BAB I PENDAHULUAN
1.1 Maksud Praktikum Makropaleontologi acara Arthropoda ini memiliki maksud sebagai berikut : a. Mengetahui dan memahami klasifikasi ataun taksonom dari kelas Arthropoda b. Memahami dan mengetahui sistem reproduksi dan daur hidup dari Filum Arthropoda c. Mengetahui dan memahami cara hidup dari filum Arthropoda
1.2 Tujuan Praktikum Makropaleontologi acara Arthropoda ini memiliki tujuan sebagai berikut :
a. Dapat Mengklasifikasikan dan menentukan secara tepat taksonomi suatu fosil Arthropoda yang di deskripsi
b. Agar dapat menginterpretasikan tingkah laku dari fosil Arthropoda yang di deskripsi
c. Agar dapat menentukan umur geologi berdasarkan fosil Arthropoda yang dideskripsi
d. Agar mampu menginterpretasikan kondisi lingkungan dari fosil Arthropoda yang dideskripsikan
e. Agar dapat menginterpretasikan proses pemfosilan dari fosil Arthropoda yang di deskripsikan
1
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum Makropaleontologi dengan acara filum Arthropoda dilaksanakan pada : Hari
: Rabu
Tanggal
: 20 Maret 2019
Waktu
: 18.30 – 20.30 WIB
Tempat
: GS 202, Gedung Pertamina Sukowati, Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
2
BAB II HASIL DESKRIPSI
3
BAB III PEMBAHASAN Pada hari Rabu, 20 Maret 2019
telah dilaksanakan praktikum
Makropaleontologi acara filum Arthropoda di ruang GS 202, Gedung Pertamina Sukowati, Universitas Diponegoro, Semarang. Kegiatan ini dilakukan pada pukul 18.30 hingga 20.30 WIB. Lalu hal yang dilakukan selama praktikum meliputi pemberian materi, dan pendeskripsian peraga-peraga, untuk pendeskripsi meliputi taksonomi, morfologi, kenampakan, usia geologi, dan lingkungan hidup fosil. Peraga yang diamati yaitu peraga 1, 2, 3, 4, 5. Alat yang di bawa pada saat praktikum meliputi HVS (secukupnya), ATK ( alat tulis lengkap), Kamera (Handphone), Penggaris, Lembar Deskripsi (secukupnya).
3.1 Peraga 1 Pengamatan pada fosil dengan kode peraga 1 yang dilakukan secara megaskopis, didapatkan fosilnya berwarna Putih ke kreman dan berbentuk bikonveks. berdiameter sebesar 24 cm untuk panjang lalu 21 cm untuk lebar dan 4 cm untuk tingginya. Peraga ini termasuk jenis fosil maket (buatan) walaupun tubuhnya memiliki bagian keras yang tersusun atas zat kitin, banyak faktor lain yang menyebabkan proses pemfosilan dari peraga jenis ini tidak terjadi secara sempurna. Salah satu faktor yang dapat menjadi pemicunya adalah pembusukan yang sudah terjadi lebih dulu pada tubuh hewan sebelum terkubur oleh material sedimen.
Gambar 3.1 Fosil Peraga 1
4
Fosil ini termasuk ke dalam Filum Arhtropoda karena organisme ini memiliki
buku-buku
pada
sekeliling
tubuhnya.
Berdasarkan
hasil
pengamatan fosil peraga secara makroskopis, fosil peraga ini merupakan hewan yang termasuk kedalam filum Arthropoda,sub filum Trilobitamorpha kelas Trilobita, ordo Asaphida, famili Raphiophoridae dan spesies Lonchodomas Volborthi. Pada peraga 1 dijumpai beberapa morfologi yaitu central lobe, lateral lobe, chepalon, thorax, dan pygdium.
thorax pada spesies ini yang
berfungsi sebagai tulang punggung atau penghubung antara chepalon dan pygidium. marginal spine menyusun bagian pygidium sedangkan genal spine merupakan penyusun rangka pada bagian chepalon.
Gambar 3.2 Morfologi Peraga 1
Fosil ini dapat ditemukan di laut dangkal atau pada zona litoral-neritik. Lingkungan hidupnya diinterpretasikan mendapatkan sinar matahari yang cukup dengan arus laut yang tenang, serta kaya akan oksigen. Dengan adanya sinar matahari yang cukup mengakibatkan banyaknya tumbuhan laut yang hidup yang dapat menjadi sumber makanan. Sumber makanan hewan ini
berupa
mikroplanktonik
dan
hewan-hewan
kecil
yang sudah
mati(bangkai). Fosil ini hidup dengan cara menempel dan bergerak seperti menyeret pada substrat yang ada di dasar laut yang biasa disebut dengan benthos vagyl dan dapat juga berenang-renang bebas. Yaitu bergerak secara
5
pellagic Hewan ini berkembang biak dengan cara aseksual . Hewan ini diperkirkanan hidup pada umur Silurian Late. Hal ini terjadi karena terjadi kepunahan besar-besaran pada kelas ini pada zaman ordovisian, hal ini diindikasi karena ada tragedi besaryang menyebabkan kelas ini menjadi jumlahnya sedikit.
Tabel 3.3 Skala Waktu Geologi Peraga 1 Bagian tubuh dari hewan ini yang terfosilkan berupa bagian kerasnya yang berasal dari organisme yang bersifat kitinan. Fosil ini dapat terbentuk karena organisme tersebut mengalami kematian karena suatu hal dan segera tertimbun oleh material sedimen sehingga terhindar dari kerusakan dan pembusukan, kemudian hewan ini akan mengalami proses litifikasi yaitu mengeras dan membatu. Dikarenakan adanya aktivitas tektonik berupa gaya endogen yang bekerja, membuat lapisan sedimen yang berada dibawah teruplift. Kemudian gaya eksogen membuat lapisan-lapisan sedimen tererosi sehingga fosil yang berada dalam lapisan batuan tersingkap atau ter-expose ke permukaan. Berdasarkan penjabaran dan penjelasan tersebut
maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa fosil ini merupakan hewan yang termasuk filum Arthropoda, kelas Trilobita, ordo Asaphida, famili Raphiophoridae dan spesies Lonchodomas Volborthi.. Fosil dengan nama peraga 1 ini memiliki kenampakan fisik berwarna putih kekuningan dan berdiameter sebesar 20 cm x 15 cm Morfologi yang dapat teramati
saat pengamtan dari fosil
6
Lonchodomas Volborthi ini adalah Morfologi yang dapat teramati dari fosil Lonchodomas Volborthi. Ini adalah Genal spine, Pleural lope, axial lope . Hewan ini Hewan ini hidup di laut dangkal. Sistem reproduksi dari animalia ini yaitu memiliki organ kelamin jantan dan betina yang terpisah, Hewan ini memiliki kelarmin yang terpisah, dimana fosil ini jika masa reproduksinya naik ke daerah daratan dan bereproduksi di daerah
daratan Hewan ini
bertahan hidup dengan memakan udang-udangan, organisme kecil mati yang terbawa arus, atau hewan kecil lainnya. Hewan ini dapat ditemukan di alam sejak zaman kambrian hingga silurian akhir
Gambar 3.4Proses Pemfosilan
3.2 Peraga 2 Pengamatan pada fosil dengan kode peraga 2 yang dilakukan secara megaskopis, didapatkan fosilnya berwarna Putih ke kreman dan berbentuk bikonveks. berdiameter sebesar 18 cm untuk panjang lalu 12 cm untuk lebar dan 2 cm untuk tingginya. Peraga ini termasuk jenis fosil maket (buatan) walaupun tubuhnya memiliki bagian keras yang tersusun atas zat kitin, banyak faktor lain yang menyebabkan proses pemfosilan dari peraga jenis ini tidak terjadi secara sempurna. Salah satu faktor yang dapat menjadi pemicunya adalah pembusukan yang sudah terjadi lebih dulu pada tubuh hewan sebelum terkubur oleh material sedimen.
7
Gambar 3.5 Fosil Peraga 2
Fosil ini termasuk ke dalam Filum Arhtropoda karena organisme ini memiliki
buku-buku
pada
sekeliling
tubuhnya.
Berdasarkan
hasil
pengamatan fosil peraga secara makroskopis, fosil peraga ini merupakan hewan yang termasuk kedalam filum Arthropoda,sub filum Trilobitamorpha kelas Trilobita, ordo Ptycopariida, famili Proetidae dan spesies Aylacopleura konineda Pada peraga 1 dijumpai beberapa morfologi yaitu central lobe, lateral lobe, chepalon, thorax, dan pygdium.
thorax pada spesies ini yang
berfungsi sebagai tulang punggung atau penghubung antara chepalon dan pygidium. marginal spine menyusun bagian pygidium sedangkan genal spine merupakan penyusun rangka pada bagian chepalon.
Gambar 3.6 Morfologi Peraga 2
8
Fosil ini dapat ditemukan di laut dangkal atau pada zona litoral-neritik. Lingkungan hidupnya diinterpretasikan mendapatkan sinar matahari yang cukup dengan arus laut yang tenang, serta kaya akan oksigen. Dengan adanya sinar matahari yang cukup mengakibatkan banyaknya tumbuhan laut yang hidup yang dapat menjadi sumber makanan. Sumber makanan hewan ini
berupa
mikroplanktonik
dan
hewan-hewan
kecil
yang sudah
mati(bangkai). Fosil ini hidup dengan cara menempel dan bergerak seperti menyeret pada substrat yang ada di dasar laut yang biasa disebut dengan benthos vagyl dan dapat juga berenang-renang bebas. Yaitu bergerak secara pellagic Hewan ini berkembang biak dengan cara aseksual . Hewan ini diperkirkanan hidup pada umur Ordovisian middle..
Tabel 3.7 Skala Waktu Geologi Peraga 1 Bagian tubuh dari hewan ini yang terfosilkan berupa bagian kerasnya yang berasal dari organisme yang bersifat kitinan. Fosil ini dapat terbentuk karena organisme tersebut mengalami kematian karena suatu hal dan segera tertimbun oleh material sedimen sehingga terhindar dari kerusakan dan pembusukan, kemudian hewan ini akan mengalami proses litifikasi yaitu mengeras dan membatu. Dikarenakan adanya aktivitas tektonik berupa gaya endogen yang bekerja, membuat lapisan sedimen yang berada dibawah teruplift. Kemudian gaya eksogen membuat lapisan-lapisan sedimen tererosi sehingga fosil yang berada dalam lapisan batuan tersingkap atau ter-expose ke permukaan.
9
Berdasarkan penjabaran dan penjelasan tersebut
maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa fosil ini merupakan hewan yang filum Arthropoda, kelas Trilobita, ordo Ptycopenda, famili Proetidae dan spesies Aylacopleura konineda Aylacopleura konineda. Fosil dengan nama peraga 2 ini memiliki kenampakan fisik berwarna putih kekuningan dan berdiameter sebesar 20 cm x 13 cm Morfologi yang dapat teramati
saat pengamtan dari fosil
Aylacopleura konineda ini adalah Morfologi yang dapat teramati dari fosil Aylacopleura konineda. Ini adalah Genal spine, Pleural lope, axial lope . Hewan ini Hewan ini hidup di laut dangkal. Sistem reproduksi dari animalia ini yaitu memiliki organ kelamin jantan dan betina yang terpisah, Hewan ini memiliki kelarmin yang terpisah, dimana fosil ini jika masa reproduksinya naik ke daerah daratan dan bereproduksi di daerah
daratan Hewan ini
bertahan hidup dengan memakan udang-udangan, organisme kecil mati yang terbawa arus, atau hewan kecil lainnya. Hewan ini dapat ditemukan di alam sejak Zaman kambrian hingga ordovisian
Gambar 3.8 Proses Pemfosilan
10
3.3 Peraga 3 Pengamatan pada fosil dengan kode peraga 3 yang dilakukan secara megaskopis, didapatkan fosilnya berwarna Coklat tua. Fosil ini memiliki dimensi panjang 4 cm, lebar 4 cm dan tinggi 3 cm.
Gambar 3.9 Fosil Peraga 3 Fosil ini memiliki tingkatan taksonomi yaitu termasuk ke dalam Filum Arhtropoda, Hewan ini juga termasuk ke dalam Subfilum Crustacea.. kemudian termasuk ke dalam Kelas Maxillopoda Ordo Sessilia dan spesiesnya adalah Balanus glondula
Gambar 3.5.2 Balanus eburneus Pada peraga 3 dijumpai beberapa morfologi yaitu basis, scutum, dan carena. Balanus primitif memiliki delapan pelat dinding, namun Balanus modern memiliki enam lempengan. Piring dinding miring ke dalam dan bersama-sama membentuk kerucut terpotong menyerupai gunung berapi. Pembukaan, aperture, berada di puncak kerucut tetapi mungkin tertutup oleh empat pelat opercular yang membentuk pintu, atau operkulum, untuk menutup aperture. Pelat ini dapat digerakkan dan dioperasikan oleh otot-otot
11
khusus. Pelat berkapur yang membentuk dinding shell yang tak bergerak secara kolektif dikenal sebagai mural plates. Dinding terdiri dari dua lempeng di setiap sisi dan satu pelat di setiap ujungnya. Lempeng di kedua sisi adalah lempengan lateral. Pelat tunggal di ujung anterior adalah rostrum yang bersebelahan dengan scuta. Carena adalah pelat yang tidak berpasangan di ujung posterior dan berdekatan dengan terga.
Gambar 3.10 Morfologi Peraga A-5 Fosil ini dapat ditemukan di laut dangkal atau pada zona litoral. Lingkungan hidupnya diinterpretasikan mendapatkan sinar matahari yang cukup dengan arus laut yang tenang, serta kaya akan oksigen. Dengan adanya sinar matahari yang cukup mengakibatkan banyaknya tumbuhan laut yang hidup yang dapat menjadi sumber makanan. Sumber makanan hewan ini berupa mikroplanktonik. Fosil ini hidup dengan cara menempel pada susbstrat seperti bati-batuan, kapal, dan cangkan kerang, Hewan ini berkembang biak dengan cara aseksual . Hewan ini diperkirkanan hidup pada umur ordovisian hingga sekarang
12
Tabel 3.11 Skala Waktu Geologi Peraga 3 Berdasarkan penjabaran dan penjelasan tersebut
maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa fosil ini merupakan hewan fosil peraga ini merupakan hewan yang termasuk kedalam filum Arthropoda, kelas Crustacea, ordo Balanus, famili Balanudue dan spesies Balanus Glondula.. Fosil dengan nama peraga 3 ini memiliki kenampakan fisik berwarna putih kekuningan dan berdiameter sebesar 4 cm x 4 cm x 3 cm Morfologi yang dapat teramati saat pengamtan dari fosil Balanus Glondula.. Ini adalah Sctum, Karena, basis. Hewan ini Hewan ini hidup di laut dangkal. Sistem reproduksi dari animalia ini yaitu memiliki organ kelamin jantan dan betina yang terpisah, Hewan ini memiliki kelarmin yang terpisah, dimana fosil ini jika masa reproduksinya naik ke daerah daratan dan bereproduksi di daerah daratan Hewan ini bertahan hidup dengan memakan palnkton. Hewan ini dapa tditemukan di alam sejak Zaman ordovisian – holosen
13
3.4 Peraga 4 Pengamatan pada fosil dengan kode peraga 4 yang dilakukan secara megaskopis, didapatkan fosilnya berwarna Putih ke kreman dan berbentuk bikonveks. berdiameter sebesar 20 cm untuk panjang lalu 15 cm untuk lebar dan 2 cm untuk tingginya. Peraga ini termasuk jenis fosil maket (buatan) walaupun tubuhnya memiliki bagian keras yang tersusun atas zat kitin, banyak faktor lain yang menyebabkan proses pemfosilan dari peraga jenis ini tidak terjadi secara sempurna. Salah satu faktor yang dapat menjadi pemicunya adalah pembusukan yang sudah terjadi lebih dulu pada tubuh hewan sebelum terkubur oleh material sedimen.
Gambar 3.12 Fosil Peraga 4
Fosil ini termasuk ke dalam Filum Arhtropoda karena organisme ini memiliki
buku-buku
pada
sekeliling
tubuhnya.
Berdasarkan
hasil
pengamatan fosil peraga secara makroskopis, fosil peraga ini merupakan hewan yang termasuk kedalam filum Arthropoda,sub filum Trilobitamorpha kelas Trilobita, ordo Pachopida, dan spesies Dytomopygae sp Pada peraga 4 dijumpai beberapa morfologi yaitu central lobe, lateral lobe, chepalon, thorax, dan pygdium.
thorax pada spesies ini yang
berfungsi sebagai tulang punggung atau penghubung antara chepalon dan pygidium. marginal spine menyusun bagian pygidium sedangkan genal spine merupakan penyusun rangka pada bagian chepalon.
14
Gambar 3.13 Morfologi Peraga 4
Fosil ini dapat ditemukan di laut dangkal atau pada zona litoral-neritik. Lingkungan hidupnya diinterpretasikan mendapatkan sinar matahari yang cukup dengan arus laut yang tenang, serta kaya akan oksigen. Dengan adanya sinar matahari yang cukup mengakibatkan banyaknya tumbuhan laut yang hidup yang dapat menjadi sumber makanan. Sumber makanan hewan ini
berupa
mikroplanktonik
dan
hewan-hewan
kecil
yang sudah
mati(bangkai). Fosil ini hidup dengan cara menempel dan bergerak seperti menyeret pada substrat yang ada di dasar laut yang biasa disebut dengan benthos vagyl dan dapat juga berenang-renang bebas. Yaitu bergerak secara pellagic Hewan ini berkembang biak dengan cara aseksual . Hewan ini diperkirkanan hidup pada umur Ordovisian middle..
Tabel 3.14 Skala Waktu Geologi Peraga 4
15
Bagian tubuh dari hewan ini yang terfosilkan berupa bagian kerasnya yang berasal dari organisme yang bersifat kitinan. Fosil ini dapat terbentuk karena organisme tersebut mengalami kematian karena suatu hal dan segera tertimbun oleh material sedimen sehingga terhindar dari kerusakan dan pembusukan, kemudian hewan ini akan mengalami proses litifikasi yaitu mengeras dan membatu. Dikarenakan adanya aktivitas tektonik berupa gaya endogen yang bekerja, membuat lapisan sedimen yang berada dibawah teruplift. Kemudian gaya eksogen membuat lapisan-lapisan sedimen tererosi sehingga fosil yang berada dalam lapisan batuan tersingkap atau ter-expose ke permukaan. Berdasarkan penjabaran dan penjelasan tersebut
maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa fosil ini merupakan hewan yang filum Arthropoda,sub filum Trilobitamorpha kelas Trilobita, ordo Pachopida, dan spesies Dytomopygae sp Fosil dengan nama peraga 2 ini memiliki kenampakan fisik berwarna putih kekuningan dan
berdiameter sebesar 20 cm x 15 cm
Morfologi yang dapat teramati saat pengamtan dari fosil Dytomopygae sp ini adalah Morfologi yang dapat teramati dari fosil Dytomopygae sp. Ini adalah Genal spine, Pleural lope, axial lope . Hewan ini Hewan ini hidup di laut dangkal. Sistem reproduksi dari animalia ini yaitu memiliki organ kelamin jantan dan betina yang terpisah, Hewan ini memiliki kelarmin yang terpisah, dimana fosil ini jika masa reproduksinya naik ke daerah daratan dan bereproduksi di daerah daratan Hewan ini bertahan hidup dengan memakan udang-udangan, organisme kecil mati yang terbawa arus, atau hewan kecil lainnya. Hewan ini dapat ditemukan di alam sejak Zaman ordovisian middle hingga devonian
16
Gambar 3.15 Proses Pemfosilan
3.5 Peraga 5 Pengamatan pada fosil dengan kode peraga 5 yang dilakukan secara megaskopis, didapatkan fosilnya berwarna Coklat tua. Fosil ini memiliki dimensi panjang 30 cm, lebar 15 cm dan tinggi 3 cm.
Gambar 3.16 Fosil Peraga 5 Fosil ini memiliki tingkatan taksonomi yaitu termasuk ke dalam Filum Arhtropoda karena organisme ini memiliki buku-buku atau ruas-ruas pada sekeliling tubuhnya, Hewan ini juga termasuk ke dalam Subfilum Chelicerata karena tubuhnya terdapat ekor yang runcing. kemudian termasuk ke , kelas Xiposura, ordo Limolidae, dan spesies Tachypelus Tridentalus atau bisa juga disebut dengan ikan mimi atau ikan kepiting kapak
17
Pada peraga 5 dijumpai beberapa morfologi yaitu chepalathorax, median eyes, lateral ridges, spines, telson, anus, mouth, chillarium, dan chelicera. Chelicera atau kaki untuk berjalan, anus untuk tempat pengeluaran sari-sari, sisa makanan, serta kotoran yang dihasilkan pada spesies, serta telson yang berfungsi sebagai ekor. Bagian-bagian tubuh fosil ini memiliki fungsi yang berkaitan satu sama lain. Seluruh tubuh organisme ini dilindungi oleh cangkang yang keras. Hewan ini memiliki dua mata gabungan yang besar dan beberapa mata lagi yang lebih kecil dan sederhana di atas punggungnya. Hewan ini memiliki lima pasang kaki untuk berjalan, berenang dan bergerak serta untuk memasukkan makanan ke dalam mulut. Ekornya panjang, lurus dan kaku dapat digunakan untuk menjungkir sendiri jika mereka dalam keadaan terbalik. Di belakang kaki hewan ini, terdapat buku-buku insang, yang berfungsi sebagai pertukaran gas dan pernapasan, kadang-kadang juga digunakan untuk berenang.
Gambar 3.17 Morfologi Peraga 5
Fosil ini dapat ditemukan di laut dangkal atau pada zona litoral. Lingkungan hidupnya diinterpretasikan mendapatkan sinar matahari yang cukup dengan arus laut yang tenang, serta kaya akan oksigen. Dengan adanya sinar matahari yang cukup mengakibatkan banyaknya tumbuhan laut yang hidup yang dapat menjadi sumber makanan. Sumber makanan hewan ini
berupa
mikroplanktonik
dan
hewan-hewan
kecil
yang sudah
mati(bangkai). Fosil ini hidup dengan cara menempel dan bergerak seperti
18
menyeret pada substrat yang ada di dasar laut yang biasa disebut dengan benthos vagyl dan dapat juga bergerak secara vellagic, yaitu berenangrenang bebas. Hewan ini berkembang biak dengan cara aseksual . Hewan ini diperkirkanan hidup pada umur Cambrian-Holosen
Tabel 3.18 Skala Waktu Geologi Peraga A-4 Berdasarkan penjabaran dan penjelasan tersebut
maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa fosil ini merupakan hewan yang filum Arthropoda, kelas Xiposura, ordo Limolidae, dan spesies Tachypelus Tridentalus. Fosil dengan nama peraga 5 ini memiliki kenampakan fisik berwarna hitam kekuningan dan berdiameter sebesar 30 cm x 15 cm Morfologi yang dapat teramati saat pengamtan dari fosil Tachypelus Tridentalus ini adalah Morfologi yang dapat teramati dari Tachypelus Tridentalus Ini adalah Genal spine, Pleural lope, axial lope . Hewan ini Hewan ini hidup di laut dangkal. Sistem reproduksi dari animalia ini yaitu memiliki organ kelamin jantan dan betina yang terpisah, Hewan ini memiliki kelarmin yang terpisah, dimana fosil ini jika masa reproduksinya naik ke daerah daratan dan bereproduksi di daerah daratan Hewan ini bertahan hidup dengan memakan udang-udangan, organisme kecil mati yang terbawa arus, atau hewan kecil lainnya. Hewan ini dapat ditemukan di alam sejak Zaman kambrian atas hingga holosen
19
BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan
fosil kode 1 ini merupakan hewan yang termasuk filum Arthropoda, kelas Trilobita, ordo Asaphida, famili Raphiophoridae dan spesies Lonchodomas Volborthi.. Fosil dengan nama peraga 1 ini memiliki kenampakan fisik berwarna putih kekuningan dan
berdiameter
sebesar 20 cm x 15 cm Morfologi yang dapat teramati
saat
pengamtan dari fosil Lonchodomas Volborthi ini adalah Morfologi yang dapat teramati dari fosil Lonchodomas Volborthi. Ini adalah Genal spine, Pleural lope, axial lope . Hewan ini Hewan ini hidup di laut dangkal. Sistem reproduksi dari animalia ini yaitu memiliki organ kelamin jantan dan betina yang terpisah, Hewan ini memiliki kelarmin yang terpisah, dimana fosil ini jika masa reproduksinya naik ke daerah daratan dan bereproduksi di daerah daratan Hewan ini bertahan hidup dengan memakan udang-udangan, organisme kecil mati yang terbawa arus, atau hewan kecil lainnya. Hewan ini dapat ditemukan di alam sejak Zaman kambrian atas hingga devon akhir
fosil kode 2 ini merupakan hewan yang filum Arthropoda, kelas Trilobita,
ordo
Ptycopenda,
famili
Proetidae
dan
spesies
Aylacopleura konineda Aylacopleura konineda. Fosil dengan nama peraga 2 ini memiliki kenampakan fisik berwarna putih kekuningan dan
berdiameter sebesar 20 cm x 13 cm Morfologi yang dapat
teramati saat pengamtan dari fosil Aylacopleura konineda ini adalah Morfologi yang dapat teramati dari fosil Aylacopleura konineda. Ini adalah Genal spine, Pleural lope, axial lope . Hewan ini Hewan ini hidup di laut dangkal. Sistem reproduksi dari animalia ini yaitu memiliki organ kelamin jantan dan betina yang terpisah, Hewan ini memiliki kelarmin yang terpisah, dimana fosil ini jika masa reproduksinya naik ke daerah daratan dan bereproduksi di daerah daratan Hewan ini bertahan hidup dengan memakan udang-udangan, 20
organisme kecil mati yang terbawa arus, atau hewan kecil lainnya. Hewan ini dapat ditemukan di alam sejak Zaman kambrian atas hingga permian
fosil kode 3 ini merupakan hewan fosil peraga ini merupakan hewan yang termasuk kedalam filum Arthropoda, kelas Crustacea, ordo Balanus, famili Balanudue dan spesies Balanus Glondula.. Fosil dengan nama peraga 3 ini memiliki kenampakan fisik berwarna putih kekuningan dan berdiameter sebesar 4 cm x 4 cm x 3 cm Morfologi yang dapat teramati saat pengamtan dari fosil Balanus Glondula.. Ini adalah Sctum, Karena, basis. Hewan ini Hewan ini hidup di laut dangkal. Sistem reproduksi dari animalia ini yaitu memiliki organ kelamin jantan dan betina yang terpisah, Hewan ini memiliki kelarmin yang terpisah, dimana fosil ini jika masa reproduksinya naik ke daerah daratan dan bereproduksi di daerah daratan Hewan ini bertahan hidup dengan memakan palnkton. Hewan ini dapat ditemukan di alam sejak Zaman ordovisian – holosen
fosil 4 ini merupakan hewan filum Arthropoda, kelas Trilobita, ordo Pachopida, dan spesies Dygidium sp.. Fosil dengan nama peraga 4 ini memiliki
kenampakan fisik
berwarna putih kekuningan dan
berdiameter sebesar 20 cm x 15 cm Morfologi yang dapat teramati saat pengamtan dari fosil Dygidium sp.. ini adalah Morfologi yang dapat teramati dari fosil Dygidium sp... Ini adalah Genal spine, Pleural lope, axial lope . Hewan ini Hewan ini hidup di laut dangkal. Sistem reproduksi dari animalia ini yaitu memiliki organ kelamin jantan dan betina yang terpisah, Hewan ini memiliki kelarmin yang terpisah, dimana fosil ini jika masa reproduksinya naik ke daerah daratan dan bereproduksi di daerah daratan Hewan ini bertahan hidup dengan memakan udang-udangan, organisme kecil mati yang terbawa arus, atau hewan kecil lainnya. Hewan ini dapat ditemukan di alam sejak Zaman Cambrian
21
fosil kode 5 ini merupakan hewan yang filum Arthropoda, kelas Xiposura, ordo Limolidae, dan spesies Tachypelus Tridentalus. Fosil dengan nama peraga 5 ini memiliki kenampakan fisik berwarna hitam kekuningan dan berdiameter sebesar 30 cm x 15 cm Morfologi yang dapat teramati saat pengamtan dari fosil Tachypelus Tridentalus ini adalah Morfologi yang dapat teramati dari Tachypelus Tridentalus Ini adalah Genal spine, Pleural lope, axial lope . Hewan ini Hewan ini hidup di laut dangkal. Sistem reproduksi dari animalia ini yaitu memiliki organ kelamin jantan dan betina yang terpisah, Hewan ini memiliki kelarmin yang terpisah, dimana fosil ini jika masa reproduksinya naik ke daerah daratan dan bereproduksi di daerah daratan Hewan ini bertahan hidup dengan memakan udang-udangan, organisme kecil mati yang terbawa arus, atau hewan kecil lainnya. Hewan ini dapat ditemukan di alam sejak Zaman kambrian atas hingga holosen
4.2. Saran
Bagi orang awam yang hendak membaca laporan ini, diharapkan untuk membaca dan mengetahui tentang organisme Arthropoda, bisa membaca lewat buku panduan praktikum atau referensi-referensu lainnya yang terpecaya
Jika tidak mengetahui appa yang di tulis pada laporan ini, diharapkan untuk mengoreksinya sehingga kesalahan bisa dibetulkan
22