1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
2/3 (dua per tiga) bagian dari permukaan bumi tertutup air. Dari segi ekosistem kita dapat membaginya menjadi air tawar, air laut, dan air payau seperti yang terdapat pada muara sungai yang besar. Dari ketiga ekosistem perairan tersebut, air laut dan air payau merupakan bagian yang terbesar, yaitu lebih dari 97 %. Sisanya adalah air tawar dengan jumlah dan kondisi yang terbatas, tetapi sangat dibutuhkan oleh manusia dan banyak organisme hidup lainnya untuk keperluan hidup. Seperti yang kita ketahui bahwa di perairan terdapat banyak sekali oraganisme kecil yang sangat berperan penting dalam keseimbangan ekosistem di perairan. Salah satu dari banyaknya organisme tersebut adalah benthos. Istilah benthos berasal dari bahasa Yunani yang artinya "kedalaman laut". Benthos mencakup semua organisme yang hidup di dalam dasar perairan. Mereka tinggal di dekat laut atau endapan lingkungan, dari pasang surut di sepanjang tepi kolam, dan kemudian ke bawah abisal pada kedalaman. Benthos adalah organisme yang mendiami dasar perairan dan tinggal di dalam atau melekat pada sedimen dasar perairan. Menurut batasan biologis, bentos dibedakan menjadi fitobhentos yaitu bentos yang bersifat tumbuhan dan zoobenthos yaitu bentos yang bersifat hewan. Zoobenthos yang hidup di permukaan dasar perairan di golongkan menjadi epifauna sedangkan zoobenthos yang hidup di dalam dasar perairan disebut infauna. Berdasarkan pada ukuran
2
tubuhnya, benthos dikelompokkan menjadi makrobenthos yaitu kelompok benthos yang berukuran 1,0 mm – 5,0 mm, mesobenthos yaitu kelompok bentos yang berukuran 0,1 – 1,0 mm, dan mikrobenthos yaitu kelompok benthos yang berukuran < 0,1 mm. Organisme benthos meliputi jenis-jenis dari kelompok protozoa, sponge, coelenterate, rotifera, nematode, bryozoa, decapoda, ostracoda, cladocera, copepoda, pelecypoda, gastropoda, insekta dan lintah Keberadaan hewan benthos pada suatu perairan di pengaruhi oleh kondisi fisik (subtract, kekeruhan, arus, kedalaman dan suhu), di samping itu juga dipengaruhi oleh factor kimia (pH, O2, dan bahan-bahan toksik) dan factor biologi (predator dan kompetetitor). Dalam mengamati tingkat pencemaran perairan dapat dilakukan dengan menggunakan indikator (parameter) benthos. Hal ini dilakukan karena organisme ini merupakan makhluk hidup yang rentan terhadap jenis racun yang ada di perairan. Benthos merupakan makhluk yang paling lambat perpindahannya dan siklus hidupnya yang panjang dan sifat pergerakannya yang terbatas, sehingga benthos merupakan organisme yang paling menderita akibat bahan pencemar. Oleh sebab itu, benthos sering dijadikan bioindikator dalam mengamati pencemaran perairan selain plankton dan ikan. Berdasarkan penjelasan di atas, benthos memiliki peran yang sangat penting di dalam ekosistem perairan. Oleh karena itu, perlu dilakukan praktikum untuk mempelajari keberadaan benthos di perairan-perairan yang ada di sekitar kita.
3
1.2
Tujuan dan Manfaat Tujuan diadakannya praktikum ini untuk mengetahui tingkat pencemaran
di waduk FAPERIKA UR, dan untuk mengetahui kelimpahan, keanekaragaman, dominasi jenis, dan keseragaman jenis benthos.
Manfaat dari penulisan laporan ini adalah kita dapat mengetaui tingkat kesuburan suatu perairan dengan mengamati keberadaan benthos dan dapat mengetahui sebaran benthos di perairan waduk FAPERIKA UR.
4
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Air adalah suatu zat pelarut yang bersifat yang sangat berdaya guna, yang mampu melarutkan zat-zat lain dalam jumlah besar dari pada zat cair lainnya. Sifat-sifat ini dapat dilihat dari banyaknya unsur-unsur pokok yang terdapat dalam air laut( Hutabarat,s & S.M. Evans. 2005). Berdassarkan habitatnya, aquatic ecosystem atau ekologi perairan terbagi atas 3 jenis yaitu, fresh water aquatic, marine water aquatic, dan brackhis water aquatic.( Fajri&Agustina, 2013). Benthos mencakup semua organisme yang hidup di dasar atau di dalam dasar perairan (Fajri, 2014). Menurut fachrul (2007), ukuran bentos diantaranya adalah makrobentos yaitu 1,0 mm – 5,0 mm ; mesobentos yaitu 0,1 -1,0 mm dan mikrobentos yaitu < 0,1 mm. Benthos adalah organisme yang hidup dibahagian dasar perairan dan menetap disana. Berdasarkan ukurannya, benthos diklasifikasikan menjadi tiga yakni microfauna, meiofauna, dan macrofauna (Siagian,2011). Romimohtarto dan Sri (2001) mengatakan bahwa fauna bentik terdiri dari lima kelompok, yaitu Mollusca, Polychaeta, Crustacea, Echinodermata dan kelompok lain yang terdiri dari beberapa takson kecil seperti Sipunculidae (owakowak), Pogonophora dan lan-lain. Tubuh bentos banyak mengandung mineral kapur. Batu-batu karang yang biasa kita lihat di pantai merupakan sisa-sisa rumah atau kerangka bentos. Jika
5
timbunannya sangat banyak rumah-rumah binatang karang ini akan membentuk Gosong Karang, yaitu dataran di pantai yang terdiri dari batu karang. Selain Gosong Karang ada juga Atol, yaitu pulau karang yang berbentuk cincin atau bulan sabit (Keeton, 2000). Peranan benthos di perairan mampu mendaur ulang bahan organic, membantu proses mineralisasi, menduduki posisi penting dalam rantai makanan, dan indicator pencemaran (Fajri&Agustin, 2013). Berdasarkan ukurannya, zoobentos dapat digolongkan ke dalam kelompok zoobentos mikroskopik atau mikrozoobentos dan zoobentos makroskopik yang disebut juga dengan makrozoobentos. Makrozoobentos dapat mencapai ukuran tubuh sekurang-kurangnya 3 - 5 mm pada saat pertumbuhan maksimum. APHA dalam Nurkholis (2010) menyatakan bahwa makrozoobentos dapat ditahan dengan saringan No.
30 Standar Amerika. menyatakan bahwa
makrozoobentos merupakan organisme yang tertahan pada saringan yang berukuran besar dan sama dengan 200 sampai 500 mikrometer. Barnes and Hughes dan Nybakken dalam Aliman (2010), menyatakan bahwa berdasarkan keberadaannya di dasar perairan, maka makrozoobentos yang hidupnya merayap di permukaan dasar perairan disebut dengan epifauna, seperti Crustacea dan larva serangga. Sedangkan makrozoobentos yang hidup pada substrat lunak di dalam lumpur disebut dengan infauna, misalnya Bivalve dan Polychaeta. Gaufin dalam Nardi (2010) mengelompokkan spesies makrozoobentos berdasarkan kepekaannya terhadap pencemaran karena bahan organik, yaitu kelompok intoleran, fakultatif dan toleran. Organisme intoleran yaitu organisme
6
yang dapat tumbuh dan berkembang dalam kisaran kondisi lingkungan yang sempit dan jarang dijumpai di perairan yang kaya organik. Organisme ini tidak dapat
beradaptasi
bila
kondisi
perairan
mengalami
penurunan
kualitas. Organisme fakultatif yaitu organisme yang dapat bertahan hidup pada kisaran kondisi ling-kungan yang lebih besar bila dibandingkan dengan organisme intoleran. Walaupun organisme ini dapat bertahan hidup di perairan yang banyak bahan organik, namun tidak dapat mentolerir tekanan lingkungan. Organisme toleran yaitu organisme yang dapat tumbuh dan berkembang dalam kisaran kondisi lingkungan yang luas, yaitu organisme yang sering dijumpai di perairan yang berkualitas jelek. Pada umumnya organisme tersebut tidak peka terhadap berbagai tekanan lingkungan dan kelimpahannya dapat bertambah di perairan yang tercemar oleh bahan organik. Jumlah organisme intoleran, fakultatif dan toleran dapat menunjukkan derajat pencemaran. Berdasarkan teori Shelford dalam Arif (2010), makrozoobentos dapat bersifat toleran
maupun bersifat sensitif terhadap perubahan lingkungan.
Organisme yang memiliki toleransi yang luas akan memiliki kisaran toleransi yang luas akan memiliki penyebaran yang luas juga. Sebaliknya organisme yang kisaran toleransinya sempit (sensitif) maka penyebarannya sempit juga. Menurut pengambilan sampel benthos menurut Suin (2002) dapat dilakukan dengan metode kolonisasi (dengan container sampler atau core sampler), metode perangkap (dengan trap sampler) dan metode tangkap segera (immediate sampler dengan surbur, pipa paralon, eckman grab atau Petersen grab).
7
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat Praktikum “Benthos” dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 12 April 2014.
Pada pukul 13.00 WIB s/d 15.00 WIB. Tempat dilaksanakannya Praktikum yaitu di Laboratorium Ekologi dan Manajemen
Lingkungan Perairan Jurusan
Manajemen Sumberdaya Perairan
Universitas Riau.
3.2
Bahan dan Alat Dalam praktikum benthos tidak ada bahan yang digunakan. Adapun alat
yang digunakan dalam praktikum ini
kalkulator, pipa paralon, cawan petri,
saringan, alat tulis, buku identifikasi dan buku penuntun praktikum.
3.3
Prosedur Praktikum Praktikum dilakukan dengan cara mengumpulkan sampel benthos yang
ada di waduk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dengan menggunakan pipa paralon. Pipa paralon ditancapkan pada dasar perairan kemudian ujungnya ditutup dengan telapak tangan agar udara terperangkap. Setelah itu substrat yang tertangkap tersebut di masukkan ke dalam ember dan kemudian disaring untuk memisahkan tanah dengan organisme benthos yang ada. Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode tangkap segera.
8
Setelah mengumpulkan organisme benthos yang ada kemudian hasil yang didapatkan di bawa ke laboratorium untuk dilakukan pengamatan dan identifikasi serta dilakukan perhitungan terhadap kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman serta indeks dominasi jenis benthos. 3.4
Analisis Praktikum Adapun penelitian ini dilakukan untuk melakukan analisis atau
perhitungan terhadap kelimpahan benthos, keanekaragaman jenis, dominasi jenis, dan keseragaman jenis. Berikut akan diuraikan langkah (rumus) perhitungan yang dilakukan. a.
Perhitungan Kelimpahan 𝑃 𝑥 10.000 (𝑐𝑚)
K = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑙𝑎𝑡 (𝑐𝑚) Dimana : K
=
Kelimpahan benthos (sel/L)
P
=
Individu yang ditemukan (sel)
10.000 =
merupakan kalibarasi dari 1 meter perkiraan kawasan pelemparan
alat (1 meter x 1 meter atau 100 cm x 100 cm)
b. Indeks Keanekaragaman Jenis menurut Shannon-Wienner (dalam Odum, 1971) yang disimbolkan dengan H’ Diketahui : Log 2
= 3,321928
pi
= ni/N, dimana N=total nilai kelimpahan
9
Log pi
= logaritma dari nilai pi
Log 2 pi
= log 2 x log pi
pi log 2 pi
= pi x (log 2 pi)
Rumus indeks keanekaragaman yang digunakan H’ =
- − ∑ 𝑝𝑖 log 2 𝑝𝑖
Jika H’ < 1 artinya keanekaragaman rendah dengan sebaran individu tidak merata. Jika 1 ≤ H’ ≤ 3 artinya keanekaragaman sedang dengan sebaran individu sedang. Jika H’ > 3 artinya keanekaragaman tinggi dengan sebaran individu merata. c.
Indeks dominasi jenis organisme menurut Simpson dalam Odum (1971) C’ =
𝑛𝑖
∑( )2 𝑁
Dimana : ni
= banyaknya individu yang ditemukan
N
= jumlah ni
Jika C mendekati 0 artinya tidak ada jenis yang mendominasi Jika C mendekati 1 artinya ada jenis dominan yang muncul d. Indeks keseragaman jenis organisme menurut Pilou dalam Krebs (1985) E=
𝐻′ 𝐻 ′ 𝑚𝑎𝑘𝑠
𝐻′
= log 2 𝑠
Dimana : H’
= indeks keanekaragaman jenis menurut Shannon-Wienner/Zar dan Kaor
10
S
= banyaknya taxa atau jenis yang ditemukan
Log 2 s= Log 2 x Log S = 3,321928 x Log (S) Jika E mendekati 0 berarti tidak seimbang. Jika E mendekati 1 berarti keseragaman seimbang.
11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil a.
Jenis Benthos Teridentifikasi
Setelah melakukan pengamatan terhadap air sampel, penulis bersama dengan rekan sekelompok berhasil menemukan 7 (tujuh) benthos yang terbagi menjadi 3 (tiga) jenis benthos. Kemudian diketahui jenis benthos tersebut termasuk ke dalam Stenothyra glabra, Tricula humida, dan Giraulus convexusculus. b. Perhitungan Kelimpahan Perhitungan kelimpahan (K) benthos dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑃 𝑥 10.000 (𝑐𝑚)
K = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑙𝑎𝑡 (𝑐𝑚)
dimana : K
=
Kelimpahan benthos (sel/L)
P
=
Individu yang ditemukan (sel)
10.000 =
merupakan kalibarasi dari 1 meter perkiraan kawasan pelemparan
alat (1 meter x 1 meter atau 100 cm x 100 cm) maka, hasil perhitungan untuk menentukan nilai kelimpahan benthos adalah : Tabel 1. Nilai Kelimpahan Benthos
Kelas/Genus Gastropoda Gastropoda Gastropoda
Jumlah ditemu Nama Jenis kan (sel) Stenothyra glabra 1 Tricula humida 1 Giraulus 5 convexusculus Total 7
Luas Paralon
707,14
Nilai Kelimpah an (sel/m2) 15 15 70 100
12
c.
Indeks Keanekaragaman Jenis
Perhitungan nilai indeks keanekaragaman jenis (H’) dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
H’ =
- ∑ 𝑝𝑖 log 2 𝑝𝑖
Diketahui : Log 2
= 3,321928
pi
= n/N, dimana N=total nilai kelimpahan
Log pi
= logaritma dari nilai pi
Log 2 pi
= log 2 x log pi
pi log 2 pi
= pi x (log 2 pi)
Dengan menggunakan rumus perhitungan tersebut, didapatlah hasil sebagai berikut : Tabel 2. Indeks Keanekaragaman Jenis No
Kelimpahan (ni) 15 15
Nama Jenis
1 2
Stenothyra glabra Tricula humida Giraulus 3 70 convexusculus Total N = 186,85 Nilai indeks H’ = - (-1,14)
Pi=ni/ N 0,15 0,15
Log pi -0,82 -0,82
Log 2 pi -2,72 -2,72
Pi log 2 pi -0,40 -0,40
0,70
-0,15
-0,49
-0,34
1
-1,14
= 1,14 d. Indeks Dominasi Jenis Perhitungan nilai indeks dominasi jenis plankton (C’) dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
C’ =
dimana : ni
= banyaknya individu yang ditemukan
N
= jumlah ni
𝑛𝑖
∑( )2 𝑁
13
Dengan menggunakan rumus perhitungan tersebut, didapatlah hasil sebagai berikut : Tabel 3. Indeks Dominasi Jenis No 1 2 3
Nama Jenis Kelimpahan (N) Stenothyra glabra 15 Tricula humida 15 Giraulus convexusculus 70 Total N = 186,85 Nilai indeks C’ = 0,53 (mendekati 1)
e.
(ni/N) = pi 0,15 0,15 0,70
(ni/N)2 = pi2 0,02 0,02 0,49 0,53
Indeks Keseragaman Jenis
Perhitungan nilai indeks keseragaman jenis (E) dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
E=
𝐻′ 𝐻 ′ 𝑚𝑎𝑘𝑠
𝐻′
= log 2 𝑠
dimana : H’
= indeks keanekaragaman jenis menurut Shannon-Wienner/Zar dan Kaor
S
= banyaknya taxa atau jenis yang ditemukan
Log 2 s= Log 2 x Log S = 3,321928 x Log (S) Nilai H= 1,14 Nilai S = 3, maka log S=0,47 Maka nilai indeks keseragaman jenis (E) =
1,14 1,56
= 0,73
14
4.2
Pembahasan a.
Kelimpahan Benthos
Setelah dilakukan penghitungan terhadap kelimpahan benthos, maka didapat hasil bahwa plankton jenis Stenothyra glabra
dan
Tricula humida
memiliki nilai kelimpahan sebesar 15 sel/L, dan benthos jenis Giraulus convexusculus memiliki nilai kelimpahan sebesar 70 sel/L. b. Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) Berdasarkan hasil penghitungan terhadap nilai indeks keanekaragaman jenis, didapatkan hasil bahwa nilai H’ adalah sebesar +1,14. Sesuai dengan keterangan yang telah diberikan bahwa jika nilai 1 < H’ < 3 maka hal ini menunujukkan bahwa keanekaragaman jenis berada pada tingkatan SEDANG. Sebaran individu pada suatu perairan sedang. c.
Indeks Dominasi Jenis (C’)
Berdasarkan hasil penghitungan terhadap nilai indeks dominasi jenis, didapatkan hasil bahwa nilai C’ adalah sebesar 0,53 (mendekati satu). Sesuai dengan keterangan yang telah diberikan bahwa jika nilai C’ mendekati 1 (satu) maka hal ini menunjukkan bahwa ada salah satu jenis benthos yang mendominasi.
15
d. Indeks Keseragaman Jenis (E) Berdasarkan hasil penghitungan terhadap nilai indeks keseragaman jenis, didapatkan hasil bahwa nilai E adalah sebesar 0,73 (mendekati 1). Maka hal ini menunjukkan bahwa keseragaman organisme dalam keadaan seimbang, berarti tidak terjadi persaingan tempat ataupun makanan antara masing-masing benthos.
16
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Setelah dilaksanakannya praktikum benthos, maka didapatkan hasil bahwa
keanekaragaman jenis benthos yang ada berada pada tingkatan sedang yang artinya sebaran individunya tidak merata, ada jenis benthos yang mendominasi dan juga keseragaman organisme dalam keadaan seimbang. Hal ini menunujukkan bahwa tidak terjadi persaingan terhadap tempat ataupun makanan yang terjadi antar benthos. Berdasarkan hal ini maka penulis menyimpulkan bahwa air yang di waduk FAPERIKA UR berada dalam kondisi yang cukup baik dan tidak tercemar. 5.2
Saran Demi menjaga kualitas air di waduk FAPERIKA UR, diharapkan kepada
semua pihak untuk menjaga dan tidak mencemari lingkungan di waduk FAPERIKA UR. Karena di perairan tersebut banyak makhluk mikroskopis dan makroskopis yang mempengaruhi ekosistem waduk FAPERIKA UR. Untuk itu di harapkan kepada kita semua untuk menjaga waduk FAPERIKA UR.