Kesesuain materi tentang metode substitusi Contoh dan latihan soal yang diberikan

3.

Pengidentifikasian metode eliminasi-substitusi Algoritma atau langkah penyelesaian SPLDV Membuat review

dengan metode eliminasi-substitusi

materi tentang

Proses menyelesaiakan masalah dengan metode

metode eliminasi-

eliminasi-substitusi

substitusi

Kesesuain materi tentang metode eliminasisubstitusi Contoh dan latihan soal yang diberikan

4.

Menyelasaikan soal

Pengidentifikasian soal

penerapan masalah

Pembuata model matematika

sehari-hari dengan

Perhitungan atau pemecahan yang dilakukan

metode eliminasi,

Penjelasan pada penyelesaian

substitusi, dan

Kesimpulan yang diberikan

eliminasi-substitusi

Kesesuain jawaban dengan pertanyaan Skor yang Dicapai Nilai

Keterangan : 1 = Kurang ; 2 = Cukup ; 3 = Baik ; 4 = Sangat Baik

Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 , dengan pedoman sebagai berikut :

×

49

5. Sikap Mata Pelajaran Kelas/Semester Kompetensi Dasar

Indikator

: Matematika : X/I : Memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan pada matematika serta memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan matematika yang terbentuk melalui pengalaman belajar. : 1. Kritis dalam mengerjakan tugas 2. Peduli terhadap teman yang tidak memahami materi pelajaran

3. Santun dalam berdiskusi 4. Bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas

Rubrik Penilaian Sikap 1) Holistik Penilaian No.

Jumlah Skor

Aspek yang Dinilai 1

1.

Kritis

2.

Peduli

3.

Santun

4.

Tanggung Jawab

2

3

4

Skor yang Dicapai Nilai

Keterangan : 1 = Kurang ; 2 = Cukup ; 3 = Baik ; 4 = Sangat Baik

2) Analitik No

Skor

Aspek yang Dinilai

Kriteria

(1 – 4)

Suka Bertanya Kritis

Memberi masukan positif ketika diskusi maupun presentasi Mengkritisi teman apabila melakukan kesalahan dalam 50

presentasi Mau menolong teman yang mengalami kesulitan, baik dalam diskusi maupun presentasi

Peduli

Tidak memaksakan pendapat atau keyakinan diri pada orang lain, artinya menerima kesepakatan meskipun berbeda pendapat. Mendahulukan kepentingan kelompok dari pada kepentingan pribadi Keluar kelas meminta ijin pada guru

Santun

Mendengarkan presentasi yang disampaikan temannya Tidak menyela pembicaraan pada waktu yang tidak tepat Menyelesaikan tugas dengan benar

Tanggung Jawab

Menyerahkan tugas tepat waktu Menyerahkan tugas dengan tulisan dan penampilan yang rapi. Skor yang Dicapai Nilai

Keterangan : 1 = Kurang ; 2 = Cukup ; 3 = Baik ; 4 = Sangat Baik

Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 , dengan pedoman sebagai berikut :

×

51

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Taksonomi pendidikan lebih dikenal dengan sebutan “Taksonomi Bloom”. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa taksonomi sangat bersifat mental. Mereka tidak menjelaskan kepada para pendidik secara konkret dan dapat diamati. Dalam pelaksanaan pendidikan disekolah, ketiga tujuan ini harus ada. Tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) dan prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penlain di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari nilai pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya, atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu. Dengan teknik non-tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan tanpa “menguji” peserta didik, melainkan dilakukan dengan melakukan pengamatan secra sistematis (observation), melakukan wawancara (interview(, menyerbarkan angket (questionnaire), dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen (documentary analysis). Skala adalah satuan yang digunakan dalam penilaian18. Pengukuran adalah Membandingkan keadaan tertentu dengan objek yang diukur dengan alat ukurnya dan menerakan bilangan pada objek. menurut aturan tertentu Dalam langkah pengambilan data atau informasi penilaian, ada bagian penting lainnya yaitu, pengukuran (meauserement), yaitu bagian evaluasi yang memiliki tujuan untuk menghasilkan data atau informasi tertentu B. Saran Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan para pembaca mampu memahami dan menangkap isi dan tujuan dari makalah yang kami susun. Sehingga

18

Purwanto (2011). Evaluasi hasil belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.hal 205

52

kita dapat memperkaya pengetahuan dengan materi-materi yang kami rangkum dari beberapa sumber.

53

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto. 2014. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cpita Hamzah Ali. 2013. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Prof. Dr. Suharsimi Arikunto. 2013. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara Purwanto Ngalim. 2010. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset Sudijono Hamzah Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidkan ed revisi, cet 8. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sukardi. 2015. Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan. Jakarta: Pustaka Nasional

54

More Documents from "Ridha Shabrina"

1 (2).docx
June 2020 0
Isi.docx
June 2020 0
Ulangan Tik Kelas V.docx
April 2020 39