Isi Ptk Bab 1-5.docx

  • Uploaded by: Sandi Satria
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Isi Ptk Bab 1-5.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 9,208
  • Pages: 51
BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah Pendidikan dasar merupakan awal untuk jenjang pendidikan selanjutnya, dan

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan sistem pendidikan nasional. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah telah mencanangkan pendidikan dasar 9 tahun, 6 tahun di tingkat Sekolah Dasar dan 3 tahun di tingkat SMP. Pendidikan dasar memberikan bekal dasar kepada siswa agar mampu mengembangkan kehidupannya dan siap mengikuti pendidikan selanjutnya. Dengan bekal ini diharapkan anak mampu mewujudkan dirinya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia dalam mengembangkan kehidupan disekitarnya. Menurut H.M. Surya (2008:3.4) tujuan pendidikan dasar dibagi menjadi 3 kelompok yaitu : 1. Menanamkan kemampuan baca – tulis – hitung ( calistung ). Kemampuan baca tulis hitung ( calistung ) merupakan prasyarat utama bagi setiap orang untuk mampu hidup secara wajar dalam masyarakat yang selalu berkembang. 2. Memberikan / menanamkan pengetahuan dan ketrampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan perkembangannya. Tekanan utama dalam tujuan ini adalah pengetahuan dan ketrampilan dasar. Dalam PP No. 19 tahun 2009 ujuan Pendidikan Nasional adalah menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat Sedangkan tujuan 1

pendidikan di Sekolah Dasar mencakup dasar pembentukan dasar kepribadian siswa sebagai manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan tingkat perkembangan dirinya (Agus Taufiq, 2006:1.13). Pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan memiliki tujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga negara. Salah satuperwujudannya melalui pendidikan brmutu pada setiap jenjang pendidikan. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memberikan kontribusi positif demi tercapainya masyarakat yang cerdas sesuai yang diamanatkan dalam UUD 1945. Mata pelajaran matematika, merupakan mata pelajaran yang membahas masalah tentang kemampuan menambah, mengurangi, mengalikan, membagi, mengukur dan memahami bentuk geometri, perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari jenjang sekolah dasar guna membekali siswa agar mampu berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta mampu bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi di era globalisasi ini. Dalam pembelajaran Matematika SD, agar bahan pengajaran yang disampaikan menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa, diperlukan alat bantu pembelajaran, jugapemilihan strategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran yang menarik dan tepat dapat membantu penulis dan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Agar siswa dapat mencapai kompetensi yang diharapkan dalam pelajaran matematika, penulis dituntut mempunyai kompetensi terhadap tugasnya.Salah satunya adalah penulis harus mampu menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran agar siswa tidak menjadi bosan. Mengajak dan menjaga agar siswa tetap belajar adalah tugas penulis dalam rangka menjaga semangat belajar siswa.

2

Tidak hanya terbatas pada seberapa materi yang dikuasainya, hal yang tidak kalah penting untuk dikuasainya yaitu bagimana menggunakan suatu pendekatan tertentu dalam proses pembelajaran. Memilih pendekatan pembelajaran yang tepat dalam suatu proses belajar berarti penulis sedang mengatur strategi pembelajaran. Adapaun yang dimaksud dengan strategi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Walaupun demikian masih banyak sekolah atau madrasah yang siswanya tidak dapat mencapai KKM atau tuntas, meskipun penulis telah menggunakan strategi pembelajaran dengan baik, dengan menggunakan metode dan alat peraga yang diperlukan sesuai kebutuhan anak, tetapi hasil belajarnya masih rendah terutama dalam pelajaran Matematika. Demikian juga hasil belajar yang dialami siswa SDN 06 Talang Empat di mana penulis menjadi penulisnya juga mengalami hasil yang rendah atau di bawah KKM. Mengenai rendahnya hasil pembelajaran Matematika tentang pengukuran satuan waktuyang kami lakukan, setelah dikoreksi hasil tes tertulis dari 26 siswa kelas I yang mengikuti tes, 16 siswa (61%) belum memperoleh hasil yang diharapkan (tuntas). Di MI penulis, Kriterira Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan untuk mata pelajaran Matematika adalah 70. Sehingga kalau nilai anak kuranng dari 70 dinyatakan belum tuntas.Hal ini perlu mendapat perhatian serius dari penulis.Penulis sebagai pelaku pendidikan harus bertanggung jawab untuk memperbaikiagar pembelajarandapat mencapai tujuan dengan baik. Oleh sebab itu penulis melakukan refleksi, apa yang telah terjadi selama pembelajaran. Sebab materi ini sebagai dasar untuk materi selanjutnya, sehingga bila tidak segera dipecahkan akan semakin tidak baik hasil pembelajaran selanjutnya.

3

Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang sangat penting karena media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. Oleh karena itu, diperlukan media atau alat peraga agar siswa dapat menguasai konsep “penjumlahan dan pengurangan “. Media gambar merupakan media sederhana yang mudah didapat, mudah dibawa dan tersedia disekitar siswa. Dengan menggunakan media gambar siswa akan lebih mudah memhami konsep penjumlahan dan pengurangan. Berdasarkan penelitian diatas, maka penelitian ini diberi judul : “Penerapan Pembelajaran Metode Demonstrasi Dengan Media Gambar

Untuk Meningkatkan Hasil belajar Siswa

Kelas I.B Pokok Bahasan Penjumlahan Dan Pengurangan SDN 06 Talang Empat Semester 1 T.P. 2017/2018”

1.2 Rumusan Masalah Apakah penggunaan “Metode Demonstrasi Dengan Media Gambar “ dengan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas I. B pokok bahasan Penjumlahan Dan Pengurangan pada bilangan cacah di Kelas 1 B. SDN 06 Talang Empat tahun pelajaran 2017/2018? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk meningkatan hasil belajar mata pelajaran matematika pada siswa kelas Kelas 1 B SDN 06 Talang Empat pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan pada bilangan cacah menggunakan metode Demonstrasi disertai media gambar.

4

1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut : a.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat memberikan pengalaman baru bagi penulis, serta dapat meningkatkan pengetahuan dalam mengatasi masalah pembelajaran khususnya Matematika, sehingga pengalaman ini dapat didesain sedemikian rupa sehingga dapat diterapkan pada Mata Pelajaran lain.

b.

Bagi Kepala Sekolah dan Guru, dapat dijadikan media motivasi untuk dapat dilaksanakan di sekolah di tempat bekerja yaitu di SDN 06 Talang Empat, dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.

c.

Bagi siswa, dapat memberikan kesan bahwa belajar matematika itu mudah dan menyenangkan serta dapat memberikan wawasan materi pembelajaran.

d.

Bagi pembaca, dapat dijadikan rujukan atau bahan pembelajaran dalam upaya melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pembelajaran Matematika Pembelajaran mempunyai kata dasar belajar yang mempunyai arti belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek yang ada pada diri individu yang sedang belajar (Hawa, 2007:18). Menurut Gagne, belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman (dalam Setyawan, 2009:1). Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar, bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap (Muhibin, 2007:157). Dari beberapa pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran harus berpusat pada kegiatan siswa belajar dan bukan berpusat pada kegiatan guru mengajar. Matematika adalah pengetahuan atau ilmu mengenai logika dan problemproblem numerik. Selajutnya juga dikatakan bahwa matematika merupakan bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah ditrima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas (Depdiknas, 2003). Pembelajaran matematika yaitu proses yang disengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan

6

kegiatan siswa belajar matematika di sekolah (Hawa, 2007:38). Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika merupakan suatu kegiatan interaksi antara guru dan siswa dalam mentransfer ilmu dan pengetahuan mengenai logika dan problem numerik yang memiliki objek abstrak dan dibangun sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya. Adapun tujuan

pelajaran matematika di Sekolah Dasar atau Madrasah

Ibtidiyah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajaro matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006). Dalam pembelajaran matematika umumnya pendekatan yang digunakan lebih bersifat konseptual, artinya guru lebih menekankan konsep-konsep dalam matematika. Sedangkan strategi, teknik, metode dan media lebih bersifat

7

operasional. Pembelajaran matematika tidak terlepas dari kegiatan atau aktifitas belajar siswa. Melalui aktifitas tersebut di harapkan dapat meningkatkan pengalaman dan hasil belajar siswa sehingga proses pembelajaran akan lebih bermakna. 2.2 Hasil Belajar Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil atau tidak, dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh sesudah melakukan kegiatan belajar. Muhibin

(2007:4) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu

interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Sedangkan menurut Sudjana (2002:49) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah dia menerima pengalaman belajarnya. Dari hasil belajar dapat diketahui ketuntasan belajar dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan. Adapun kriteria ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran matematika disesuaikan dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM) SDN 44 Talang Empat adalah sebagai berikut: 1. Daya serap individu, seorang siswa dikatakan tuntas apabila telah mencapai nilai ≥ 70 dari nilai maksimal 100. Daya serap klasikal, suatu kelas dikatakan tuntas apabila terdapat minimal 61% siswa telah mencapai nilai ≥ 70

2.3. Pengertian Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu

8

peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya (Sudjana, 2002:210). Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Muhibbin Syah, 2007:22). Sementara menurut Syaiful Bahri Djamarah, (2005:2) bahwa metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Menurut Setyawan (2009:210) metode demonstrasi ini lebih sesuai untuk mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang merupakan suatu gerakan-gerakan, suatu proses maupun hal-hal yang bersifat rutin. Dengan metode demonstrasi peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan.

2.3.1.Tujuan Metode Demonstrasi Tujuan

pengajaran

menggunakan

metode

demonstrasi

adalah

untuk

memperlihatkan proses terjadinya suatu peristiwa sesuai materi ajar, cara pencapaiannya dan kemudahan untuk dipahami oleh siswa dalam pengajarn kelas. Metode demonstrasi mempunyai beberapa kelebihan dan kelekurangan.

9

2.3.2. Manfaat Metode Demonstrasi Manfaat psikologis dari metode demonstrasi adalah :

1. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan . 2. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari. 3. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.

Menurut Danim (2005:211) kelebihan dan kekurangan metode demonstrasi adalah sebagai berikut :

2.3.3. Kelebihan metode demonstrasi 1. Perhatian siswa dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingg hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. Di samping itu, perhatian siswa pun lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar mengajar dan tidak kepada yang lainya. 2. Dapat membimbing siswa ke arahberpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama. 3. Ekonmis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek. 4. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahn bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan, karena murid mendapatkan gambaan yang jelas dari hasil pengamatannya. 5. Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banysk

10

6. Beberapa persoalan yang menimbulkan petanyaan atau keraguan dapat diperjelas waktu proses demonstrasi.

2.3.4. Kekurangan metode demonstrasi 1. Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan kadangkadang terjadiperubahan yang tidak terkontrol. 2. Untuk mengadakan demonstrasi digunakan ala-alat yang khusus, kadangkadang alat itu susah didapat. Demonstrasi merupakan metode yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati secara seksama. 3. Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan diperlukan pemusatan perhatian. Dalam hal ini banyak diabaikan leh peserta didik. 4. Tidak semua hal dapatdidemonstrasikan di kelas. 5. Memerlukan banyak waku sedangkan hasilnya kadang-kadang sangat minimum. 6. Kadang-kadang hal yang didemonstrasikan di kelas akan berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau sebenarnya. 7. Agar demonstrasi mendapaptkan hasil yang baik diperlukan ketekitian dan kesabaran.

Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secra mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung.

11

Metode demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proes mengatur sesuatu, proses membuat

sesuatu,

proses

bekerjanya

sesuatu

proses

mengerjakan

atau

menggunakannya, komponen-komponen yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara engan cara lain dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu. 2.4. Media Pembelajaran Kata media merupakan bentuk jamak dari medium. Kata itu berasal dari bahasa latin “medius” yang artinya tengah. Dalam kamus bahasa Indonesia, kata medium artinya antara. Secara harfiah kata media berarti perantara atau pengantar. Lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Setyawan, 2009:3)

   

Dalam Dimyati dkk (1994: 6) beberapa ahli dan organisasi telah memberikan batasan mengenai pengertian media ini, yaitu antara lain: AECT membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Gagne (1996) mengatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Briggs (2002) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. AECT mengatakan bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak mauun audiovisual serta peralatannya.

Menurut Sadiman (1997:3) media adalah segala sesuatu yang dapat diindra yang berfungsi sebagai perantara/sarana/alat untuk memproses komunikasi (proses belajar mengajar). Sedangkan menurut Muhibin (2007: 6) media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi.

12

Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan intruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa sehingga siswa dapat menerima materi tersebut dengan mudah. Ditegaskan oleh Danim (2005:7) media pendidikan (pembelajaran) merupakan alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik. Dengan adanya media pembelajaran diharapkan proses belajar mengajar menjadi lebih efisien. 2.4.1. Pengertian Media Gambar Media gambar adalah bentuk bahan pembelajaran yang didesain dalam bentuk gambar. Guru dapat menggambar benda-benda yang sesuai dengan materi yang diajarkan agar siswa menjadi tertarik dan aktif dalam pembelajaran. 2.4.2. Kelebihan Media Gambar a.

Sifatnya konkrit, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.

b.

Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, obyek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas.

c.

Gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.

d.

Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman.

e.

Murah harganya dan gampang didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus.

13

2.5. Kerangka Berfikir Bagan 2.1. : Kerangka berpikir pembelajaran Matematika Demonstrasi dengan Media Gambar Kondisi Nyata

Pemisahan 1. Sikap siswa yang tidak bersemangat ketika diminta menuangkan ide pokok atau gagasan kedalam tulisan, 2. Siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar sehingga dalam kegiatan belajar tersebut siswa lebih banyak termenung, 3. Siswa tidak menguasai bilngan cacah dengan konsep penjumlahan dan pengurangan 4. Guru kurang memberikan bimbingan pada siswa saat kegiatan 5. Pembelajaran yang dilakukan tidak menarik minat belajar siswa.

Metode

Kondisi Ideal 1.

Siswa bersemangat menuangkan ide atau gagasan sendiri kedalam tulisan,

Kualitas proses dan hasil pembelajaran

2.

Siswa mempunyai motivasi untuk belajar,

3.

Siswa menguasai topik yang diberikan,

4.

Guru membimbing siswa saat menulis,

5.

Pembelajaran menarik menggunakan

meningkat

haruslah dengan media

pembelajaran.

Pembelajaran Matematika metode demonstrasi dengan media gambar

Langkah pembelajaran matematika  Menulis angka 1 s.d. 20  Pembentukan konsep  Interpretasi jumlah gambar  Pengambilan kesimpulan  Selanjutnya menggunakan metod demonstrasi  mempraktekan  mengolah  mendemonstrasikan (Dalam http://www.write.com)

14

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Adapun kegiatan pembelajaran ini dilaksanakan di kelas 1.B SDN 06 Talang Empat. tanggal 14 Agustus sampai dengan tanggal 21 Agustus 2017 Pada Siklus 1 . Jadwal pelaksanaan perbaikan ini adalah sebagai berikut : 1) Siklus I, Pertemuan 1 tanggal 14 Agustus 2017 2)

Siklus 1 pertemuan 2

tanggal 21 Agustus 2017

3)

Siklus 2 Pertemuan 1

tanggal 4

4)

Siklus 2 Pertemuan 2

tanggal 11

September 2017 September 2017

Adapun karakteristik siswa kelas 1.B SDN 06 Talang Empat diantaranya adalah jumlah siswa 26 orang yang terdiri dari 12 orang laki-laki dan 14 orang perempuan usia siswa rata-rata 7 – 8 tahun dengan keadaan ekonomi siswa sebagian besar tergolong ekonomi menengah kebawah dengan pekerjaan orang tuanya kebanyakan nelayan dan petani, tempat tinggal tidak jauh dari sekolah.

3.2 Subjek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas 1.B SDN 06 Talang Empat Tahun Pelajarn 2017/2018

15

Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran

Perencanaan

Refleksi

Siklus I

Pelaksanaa n

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi

Siklus II

Pelaksanaan

Pengamatan

2.3.

Rencana penelitian Berdasarkan hasil kegiatan identifikasi dan analisis masalah bekerjasama

dengan teman sejawat dan kepala sekolah, kemudian diadakan rancangan perbaikan pembelajaran sesuai dengan tujuan perbaikan yang telah ditetapkan. Dengan demikian penulis akan melaksanakan perbaikan pembelajaran Matematika dengan 16

kompetensi dasar penggunaan penjumlahan dan pengurangan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami penjumlahan dan pengurangan dalam mata pelajaran matematika. Untuk melaksanakan penelitian, maka disusunlah penelitian secara umum yaitu : 1)

Menetapkan perencanaan, menentukan tujuan pembelajaran dan tujuan perbaikan pembelajaran.

2)

Merancang lembar observasi dan menyampaikan materi tindak lanjut.

3)

Menyusun kegiatan yang terdiri dari : a).

Memilih bahan yang relevan untuk perbaikan

b).

Menentukan langkah pembelajaran (kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir).

c).

Memilih metode pembelajaran

d).

Memilih alat peraga atau media yang sesuai dengan materi pembelajaran.

e).

Menyusun alat evaluasi untuk mencapai tujuan perbaikan.

Adapun langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut : a. Siklus I 1.

Mengucapkan salam pembuka

2.

Mengkondisikan siswa

3.

Menyampaikan tujuan pembelajaran

4.

Melakukan apresiasi

5.

Menjelaskan materi pembelajaran

6.

Mengkondisikan setiap kegiatan dikerjakan dalam bentuk berpasangan

7.

Membagi tugas kepada masing-masing pasangan

17

8.

Setiap kegiatan dilaksanakan 15 menit

10. Kelompok lain memberikan komentar terhadap perwakilan anggota kelompok ang maju 11. Setiap pasangan mengumpulkan hasil kerjanya 12. Memberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami 13. Memberikan tindak lanjut 14. Memberikan penguatan terhadap hasil evaluasi 15. Mengucapkan salam penutup

b. Siklus II 1.

Mengucapkan salam pembuka

2.

Mengkondisikan siswa

3.

Melakukan apresiasi

4.

Menjelaskan materi pembelajaran

5.

Mengkondisikan siswa dalam bentuk pasangan

6.

Membagi tugas kepada masing-masing pasangan

7.

Setiap pasangan diberi kesempatan untuk unjuk kerja

8.

Pasangan lain diberi kesempatan memberikan komentar.

10. Setiap Pasangan mengumpulkan hasil diskusi 11. Memberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami 12. Memberikan tindak lanjut 13. Memberikan penguatan terhadap hasil evaluasi 14. Mengucapkan salam penutup

18

3.4. Refleksi Refleksi dilakukan berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat setelah proses perbaikan pembelajaran siklus I mata pelajaran Matematika selesai. Sesuai dengan hasil yang diperoleh siswa ternyata masih ada sebagian siswa yang belum mampu mamahami materi sehingga dalam menjawab soal masih ada yang salah dengan kualifikasi dibawah rata-rata, hal ini disebabkan oleh penyampaian materi guru yang terlalu cepat dan kurangnya situasi tanya jawab yang diberikan guru. Dengan demikian pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran akan dilakukan pada siklus II. Pada siklus II guru memberikan materi yang efisien serta pemberian diskusi tanya jawab antara siswa dengan guru sehingga terjadi komunikasi yang baik antara siswa dan guru. Guru juga memberikan media sederhana yaitu media korak api yang dapat membantui siswa dalam proses pembelajaran. Dengan demikian pada siklus II terdapat hasil yang konsisten yaitu dilihat dari hasil evaluasi tidak terdapat nilai yang kurang. Dengan demikian siklus ke II dinyatakan berhasil membangkitkan semangat siswa sehingga tidak diperlukan tahapan siklus selanjutnya. 3.5. Prosedur Penelitian Penelitin ini menggunakan desain penelitian tindakan kelasyang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari beberapa tahapan yaitu tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Jika pada siklus I sudah mencapai ketuntasan hasil belajar maka siklus II tidak perlu dilakukan. Menurut Sujana (2002) tahap-tahap dalam Penelitian Tindakan Kelas dapat dilihat dibagan berikut:

19

3.6. Teknik Analisis Data Keseluruhan data dianalisis secara deskriptif baik yang menyangkut observasi dan tes. 3.7. Analisis Data Observasi Analisis data observasi dilakukan secara deskriptif dengan menghitung ratarata skor pengamat. Data yang diperoleh tersebut digunakan untuk merefleksi tindakan yang telah dilakukan dan diolah secara deskriptif dengan menghitung : a. Rata-rata skor

=

Jumlah skor Jumlah observer

b. Skor tertinggi

= Jumlah butir skor x skor tertinggi tiap butir soal

c. Kisaran nilai tiap kriteria=

Selisih skor Jumlah kriteria penilaian (Sudjana, 2002)

3.7.1. Observasi aktivitas guru Skor tertinggi untuk tiap butir observasi guru 3, skor terendah untuk tiap butir adalah 1, jumlah butir soal observasi adalah 15 maka skor tertinggi adalah 45 dan skor terendah adala 15 sedangkan selisih skor adalah 30 Kisaran nilai tiap kriteria =

Selisih skor Jumlah kriteria penilaian

= 30 3 = 10 Hasil kisaran nilai untuk tiap kategori pengamatan dilukiskan dalam tabel 3.1 Tabel 3.1. Interval Kategori Penilaian Aktivitas Guru Kategori No 1 2 3

Cukup Baik Baik Sekali

Interval Total Skor 15- 24 25 -34 35- 45

20

3.7.2. Observasi aktivitas Siswa Skor tertinggi untuk tiap butir observasi siswa 3, skor terendah untuk tiap butir adalah 1, jumlah butir soal observasi adalah 15 maka skor tertinggi adalah 45 dan skor terendah adala 15 sedangkan selisih skor adalah 30 Kisaran nilai tiap kriteria =

Selisih skor Jumlah kriteria penilaian

= 30 3 = 10 Hasil kisaran nilai untuk tiap kategori pengamatan dilukiskan dalam tabel 3.1 Tabel 3.1. Interval Kategori Penilaian Aktivitas siswa Kategori

Interval Total Skor

No 1 2 3

Cukup Baik Baik Sekali

15 - 24 25- 34 35 - 45

2. 7.3. Data Tes Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar pada siklus I dan II serta persentase ketuntasan belajar digunakan rumus : a.

(Х) = ∑Х N Keterangan: X = Nilai Rata-rata

   Jumlah Nilai  = Jumlah Siswa

(Sudjana, 2002:109)

21

Data tes dianalisis dengan menggunakan rata-rata nilai dan persentase ketuntasan belajar. Persentase Ketuntasan Belajar = NS X 100 % N Keterangan: NS = Jumlah siswa yang mencapai nilai 7,0 keatas. N

= Jumlah seluruh siswa. (Depdiknas, 2006)

3.7.4. Indikator Keberhasilan Tindakan Jika dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan baik itu aktivitas guru, aktivitas siswa maupun hasil belajar siswa. 3.7.5. Data dan Cara Pengambilan Data 1. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa dan peneliti. 2. Jenis Data Jenis data yang didapatkan adalah data kuantitatif dan kualitatif yang terdiri atas : hasil belajar, rencana pembelajaran, hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dan jurnal pembelajaran serta angket siswa. 3. Cara Pengambilan Data a. Data hasil belajar dengan memberikan tes kepada siswa. b. Data tentang situasi pembelajaran pada saat tindakan diambil dengan menggunakan lembar observasi. c. Data tentang refleksi serta perubahan-perubahan yang terjadi di kelas diambil darijurnal yang dibuat peneliti. d. Data tentang keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan didapat dari rencana pelajaran dan lembar observasi.

22

a. Angket siswa diambil setelah tindakan dilaksanakan atau setelah selesai pembelajaran.

3.8.Indikator Untuk mengetahui keberhasilan seperti dalam rencana tindakan maka dapat dilihat dari kinerja. Indikator keberhasilan tindakan dapat dilihat pada indikator kemampuan siswa dalam menerapkan konsep belajar yang diberikan guru. Indikator keberhasilan yang digunakan didapatkan dari standar dan kualitas mutu sekolah di SD Negeri 06 Talang Empat yaitu sebesar 75% Indikator keberhasilan tersebut dilihat dari kemampuan siswa untuk dapat menerapkan Matematika dengan konsep penjumlahan dan penguranganr dengan metode demonstrasi, yaitu 70% dari keseluruhan siswa dalam sempel penelitian telah mencapaiketuntasan belajar ( KKM ), dengan nilai minimal 70.

23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil dan Refleksi Penelitian per Siklus 1. Siklus I Siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan. Pertemuan 1 dilaksanakan

hari

Kamis, 14 Aghustus 2017 pukul 7.30 -8.40 WIB dan pertemuan 2 dilaksanakan hari Kamis, 21 Agustus 2017 pukul 7.30 -8.40 WIB. Hasil penelitian pada siklus I, meliputi: a. Deskripsi hasil observasi aktivitas guru Hasil observasi aktivitas guru dinilai oleh dua orang pengamat, hasil observasi aktivitas guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Demonstrasi di kelas 1.B. SD Negeri 06 Talang Empat pada siklus I disajikan dalam tabel 4.1. berikut ini Tabel 4.1 Data hasil observasi aktivitas guru pada siklus I No. 1. 2.

Pengamat 1 2 Total skor rata-rata skor kriteria

Skor Pengamatan 31.5 32.5 64 32 Baik

Dari data tabel 4.1 menunjukkan hasil observasi yang dilakukan oleh dua pengamat (observer) untuk aktivitas kegiatan guru selama proses pembelajaran pada siklus I, pengamat 1 memberikan skor 31.5 dari 15 aspek yang diamati dan pengamat 2 memberikan skor 32.5

sehingga skor rata-rata siklus I adalah 32

dengan kriteria cukup berada dalam interval (25 - 34), dari data observasi aktivitas guru pada siklus I terdapat kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki pada siklus II. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi aktivitas guru siklus I 24

lampiran 14.

Dari hasil observasi data aktivitas guru dapat dianalisis untuk

mengetahui kriteria aktivitas guru, hasil analisis data observasi aktivitas guru dapat dilihat pada lampiran 15. b. Deskripsi hasil observasi aktivitas siswa Hasil observasi aktivitas siswa yang dilakukan oleh dua orang pengamat selama proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Matematika di kelas 1.B SD Negeri 06 Talang Empat. Hasil observasi yang dilakukan oleh dua pengamat terhadap aktivitas siswa pada siklus I dapat disajikan pada tabel 4.2. berikut ini Tabel 4.2 Data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I No. 1. 2.

Pengamat 1 2 Total skor Rata-rata skor Kriteria

Skor Pengamatan 30.5 32 62.5 32 Baik

Dari data tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata skor observasi yang dilakukan oleh dua pengamat (observer) aktivitas siswa. Pengamat 1 memberikan skor 30.5 dan pengamat 2 memberikan skor 32 sehingga rata-rata aktivitas siswa pada siklus I yaitu 32 dengan kriteria Baik , dari lembar observasi aktivitas siswa masih terdapat kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki pada siklus II. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi aktivitas siswa siklus I lampiran 18. Dari hasil observasi data aktivitas siswa dianalisis untuk mengetahui kriteria aktivitas siswa, hasil analisis data dapat dilihat pada lampiran 19. c. Deskripsi hasil belajar siswa 1) Nilai afektif Siswa Afektif dinilai selama proses belajar mengajar berlangsung. Ranah afektif yang dinilai yaitu sikap siswa dalam memperhatikan kegiatan memahami suatu permasalahan dalam kegiatan menaati keputusan bersama, sikap siswa 25

menanggapi dan menjawab pertanyaan, sikap siswa membangun kerja sama kelompok, sikap siswa memecahkan permasalahan kelompok dan sikap siswa mengikuti kegiatan diskusi kelompok. Untuk menilai aspek afektif siswa, digunakan lembar observasi afektif siswa yang dibuat oleh peneliti. Indikator aspek yang diamati dalam lembar pengamatan afektif siswa pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 20 dan deskriptor pengamatan afektif siswa dapat dilihat pada lampiran 21. Hasil observasi afektif siswa dapat dilihat pada lampiran …. Dari lembar pengamatan afektif yang diamati oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus I diperoleh nilai afektif dari 26 siswa yang mendapat nilai 70 ke bawah sebanyak 25 orang dengan nilai rata-rata 55 dan ketuntasan belajar secara klasikal hanya 48%

dinyatakan tidak tuntas

karena masih terdapat kelemahan-kelemahan pada aspek pengamatan afektif siswa, sehingga perlu diperbaiki pada siklus II. Nilai psikomotor Psikomotor dinilai selama proses belajar mengajar berlangsung. Ranah psikomotor yang dinilai adalah aspek keterampilan siswa menunjukkan sikap toleransi dalam diskusi kelompok, menentukan alternatif pemecahan masalah dalam menyelesaikan lembar diskusi siswa dalam kegiatan menaati keputusan bersama, dan ekspresi siswa dalam kegiatan menaati keputusan bersama.. Untuk menilai aspek psikomotor siswa, digunakan lembar observasi psikomotor siswa yang dibuat oleh peneliti dengan mengamati 3 aspek antara lain; (1) menirukan, (2) artikulasi, (3) pengalamiahan, ketiga aspek ini dapat dilihat pada lampiran 24. Aspek yang diamati dalam penilaian psikomotor siswa berpedoman kepada deskriptor setiap aspek, deskriptor ini dapat dilihat pada lampiran 25.

26

Dari lembar observasi psikomotor yang diamati oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus I diperoleh dari 26 siswa yang memperoleh nilai dibawah 70 sebanyak 15 siswa dengan nilai rata-rata 66.03. dan ketuntasan belajar klasikal hanya 58.% masih dinyatakan kurang dari ketuntasan belajar yang diharapkan sebesar 75%, karena pada penilaian psikomotor siswa masih terdapat kelemahan-kelemahan sehingga diperlukan perbaikan pada siklus II. nilai psikomotor siswa siklus I dapat dilihat pada lampiran dan analisis nilai psikomotor siswa secara rinci dapat dilihat pada lampiran 2) Nilai Kognitif

NO

Nilai Tes Siklus 1 NAMA SISWA Nilai KKM

1

Aditya Syafwan Syihab

65

70

2

Aldo Pratama

55

70

3

Aline Revalia Lifina

66

70

4

Aqilah Dwi Putri Ananda

75

70

5

Assyfa Rahma Aulia

70

70

6

Cheyshi Riskiya Fahlifhy

70

70

7

Fachri Aziz Farhan

70

70

8

Fanra Aulia Putri

70

70

9

Fasha Africhel

50

70

10

Herda Rahmadani Ariesta

50

70

11

Ilham Rahmat Ilahi

50

70

12

Komang Dika Pratama

45

70

13

M.Iqbal Dwinka Kurniawan

75

70

14

M.Busro Al Harist

75

70

15

M.Rassya Hoesein A

80

70

16

M.Afzal Saputra

80

70

17

M.Dias Raffa Al Ra'uf

80

70

18

M.Fikri Akmal

65

70

19

M.Rayhan Nugraha

70

70

20

Nabila Deta Rahmadhina

70

70

21

Narendra Dewakamajaya

65

70

22

Nur Azizah

55

70

23

Putri Rahma Eka Pratiwi

66

70

Keterangan

27

24

Raditya Arya Wardana

75

70

25

Rahmad Badaruzaman

70

70

26

Rasya Aditya Ramadhan

70

70

JUMLAH

1732

RATA-RATA

66.03

TUNTAS PROSENTASE TUNTAS TIDAK TUNTAS PROSENTASE TIDAK TUNTAS

21 58% 15 42%

Data hasil belajar yang diperoleh dari nilai post tes siklus I diperoleh dari 28 siswa yang memperoleh nilai dibawah 70 adalah sebanyak 15 dengan nilai ratarata 66.03 dan ketuntasan belajar yang diperoleh pada siklus I hanya 58% masih kurang dari ketuntasan yang diidealkan menurut depdiknas yang menyatakan bahwa ketuntasan belajar dikatakan berhasil apabila 75% siswa memperoleh nilai ≥ 70 sehingga diperlukan perbaikan pada siklus II. Data post tes siswa dapat dilihat pada lampiran 28 dan analisis nilai secara rinci dapat dilihat pada lampiran Dilihat dari data nilai akhir hasil belajar siswa, diketahui

bahwa

pembelajaran pada siklus I belum mencapai ketuntasan belajar klasikal yang diidealkan di SD Negeri 06 Talang Empat, kriteria keberhasilan dan ketuntasan belajar di SD Negeri 06 Talang Empat secara klasikal dikatakan berhasil jika 75% siswa memperoleh nilai ≥ 70 ke atas. Ketidaktuntasan tersebut disebabkan oleh proses pembelajaran dengan menerapkan model demosntrasi untuk meningkatkan proses dan hasil belajar matematika siswa kelas 1. B di SD Negeri 06 Talang Empat belum terlaksana secara optimal dan masih terdapat kelemahan selama proses pembelajaran pada siklus I, sehingga perlu diperbaiki pada siklus II.

28

d. Refleksi Siklus I 1) Deskripsi Aktivitas Guru Dari hasil observasi yang dilakukan oleh dua pengamat masih ditemukan beberapa aspek pada siklus I yang pelaksanaannya belum berjalan dengan baik (dengan kategori kurang dan cukup) dan masih perlu diperbaiki antara lain: (a) guru melakukan apersepsi dengan kegiatan yang sedikit hubungannya dengan materi yang akan dipelajari (kategori kurang). (b) guru menyampaikan tujuan pembelajaran hanya aspek kognitif dan afektif saja (kategori cukup). (c) guru mengeksplorasi dilema nilai dari budaya bangsa, sehingga masih banyak siswa yang mengemukakan nilai-nilai dalam menaati keputusan bersama masih ragu-ragu dan malu-malu untuk mengungkapkannya (kategori kurang). (d) Guru hanya membimbing siswa untuk mempertimbangkan konsekuensi nilainilai yang dipilihnya (kategori cukup). (e) Guru hanya membimbing siswa saat mengerjakan LDS, sehingga rasa saling menghormati dan menghargai belum terlihat jelas dalam diskusi kelompok (kategori cukup). (f) guru belum teguh pendirian dalam menyampaikan dilema nilai dalam menaati keputusan bersama (kategori cukup). (g) guru hanya memberikan tindak lanjut berupa tugas mandiri dan mengemukakan pesan saja (kategori cukup). langkah-langkah yang dilakukan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan dalam aktivitas guru pada siklus I adalah: (a) guru menyampaikan kembali apersepsi dengan mengaitkan materi pelajaran dengan peristiwa yang ada dalam kehidupan siswa sehari-hari.

29

(b) guru menyampaikan kembali tujuan pelajaran dengan menggunakan papan tujuan pembelajaran karena pada siklus I siswa kurang memahami maksud dari tujuan pembelajaran kognitif, afektif dan keterampilan sosial. (c) guru memberikan contoh dilema nilai yang berkaitan langsung dengan kehidupan siswa sehari-hari dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa dan meyakinkan kepada siswa bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk memberikan pendapat tanpa ragu-ragu dan malu-malu untuk mengungkapkannya. (d) guru memotivasi siswa dalam pasangannya untuk memperjelas konsekuensi nilai yang dipilihnya dan memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif dalam diskusi sesame pasangannya.. (e) guru memotivasi siswa dalam pasangannya untuk menunjukkan rasa saling menghargai dan menghormati saat melakukan diskusi

dengan teman

sebangkunya. (f) Guru melakukan tanya jawab yang melibatkan siswa secara langsung untuk memperjelas dilema nilai dalam menaati keputusan, sehingga terjalin kerjasama yang baik antara guru dan siswa. (g) Guru

memanfaatkan

waktu

semaksimal

mungkin

agar

siswa

dapat

menyimpulkan pelajaran yang telah dipelajari. (h) untuk memberikan kesan dan pesan yang baik dalam tindak lanjut guru memberikan reward kepada siswa. 2) Deskripsi aktivitas siswa Dari hasil observasi yang dilakukan oleh dua pengamat terhadap aktivitas siswa pada siklus I, masih ditemukan beberapa aspek

yang pelaksanaannya belum

30

berjalan dengan baik (dengan kategori kurang dan

cukup) dan masih perlu

diperbaiki antara lain: (a) Siswa melakukan tanya jawab yang cukup mengarah pada materi pelajaran yang akan dipelajari (kategori cukup) (b) Siswa hanya menyampaikan tujuan pembelajaran pada aspek kognitif dan afektif saja (kategori cukup). (c) Siswa mengeksplorasi dilema nilai dari budaya bangsa. (kategori kurang). (d) Jika 3-4 pasangan siswa yang mengerjakan LDS dengan cara musyawarah dalam pasanagannya dengan sikap saling menghargai. (e) Hanya 1-2 siswa dalam kelompok ragu-ragu dalam mempertahankan nilai yang diyakininya saat persentasi (kategori kurang). (f) Hanya 4-6 kelompok yang menyimpulkan pelajaran berdasarkan musyawarah dengan kelompoknya (kategori cukup) (g) Siswa hanya mengungkapkan kembali tindak lanjut berupa tugas mandiri dan memberikan kesan yang baik (kategori Cukup). Langkah-langkah yang dilakukan atas kelemahan-kelemahan pada siklus I dalam aktivitas siswa adalah : (a) guru harus lebih memperjelas dan memperbanyak pertanyaan untuk diajukan kepada siswa dan pertanyaan tersebut harus berkaitan dengan konsep yang akan dibahas sehingga dapat memancing siswa untuk memberikan gagasan terhadap konsep yang diajarkan. (b) guru harus memperjelas tujuan yang akan dipelajari dengan cara meminta beberapa siswa mengulangi kembali apa tujuan pembelajaran yang akan dicapai mulai dari aspek kognitif, afektif dan keterampilan sosial.

31

(c) guru memberikan bimbingan dan motivasi kepada siswa untuk mengeksplorasi nilai-nilai yang diyakininya. Sehingga siswa termotivasi untuk mengemukakan pendapat. (d) guru memotivasi siswa mencatat hasil diskusi, dengan cara memberi pertanyaan yang berkaitan dengan materi dan menanyakan kembali, apabila siswa belum mengerti guru meminta siswa mencatat hal-hal yang penting. (e) guru memberikan dilema nilai yang secara langsung berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa, dan memberikan penghargaan kepada siswa yang teguh pendiriannya dalam mempertahankan nilai-nilai yang diyakininya saat persentasi. (f) guru membimbing siswa untuk saling menghargai dan menghormati dalam menaati keputusan bersama dengan cara menunjuk siswa yang ribut dalam kelompoknya untuk mengungkapkan nilai yang diyakininya didepan kelas. (g) guru membimbing siswa untuk menyimpulkan pembelajaran, dengan cara menunjuk salah satu perwakilan setiap kelompok. (h) guru memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif saat memberikan tindak lanjut. 3) Deskripsi Hasil Belajar (a) Nilai Afektif Dari kelima aspek yang diamati dalam lembar observasi afektif siswa pada siklus I masih terdapat kekurangan-kekurangan yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran dengan kriteria cukup, antara lain: 1) pada aspek menerima, siswa hanya memperhatikan penjelasan guru saat membacakan petunjuk kerja LDS ( kriteria cukup).

32

2) aspek menghargai, siswa hanya menyetujui dan memperjelas nilai dasar dalam kegiatan musyawarah ( kriteria cukup). 3) pada aspek karakteristik, siswa hanya menunjukkan kerjasama dalam diskusi kelompok (kriteria cukup). Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dalam lembar pengamatan afektif siswa pada siklus I adalah: 1) guru memotivasi dan menunjukkan perhatian kepada siswa dalam pasangannya saat membacakan petunjuk LDS . 2) guru membimbing siswa menyetujui nilai dasar dalam kegiatan latihan penjumlahan dan pengurangan. 3) guru memberikan penghargaan untuk kelompok yang bertanggung jawab dan disiplin saat persentasi hasil diskusi kelompok. (b) Nilai Psikomotor Ketidaktuntasan penilaian psikomotor siswa pada siklus I dikarenakan dalam proses pembelajaran masih terdapat kelemahan-kelemahan, diantaranya: 1) pada aspek menirukan, siswa hanya mengerjakan LDS berdasarkan petunjuk kerja yang dijelaskan guru (kriteria cukup) 2) aspek artikulasi, siswa hanya mengungkapkan alasan akan pilihan nilai yang diyakininya dalam kegiatan menaati keputusan bersama dengan penuh rasa tanggung jawab (kriteria cukup). Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dalam lembar pengamatan psikomotor siswa pada siklus I adalah: 1) guru memotivasi siswak dengan melakukan tanya jawab seputar dilema nilai dalam menaati keputusan bersama.

33

Nilai Post Tes (Kognitif) Ketidaktuntasan hasil belajar pada siklus I ini disebabkan evaluasi yang diberikan guru di akhir pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi soalnya cukup banyak sehingga waktu yang diberikan guru tidak cukup untuk menyelesaikan evaluasi. Dengan demikian memerlukan refleksi untuk proses kegiatan pembelajaran pada siklus II. 2.

Siklus II Siklus II pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Kamis , 4 September 2017 pukul

7.30-8.40 WIB; dan pertemuan 2 dilaksanakan hari Kamis 11 September 2017 pukul 7.30-8.40 WIB. Pelaksanaan pada siklus II ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran pada siklus I. Hasil penelitian pada siklus II, meliputi: a. Deskripsi hasil observasi aktivitas guru Observasi aktivitas guru pada siklus II dilakukan oleh dua orang pengamat dengan menerapkan model pembelajaran Matematika di kelas 1.B SD Negeri 06 Talang Empat. Hasil observasi aktivitas guru disajikan pada Tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3 Data hasil observasi aktivitas guru pada siklus II No. 1. 2.

Pengamat 1 2 Total skor Rata-rata Kriteria

Skor Pengamatan 36 36 72 36 Baik

Dari data tabel 4.3 menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus II pengamat 1 memberikan skor …36 dengan kriteria baik dan pengamat 1 memberikan skor sempurna yaitu 36 sehingga rata-rata skor aktivitas guru pada siklus II adalah 36 dengan kriteria baik sehingga tidak ditemukan lagi kelemahankelemahan pada lembar aktivitas guru. Data hasil observasi aktivitas guru pada 34

siklus II dapat dilihat pada lampiran. Data hasil observasi aktivitas guru dianalisis untuk mencari

nilai rata-rata dan kriteria ketuntasan, analisis data observasi

aktivitas guru secara rinci dapat dilihat pada lampiran.. b. Deskripsi hasil observasi aktivitas siswa Observasi aktivitas siswa yang dilakukan oleh dua orang pengamat selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran matematika

di

kelas 1.B SD Negeri 06 Talang Empat. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II tersebut disajikan pada Tabel 4.4. berikut ini Tabel 4.4 Data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II No. 1. 2.

Pengamat 1 2 Total skor Rata-rata Kriteria

Skor Pengamatan 39 38.5 77.5 39 Baik Sekali

Dari data tabel 4.4 pengamat 1 memberikan skor 35 dan pengamat 2 memberikan skor 35 sehingga rata-rata skor aktivitas siswa pada siklus II yaitu 35 dengan kriteria baik. Pada lembar aktivitas siswa tidak ditemukan lagi kelemahankelemahan aktivitas siswa, data hasil aktivitas siswa siklus II dapat dilihat pada lampiran 44. Data hasil belajar dianalisis untuk mengetahui kriteria skor, analisis data aktivitas siswa secara rinci dapat dilihat pada lampiran 45. c. Deskripsi hasil belajar siswa Pembelajaran pada siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil dari refleksi I, kelemahan-kelemahan yang ada pada siklus I diperbaiki pada siklus II. 1) Nilai afektif siswa

35

Pada siklus II siswa mengikuti kegiatan pembelajaran tentang kegiatan aklamasi, siswa bekerja sama dengan kelompoknya menyelesaikan LDS yang diberikan guru, dalam menyelesaikan LDS siswa bersama dengan kelompoknya saling memberikan pendapat, mereka membudayakan sikap saling menghargai dan menghormati hal ini dapat diamati oleh guru melalui lembar pengamatan penilaian afektif, namun tidak semua siswa menunjukkan sikap yang diharapakan dalam pembelajaran yaitu bekerja sama dalam kelompok dan saling menghargai. Dari 26 siswa yang memperoleh nilai dibawah 70 sebanyak 10 orang sehingga ketuntasan belajar yang diperoleh sebesar 75% dengan nilai rata-rata 72,3 dan dinyatakan tuntas sesuai dengan ketuntasan belajar yang diidealkan dari depdiknas jika 75% siswa memperoleh nilai ≥70. Untuk mengetahui nilai rata-rata afektif siswa dan ketuntasan belajar klasikal, data observasi dianalisis terlebih dahulu. Nilai hasil afektif siswa dapat dilihat pada lampiran 48. Analisis nilai afektif siswa secara rinci dapat dilihat pada lampiran 49. Dari analisis nilai afektif siswa siklus II dinyatakan tuntas, sehingga tidak diperlukan lagi perbaikan-perbaikan pada siklus berikutnya dan penelitian ini dinyatakan berhasil pada siklus II. 2) Nilai Psikomotor Psikomotor dinilai selama proses belajar mengajar berlangsung. Ranah psikomotor yang dinilai adalah aspek keterampilan siswa dalam kegiatan diskusi kelompok. Dari 26 siswa yang memperoleh nilai dibawah 70 berjumlah 10 orang sehingga ketuntasan belajar yang diperoleh pada siklus II sebesar 80% dengan nilai rata-rata 72.3. Data nilai psikomotor siswa pada siklus II dapat dilihat pada lampiran . Analisis nilai psikomotor siswa secara rinci dapat dilihat pada lampiran 53. Dari analisis nilai psikomotor siswa siklus II dinyatakan

36

tuntas, sehingga tidak diperlukan lagi perbaikan-perbaikan pada siklus berikutnya dan penelitian ini dinyatakan berhasil pada siklus II. 3) Nilai Kognitif Nilai Tes Siklus 2 NO

NAMA SISWA

Nilai

KKM

1

Aditya Syafwan Syihab

70

70

2

Aldo Pratama

60

70

3

Aline Revalia Lifina

71

70

4

Aqilah Dwi Putri Ananda

80

70

5

Assyfa Rahma Aulia

75

70

6

Cheyshi Riskiya Fahlifhy

75

70

7

Fachri Aziz Farhan

75

70

8

Fanra Aulia Putri

75

70

9

Fasha Africhel

70

70

10

Herda Rahmadani Ariesta

70

70

11

Ilham Rahmat Ilahi

70

70

12

Komang Dika Pratama

50

70

13

M.Iqbal Dwinka Kurniawan

80

70

14

M.Busro Al Harist

80

70

15

M.Rassya Hoesein A

85

70

16

M.Afzal Saputra

85

70

17

M.Dias Raffa Al Ra'uf

85

70

18

M.Fikri Akmal

70

70

19

M.Rayhan Nugraha

75

70

20

Nabila Deta Rahmadhina

75

70

21

Narendra Dewakamajaya

70

70

22

Nur Azizah

80

70

23

Putri Rahma Eka Pratiwi

71

70

24

Raditya Arya Wardana

80

70

25

Rahmad Badaruzaman

75

70

26

Rasya Aditya Ramadhan

75

70

JUMLAH

1927

RATA-RATA

66.03

TUNTAS PROSENTASE TUNTAS TIDAK TUNTAS PROSENTASE TIDAK TUNTAS

Keterangan

21 72.83 26 80%

37

Hasil belajar

kognitif dalam penelitian ini berupa post tes. Post tes

dilakukan di akhir pembelajaran. Pada siklus II jumlah soal 4 butir berbentuk essay, skor tertinggi adalah 100 dan skor terendah adalah 0. Post tes pada siklus II berpedoman pada kisi-kisi soal jenjang kognitif. Data yang diperoleh dari nilai post tes siklus II dari 26 siswa yang memperoleh nilai dibawah 70 berjumlah 10 orang sehingga ketuntasan belajar pada siklus II meningkat menjadi 80% dengan nilai rata-rata 83. Dari hasil belajar yang diperoleh pada siklus II menunjukkan bahwa proses pembelajaran meningkat dan dinyatakan tuntas karena sesuai dengan yang dikemukakan oleh Depdiknas (2007: 62) bahwa proses pembelajaran di kelas dikatakan tuntas secara klasikal apabila 75 % siswa dikelas mendapat nilai ≥ 70. Nilai post tes siswa siklus II dapat dilihat pada lampiran . Data hasil post tes siswa dianalisis untuk mencari nilai rata-rata dan ketuntasan belajar. Analisis data post tes siswa pada siklus II dapat dilihat pada lampiran . Dari analisis nilai post tes siswa siklus II dinyatakan tuntas, sehingga tidak diperlukan lagi perbaikan-perbaikan pada siklus berikutnya dan penelitian ini dinyatakan berhasil pada siklus II. Dilihat dari data nilai akhir hasil belajar siswa, diketahui

bahwa

pembelajaran pada siklus II telah mencapai ketuntasan belajar klasikal yang diidealkan di SD Negeri 06 Talang Empat, kriteria keberhasilan dan ketuntasan belajar di SD Negeri 06 Talang Empat secara klasikal dikatakan berhasil jika 75% siswa memperoleh nilai ≥ 70 ke atas. Ketuntasan tersebut disebabkan pada proses pembelajaran dengan menerapkan Metode Diskusi untuk meningkatkan proses dan hasil belajar matematika siswa kelas 1.B di SD Negeri 06 Talang Empat sudah terlaksana secara optimal sehingga penelitian ini dinyatakan berhasil pada siklus II.

38

B. Pembahasan Hasil dari penelitian ini adalah meningkatnya proses dan hasil belajar siswa, proses pembelajaran dapat dilihat dari keaktifan siswa dan guru melalui lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa yang dilakukan oleh dua pengamat, terdiri dari guru kelas 1.B di SD Negeri 06 Talang Empat dan teman sejawat peneliti. Hasil belajar terdiri dari nilai afektif, nilai psikomotor dan nilai kognitif siswa. Nilai akhir hasil belajar siswa dihitung berdasarkan nilai afektif, psikomotor dan kognitif yang berupa post tes, masing –masing nilai dihitung persentasinya. Untuk nilai afektif dikalikan 25%, nilai psikomotor dikalikan 25% dan nilai post tes dikalikan 50%. 1. Pembahasan proses pembelajaran Dari hasil penelitian yang dilakukan melalui penerapan model pembelajaran Matematika pada materi menaati dan menghargai keputusan bersama dilaksanakan dalam 2 siklus dapat meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa melalui lembar observasi aktivitas guru dan siswa yang diamati oleh 2 orang pengamat dari siklus I ke Siklus II . a) Aktivitas Guru Penerapan model pembelajaran demonstrasi pada mata pelajaran matematika kelas 1.B di SD Negeri 06 Talang Empat pada materi menaati dan menghargai keputusan bersama yang dilakukan dua siklus, setiap siklus dilakukan dua kali pertemuan. Skor rata-rata aktivitas guru yang diperoleh pada siklus I adalah 32 dengan kriteria baik, sehingga masih perlu diperbaiki pada siklus II. Hasil observasi aktivitas guru pada siklus I menunjukkan bahwa masih terdapat kelemahankelemahan yang perlu diperbaiki, yaitu:

39

Pertama yaitu tahap memilih, (1) guru melakukan apersepsi dengan kegiatan yang sedikit hubungannya dengan materi yang akan dipelajari (kategori kurang), (2) guru menyampaikan tujuan pembelajaran hanya aspek kognitif dan afektif saja (kategori cukup), (3)guru mengeksplorasi dilema nilai dari budaya bangsa, sehingga masih banyak siswa yang mengemukakan nilai-nilai dalam menaati keputusan bersama masih ragu-ragu dan malu-malu untuk mengungkapkannya (kategori kurang), (4)Guru hanya membimbing 4-6 kelompok untuk mempertimbangkan konsekuensi nilai-nilai yang dipilihnya (kategori cukup). Kedua yaitu tahap menghargai, (1)Guru hanya membimbing 4-6 kelompok saat mengerjakan LDS, sehingga rasa saling menghormati dan menghargai belum terlihat jelas dalam diskusi kelompok (kategori cukup), (2)guru belum teguh pendirian dalam menyampaikan dilema nilai dalam menaati keputusan bersama (kategori cukup). Ketiga tahap berbuat, guru hanya memberikan tindak lanjut berupa tugas mandiri dan mengemukakan pesan saja (kategori cukup). Dari kelemahan-kelemahan aktivitas guru pada siklus I ini maka peneliti melakukan refleksi, terhadap aktivitas guru dengan cara: Pertama yaitu tahap memilih, (1) guru menyampaikan kembali apersepsi dengan mengaitkan materi pelajaran dengan peristiwa yang ada dalam kehidupan siswa sehari-hari, seperti anak-anak siapa yang setuju dan tidak setuju jika pihak sekolah memberikan sanksi untuk yang terlambat datang kesekolah. Materi pelajaran yang diberikan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa dapat memudahkan siswa memahami materi selanjutnya (Barlow, dalam Udin Winataputra: 2007, 3.24). (2) guru menyampaikan kembali tujuan pelajaran dengan menggunakan papan tujuan pembelajaran

karena siswa kurang memahami maksud dari tujuan

40

pembelajaran kognitif, afektif dan psikomotor. (3) guru memberikan contoh dilema nilai yang berkaitan langsung dengan kehidupan siswa sehari-hari,dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa dan meyakinkan kepada siswa bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk memberikan pendapat tanpa ragu-ragu dan malu-malu untuk mengungkapkannya, pada dasarnya murid-murid dilatih berpikir, belajar dan membuat keputusan berdasarkan pengalamannya (Reimer,dalam Djamarah: 2005,65) . (4) guru memotivasi dengan memberikan acungan jempol dan kata-kata pintar, bagus dan hebat kepada 4-5 siswa dalam kelompok untuk memperjelas konsekuensi nilai yang dipilihnya dan memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif dalam diskusi kelompok. Kedua yaitu tahap menghargai, guru memotivasi 4-5 siswa dalam kelompok untuk menunjukkan rasa saling menghargai dan menghormati saat melakukan diskusi kelompok, dengan cara mendatangi siswa dalam kelompoknya. Ketiga, tahap berbuat : (1) guru memberikan contoh dilema nilai berdasarkan pengalaman siswa dengan tujuan saat persentasi siswa teguh pendirian akan nilai yang diyakininya ( 2) guru melakukan tanya jawab yang melibatkan siswa secara langsung untuk memperjelas dilema nilai dalam menaati keputusan, sehingga terjalin kerjasama yang baik antara guru dan siswa. (3) guru memanfaatkan waktu semaksimal mungkin agar 7-9 kelompok dapat menyimpulkan pelajaran yang telah dipelajari. Ketiga tahap berbuat, untuk memberikan kesan dan pesan yang baik dalam tindak lanjut guru memberikan reward kepada siswa. Pada siklus II aktivitas guru meningkat menjadi 36 dengan kriteria baik, karena kelemahan-kelemahan aktivitas guru pada siklus I telah diperbaiki pada siklus II. Pada siklus II aktivitas guru meningkat dengan memperbaiki kelemahankelemahan pada siklus I, dari pengamatan yang dilakukan oleh dua pengamat skor

41

yang diperoleh pada siklus II yaitu 36 dengan kriteria baik. Dengan adanya peningkatan skor rata-rata aktivitas guru dalam proses pembelajaran dapat meningkat dengan menerapkan metode demonstrasi

pada mata pelajaran

matematika kelas 1 B di SD Negeri 06 Talang Empat melalui tahap-tahap pembelajaran Demonstrasi. Peningkatan skor aktivitas guru dari siklus I ke siklus II dapat disajikan pada grafik 4.1 berikut ini: Grafik 4.1 Peningkatan Aktivitas Guru 36 40 35 30 25 20 15 10 5 0

32

siklus II siklus I

Siklus I

Siklus II

b) Aktivitas siswa Penerapan model pembelajaran demonstrasi pada mata pelajaran matematika kelas 1.B di SD Negeri 06 Talang Empat pada materi menaati dan menghargai keputusan bersama yang dilakukan dua siklus, setiap siklus dilakukan dua kali pertemuan. Skor rata-rata aktivitas siswa yang diperoleh pada siklus I adalah 23 dengan kriteria cukup, sehingga masih perlu diperbaiki pada siklus II. Hasil observasi aktivitas guru pada siklus I menunjukkan bahwa masih terdapat kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki. Pada siklus II terjadi peningkatan rata-rata skor aktivitas siswa dari 15 aspek yang diamati sebesar 35 (rentang nilai 35-45) dengan kategori Amat baik. Kekurangan-kekurangan pada siklus I telah dipebaiki pada siklus II. Meningkatnya 42

aktivitas siswa dikarenakan adanya keaktifan guru dalam menerapkan model Demonstrasi melalui tiga tahapan pembelajaran. Peningkatan aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II dapat disajikan pada grafik 4.2 berikut ini: Grafik 4.2 Peningkatan aktivitas siswa setiap siklus 39 40

32

30 siklus II 20

siklus I

10 0 siklus I

Siklus II

2. Pembahasan Hasil Belajar Hasil belajar dalam penelitian ini dikelompokkan kedalam psikomotor dan ranah kognitif. Menurut Danim ( 2005:116)

ranah afektif,

yang menyatakan

bahwa Penilaian afektif digunakan untuk mengetahui perubahan tingkah laku murid yang menunjukkan adanya perasaan senang belajar, minat, sikap dan apresiasi yang positif menimbulkan tingkah laku ( Dimyati,dkk, 1994: 21). Penilaian afektif dilakukan saat siswa melakukan kegiatan diskusi kelompok dengan materi “penjumlahan dan pengurangan” Penerapan Demosntrasi pada mata pelajaran Matematika

kelas 1.B di SD

Negeri 06 Talang Empat, memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan musyawarah dalam diskusi kelas. Setiap anggota kelompok mempunyai kesempatan untuk mengeksplorasikan nilai-nilai yang mereka yakini dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru melalui LDS, dalam menyelesaikan LDS siswa mampu bekerjasama dengan baik dan menunjukkan sikap saling menghargai dan

43

menghormati. Maka dari itu guru melakukan penilaian afektif untuk mengetahui perubahan tingkah laku dan sikap siswa dalam mengikuti pelajaran, diakhir pembelajaran guru memberikan evaluasi berupa post tes untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi ajar yang telah dipelajari. a) Hasil belajar afektif Penilaian afektif bertujuan untuk menilai perubahan tingkah laku siswa yang dilakukan melalui pengamatan siswa saat diskusi kelompok berlangsung. Penilaian hasil belajar afektif dilakukan melalui pengamatan. Hasil pengamatan afektif siswa pada siklus I dari 26 siswa yang memperoleh nilai dibawah 70 berjumlah 15 orang sehingga ketuntasan belajar yang diperoleh pada siklus I hanya 58 % dengan nilai rata-rata sebesar 66.03, pada penilaian afektif yang digunakan untuk mengukur sikap siswa saat proses pembelajaran berlangsung masih terdapat kelemahan diantaranya: pada aspek menerima, siswa hanya memperhatikan penjelasan guru saat membacakan petunjuk kerja LDS ( kriteria cukup), aspek menghargai, siswa hanya menyetujui dan memperjelas nilai dasar dalam kegiatan musyawarah ( kriteria cukup), pada aspek karakteristik, siswa hanya menunjukkan kerjasama dalam diskusi kelompok (kriteria cukup). Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dalam lembar pengamatan afektif siswa pada siklus I adalah: guru memotivasi dan menunjukkan perhatian kepada 5-6 anggota kelompok saat membacakan petunjuk LDS, guru membimbing 5-6 anggota kelompok menyetujui nilai dasar dalam kegiatan musyawarah dengan melibatkan siswa secara langsung dalam diskusi kelompok., guru memberikan penghargaan untuk kelompok yang bertanggung jawab dan disiplin saat persentasi hasil diskusi kelompok. Nilai afektif siswa pada

44

siklus II mengalami peningkatan, jumlah siswa yang memperoleh nilai dibawah 70 berjumlah 10 orang dengan ketuntasan belajar 75% dengan rata-rata 72.30. b) Hasil belajar Psikomotor Hasil belajar psikomotor adalah kemampuan siswa untuk mempraktikkan sikapsikap kewarganegaraan yang telah dipelajari untuk diimplementasikan kedalam kehidupan sehari-hari. Untuk menilai aspek psikomotor siswa, digunakan lembar observasi psikomotor siswa yang dibuat oleh peneliti dengan mengamati 3 aspek antara lain (1) menirukan, (2) artikulasi, (3) pengalamiahan. Hasil belajar psikomotor siswa pada siklus I dari 26 orang siswa yang mendapat nilai 70 ke bawah sebanyak 15 orang dengan nilai rata-rata 80 dan ketuntasan belajar klasikal hanya 72% dinyatakan tidak tuntas sehingga masih perlu diperbaiki pada siklus II. Kelemahan pada siklus I diantaranya; pada aspek menirukan, siswa hanya mengerjakan LDS berdasarkan petunjuk kerja yang dijelaskan guru (kriteria cukup) dan aspek artikulasi, siswa hanya mengungkapkan alasan akan pilihan nilai yang diyakininya dalam kegiatan menaati keputusan bersama dengan penuh rasa tanggung jawab (kriteria cukup). Kelemahan pada siklus I diperbaiki pada siklus II, dari 26 siswa yang memperoleh nilai dibawah 70 hanya 10 orang sehingga ketuntasan belajar meningkat menjadi 80% dengan nilai rata-rata 72.

c) Hasil belajar kognitif Nilai Akhir Nilai akhir hasil belajar dalam penelitian ini dihitung berdasarkan nilai afektif, psikomotor dan kognitif yang berupa post tes siswa, masing–masing nilai dihitung persentasinya. Untuk nilai afektif dikalikan 25%, nilai psikomotor dikalikan 25% 45

dan nilai post tes dikalikan 50%. Dari nilai akhir tersebut dianalisis untuk mendapatkan nilai rata-rata dan ketuntasan belajar klasikal Pada siklus I dari 28 siswa yang memperoleh nilai diatas 70 berjumlah 24 orang sehingga ketuntasan belajar hanya 66% dengan nilai rata-rata 73,2. Ketidaktuntasan pembelajaran pada siklus I dikarenakan penerapan model Demosntrasi pada mata pelajaran Matematika kelas 1.B di SD Negeri 06 Talang Empat belum optimal, hal ini dapat dilihat dari kelemahan-kelemahan hasil belajar yang diperoleh siswa pada aspek afektif, psikomotor dan kognitif sehingga perlu diperbaiki pada siklus II. kelemahan pada siklus I diperbaiki pada siklus II, sehingga ketuntasan belajar pada siklus II dari 26 siswa meningkat menjadi 80% dengan nilai rata-rata 72 Hasil Belajar yang diuraikan diatas tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan satu sama lain, bahkan ada dalam kebersamaan. Seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan prilakunya. Penyataan ini diperkuat dengan pendapat Carl Roger (dalam Sudjana, 2009: 31) bahwa seseorang yang telah menguasai tingkat kognitif perilakunya sudah bisa diramalkan. Penerapan model Demosntrasi pada mata pelajaran Matematika kelas 1.B SD Negeri 06 Talang Empat mempunyai pengaruh positif yaitu meningkatkan proses dan hasil belajar siswa kelas 1. B di SD Negeri 06 Talang Empat. Penelitian ini membuktikan pendapat Busraini yang menyatakan bahwa anak-anak akan mencapai kemampuan untuk membuat keputusan nilai berdasarkan keyakinannya melalui model pembelajaran Demosntrasi, melalui model Demosntrasi siswa didorong untuk membiasakan berpikir aktif tentang seputar masalah-masalah moral yang hadir di sekeliling mereka di mana siswa dilatih untuk belajar dalam memperjelas nilai-nilai sosial. Pada gilirannya diharapkan meningkatnya proses dan hasil belajar siswa. Dari

46

pendapat-pendapat yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model “demosntrasi dengan media gambar”

pada mata pelajaran

Matematika kelas 1.B di SD Negeri 06 Talang Empat dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.

47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan Dari hasil pengolahan dan analisis data, maka dari hasil perbaikan pembelajaran telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut : Proses penyamapain pembelajaran matematika harus didasarkan pada penguasaan konsep serta pemberian alat Bantu bagi siswa. Dengan demikian alat Bantu tersebut bisa digunakan pada saat proses belajar mengajar sehingga dapat menjadikan bahan untuk meningkatkan frekuensi hasil belajar. Maka dari itu guru harus mampu menciptakan desain pembelajaran yang dapat diterima oleh siswa.

1.2 Saran Dengan mengacu terhadap kesimpulan, maka dari itu penulis dapat memberikan saran yaitu sebagai berikut : Dalam menyampaikan proses pembelajaran guru sebaiknya tidak terlalu cepat dalam menjelaskan materi pembelajaran. Selanjutnya harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Dengan demikian siswa bisa lebih berani dan mampu untuk menerima materi yang disajikan.

48

DAFTAR PUSTAKA Agus Taufiq, dkk. 2006. Matematika 3 a SD – untuk kelas 3 kurikulum 1994 kunci sukses murid berprectasi kreatif Hawa, Sutrisno. Cetakan XVI. Statistik. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM. Danim. 2005. Petunjuk Guru Sejarah Nasional dan Umum. Semarang : Aneka Ilmu. Djamarah. 2005 Media Instruksional IPS. Jakarta : Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi. Syah, Muhibin .2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Hawa, Sutrisno. Cetakan XVI. Statistik. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM. Sudjana, Nana (2002). Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang : UNNES Briggs, ( 2002). Matematika IV ( Mari berhitung petunjuk Guru Sekolah Dasar ), Jakarta Depdikbud. Rohani, Hawa (2007). Matematika Sekolah II. Semarang UNNES Setyawan. 2009, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru ------------------. 1999, Konsep dan Penerapan CBSA Dalam Pengajaran. Bandung : PT. Sarana Pasca Karya. Dimyati dan Mudjiono. 1994. Cetakan XVI. Statistik. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM. Surya, H.M. 2008. Pengantar Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta : Alda. Muhibbin Syah. 1998. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Gagne, Ad. 1996. Mengajar Dengan Sukses. Jakarta : Grasindo. Sadiman dan Noorhadi. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Universitas Terbuka. 49

50

51

Related Documents

Isi Ptk Bab 1-5.docx
June 2020 1
Daftar Isi Ptk 2003
October 2019 1
Bab I Ptk Abdi
July 2020 7
Ptk
May 2020 53
Ptk
April 2020 51

More Documents from "Raden Ardean"

Lapiran Media Dadu
October 2019 9
Isi Ptk Bab 1-5.docx
June 2020 1
Abstrak.docx
May 2020 0
Data 1 Satellt Research.docx
November 2019 39
Cahaya Qolbu
May 2020 19