BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu wilayah yang kompleks secara geologi karena terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu Eurasia, IndoAustralia, dan Pasifik.Kondisi yang kompleks ini membawa dampak positif pada kehadiran sumber daya mineral dan energi, diantaranya adalah energi panas bumi. Hingga saat ini, Indonesia memiliki lebih dari 300 lokasi panas bumi yang berada dilingkungan vulkanik dan non vulkanik dan tersebar hampir di seluruh wilayah kepulauan Indonesia.Pemerintah telah memutuskan untuk memanfaatkan sumber daya panas bumi sebagai salah satu sumber energi terbarukan dalam pemenuhan kebutuhan energi nasionalmelalui kebijakan energi bauran nasional. Indonesia memiliki potensi panas bumi terbesar yaitu 40% dari potensi dunia, yang tersebar di 265 lokasi di sepanjang jalur vulkanik yang membentang dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, 2 dan Maluku. Berdasarkan data dari Badan Geologi pada tahun 2011, potensi pembangkit listrik tenaga panas bumi Indonesia adalah 29.308 MW. Namun, sampai dengan saat ini baru sekitar 1.196 MW (4%) dari total potensi pembangkit listrik tenaga panas bumi yang telah dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.
1
Gambar 1.Peta Persebaran Gunung Api di Indonesia
Daerah Sulawesi Utara merupakan jalur vulkanik atau ring of fire dengan rentetan gunung api aktif yang berkesinambungan membentuk sistem panas bumi. Berdasarkan data peta persebaran potensi panas bumi di Indonesia yang diperlihatkan pada Gambar 1, Sulawesi Utaran diperkirakan memiliki potensi panas bumi sekitar 918 MW. PT.Pertamina Geothermal Energy (PGE) telah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) yang memiliki 6 unit produksi, 54 Sumur, serta 27Cluster. Setiap unit mampu memproduksi daya sebesar 20 Mw, sehingga total kapastas PLTP Lahendong sebesar 120 Mw. Sumur produksi sendiri berjumlah 12, sumur injeksi 36, dan sumur abandoned berjumlah 6. Single Flash Steam Cycle merupakan system yang paling banyak di terapkan di PLTP Lahendong. Satu-satu nya binary cycle terdapat pada Cluster 5. Binary cycle sendiri merupakan system yang memanfaatkan fluida kerja (work fluid) sebagai
2
penggerak turbin. Pada binary cycle terdapat komponen-komponen seperty Heat Exchanger, Evaporator, Recuperator, Kondenser, dll. Komponen-komponen ini memiliki peran masing-masing terhadap system. Recuperator sendiri nyatanya dapat degunakan dapat pula di tiadakan.HYSYS adalah suatu aplikasi simulator yang dapat merangkaikan proses binary cycle. Sehingga diharapkan dengan menggunakan aplikasi ASPEN HYSYS kita dapat mengetahui pengaruh recuperator terhadap effisiensi produksi daya pada system binary cycle. 1.2 Rumusan Masalah 1.Bagaimana pengaruh rekuperator pada system pembangkit binary cycle di cluster 5 PLTP Lahendong ? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui pengaruh rekuperator pada system pembangkit binary cycle di cluster 5 PLTP Lahendong. 1.4 Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Instansi terkait: Sebagai
bahan
pertimbangan
perusahaan
dalam
perencanaan
pembangunan system binary cycle di kemudian hari. 2. Institusi pendidikan: Sebagai bahan referensi dalam hal pengetahuan tentang teknik produksi maupun pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang geothermal
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Geothermal merupakan energi yang dapat diperbaharui jika dilihat secara relatif terhadap jangka waktu hidup manusia. Walaupun, energi geothermal tergolong “green energy” namun harus tetap menjaga agar energy geothermal menjadi energi yang berkelajutan dalam artian dapat terus dimanfaatkan dengan memperhatikan juga dampak terhadap lingkungan. Energi geothermal memiliki banyak sekali keuntungan yang dapat diperoleh dibandingkan dengan energi terbarukan lainnya seperti energi gelombang laut, angin dan arus laut. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut. o Tingkat ketersediaan yang tinggi o Emisi hampir mendekati nol emisi. o Penggunaan lahan yang relatif tidak luas o Polusi atmosfer yang tergolong rendah Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan hidup masyarakat dengan penggunaan tertinggi urutan ketiga setelah bahan bakar minyak dan gas. Untuk mengatasi krisis ketersediaan energi listrik harus dilakukan peningkatan cadangan dengan mengutamakan pemanfaatan sumber energi setempat dan terbarukan. Salah satu nya yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Geothermal (PLTP) 2.1.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan fluida panas bumi sebagai penggerak turbin untuk
4
menghasilkan energy listrik. Ada empat jenis design atau sistem pembangkit listrik yaitu : 1. Dry Steam Power Plants (DSPP) Dry steam power plants (DSPP) . DSPP menggunakan sistem langsung artinya menggunakan uap jenuh atau sangat panas dengan tekanan diatas atmosfer dari reservoir yang lebih didominasi uap dan langsung dapat dialirkan ke turbin. DSPP terbagi menjadi dua jenis yaitu non-condesing dancondensing Perbedaan antara keduanya hanya terdapat atau tidaknya kondensor.
Gambar 2.1 Diagram Skema Dry Steam Non-Condensing Power Plant
Gambar 2.2 Diagram Skema Dry Steam Condensing Power Plant
5
2. Flash Steam Power Plants Flash steam power plants terdapat dua jenis yaitu single flash cycle dan double flash cycle. Single flash terdapat dua jenis yaitu condensing system dan back pressure system. Condensing system menggunakan pemisah dua fasa fluida yang berasal dari sumur yaitu antara air dan uap. Air yang terpisah akan dialirkan pada sistem biner atau disuntikkan kembali ke reservoir. Sedangkan uap dialirkan ke turbin dan kondensor pada tekanan vakum. . Double flash cycle tidak jauh berbeda dengan dengan single flash cycle. Pada sistem double menggunakan dua tahap pemisahan yang hasilnya akan terdapat dua sumber tekanan pada turbin. Uap bertekanan tinggi dari pemisah pertama dicampur dengan uap bertekanan rendah dari pemisah kedua untuk menghasilkan tenaga ekstra. Sisa air dari pemisah kedua akan disuntikkan kembali ke reservoir.
Gambar 2.3 Diagram Skema Single Flash Condensing System Power Plant
6
Gambar 2.4 Diagram Skema Single Flash Back Pressure System Power Plant
Gambar 2.5 Diagram Skema Double Flash Condensing System Power Plant
3. Binary Cycle Geothermal Power Plants Binary geothermal power plants. Pembangkit biner menggunakan dua fluida yang memiliki titik didih yang berbeda. Dua jenis fluida tersebut adalah fluida yang berasal dari reservoir panas bumi yang disebut fluida primer dan fluida kerja yang berasal dari penambahan manual yang memiliki titik didih yang lebih rendah dari fluida primer. Fluida kerja yang dipakai dapat berupa isopentana, freon, dan amonia. Energi panas dari fluida primer digunakan untuk memanaskan fluida kerja dalam siklus tertutup kemudian fluida kerja diuapkan untuk memutar turbin.
7
Kedua fluida tidak tercampur melainkan terpisah jadi energi panas dari fluida primer ditransfer melalui heat exchanger atau penukar panas. Pembangkit biner efektif untuk reservoir panas bumi yang memiliki suhu rendah atau dibawah 170oC. Pembangkit jenis ini bergantung pada suhu fluida primer dan fluida kerja yang dipilih.
Gambar 2.6 Diagram Skema Binary System Power Plant 4. Combine Cycle Power Plants Combined cycle. Terdapat dua jenis untuk sistem ini yaitu bottoming binary (BBB) system dan spent steam bottoming binary (SSBB) system. BBB adalah gabungan dari single flash condensing system dan binary system sebagai unit dasarnya. Setelah fluida primer dipisah melalui separator uap kering dialirkan menuju turbin dan kondensor sedangkan air sisa yang masih memiliki panas digunakan untuk meguapkan cairan kerja kemudian dialirkan ke turbin sehingga terdapat energi tambahan untuk memutar turbin. Sedangkan SSBB merupakan gabungan dari back pressure system dan binary system. Perbedaan dengan BBB adalah SSBB menggunakan uap dari hasil kondensasi pada pre-heater dan evaporator dan tidak lagi menggunakan air sisa dari separator.
8
Gambar 2.7 Diagram Skema Brine Bottoming Binary (BBB) system Power Plant
Gambar 2.8 Diagram Skema Spent Steam Bottoming Binary (SSBB) System Power Plant
Sehingga, dapat dipelajari dari design pembangkit listrik sistem BBB dan SSBB dapat menghasilkan energi yang cukup besar dan lebih efektif daripada sistem yang lainnya. 2.1.2 Binary Cycle Pembangkit Listrik
Tenaga
Panasbumi
(PLTP)
area
Lahendong
mengunakan single flash cycle, karena dianggap paling cocok dan efisien. Pada tahun 2013 PT.Pertamina Geothermal Energy (PGE), GFZ Potsdam, dan BPPT bekerja sama untuk membangun sebuah prototype percontohan siklus binery di cluster 5. Sistem kerja binary cycle ini menggunakan fluida kerja n-pentane, yang memiliki titik didih rendah yaitu 36.1oC. Fluida primer yaitu brine, dialirkan dari
9
separator masuk ke dalam heat-exchanger dan memanaskan air yang nantinya akan melewati evaporator untuk memanaskan fluida kerja sehingga fluida kerja terevaporasi dan dialirkan untuk memutar turbin. Suhu brine ketika dialirkan berkisar 170OC dan kembali sekitar 140OC. Pasokan brine: 172.5oC dan 35Kg/s dengan suhu lingkungan sebesar 20OC dapat menghasilkan daya sebesar 500 kWe. Deskripsi fungsional dari system pembangkit binary cycle dapat dibagi menjadi 4 sub-sistem teknis seperti yang ditujukan pada gambar 2.22, siklus fluida geothermal (kuning), siklus air panas (merah), siklus fluida kerja (hijau), siklus air dingin(biru)
Gambar 2.9 Siklus Fluida Geothermal Komponen-komponen pada binary cycle seperti yang ditunjukan pada gambar 1. Primary Heat Exchanger Primary Heat Exchanger adalah sebuah alat yang berfungsi untuk mentransfer energy panas (enthalpy) antara dua atau lebih fluida, antara permukaan padat dengan fluida, atau antara partikel padat dengan fluida, pada temperature yang berbeda serta terjadi kontak thermal. Heat exchanger dapat
10
juga berfungsi sebagai alat pembuang panas, alat sterilisasi, pesteurisasi, pemisah campuran, destilasi, dll. 2. Evaporator Evaporator adalah sebuah alat yang fungsinya mengubah fluida sebagian atau seluruhnya dari bentuk cair menjadi uap. Evaporator mempunyai dua prinsip, yaitu untuk memutar panas dan untuk memisahkan uap yang terbentuk dari cairan. Evaporator dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
Submerged combustion evaporator adalah evaporator yang dipanaskan oleh api yang menyala di bawah permukaan cairan, dimana gas yang panas bergelembung melewati cairan.
Direct fired evaporator adalah evaporator dengan pengapian langsung dimana api dan pembakaran gas dipisahkan dari cairan mendidih lewat dinding besi atau permukaan untuk memanaskan.
Steam heated evaporator adalah evaporator dengan pemanasan stem dimana uap atau uap lain yang dapat dikondensasi adalah sumber panas dimana uap terkondensasi di satu sisi dari permukaan pemanas dan panas ditranmisi lewat dinding ke cairan yang mendidih
3. Turbin Turbin adalah komponen tempat terjadinya proses pengubahan energy, dari energy mekanik menjadi energy listrik.
11
4. Rekuperator Rekuperator adalah sebuah heat exchanger tambahan pada pembangkit listrik siklus biner yang dapat memanfaatkan panas tersisa pada fluida kerja dan digunakan kembali untuk memanaskan fluida kerja itu sendiri. 5. Working Fluid Pump Working Fluid Pump adalah sebuah pompa yang ditempatkan pada siklus binary tertutup sebagai komponen untuk memompa fluida kerja n-pentana. 6. Kondenser Kondenser merupakan salah satu alat yang menggunakan prinsip heat exchanger. Dengan mengunakan tipe shell and tube, condenser difungsikan untuk mengkondensasi uap air yang berasal dari turbin uap sehingga menjadi cair kembali. Kondenser menjadi salah satu komponen penting pada water-steam cycle karena pada alat ini terjadi perpindahan panas laten yang masih terkandung dalam uap air menuju media pendingin. 2.1.3 Rekuperator Pada system pembangkit yang menggunakan siklus biner komponen heatexchanger sangat berperan penting. Salah satu komponen heat-exchanger tambahan adalah rekuperator. Rekuperator merupakan salah satu tipe heatexchanger tipe direct transfer, dimana fluida-fluida kerja mengalir secara terus menerus dan saling bertukar panas dari fluida panas ke fluida yang lebih dingin dengan
melewati
dinding
pemisah.
Fungsi
adanya
rekuperator
dapat
meningkatkan temperatur dari fluida kerja pada sisi masukan pre-heater sehingga
12
menyebabkan suhu pada reinjeksi meningkat dengan mengambil panas dari fluida pada sisi keluar turbin. Berdasarkan pengaturan aliran rekuperator dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok, yaitu: 1. Single Pass Heat Exchanger
Parallel Flow(concurrent flow) : apabila kedua fluida mengalir dalam arah yang sama
Counter current flow (simply counter flow) : apabila kedua fluida mengalir dalam arah yang berlawanan
Cross flow : apabila salah satu fluida mengalir dengan membentuk suatu sudut tertentu terhadap arah aliran fluida lain.
2. Multiple Pass Heat Exchanger
Fluida mengalir melewati ruang kecil dan lebih dari sekali melewati exchanger. Jenis ini adalah Shell and Tube.
2.1.3.1 Rekuperator Radiasi Logam Rekuperator radiasi logam adalah rekuperator dengan konsep yang paling sederhana. Rekuperator ini hanya terdiri dari dua pipa logam yang panjang nya konsentris. Bagian dalam pipa membawa gas buangan panas dan bagian luarnya membawa udara pembakaran dari atmosfer melalui air inlet. Gas panas akan di dinginkan oleh udara pembakaran yang masuk sehingga kemudian membawa energy tambahan menuju ruang pembakaran. Pada rekuperator ini perpindahan panasnya berlangsung secara radiasi, perhatikan gambar
13
Gambar 2.10 Rekuperator
2.1.3.2 Rekuperator Konvektif Gas panas mengalir melalui sejumlah pipa paralel berdiameter kecil, sementara udara yang dipanaskan masuk ke shell di sekitar pipa dan melewati pipa panas satu atau berkali-kali pada arah normal terhadap sumbunya.
Gambar 2.11 Rekuperator Konvektif
14
Seperti terlihat dalam gambar, gas panas mengalir melalui sejumlah pipa paralel berdiameter kecil, sementara udara yang dipanaskan masuk ke shell disekitar pipa dan melewati pipa panas satu atau berkali-kali pada arah normal terhadap sumbunya. Jika pipa diberi baf le untuk membiarkan gas melewatinya dua kali, penukar panasnya disebut recuperator dua pass / lintasan, jika digunakan dua buah baf les, disebut recuperator tiga pass /lintasan dll. Walaupun pemberian baffle meningkatkan biaya penukar panas dan penurunan tekanan pada jalur udara pembakaran, namun upaya ini akan meningkatkan efektifitas pertukaran panas. Recuperator jenis shell and tube umumnya lebih kompak dan memiliki efektifitas lebih tinggi daripada recuperator radiasi, sebab area. 2.1.3.3 Rekuperator Hybrid Untuk effektivitas perpindahan panas yang maksimum, digunakan recuperator hibrid. Alat ini merupakan perpaduan rancangan radiasi dan konveksi, dengan bagian radiasi yang bersuhu tinggi diikuti oleh bagian konveksi. Alat ini lebih mahal daripada recuperator radiasi logam, namun ukurannya lebih kecil.
2.12 Rekuperator Hybrid
15
2.1.3.4 Rekuperator Keramik Kekurangan recuperator logam untuk pemanfaatan kembali panas adalah berkurangnya umur lapisan jika suhu masuk melebihi 11000C. Untuk mengatasi pembatasan suhu recuperator logam, telah dikembangkan recuperator pipa keramik yang dapat digunakan untuk transfer panas gas buang sampai 1550 0C dan memanaskan awal udara sampai 815 0C. Recuperator keramik terdahulu dibuat dari ubin dan disambungkan dengan semen tahan api, tetapi siklus panas menyebabkan keretakan sambungan dan cepat terjadi kerusakan pipa-pipa. 2.2 Penelitian Terkait No Nama Peneliti
Judul Penelitian
Metode Kajian
1
Angel Fernando Monroy Parada, Geothermal Training Programme: Number 20 Reports 2013
Geothermal Binary Cycle Power Plant Principles, Operation, And Maintanance.
Mengkaji Tentang Prinsip Kerja, Penogoperasian Serta Pemeliharaan Kmponen Binary Cycle
2
Naufal Nandaliarsyad, Moch. Aril Indra Permana, Cukup Mulyana Vol. 07, No. 02 (2017) 36 – 43
Pengaruh Rekuperator Terhadap Performa Pembangkit Listrik Siklus Biner
3
Bengt Suden,2005
High Temperature Heat Exchanger (HTHE)
Untuk Mengetahui Pengaruh Rekuperator Dari Suatu System Sederhana Binary Cycle Untuk Mengetahui KomponenKomponen Serta System Dan Desain Heat Exchanger
4
Gilbert L. Wedekind, Christopher J. Kobus
Optimal Design Of A Thermal Recuperator
Untuk Mengetahui Model Rekuperator
5
Kenneth E. Starling Harrywest - Khan Zafar Labal C. C. Hsu Z. L. Malik L.W.Fish C. O. Lee
Resource Utilization Efficiency Improvement Of Geothermal Binary Cycles,
Untuk Mengetahui Cara Perhitungan Efektivitas Dari KomponenKomponen Binary Cycle
16
2.3 Kerangka Berpikir
Energi Panas Bumi Sulawesi Utara
Produksi Panas Bumi
Pengaruh Rekuperator Pada System Binary Cycle
Tanpa Rekuperator
Dengan Rekuperator
Analisa
17
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian bertempat di Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) Lahendong cluster 5 di unit 4 Kelurahan Lahendong, Kecamatan Tomohon Selatan, Kota Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara yang di kelolah oleh PT.Pertamina Geothermal Energy (PGE) . Cluster 5 terletak di 27 km dari Ibu kota Provinsi Manado dan 3 km dari Tomohon menuju arah barat dengan titik koordinat 1o16’28”N dan 124o50’10”E dengan elevasi rata-rata 867 mdpl.
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian
18
3.2 Alat dan Bahan 1. GPS : Untuk menentukan koordinat penelitian
Gambar 3.2 GPS 2. Laptop : Untuk mengolah data
Gambar 3.3 Laptop 3. Kamera : Untuk dokumentasi
Gambar 3.4 Kamera
19
4. Alat tulis : Untuk mencatat data
Gambar 3.5 Alat tulis 5. Aplikasi Aspen Hysys : Untuk membuat simulator
Gambar 3.6 Aplikasi Aspen Hysys 3.2.2 Bahan 1. Data spesifikasi alan-alat yang terpasang di binary cycle, seperti evaporator, rekuperator , heat exchanger, condenser, turbin, dan pump. 2. Data fluida primer dan flauida kerja yang di gunakan, yaitu temperature brine, tekanan brine, jenis fluida kerja, boiling point fluida kerja,dll. 3.3 Desain Penelitian Studi literature merupakan tahapan awal penelitian, kemudian menemukan suatu permasalahan yang berkaitan dengan rekuperator pada binary cycle di cluster 5 PLTP Area Lahendong, yang membahas tentang pengaruh rekuperator
20
terhadap system binary cycle.Selanjutnya, melakukan studi lapangan untuk mengetahui keadaan alat-alat yang ada di system binary cycle yang nantinya akan di teliti. Tahap selanjutnya yaitu perencanaan penelitan serta pengambilan data di lapangan. Setelah data dilpangan terkumpul, maka dilanjutkan dengan pengolahan data menggunakan aplikasi simulator ASPEN HYSYS untuk menentukan tujuan, dan yang terakhir melakuakan pembahasan serta penyusunan hasil penelitian. Desain penelitian ditunjukan oleh diagram alir pada gambar 3.2
Studi Literatur Kajian Masalah Pengambilan Data Pengolahan Data Analisis Data Pembuatan Simulasi Hasil Penelitian
Selesai
Gambar 3.2 Diagram Alir Desain Penelitian
21
3.4 Variabel Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian yaitu daya yang dihasilkan sistem binary menggunakan rekuperator dengan yang tidak menggunakan rekuperator. Perbedaan produksi daya dihitung melalui simulasi, yang pertama dengan adanya rekuperator dalam system, dan yang kedua dengan tidak adanya rekuperator dalam system. Adapun untuk memperoleh data variable tersebut maka diperlukan data lapangan. Dengan parameter sebagai berikut: 1. Temperature Brine 2. Temperature Fluida Kerja 3. Tekanan Brine 4. Tekanan Fluida Kerja 5. Massa Aliran Brine 6. Massa Aliran Fluida Kerja
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data Data parameter penelitian binary cycle menggunakan data sekunder yaitu data yang sudah ada dalam rekaman data perusahaan. Setelah data komponen didapatkan maka dilanjutkan dengan pengumpulan data. Teknik pengumpulan data mengenani temperature tersaji dalam bentuk table
Tabel 3.1 Tabel Pengumpulan Data Sekunder Fluida No 1 2 3 4 5 6
Parameter Yang Diukur Temperature Brine Temperature Fluida Kerja Tekanan Brine Tekanan Fluida Kerja Laju alir massa Brine Laju alir massa Fluida Kerja
Hasil Pengukuran
Tabel 3.2 Tabel Pengumpulan Data Sekunder Komponen
22
Satuan o C o C Bar Bar Kg/s Kg/s
No 1 2 3 4 5
Jenis Alat Heat Exchanger Primer Evaporator Kondenser Rekuperator Hot Water Pump
Hasil Pengukuran
Satuan Bar Bar Bar Bar Bar
3.5 Teknik Pengolahan Data dan Alisis Data Teknik pengolahan data pada penilitian ini dilakukan secara manual mau pun menggunakan program computer yaitu ASPEN HYSHS. Langkah pertama yaitu mengumpulkan data mengenai spesifikasi komponen binary cycle
di
lapangan, data harian tentang fluida primer, dan data harian fluida kerja. Langkah kedua, data yang telah di dapatkan di input kedalam aplikasi simulator ASPEN HYSYS. Simulasi yang pertama yaitu simuasi siklus binary tanpa menggunakan rekuperator, simulasi yang kuda yaitu simulasi binary cycle dengan menggunakan komponen rekuperator. Setelah simulasi selesai, selanjutnya adalah analisis data output dari aplikasi ASPEN HYSYS, untuk membandingkan daya yang dihasilkan dari kedua simulator tersebut. Setelah di analisa, langkah yang terakhir adalah menarik kesimpulan dari data tersebut. Pengolahan dan analisis data dapat dilihat dalam diagram alir gambar
23
Awal +
Pengumpulan Data
Data Brine dan Fluida Kerja
Data Komponen Binery Cycle
Simulasi
Analisis Data Saat Sistem Tidak Menggunakan Rekuperato
Analisis Data Saat Sistem Menggunakan Rekuperator
Hasil dan Kesimpulan
Selesai
Gambar 3.3 Diagram Alir Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
24
DAFTAR PUSTAKA
Gilbert L. Wedekind, C. J. (2001). Optimal Design of a Thermal Recuperator. American Society for Engineering Education Annual Conference & Exposition, (pp. 6.767.1-6.767.13). Rochester. Kanneth E Starling, L. W. (1976). resources utilization efficiency improvement of geothermal. Oklahoma. Mary, R. T. (2017). Panas Bumi Sebagai Harta Karun Untuk Menuju Ketahanan Energi. 217-237. Monroy, P. A. (2013). Geothermal Binary Cycle Power Plant Principles, Operation, And Maintanance. Reykjavik: UNITED NATIONS UNIVERSITY. Naufal Nandaliarsyad, A. I. (2017). Pengaruh Rekuperator Terhadap Performa Pembangkit Listrik Siklus Biner. Material dan Energi Indonesia, 36-43. Sunden, B. (2005). High Temperature Heat Exchangers (HTHE). Fifth International Conference, (pp. 226-238). New Jersey.
25
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................ i DAFTAR ISI....................................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iii BAB I ............................................................................................................... 1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................3 1.3 Tujuan ..............................................................................................................3 1.4 Manfaat ...........................................................................................................3
BAB II .............................................................................................................. 4 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 4 2.1 Dasar Teori .......................................................................................................4 2.1.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) .................................................4 2.1.2 Binary Cycle ...................................................................................................9 2.1.3 Rekuperator ................................................................................................ 12 2.1.3.1 Rekuperator Radiasi Logam ......................................................................... 13 2.1.3.2 Rekuperator Konvektif ................................................................................. 14 2.1.3.3 Rekuperator Hybrid ...................................................................................... 15 2.1.3.4 Rekuperator Keramik ................................................................................... 16 2.2 Penelitian Terkait ........................................................................................... 16 2.3 Kerangka Berpikir ........................................................................................... 17 BAB III.................................................................................................................. 17
METODE PENELITIAN ..................................................................................... 18 3.1 Lokasi Penelitian............................................................................................. 18 3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................... 19 3.2.2 Bahan............................................................................................................... 20 3.3 Desain Penelitian ............................................................................................ 20 3.4 Variabel Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data .......................................... 22 3.4.1 Variabel Penelitian .......................................................................................... 22 3.4.2 Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 22 3.5 Teknik Pengolahan Data dan Alisis Data .......................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 25
26
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.Peta Persebaran Gunung Api di Indonesia …………………………… ………………………………………………………………………… Gambar 2……………………………………………………………………………
27