Isi Tugas 1.docx

  • Uploaded by: ASRI ANSAR
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Isi Tugas 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,857
  • Pages: 23
1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam peroses belajar. Para guru dituntut agar mampu memahami, menggunakan alatalat yang tersedia dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran. Menurut Arsyad (2011), media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Media digunakan sebagai alat komunikasi dalam proses pembelajaran untuk menyampaikan materi dari pengajar kepada peserta didiknya. Hamalik dalam Arsyad, (2011) mengemukakan bahwa pemakaian

media

pembelajaran

dalam

proses

belajar

mengajar

dapat

membangkitkan minat dan keinginan yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Sebagai salah satu komponen pembelajaran, media tidak bisa luput dari pembahasan sistem pembelajaran secara menyeluruh. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru dalam setiap kegiatan pembelajaran. Namun kenyataanya bagian inilah yang masih sering terabaikan dengan berbagai alasan. Alasan yang sering muncul antara lain: terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar, sulit mencari media yang tepat, tidak tersedianya biaya, dan lain-lain. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika setiap guru telah membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan dalam hal media pembelajaran. Sesungguhnya betapa banyak jenis media yang bisa

2

dipilih, dikembangkan dan dimanfaatkan sesuai dengan kondisi waktu, biaya maupun tujuan pembelajaran yang dikehendaki. Setiap jenis media memiliki karakteristik tertentu yang perlu kita pahami, sehingga kita dapat memilih media yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada di lapangan. Sehubungan hal diatas, media salah satu diantaranya yang sangat penting bagi guru, karena guru sebagai pengembang ilmu sangat penting sekali untuk memilih dan melaksanakan pembelajaran yang tepat dan efisien bagi peserta didik. Pembelajaran yang baik dapat ditunjang dari suasana pembelajaran yang kondusif serta terjadinya interakaktif antara guru dan siswa dengan baik. Pembelajaran akan lebih bermakna manakala menarik minat siswa dan memberikan kemudahan untuk memahami materi karena penyajiannya dengan dilengkapi berbagai media sebagai sarana penunjang kegiatan pembelajaran. Maka dari itu pada makalah ini, akan membahas atau menguraikan jenis dan klasifikasi media pembelajaran.

B. Sejarah lahirnya media pembelajaran Pada awal sejarah pendidikan, guru merupakan satu-satunya sumber untuk memperoleh pelajaran. Dalam perkembangan selanjutnya, sumber belajar itu kemudian bertambah dengan adanya buku. Pada masa itu kita mengenal tokoh bernama Johan Amos Comenius yang tercatat sebagai orang pertama yang menulis buku bergambar yang ditujukan untuk anak sekolah. Buku tersebut berjudul Orbis Sensualium Pictus (Dunia Tergambar) yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1657. Penulisan buku itu dilandasi oleh suatu konsep dashjhgar bahwa tak ada sesuatu dalam akal pikiran manusia, tanpa terlebih dahulu melalui penginderaan. Dari sinilah para pendidik mulai menyadari perlunya sarana belajar yang dapat meberikan rangsangan dan pengalaman belajar secara menyeluruh bagi siswa melalui semua indera, terutama indera pandang–dengar. Kalau kita amati lebih cermat lagi, pada mulanya media pembelajaran hanyalah dianggap sebagai alat untuk membantu guru dalam kegiatan mengajar (teaching aids). Alat bantu mengajar yang mula-mula digunakan adalah alat bantu visual seperti gambar,

3

model, grafis atau benda nyata lain. Alat-alat bantu itu dimaksudkan untuk memberikan pengalaman lebih konkrit, memotivasi serta mempertinggi daya serap dan daya ingat siswa dalam belajar. Sekitar pertengahan abad 20 usaha pemanfaatan alat visual mulai dilengkapi dengan peralatan audio, maka lahirlah peralatan

audio

visual

pembelajaran.

Usaha-usaha

untuk

membentuk

pembelajaran abstrak menjadi lebih konkrit terus dilakukan. Dalam usaha itu, Edgar Dale membuat klasifikasi 11 tingkatan pengalaman belajar dari yang paling konkrit sampai yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama ”Kerucut Penglaman” (Cone of Experience) dari Edgar Dale. Ketika itu, para pendidik sangat terpikat dengan kerucut pengalaman itu, sehingga pendapat Dale tersebut banyak dianut dalam pemilihan jenis media yang paling sesuai untuk memberikan pengalaman belajar tertentu pada siswa. Abstrak Simbol verbal Simbol visual Rekaman Radio Film

Foto, ilustrasi, slide dan sejenisnya Film, tutunan diskusi

Televisi

Vidio, tape, tutunan diskusi

Pameran

Poster, display, papan bulletin

Darmawisata

Tuntunan observasi

Demonstrasi

Alat-alat, bahan mentah, papan tulis

Pengamalan yang didramatisir Pengamalan yang logis

Konkrit

Bagan, diagram, grafik, dan lain sejenisnya

Pengamalan langsung bertujuan

Wayang, skrip, drama Model, obyek, specimen Manual, tuntunan observasi

Gambar : Kerucut Pengalaman Edgar Dale Sumber : Musfiqon, 2012

Pada akhir tahun 1950, teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat audio visual. Dalam pandangan teori komunikasi, alat audio visual berfungsi sebagai alat penyalur pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan. Begitupun

4

dalam dunia pendidikan, alat audio visual bukan hanya dipandang sebagai alat bantu guru saja, melainkan juga berfungsi sebagai penyalur pesan belajar. Sayangnya, waktu itu faktor siswa, yang merupakan komponen utama dalam pembelajaran, belum mendapat perhatian khusus. Pada tahun 1960-an, para ahli mulai memperhatikan siswa sebagai komponen utama dalam pembelajaran. Pada saat itu teori Behaviorisme BF. Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran. Teori ini telah mendorong diciptakannya media yang dapat mengubah tingkah laku siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Produk media pembelajaran yang terkenal sebagai hasil teori ini adalah diciptakannya teaching machine (mesin pengajaran) dan Programmed Instruction (pembelajaran terprogram). Pada tahun 1965-1970,

pendekatan

sistem

(system

approach)

mulai

menampakkan

pengaruhnya dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Pendekatan sistem ini mendorong digunakannya media sebagai bagian intregal dalam proses pembelajaran. Media, yang tidak lagi hanya dipandang sebagai alat bantu guru, melainkan telah diberi wewenang untuk membawa pesan belajar, hendaklah merupakan bagian integral dalam proses pembelajaran. Media, yang tidak lagi hanya dipandang sebagai alat bantu guru, melainkan telah diberi wewenang untuk membawa pesan belajar, hendaklah merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar.

5

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian Media Pembelajaran Media secara etimologi berasal dari bahasa Latin Medio atau medius yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang berarti pengantar, atau perantara. Seddangkan dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Secara khusus, media dapat diartikan sebagai alat atau sarana komunikasi yang digunakan sebagai perantara atau pengantar pesan yang berisi informasi dari sumber ke penerima pesan. (Musfiqon, 2012)

Dikaitkan dengan pembelajaran, media dimaknai sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi berupa materi ajar dari pengajar kepada pesertadidik sehingga peserta didik menjadi lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Satu hal yang perlu diingat bahwa peranan media tidak akan terlihat apabila penggunaannya tidak sejalan dengan isi dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Secanggih apa pun media tersebut, tidak dikatakan menunjang pembelajaran pembelajaran apabila keberadaanya menyimpang dari isi dan tujuan pembelajaran. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman, 2010) Menurut Gerlach dan Ely (1971), media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Sehingga guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Latuheru (1988) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Sedangkan Gagne dan Briggs dalam Musfiqon, (2012), media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk

6

menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset, vidio camera, vidio recorder, film, slide (gambar), foto, gambar, grafik, televisi dan komputer. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut maka dapat ditarik garis besar dari pengertian media pembelajaran adalah segala bahan, alat, metode ataupun teknik yang digunakan untuk menyampaikan informasi dari sumber (guru) ke penerima informasi (siswa) selama proses pembelajaran sehingga dicapai proses pembelajaran yang lebih bermutu.

B. Landasan Penggunaan Media Pembelajaran Menurut Daryanto dalam bukunya Media Pembelajaran ada beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran, antara lain landasan filosofis, psikologis, tekhnologis, dan empiris. 1.

Landasan Filosofis Dalam pembelajaran masih terjadi interaksi antara dan siswa interasi ini sebetulnya merupakan proses untuk mencari makna secara bersama, yaitu pengasaan materi pembelajaran. Dalam pembelajaran juga ada tujuan, materi pembelajaran, strategi, dan evaluasi sebagai kuran keberhasilan pembelajaran. Proses pembelajaran tidak lepas dari usaha kebenaran yang terjadi dari kegiatan yang berlogika, beretika, dan berestetika. Dalam pembelajaran guru dan siswa bersaha mencari mana yang benar dan mana yang salah. Proses pencarian kebenaran inilah yang merupakan ranah filsafat, yaitu berlogika. Secara harfiah, filosofis (Filsafat) berarti cinta atau kebijakan (Sukmadinata, 2002). orang belajar berfilsafat agar ia menjadi orang yang mengerti dan berbuat secara bijak. Untuk dapat mengerti kebijakan dan berbuat secara bijak, ia harus tahu dan berpengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh melalui proses berfikir, yaitu berfikir secara sistematis, logis, dan mendalam. Pemikiran demikian dalam filsafat sering disebut sebagai pemikiran radikal, atau berfikir sampai keakar-akarnya. Berfilsafat diartikan pula berfikir secara radikal. Berfikir sampai keakar.

7

Secara akademik, filsafat berarti upaya menggambarkan dan menyatakan suatu pandangan yang sistematis dan konfrehensif tentang alam semesta dan kedudukan manusia didalamnya. Berfilsafat berarti menangkap synopsis peristiwa-peristiwa yang simpang siur dalam pengalaman manusia. Filsafat mencakup keseluruhan pengetahuan manusia, berusaha menlihat segala yang ada ini sebagai satu kesatuan yang menyeluruh dan mencoba mengetahui kedudukan manusia didalamnya. Untuk itu, sering dikatakan bahwa filsafat merupakan ibu dari segala ilmu. Pendapat para filusuf umumnya memandang filsafat umum sebagai dasar filsafat pendidikan, tapi John Dewey seumpamanya mempunyai pandangan hampir sama dengan Butler. Bagi dewey filsafat pendidikan adalah sama, sebagaimana juga pendidikan menurut dewey sama dengan kehidupan. Seperti halnya dalam filsafat umum, dalam filsafat pendidikan pun dikenal banyak pandangan atau aliran. Setiap pandangan mempunyai landasan metafisika, epitemologi, aksiologi tentang masalah pendidikan yang berbeda. Salah satu pandangan tentang filsafat pendidikan, dikemukakan John Dewey. a. Dasar-dasar filsafat dewey Ciri utama filsafat dewey adalah konsepsinya tentang dunia yang selalu berubah. Mengalir atau non going-nes. Prinsip ini membawa konsekuensi yang cukup jauh, bagi dewey tidak ada yang menetap dan abadi, semuanya berubah. Cirri lain filsafat dewey adalah anti dualistic. Pandangannya tentang dunia adalah monistik yang tidak lebih dari sebuah hipotesis. b. Teori penedidikan dewey Pendidikan berarti perkembangan, perkembangan sejak lahir hingga menjelang kematian. Jadi, pendidikan itu juga berarti sebagai berarti bahwa proses pendidikan itu tidak mempunyai pendidikan diluar, tetapi terdapat dalam pendidikan itu sendiri. Proses pendidikan juga bersifat kontiniu

merupakan

reorganisasi,

rekonstruksi,

dan

pengubahan

pengalaman hidup. Pendidikan itu merupakan organisasi pengalaman hidup, membentuk kembali pengalaman hidup, dan juga perubahan hidup

8

sendiri. John dewey menjelaskan bahwa pendidikan itu tidak mempunyai tujuan hanya orang tua, guru, dan masyarakat yang mempunyai tujuan John Dewey dalam Sukmadinata (2002). Ada lima langkah berfikir reflektif menurut john dewey dalam sukma dinata (2002:43) : a. Merasakan adanya keraguan, kebingungan yang menimbulkan masalah. b. Mengadakan interpretasi tentative (merumuskan hipotesis). c. Mengadakan penelitian atau pengumpulan data yang cermat. d. Memperoleh dari hasil dari pengujian hipotesis tentative. e. Hasil pembuktian sebagai sesuatu yang dijadikan dasar untuk berbuat.

2.

Landasan Psikologis. Kondisi psikologis anak didik dalam suatu kelas biasanya berbeda perkembangan psikologinya. Oleh karena itu, perlakuan dalam interaksi antar siswa dan guru tidak bisa disama ratakan antara siswa satu dengan siswa yang lainnya. Pemberian materi dan penggunaan media pembelajaran pn perlu disesuaiakan dengan kondisi psikologis anak yang beragam tersebut. Kondisi psikologis merupakan karakteristrik psiko-fisik seseorang sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk prilaku dalam interaksi dengan lingkungannya. Prilaku-prilaku tersebut merupakan manifestasi dari ciri-ciri kehidupannya, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, prilaku kognitif, afektif, dan psikomotor. Ada dua bidang psikologi yang mendasari media pembelajaran, yaitu: Psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Keduanya sangat diperlukan, baik didalam merumuskan tujuan, memilih, dan menerapkan media serta teknik-teknik evaluasi. a. Psikologi Perkembangan

9

Psikologi perkembangan membahas perkembangan individu sejak masa konsepsi, yaitu masa pertemuan spermatozoid dengan sel telur sampai dengan dewasa. 1. Metode dalam psikologi perkembangan Pengetahuan tentang perkembangan individu diperoleh melalui studi yang bersifat longitudinal, cross sectional, psikoanalitik, sosiologik, atau studi kasus. Studi longitudinal menghimpun informasi tentang perkembangan

individu

melalui

pengamatan

dan

pengkajian

perkembangan sepanjang masa perkembangan, dari saat lahir sampai dengan dewasa, seperti yang pernah dilakukan oleh Williard C. Olson. Metode Cross sectional pernah dilakukan oleh Arnold Gessel. Ia mempelajari beribi-ribu anak dari berbagai tingkat usia, mencatat cirriciri fisik dan mental, pola-pola perkembangan, serta perilak mereka. Studi psikoanalitik dilakukan oleh Sigmund Freud beserta para pengikutnya.

Studi

ini

lebih

banyak

diarahkan

mempunyai

perkembangan anak pada masa-masa sebelumnya, terutama pada masa kanak-kanak. Menurut mereka pengalaman yang tidak menyenangkan pada masa belita ini dapat mengganggu perkembangan pada masamasa

berikutnya.

Metode

sosiologik

digunakan

oleh

Robert

Havighusrst. Ia mempelajari perkembangan anak dilihat dari tuntutan akan tugas-tugas yang harus dihadapi dan dilakukan dalam masyarakat. Tuntunan akan tugas-tgas kehidupan masyarakat ini oleh Havighurst disebut sebagai tgas-tugas perkembangan (developmental tasks). 2. Teri Perkembangan Dikenal ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan individu, yaitu; Perkembangan pentahapan, pendekatan diferensial, dan

pendekatan

ipsatif.

Menurut

pendekatan

pentahapan,

perkembangan individu berjalan melalui tahap-tahap perkembagan. Setiap tahap perkembangan mempunyai karakteristik tertentu yang berbeda dengan tahap yang lainnya. Pendekatan diferensial melihat

10

bahwa individu memiliki persamaan dan perbedaan. Atas dasar persamaan dan perbedaan tersebut individu dikategorikan atas kelompok-kelompok yang berbeda. Kita mengenal ada kelompok individu berdasarkan jenis kelamin ras, agama, status sosial-ekonomi dan

sebagainya.

Pengelompokkan

individu

adakalanya

juga

didasarkan atas kesamaan karakteristiknya. Kedua pendekatan tersebut berusaha untuk menarik atau pendekatan generalisasi yang berlaku untuk semua individu. Adapun pendekatan yang berusaha melihat karakteristik individu-individu inilah yang dikelompokkan sebagai pendekatan ipsatif. b. Psikologi Belajar Psikologi belajar juga perlu dipertimbangkan guru dalam memilih media pembelajaran. Pertimbangan bagaimana anak belajar, motivasi belajar, serta aspek lain sangat diperlukan. Dalam pembelajaran, guru perlu mempertimbangkan hal-hal yang terkait dengan psikologi belajar dibawah ini; a. Seleksi dan organisasi bahan pelajaran. b. Menentkan kegiatan belajar mengajar yang menarik dan efektif. c. Merencanakan kodisi belajar yang optimal agar tujuan belajar tercapai. Dalam penggunaan media pembelajaran seorang guru juga dituntut untuk memperhatikan kondisi psikologis anak didik yang perkembangannya cukup beragam tersebut. Pemilihan media pembelajaran tidak bisa disamakan

antara

psikologisnya

anak

yang

belum

sempurna

perkembangan

dengan anak yang sudah sempurna perkembangan

psikologisnya. Sebab media pembelajaran tidak bisa berfungsi secara optimal jika tidak sesuai dengan perkembangan makna pembelajaran melalaui media yang tidak sesuai modalitas dan psikologisnya. 3.

Landasan Sosiologis Penggunaan media pembelajaran tidak bisa dilepaskan dengan kondisi sosiologis peserta didik. Sebab, kondisi sosiologis juga mempengaruhi

11

respons peserta didik terhadap jenis media yang digunakan guru dalam pembelajaran. Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi insani menuju manusia yang berbudaya. Dalam konteks itulah peserta didik dihadapkan dengan budaya. Serta dipupuk kemampuan dirinya menjadi manusia yang berbudaya. Kebudayaan adalah hasil cipta, karsa, dan rasa manusia yang diwujudkan dalam tiga gejala, yaitu: 1. Ide, konsep, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan lain-lain. 2. Kegiatan, yakni tindakan berpola dari manusia dalam bermasyarakat. 3. Benda hasil karya manusia. Keseluruhan dari tindakan manusia yang berpola teramat banyak jumlahnya, yang dapat dikategorikan dalam dua unsur, yakni; Unsur yang bersifat universal, artinya kebudayaan yang berlaku umum bagi setiap manusia dimuka bumi, dan Unsur yang bersifat khusus, artinya dalam kebudayaan yang sifatnya niversal tersebut ada unsur-unsur yang khusus. 3.

Landasan Teoritis Penggunaan media pendidikan Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Menurut Bruner (1966) ada tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu Pertama, pengalaman langsung adalah mengerjakan, misalnya arti kata “simpul” dipahami dengan langsung membuat “simpul”. Kedua, pengalaman pictorial (Gambar) adalah gambar atau image, kata simpul dipelajari dari gambar, lukisan, foto, atau film. Meskipun siswa belum pernah mengikat tali untuk membuat simpul mereka dapat mempelajari dan memehaminya dari gambar, lukisan, foto, atau film. Selanjutnya, pada tingkat symbol siswa membaca (mendengar) kata simpul dan mencoba mencocokkannya dengan simpul pada image mental atau mencocokkannya

dengan

pengalamannya

membuat

simpul.

Ketiga,

pengalaman abstrak adalah pengalaman pemerolehan hasil belajar seperti itu digambarkan oleh Dale (1969) sebagai suatu proses komunikasi. Materi yang ingin disampaikan dan diinginkan siswa dapat menguasainya disebut sebagai

12

pesan. Guru sebagai sumber pesan menuangkan pesan kedalam symbol tertentu dan siswa sebagai penerima menafsirkan simbol-simbol tersebut sehingga dipahami sebagai pesan. Cara pengolahan pesan dari guru oleh murid dapat digambarkan. 5.

Landasan Teknologis Media Pembelajaran Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek perancangan, pengembangan, penerapan, pengelolaan, penilaian proses dan sumber belajar. Jadi, teknologi pembelajaran merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari cara pemecahan, melaksankan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi di mana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol. Dalam teknologi pembelajaran, pemecahan masalah dilakukan dalam bentuk: kesatuan komponen-komponen sistem pembalajaran yang telah disusun dalam fungsi desain atau seleksi, dan dalam

pemanfaatan

serta

dikombinasikan

sehingga

menjadi

sistem

pembelajaran yang lengkap. Komponen-komponen ini termasuk pesan, orang, bahan, media, peralatan, teknik dan latar. Sasaran akhir dari teknologi pembelajaran adalah memudahkan pembelajar untuk belajar, untuk mencapai sasaran akhir ini, teknologteknolog di bidang pembelajaran mengembangkan berbagai sumber belajar untuk memenuhi kebutuhan setiap pebelajar sesuai dengan karakteristiknya. Dalam upaya itu, teknologi berkerja mulai dari pengembangan dan pengujian teori-teori tentang berbagai media pembelajaran melalui penelitian ilmiah, dilanjutkan dengan pengembangan desainnya, produksi, evaluasi dan memilih media yang telah diproduksi, pembuatan katalog untuk memudahkan layanan penggunaannya, mengembangkan prosedur penggunaannya, dan akhirnya menggunakan baik pada tingkat kelas maupun pada tingkat yang lebih luas lagi (diseminasi). Semua kegiatan ini dilakukan oleh para teknolog dengan berpijak pada prinsip bahwa suatu media hanya memiliki keunggulan dari media lainnya bila digunakan oleh pebelajar yang memiliki karakteristik sesuai dengan

13

rangsangan yang ditimbulkan oleh media pembelajaran itu. Dengan demikian, proses belajar setiap pembelajar akan amat dimudahkan dengan hadirnya media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik belajarnya. Media pembelajaran sebagai bagian dari teknologi pembelajaran memiliki enam manfaat potensial dalam memecahkan masalah pembelajaran, yaitu: a. Meningkatkan produktivitas pendidikan (Can make education more productive). Dengan media dapat meningkatkan produktivitas pendidikan antara lain dengan jalan mempercepat laju belajar siswa, membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik dan mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga guru lebih banyak membina dan mengembangkan kegairahan belajar siswa. b. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual (Can make education more individual). Pembelajaran menjadi lebih bersifat individual antara lain dalam variasi cara belajar siswa, pengurangan kontrol guru dalam proses pembelajaran, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuan dan kesempatan belajarnya. c. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran (Can give instruction a more scientific base). Artinya

perencanaan

program

pembelajaran

lebih

sistematis,

pengembangan bahan pembelajaran dilandasi oleh penelitian tentang karakteristik

siswa,

karakteristik

bahan

pembelajaran,

analisis

instruksional dan pengembangan desain pembelajaran dilakukan dengan serangkaian uji coba yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. d. Lebih memantapkan pembelajaran (Make instruction more powerful). Pembelajaran

menjadi

lebih mantap dengan jalan meningkatkan

kapabilitas manusia menyerap informasi dengan melalui berbagai media komunikasi, di mana informasi dan data yang diterima lebih banyak, lengkap, dan akurat.

14

e. Dengan

media

membuat

proses

pembelajaran

menjadi

lebih

langsung/seketika (Can make learning more immediate). Karena media mengatasi jurang pemisah antara pembelajar dan sumber belajar, dan meng-atasi keterbatasan manusia pada ruang dan waktu dalam memperoleh informasi, dapat menyajikan “kekongkritan” meskipun tidak secara langsung. f. Memungkinkan penyajian pembelajaran lebih merata dan meluas (Can make access to education more equal).

C. Jenis-Jenis Media Pembelajaran a. Media Visual Media yang tidak diproyeksikan 1) Media realita adalah benda nyata. Benda tersebut tidak harus dihadirkan di ruang kelas, tetapi siswa dapat melihat langsung ke objek. Kelebihan dari media realita ini adalah dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa. Misal untuk mempelajari keanekaragaman makhluk hidup, klasifikasi makhluk hidup, ekosistem, dan organ tanaman. 2) Model adalah benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang merupakan representasi atau pengganti dari benda yang sesungguhnya. Penggunaan model untuk mengatasi kendala tertentu sebagai pengganti realita. Misal untuk mempelajari sistem gerak, pencernaan, pernafasan, peredaran darah, sistem ekskresi, dan syaraf pada hewan. 3) Media grafis tergolong media visual yang menyalurkan pesan melalui simbol-simbol visual. Fungsi dari media grafis adalah menarik perhatian, memperjelas sajian pelajaran, dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan jika hanya dilakukan melalui penjelasan verbal. Jenis-jenis media grafis adalah: 1) Gambar / foto: paling umum digunakan 2) Sketsa: gambar sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian pokok tanpa

detail.

Dengan

sketsa

dapat

menarik

menghindarkan verbalisme, dan memperjelas pesan.

perhatian

siswa,

15

3) Diagram / skema: gambar sederhana yang menggunakan garis dan simbol untuk menggambarkan struktur dari obyek tertentu secara garis besar. Misal untuk mempelajari organisasi kehidupan dari sel samapai organisme. 4) Bagan/chart : menyajikan ide atau konsep yang sulit sehingga lebih mudah dicerna siswa. Selain itu bagan mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari penyajian. Dalam bagan sering dijumpai bentuk grafis lain, seperti: gambar, diagram, kartun, atau lambang verbal. 5) Grafik: gambar sederhana yang menggunakan garis, titik, simbol verbal atau bentuk tertentu yang menggambarkan data kuantitatif. Misal untuk mempelajari pertumbuhan. Media proyeksi 1) Transparansi OHP merupakan alat bantu mengajar tatap muka sejati, sebab tata letak ruang kelas tetap seperti biasa, guru dapat bertatap muka dengan siswa (tanpa harus membelakangi siswa). Perangkat media transparansi meliputi perangkat lunak (Overhead transparancy/OHT) dan perangkat keras (Overhead projector/OHP). Teknik pembuatan media transparansi, yaitu: a. Mengambil dari bahan cetak dengan teknik tertentu. b. Membuat sendiri secara manual. 2) Film bingkai/slide adalah film transparan yang umumnya berukuran 35 mm dan diberi bingkai 2X2 inci. Dalam satu paket berisi beberapa film bingkai yang terpisah satu sama lain. Manfaat film bingkai hampir sama dengan transparansi OHP, hanya kualitas visual yang dihasilkan lebih bagus. Sedangkan kelemahannya adalah biaya produksi dan peralatan lebih mahal serta kurang praktis. Untuk menyajikan dibutuhkan proyektor slide. b.

Media Audio 1. Radio Radio merupakan perlengkapan elektronik yang dapat digunakan untuk mendengarkan berita yang bagus dan aktual dapat mengetahui beberapa

16

kejadian dan peristiwa-peristiwa penting dan baru, masalah-masalah kehidupan dan sebagainya. Radio dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang cukup efektif. 2. Kaset-audio Yang dibahas disini khusus kaset audio yang sering digunakan di sekolah. Keuntungannya adalah merupakan media yang ekonomis karena biaya pengadaan dan perawatan murah. c.

Media Audio-Visual 1. Media video Merupakan salah satu jenis media audio visual, selain film. Yang banyak dikembangkan untuk keperluan pembelajaran, biasa dikemas dalam bentuk VCD. 2. Media computer Media ini memiliki semua kelebihan yang dimiliki oleh media lain. Selain mampu menampilkan teks, gerak, suara dan gambar, komputer juga dapat digunakan secara interaktif, bukan hanya searah. Bahkan komputer yang disambung dengan internet dapat memberikan keleluasaan belajar menembus ruang dan waktu serta menyediakan sumber belajar yang hampir tanpa batas.

D. Prinsip Pemilihan Media Pembelajaran Memilih media yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran tidaklah mudah. Selain memerlukan analisis mendalam dengan mempertimbangkan berbagai aspek juga dibutuhkan prinsip-prinsip tertentu agar pemilihan media bisa lebih tepat. Ada tiga prinsip utama yang bisa dijadikan rujukan bagi guru dalam memilih media pembelajaran, diantaranya adalah: 1. Prinsip efektifitas dan efeisiensi Dalam konsep pembelajaran, efektifitas adalah keberhasilan pembelajaran yang diukur dari tingkat ketercapaian tujuan setelah pembelajaran selesai dilaksanakan.

Jika

semua

tujuan

pembelajaran

telah

tercapai

maka

pembelajaran disebut efektif. Sedangkan efisiensi adalah pencapaian tujuan

17

pembelajaran dengan menggunakan biaya, waktu dan sumber daya lainya seminimal mungkin. Dalam memilih media pembelajaran seorang guru dituntut bisa memperhatikan aspek efektifitas dan efisiensi. Media yang yang digunakan dalam pembelajaran seharusnya dapat mendukung dan mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran. Media yang memenuhi aspek efektifitas dan efisiensi dapat meningkatkan ketertarikan siswa dalam proses belajar mengajar. Materi yang disampaikan melalui media juga akan lebih mudah diserap siswa. 2. Prinsip relavansi Prinsip relevansi ada dua macam, yakni relevansi kedalam dan keluar. Relevansi

kedalam

adalah

pemilihan

media

pembelajaran

yang

mempertimbangkan kesesuaian antara tujuan, isi, strstegi, dan evaluasi materi pembelajaran. Selain itu juga relevansi ke dalam juga memperhatikan pesan, guru, siswa, dan desain media yang akan digunakan dalam pembelajaran. Sehingga media yang digunakan sesuai dengan kebutuhan guru, kebutuhan siswa, serta sesuai dengan materi yang disampaiakan. Sedangkan relevansi keluar adalah pemilihan media yang disesuaikan dengan kondisi perkembangan masyarakat. Media yang dipilih disesuaikan dengan apa yang biasa digunakan masyarakat secara luas. 3. Prinsip Produktifitas Selain mengacu pada dua prinsip di atas, guru juga perlu mempertimbangkan prinsip produktifitas. Produktifitas dalam pembelajaran dapat dipahami pencapaian tujuan pembelajaran secara optimal dengan menggunakan sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam. Dalam memilih media pembelajaran, guru dituntut untuk bisa menganalisis apakah media yang akan digunakan bisa meningkatkan pencapaian tujuan pembelajaran atau tidak. Jika media yang digunakan bisa menghasilkan dan mencapai target dan tujuan pembelajaran lebih baik dan banyak maka media tersebut dikatagorikan media produktif.

18

E. Kreteria Pemiliahan Media Pembelajran Pemilihan media pembelajaran harus menganalisis kreteria-kreteria media pembelajaran. Para pakar media pembelajaran telah merumuskan kreteri-kreteria pemilihan media, diantaranya: 1. Kesesuain dengan tujuan Pemilihan media pembelajaran hendaknya dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Media dipilih berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. 2. Ketepatgunaan Tepat guna dalam konteks media pembelajaran diartikan pemilihan media telah didasarkan pada kegunaan. Jika media itu dirasa belum tepat dan belum berguna maka tidak perlu dipilih dan digunakan dalam pembelajarannya. 3. Keadaan peserta didik Kreteria pemilihan media yang baik adalah disesuaikan dengan keadaan peserta didik, baik keadaan psikologis, filosofi, maupun sosiologis anak. Media yang efektif adalah media yang penggunaannya tidak tergantung dari perbedaan individu siswa. 4. Ketersediaan Walaupun suatu media dinilai sangat tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran, media tersebut tidak dapat digunakan jika tidak tersedia. Menurut Wilkinson, media merupakan alat mengajar dan belajar, peralatan tersebut harus tersedia ketika dibutuhkan untuk memenuhi keperluan siswa dan guru. 5. Biaya kecil Faktor biaya seringkali menjadi pertimbangan utama dalam pemilihan media pembelajaran. Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan menggunakan media hendaknya benar-benar seimbang dengan hasil-hasil yang akan dicapai. 6. Keterampilan guru Aspek keterampilan guru ini seringkali menjadi kendala tersendiri dalam proses pemilihan media. Banyak guru yang mimilih media sederhana dengan

19

alasan tidak bisa mengoperasikan media yang lebih canggih atau modern. Padahal dari sisi hasil media yang lebih canggih dan modern bisa menghasilkan pembelajaran lebih optimal. 7. Mutu teknis Kualitas media jelas mempengaruhi tingkat ketersampaian pesan atau materi pembelajaran kepada anak didik. Untuk itu, media yang dipilih hendaknya memiliki mutu teknis yang baik.

G. Mengembangkan Media Pembelajaran Secara garis besar kegiatan pengembangan media pembelajaran terdiri atas tiga langkah besar yang harus dilalui, yaitu kegiatan perencanaan, produksi dan penilaian. Sementara itu dalam rangka melakukan desain atau rancangan pengembangan program media Arief Sadiman, dkk, memberikan urutan langkahlangkah yang harus diambil dalam pengembangan program media menjadi enam langkah, yakni; 1. Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa Kebutuhan dalam proses belajar mengajar adalah kesenjangan antara apa yang memiliki siswa dengan apa yang diharapkan. Setelah menganalisis kebutuhan siswa, maka kita juga perlu mengalisis karakteristik siswanya, baik menyangkut kemampuan pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki siswa sebelumnya. 2. Merumuskan tujuan pembelajaran (Intructional Objective) dengan operational dan khas. Sebuah tujuan pembelajaran hendaknya memiliki empat unsur pokok yang dapat kita akronimkan dalam ABCD (audience, Behavior, Condition, dan Degree). Penjelasan dari masing-masing komponen tersebut sebagai berikut: A

Audience adalah menyebutkan sasaran/audien yang dijadikan sasaran pembelajaran.

B

Behavior adalah menyatakan prilaku spesifik yang diharapkan atau yang dapat dilakukan setelah pembelajaran berlangsung.

20

C

Condition adalah menyebutkan kondisi yang bagaimana atau dimana sasaran dapat mendemonstrasikan kemampuan atau keterampilannya.

D

Degree adalah menyebutkan batasan tingkatan minimal yang diharapkan dapat dicapai.

3. Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan Penyusunan rumusan butir-butir materi adalah dilihat dari sub kemampuan atau keterampilan yang dijelaskan dalam tujuan khusus pembelajaran, sehingga materi yang disusun adalah dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan dari kegiatan proses belajar mengajar tersebut. Setelah daftar butir-butir materi dirinci maka langkah selanjutnya adalah mengurutkannya dari yang sederhana sampai kepada tingkatan yang lebih rumit, dan dari hal-hal yang konkrit kepada yang abstrak. 4. Mengembangkan instrumen pengukuran Alat pengukur keberhasilan seyogyanya dikembangkan terlebih dahulu sebelum naskah program ditulis. Dan instrumen pengukuran ini harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan dari materi-materi pembelajaran yang disajikan. Bentuk instrumen pengukurannya bisa dengan tes, pengamatan, penugasan atau cheklist perilaku. 5. Menulis naskah media Naskah media adalah bentuk penyajian materi pembelajaran melalui media rancangan yang merupakan penjabaran dari pokok-pokok matri yang telah disusun secara baik seperti yang telah dijelaskan di atas. Supaya materi pembelajaran itu dapat disampaikan melalui media, maka materi tersebut perlu dituangkan dalam tulisan atau gambar yang kita sebut naskah program media. 6. Mengadakan tes atau uji coba dan revisi Tes adalah kegiatan untuk menguji atau mengetahui tingkat efektifitas dan kesesuaian media yang dirancang dengan tujuan yang diharapkan dari program tersebut. Suatu program media yang oleh pembuatnya dianggap telah baik, tetapi bila program itu tidak menarik, atau sukar dipahami atau tidak

21

merangsang proses belajar bagi siswa yang ditujunya, maka program semacam ini tentu saja tidak dikatakan baik. Tes atau uji coba tersebut dapat dilakukan baik melalui perseorangan atau melalui kelompok kecil atau juga melalui tes lapangan, yaitu dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya dengan menggunakan media yang dikembangkan.

22

BAB III PENUTUP

I. KESIMPULAN Dalam suatu proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang akan disampaikan dapat di bantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai dari yang paling sederhana dan murah sampai media yang paling canggih dan mahal harganya.

23

DAFTAR PUSTAKA Asyhar, Rayandra.2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jambi: Gaung Persada Press. Munadi, Yudhi.2008 Media Pembelajaran; Sebuah Pendekatan. Jakarta: Gaung Persada Press. Musfiqon.2012. Media Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka. Susilana, Rudi dan Cepi Riyana.2007. Media Pembelajara. Bandung: CV. Wacana Prima. Sadiman, Arief S., dkk.2010.Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Erlik.2011(http://erliknisak.blogspot.com, 19 September 2014) Dr.2011(http://saderi-cilayang.blogspot.com, 15 September 2014) Irvan.2011(http://irvanpmc.blogspot.com, 20 september 2014) Daryanto, 2010, Media Pembelajaran, Bandung: Satu Nusa. Prof. Dr. Azhar Arsyad, MA., 2002, Media Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers. Arsyad, Azhar.2010.Media Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Pers Musfiqon.2012.Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran.Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher. Galrach, V.G dan Ely, D.P, 1871. Teaching and Media A systematic Approach. Englewood Cliffs. Prentice-Hall. Inc

Related Documents


More Documents from "maria"

Makalah Fix.docx
November 2019 27
Mesin Fraise.docx
December 2019 37
06. Bab I.docx
December 2019 9