Isi.docx

  • Uploaded by: Bob Anggara
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Isi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,990
  • Pages: 12
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove merupakan ekosistem utama pulau-pulau kecil yang sangat berperan baik bagi berbagai jenis ikan di kawasan tersebut maupun bagi biota ekosistem lainnya. Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik namun rawan. Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis ekosistem mangrove antara lain: pelindung pantai dari serangan angin, arus dan ombak dari laut, habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), dan tempat pemijahan (spawning ground) bagi biota perairan. Sedangkan fungsi ekonominya antara lain : penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri, dan penghasil bibit (Dahuri et al.2001). Kepiting bakau Ucides cordatus (Linnaeus, 1763) adalah salah satu spesies yang paling umum dari krustasea di ekosistem bakau Brasil, terutama di Utara dan Timur Laut wilayah negara (IBAMA 1994). Ini adalah ocypodoid terbesar yang endemik ke pantai Atlantik dari Amerika, dengan distribusi membentang dari Florida, Teluk Meksiko, Amerika Tengah, Antilles, dan utara Amerika Selatan termasuk Guyana, ke Brasil (Melo 1996). Di negara bagian Pernambuco (timur laut Brazil), spesies ini ditemukan dari kotamadya Goiana (North Coast) oleh pemerintah kota São José da Coroa Grande (South Coast), dengan penekanan pada produksi kotamadya Cabo de Santo Agostinho , Sirinhaem, Rio Formoso dan Tamandaré (Botelho et al. 1999). 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan mengenali lebih jelas mengenai kepiting bakau Ucides cordatus, mengenai morfologi, distribusi dan habitat, reproduksi, pemanfaaan, dan prospek ekonomi.

2

II. METODE

Adapun metode yang dilakukan dalam pembuatan makalah ini adalah menggunakan Metode Studi literatur yaitu cara yang dipakai untuk menghimpun data-data atau sumber-sumber yang berhubungan dengan topik yang diangkat dalam suatu penelitian. Studi literatur bisa didapat dari berbagai sumber, jurnal, buku dokumentasi, internet dan pustaka.

3

III. ISI

3.1 Morfologi/Taksonomi Ucides cordatus. Taksonomi spesies Ucides cordatus sebagai berikut Kelas

: Malacostraca

Familia

: Dictyotaceae

Genus

: Ucididae

Spesies

: Ucides cordatus.

Gambar 1. Ucides cordatus. Deskripsi

: Sebuah spesies semi-terestrial umum untuk hutan bakau Neotropical dengan karapas persegi panjang atau trapesium; depan relatif sempit, bawah membungkuk; perbatasan anterior seluruh sepenuhnya ditempati oleh orbit (mata soket). Rongga mulut benarbenar tertutup oleh maxillipeds dan menyembunyikan rahang; kaki berjalan yang berbulu (Gbr. 1). Total panjang dari rentang karapas dari 3.2-5.8cm, lebar berkisar dari 4.1-6.1cm. Betina tidak memiliki kaki berbulu dan meninggalkan jejak yang mendalam tipis di pintu masuk liang mereka, sedangkan jantan memiliki kaki berbulu dan meninggalkan lebar dan dangkal. Penjepit yang memanjang dan tidak merata pada kedua jenis kelamin, dengan tuberkel tajam di pinggiran batin. Warna: kebiru-biruan -karapas kuning, kaki merah muda, rambut di kaki abu-abu sampai hitam.

4

Habitat : Memiliki distribusi yang sangat luas, dapat ditemukan pada rataan terumbu karang bagian dalam, tengah maupun bagian luar.

3.2 Distribusi dan Habitat Meluas lebih Neotropik, Ucides cordatus didistribusikan ke seluruh Atlantik barat dari Florida ke teluk Meksiko, Amerika Tengah, Antilles, utara Amerika Selatan dan Brasil ke Uruguay. Hal ini diganti di pantai Pasifik oleh spesies yang sama Ucides occidentalis.

Gambar 2. Distribusi Ucides cordatus

Ditemukan di habitat lumpur, umumnya terkait dengan hutan bakau, mereka hidup di liang 1m panjang individu yang mereka membangun di dekat batas atas dari pasang (Nova, 1996) sendiri, selalu mencapai ke meja air. Liang sering terletak di antara liang kepiting lainnya, baik di bawah pohon bakau atau di tanah terbuka. Ucides cordatus tanah terbuka. Ucides cordatus hijauan aktif selama hari, sisa waktu yang mereka habiskan makan di liang mereka, tergantung pada siklus pasang surut. Pada pasang perbani, mencari makan dan aktivitas makan meningkat pada fajar dan menurun pada senja karena mereka bergantung pada lokasi makanan pada siang hari (Nordhaus et al., 2009). Ucides cordatus lebih aktif di luar liang mereka di musim kemarau dibanding pada

5

musim hujan. Mereka menutup liang mereka entrances dua sampai tiga jam sebelum banjir pasang, dan muncul kembali segera setelah retret pasang (Nordhaus et al., 2009).

3.3 Reproduksi Kepiting kawin tergantung pada tingkat masing-masing kematangan seksual dan tahap dalam siklus moulting. Dalam rangka untuk kawin laki-laki harus memiliki gonad matang secara seksual. Pada wanita, ovulasi umumnya terjadi dengan beberapa penundaan, sehingga memungkinkan bagi mereka untuk kawin sebelum gonad sepenuhnya matang (Hartnoll, 1969). Jumlah telur yang dihasilkan oleh betina mungkin 100.000. Kawin terjadi terutama pada malam hari di liang ditinggalkan setelah laki-laki berhasil menundukkan wanita. Biasanya mereka kawin selama periode antar-mabung betina. Sekarang diketahui bahwa kawin terjadi ketika laki-laki mengakui perempuan dalam periode antar-mabung, dan perempuan bekerja sama sebagai laki-laki menyeret dia keluar dari liang ditinggalkan untuk reproduksi untuk menjadi sukses (Hartnoll, 1969)

3.4 Pemanfaatan Kepiting bakau merupakan komoditas perikanan penting dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Kepiting bakau dimanfaatan sebagai sumber bahan pangan dan merupakan sumber protein yang bernutrisi tinggi. Keunggulan dari kepiting antara lain daging kepiting mengandung nutrisi penting bagi kehidupan dan kesehatan. Kepiting mengandung kolesterol, tetapi rendah kandungan lemak jenuh, merupakan sumber niacin, folate, pottassium, merupakan sumber protein, Vitamin B12, phosphorous, zinc, copper, dan selenium yang sangat baik untuk tubuh. Selenium diyakini berperan dalam mencegah kanker, perusakan kromosom, serta meningkatkan daya tahan terhadap infeksi virus dan bakteri (Kasry, 1996).

Menurut Fisheries Research and Development

Corporation di Australia berpendapat, bahwa dalam 100 gram daging kepiting bakau mengandung 22 mg Omega-3 (EPA), 58 mg Omega-3 (DHA), dan 15 mg Omega-6 (AA) yang sangat penting untuk pertumbuhan dan kecerdasan

6

anak. Kandungan asam lemak pada rajungan lebih besar dari kepiting, yaitu dalam 100 gram daging rajungan mengandung 137 mg Omega-3 (EPA), 90 mg Omega-3 (DHA), dan 86 mg Omega-6 (AA). Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa kepiting bakau merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang sangat penting karena bernilai ekonomis tinggi. Kepiting bakau merupakan sumberdaya alam yang bersifat dapat diperbaharui (renewable resources).

Ekosistem mangrove

sebagai ekosistem penting di pesisir merupakan habitat hidup dari kepiting bakau. Dengan menjaga kelestarian ekosistem mangrove dapat menjamin keberlangsungan

dari

pemanfaatan

sumberdaya

kepiting

bakau.

Ketergantungan sumber benih dalam kegiatan budidaya kepiting bakau sangat erat kaitannya dengan kelestarian hutan mangrove. Menurut Kusnandar dan Mulyani (2015) dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan pesisir harus memperhatikan aspek pengelolaan secara terpadu yaitu aspek lingkungan (ekologi), aspek ekonomi, aspek teknologi dan aspek sosial budaya. Selain itu dalam memanfaatkan dan mengelola sumber daya kelautan dan perikanan perlu diperhatikan daya dukung dan kemampuan asimilasi wilayah laut, pesisir dan daratan dalam hubungan ekologis, ekonomis, dan sosial. Kesinambungan ketersediaan sumber daya ini merupakan kunci dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan. Pembangunan kelautan dan perikanan merupakan pembangunan berbasis sumberdaya alam (resources-based development) yang dilakukan secara optimal dan berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam konteks ini, maka target pembangunan kelautan dan perikanan harus diupayakan tetap dalam koridor berkelanjutan secara ekonomi, ekologi, dan sosial. Aspek hukum dalam pengelolaan sumberdaya sangat diperlukan terkait fungsi regulasi dalam mengatur pemanfaatan yang dilakukan oleh para pelaku usaha.

Beberapa regulasi telah dikeluarkan pemerintah guna menjaga

keberlanjutan pemanfaatan sumberaya. Seperti PERPRES 73 (2012) tentang strategi nasional dalam pengelolaan hutan mangrove.

Dalam PERPRES

tersebut disebutkan bahwa ekosistem mangrove merupakan sumberdaya lahan

7

basah wilayah pesisir dan system penyangga kehidupan dan kekayaan alam yang nilainya sangat tinggi, sehingga diperlukan upaya perlindungan pelestarian dan pemanfaatan secara lestari untuk kesejahteraan masyarakat. Peraturan Mentri Kelautan dan Perikanan yang baru-baru ini dikeluarkan pada 6 Januai 2015. Dalam Permen No. 1/Permen-KP/015 melarang penangkapan kepiting dan rajungan yang bertelur serta wajib melepaskannya kembali kea lam dalam keadaaan hidup, aturan lainnya adalah kepiting yang boleh ditangkap dengan ukuran lebar karapas >15 cm. Pengaturan dan larangan yang ada dalam peraturan tersebut merupakan salah satu upaya untuk menjaga kelestarian sumberdaya kepiting bakau di alam, mengingat saat ini kebutuhan benih untuk budidaya dan produksi kepiting bakau masih mengandalkan hasil tangkapan dari alam.

3.5 Prospek Ekonomi Kepiting bakau merupakan salah satu biota ekonomis penting pada wilayah ekosistem mangrove dan merupakan komoditas perikanan yang bernilai ekonomis. Luas mangrove di Indonesia adalah terbesar di dunia 22,6% atau seluas 3.112.99 Ha (Giri et al. 2011). Menurut Cholik (1999) kepiting bakau merupakan komoditas perikanan penting sejak tahun 1980an. Produksinya saat itu meningkat 14,3% per tahun, pada tahun 1994 produksinya mencapai 8.756 ton, dimana 66,7% produksi kepiting berasal dari tangkapan alam. Ekspor kepiting Indonesia pada tahun 2013 mencapai 19.786 ton atau meningkat sebesar 25,76% atau senilai dengan Rp. 2,09 triliun (www.neraca.co.id).

8

IV. PEMBAHASAN

Mereka hidup di liang individu di antara spesies kepiting adat lainnya. Mereka umumnya dapat hidup 1-8 tahun. Penelitian telah menunjukkan bahwa telah ada penurunan populasi di daerah pesisir Brazil dan spesies terancam oleh eksploitasi yang berlebihan (Diele et al, 2005;. Legat et al., 2005). Ini mungkin terjadi karena populasi Ucides cordatus dipengaruhi pada faktor-faktor yang berhubungan dengan penangkapan ikan yang berlebihan, udang budidaya, bendungan, dan Ucides cordatus dipengaruhi pada faktor-faktor yang berhubungan dengan penangkapan ikan yang berlebihan, udang budidaya, bendungan, dan distribusi curah hujan yang tidak teratur. Ucides cordatus didominasi herbivora atau konsumen primer dan sumber makanan utama adalah sampah mangrove. Selama bulan-bulan awal masa pakainya, spesies memakan cacing polychaete dan mikroorganisme yang ditemukan dalam sedimen (Nordhaus dan Wolff, 2007). Mereka sengaja menelan sedimen yang mereka kumpulkan di luar liang mereka (Nordhaus dan Wolff, 2007). Serasah daun juga disimpan di liang mereka, yang mereka makan. Namun, sampah daun tidak disimpan untuk jangka waktu yang lama karena kerusakan. Hampir semua waktu yang dihabiskan di atas tanah adalah dikhususkan untuk makananseeking. Bila dibandingkan dengan kepiting pemakan daun lainnya Ucides cordatus memiliki energi harian yang tinggi asupan 37,6 KJ. Ini memiliki preferensi untuk Rhizophora mangle daun (Nordhaus et al., mangle daun (Nordhaus et al., 2009).

9

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Ucides cordatus ditemukan secara eksklusif di ekosistem bakau di seluruh dunia (Alcântara-Filho, 1978). Hal ini didistribusikan di sepanjang pantai Atlantik barat dari Florida (AS) ke Brasil. Di Brasil, ditemukan dari negara bagian Para Santa Catarina (Melo, 1996). Spesies ini mengalami seluruh siklus reproduksi dalam ekosistem mangrove (Nascimento, 1993). Kepiting bakau ini juga memiliki peranan penting dalam aliran energy dan aliran materi pada ekosistem mangrove. Kepiting ini juga punya peranan penting bagi masyarakat pesisir dimana kepiting ini berada karena selain menjadi pakan, kepiting ini juga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat karena memiliki nilai jual yang cukup sepadan. 5.2 Saran Diharapkan kepada kita semua masyarakat Indonesia khususnya mahasiswa bidang perikanan dan kelautan agar bisa mengenali kepiting mangrove Ucides cordatus ini karena sangat bermanfaat untuk kita salah satunya dalam bidang penelitian dan pengembangan.

10

DAFTAR PUSTAKA

Botelho, ERO, Dias, AF & Ivo, CTC 1999. Estudo sobre a biologia melakukan Caranguejo-Uca, Ucides cordatus cordatus ( Linnaeus, 1763), capturado nos Ucides cordatus cordatus ( Linnaeus, 1763), capturado nos estuários dos rios Formoso (rio Formoso) e Ilhetas (Tamandaré), tidak ada estado de Pernambuco. Boletim (Tamandaré), tidak ada estado de Pernambuco. Boletim Técnico-Cientifico lakukan CEPENE, 7 (1): 117-145. Cholik F. 1999. Review of Mud Crab Culture Research in Indonesia. ACIAR Proceeding No. 78. Proceedings of An International Scientific Forum Held in Darwin, australia, 21-24 April 1997. Canberra, Australia, p:14-20 Dahuri, R. Jacub, R. Sapta, P.G. and M.J. Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita. Jakarta. Diele, K., Koch, V. dan Saint-Paul, U. 2005. Penduduk Struktur, Komposisi Tangkap Dan CPUE Of The Kepiting Bakau Artisanally Panen Ucides cordatus ( Ocypodidae) Dalam Caetà © Muara, North Brasil: Indikasi Untuk Penangkapan ikan berlebihan ?. Aquat. Hidup resour. 18 (2): 169-178. doi: 10,1051 / ALR: 2.005.018. Hartnoll RG. 1969. Perkawinan di Brachyura. Crustaceana. Berlebihan. Perkawinan di Brachyura. Crustaceana. l6: 161-181. Giri C., Ochieng E., Tieszen LL., Zhu Z, Singh A., Loveland T., Masek J., and Duke N. 2011. Status and distribution of mangrove forests of the world using earth observation satellite data. Global Ecol. Biogeogr (20): 154–159 Kasry A. 1996. Budidaya Kepting Bakau dan Biologi Ringkas. Jakarta (ID): Bhatara Legat JFA, Puchnick AL, Castro PF, Pereira AML, Goes JM, dan Fernandes-Goes LC. 2005. Status perikanan sekarang dari Ucides cordatus (Linnaeus, 1763) (Brachyura, Ocypodidae) di Parnaíba wilayah delta, Brasil. Nauplius. 13: 65-70 Nordhaus, saya, Diele, K. dan Wolff, M. 2009. Pola Kegiatan, Feeding Dan Burrowing Perilaku Crab Ucides cordatus ( Ucididae) Dalam Tinggi intertidal Hutan Mangrove Di North Brazil. Jurnal Biologi Laut Eksperimental Dan Ekologi 374 (2): 104-112. doi: 10,1016 / j.jembe.2009.04.002. Nova, L. 1996. Mangrove Workshop Ekologi Manual. Ebah.Com.Br.

11

LAMPIRAN

12

Lampiran 1. Morfologi Ucides cordatus

More Documents from "Bob Anggara"