Isi Osmo.docx

  • Uploaded by: Berliana Damayanti
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Isi Osmo.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,485
  • Pages: 11
I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pergerakan molekul-molekul antara satu sama lainnya yang terjadi secara terus menerus di dalam cairan, atau gas dinamkan difusi. Selain itu, difusi juga disebut sebagai proses berpindahnya zat terlarut dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang rendah. Ion-ion berdifusi dengan cara yang sama seperti molekul, dan malahan partikel koloid suspense berdifusi dalam arah yang sama, kecuali karena ukurannya yang sangat besar. Hal ini akan menyebabkan pertikel koloid akan berdifusi secara lambat. Faktor-faktor yang mempengaruhi difusivitas diantaranya adalah suhu dan kadar air. Semakin tinggi tingkat difusivitas air, maka semakin mudah melewatkan air (masuk/keluar). Hal ini dapat dilihat pada proses perendaman kacang merah. Difusivitas air yang tinggi ada proses perendaman kacang merah akan mengakibatkan kadar air kacang merah akan semakin tinggi, sehingga dapat berpengaruh pada pertambahan berat dan dimensi. Selain itu, pada suhu yang tinggi juga akan menyebabkan penyerapan air lebih tinggi.

B. Tujuan Adapun tujuan praktikum kali ini yaitu: 1. Untuk dapat mengetahui proses berlangsungnya difusi. 2. Untuk dapat mengetahui perose berlangsungnya osmosis.

1

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Mekanisme gerakan zat melintasi membran plasma merupakan peristiwa penting untuk kehidupan sel. Misalnya zat tertentu harus masuk ke dalam sel guna mendukung kehidupan sel. Membran plasma memperantarai gerakan zat-zat tersebut. Mekanisme gerakan dibedakan menjadi dua cara, yaitu proses pasif dan aktif. Proses pasif terjadi jika zat bergerak melintasi membran plasma tanpa bantuan dari sel. Gerakan ini searah dengan gradien konsentrasi zat. Proses aktif, sel memerlukan energi (ATP) karena zat tersebut bergerak melawan gradien konsentrasi. Proses pasif lain dalam transpor zat melintasi membran adalah osmosis. Pada tanspor jenis ini, air bergerak melintasi membran selektif permeabel dari daerah yang kadar airnya tinggi menuju ke daerah yang berkadar air rendah (Trijalmo dan Arwin Achmad, 2002). Sel tumbuhan, prokariota, fungi, dan sejumlah protista memiliki dinding. Apabila sel seperti ini berada dalam larutan hipotonik ketika direndam dalam air hujan, misalnya dinding akan membantu mempertahankan keseimbangan air sel tersebut. Seperti sel hewan, sel tumbuhan ini membengkak ketika air masuk melalui osmosis. Akan tetapi, dindingnya yang lentur akan mengembang hanya sampai pada ukuran tertentu sebelum dinding ini mengerahkan tekanan balik pada sel yang melawan penyerapan air lebih lanjut. Pada saat ini sel tersebut membengkak (sangat kaku) yang merupakan keadaan yang sehat untuk sebagian besar sel tumbuhan. Tumbuhan yang tidak berkayu, seperti sebagian besar tumbuhan rumahan, tergantung pada dukungan mekanis dari sel yang dijaga untuk tetap bengkak oleh larutan hipotonik sekelilingnya. Jika sel tumbuhan dan sekelilingnya isotonik, tidak ada kecenderungan bagi air untuk masuk dan selnya menjadi lembek (lembut), yang menyebabkan tumbuhan menjadi layu (Salisbury dan Ross, 1995).

2

Molekul-molekul air bersatu sebagai akibat adanya ikatan hidrogen. Pada saat itu berada dalam wujud cair, ikatan hidrogennya sangat rapuh, kekuatannya hanya sekitar seperduapuluh dari kekuatan ikatan kovalen. Ikatan-ikatan tersebut terbentuk, terpisah, dan terbentuk kembali dengan sangat cepat. Tiap ikatan hidrogen hanya mampu beberapa piko detik, tetapi molekul-molekulnya secara terus-menerus membentuk ikatan baru dengan pasangan penggantinya. Oleh karenanya, dalam waktu yang singkat, sejumlah tertentu dari seluruh molekul air akan berikatan dengan molekul tetangganya, membuat molekul air lebih teratur dibanding cairan lainnya. Secar keseluruhan, ikatan hidrogen menyatukan substansi tersebut, suatu fenomena yang disebut kohesi (Campbell, 2002). Enzim merupakan sekumpulan protein yang berperan sebagai katalis dalam rekasireaksi biokimia di dalam sel makhluk hidup. Enzim dapat juga di didefinisikan sebagai biokatalisator yang dihasilkan oleh suatu jaringan yang berfungsi meningkatkan laju reaksi dalam jaringan itu sendiri. Semua enzim yang telah diitentifikasi sampai saat ini hampir seluruhnya adalah protein(Rubianty, 1985). Dalam mempelajari tentang enzim, dikenal beberapa istilah diantaranya holoenzim, apoenzim, kofaktor, gugus prostetik, koenzim, dan substrat. Apoenzim adalah suatu enzim yang seluruhnya terdiri dari protein, sedangkan holoenzim adalah enzim yang mengandung gugus protein dan gugus non protein. Gugus yang bukan protein dikenal dengan istilah kofaktor. Pada kofaktor ada yang terikat kuat pada protein dan sukar terurai dalam larutan yang disebut gugus prostetik dan adapula yang tidak terikat kuat pada protein sehingga mudah terurai yang disebut koenzim. Baik gugus prostetik maupun koenzim, keduanya merupakan bagian yang memungkinkan enzim bekerja pada substrat. Substrat merupakan zat-zat yang diubah atau direaksikan oleh enzim (Poedjadi, 2006).

3

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Praktikum dilaksanakan di laboratorium Zoologi 2 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Lampung. Pada tanggal.11 maret 2019

B. Alat dan Bahan Adapun alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah: meja bedah secukupnya, jarum sonde 2 buah,gunting,penggaris,benang,karet gelang secukupnya,pisau bedah,pinset,timbangan,gelas ukur,wadah gelas,pipet tetes secukupnya,stopwatch. Sedangkan bahan yang dibutuhkan yaitu: katak 3 ekor yang cukup besar,plastik solvent ,larutan garam, larutan gula, dan Larutan aquades.

C.Cara Kerja Adapun langkah-langkah dalam percobaan ini adalah sebagai berikut. 1. disediakan 4 gelas plastik yang masing-masing gelas diberi larutan air sebesar 500 ml. 2. persiapan selofe,selofen di potong sepanjang 10 cm sebanyak 3 buah,lalu diikat pada ujungnya.namun pada selofen,larutan A,B,dan C dimasukkan sebesar 25 ml.

4

3. Pada persiapan dengan tungkai katak.katak terlebih dahulu di mati rasakan dengan double piting lalu tungkainya dikuliti dan ujungnya diikat dengan benang. 4. dimasukkan selofen,dan kulit tungkai katak tersebut larutan A,B,C. dengan menggunakan pipet tetes sampai agak terisi penuh 5.

Kemudiandi ikat ujung kulit yang belum terikat, dan timbang masingmasing kulit tersebut dengan alat timbang. Untuk menentukan Wo.

6. Kemudian masing-masing kulit diimasukkan kedalam 3 gelas plastik yang sudah berisi air. 7. Setelah itu di amati dan di timbang pada menit ke 10,ke 20, dan ke 30.

5

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Pengamatan

Adapun data yang didapatkan yaitu: 1. Kulit katak A

B

C

W0

38,36

35,43

48,34

W1

41,21

38,49

47,70

W2

40,26

38,64

46,69

W3

39,91

39,92

45,90

A

B

C

W0

35,87

43,66

51,09

W1

36,43

44,31

52,00

W2

36,44

44,86

52,22

W3

36,51

46,65

52,11

A

B

C

KO1

0,285

0,306

-0,064

KO2

-0,048

0,0075

-0,050

KO3

-0,011

0,042

-0,026

2. Plastik solvent

Jadi didapatkan koefisien

1.1.Koefisien kulit katak

6

2.1 koefisien plastik solvent A

B

C

KO1

0,056

0,065

0,091

KO2

0,0005

0,0275

0,011

KO3

0,002

0,059

-0,03

B. Pembahasan Difusi adalah peristiwa perpindahan suatu zat di dalam pelarut dari konsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Peristiwa difusi tidak dapat terlepas dari gradien konsentrasi yang merupakanperbedaan konsentrasi yang ada pada larutan. Difusi akan terus terjadi hingga semua partikel tersebar luas secara meratadan mencapai keadaan kesetimbangandimana proses perpindahan molekul tetap terjadi meskipun tidak terdapat perbedaan konsentrasi.

Sedangkan osmosis adalah perpindahan molekul air dari konsentrasi air tinggi ke konsentrasi rendah. Perpindahan molekul tersebut melalui selaput semi permiabel selektif dari bagian zat yang lebih encer ke bagian zat yang lebih pekat. Membran semipermiable harus dapat ditembus oleh pelarut namun tidak

7

dapat ditembus oleh zat terlarut yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran.

Plasmolisis adalah lepasnya membran plasma dari dinding sel pada sel tumbuhan. Plasmolisis terjadi jika sel tumbuhan diletakkan di larutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis: tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membran. Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi ekstrem, dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis, seringkali menggunakan tanaman Elodea atau sel epidermal bawang yang memiliki pigmen warna sehingga proses dapat diamati dengan jelasLisis artinya hancurnya sel karena robeknya membran plasma. Peristiwa ini terjadi karena proses osmosis. Sel yang mempunyai sitoplasma pekat bila berada dalam kondisi hipotonk akan kemasukan air hingga tekanan osmosis dalam sel akan menjadi tinggi. Keadaan demikian akan memecah sel tersebut.

8

Umumnya pada sel-sel yang masih hidup ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya proses osmosis, faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Konsentrasi air dan zat terlarut yang ada di dalam sel dan luar sel; Osmosis akan terjadi dari zat yang berkonsentrasi pelarut tinggi dan konsentrasi zat terlarutnya rendah menuju zat yang berkonsentrasi pelarut rendah dan konsentrasi zat terlarutnya tinggi. 2. Ketebalan membran; Makin tipis membran, makin cepat proses difusi 3. Suhu; Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan lebih cepat. Maka, semakin cepat pula osmosisnya. 4. Keterlarutan lipid. Molekul yang mempunyai keterlarutan yang tinggi meresap lebih cepat daripada molekul yang kelarutan yang rendah seperti lipid. Jika kadar resapan bagi dua bahan yang sama saiz molekul dibandingkan, bahan yang lebih larut dalam lipid akan meresap lebih cepat daripada bahan yang mempunyai kelarutan yang rendah.

9

V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan kali ini yaitu: 1. Larutan A dan B merupakan larutan yang bersifat hipertonik. 2. Larutan C adalah larutan yang isotonik terhadap air. 3. Terjadi osmosis pada perlakuan menggunakan larutan A dan B, sedangkan pada perlakuan C dianggap gagal. 4. Suhu pada praktikum mempengaruhi kecepatan osmosis. Bila suhu ditinggikan,maka osmosis akan lebih cepat.

10

DAFTAR PUSTAKA

Salisbury F. B & Ross C. W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. ITB. Bandung. Campbell, et. Al. 2002. Biologi Jilid 1. Erlangga. Jakarta. Poedjiadi, Anna, 2006. Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia PRESS, Jakarta.. Achmad, Arwin dan Tri Jalmo. 2002. Biologi Umum.Universitas Lampung. Bandar Lampung.

11

Related Documents

Isi
October 2019 65
Isi
November 2019 55
Isi
July 2020 29
Isi
May 2020 40
Isi
April 2020 41
Isi
November 2019 59

More Documents from "Shahzad Asghar Arain"

Difusi Dan Osmosis.docx
November 2019 31
Isi Osmo.docx
November 2019 14
Logo Um.docx
December 2019 26
Bab Iv.docx
December 2019 27
Bisnis Plan Travel.doc
December 2019 35