Isi

  • Uploaded by: Taufik Hidayat
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Isi as PDF for free.

More details

  • Words: 4,626
  • Pages: 26
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam upaya mempertahankan tingkat kesehatan yang optimal pada klien untuk menurunkan jumlah dan atau keparahan gejala pernafasan, pencegahan

infeksi

pernafasan merupakan upaya paling penting. Salah satu bentuk intervensi keperawatan yang dilakukan adalah dengan teknik drainage postural, latihan nafas dalam dan batuk efektif. Teknik-teknik tersebut merupakan teknik non invasive. Postural Drainage (PD) merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret dari paru dengan mempergunakan gaya berat dari sekretnya itu sendiri. Tahun 1953 Palmer dan Sellick telah menunjukkan manfaat PD yang disertai dengan perkusi dada untuk mencegah terjadinya atelektasis paru setelah pembedahan. Sejak itu pula PD telah diterapkan secara intensif pada perawatan penderita-penderita penyakit paru akut maupun kronik .Mengingat kelainan pada paru bisa terjadi pada berbagai lokasi maka PD dilakukan pada berbagai posisi disesuaikan dengan kelainan parunya. Dengan PD dapat dilakukan pencegahan terkumpulnya sekret dalam saluran nafas terutama pada mereka yang tergolong high risk, disamping untuk mempercepat pengeluaran cairan patologik lainnya yang berasal dari saluran nafas maupun perenkhim paru yang viskositasnya kental . Keberhasilan dari PD sering segera dapat dirasakan oleh penderitanya, yaitu dengan adanya perbaikan ventilasi. Batuk merupakan cara efektif dan efisien untuk mengeluarkan lendir di saluran pernapasan. Agar batuk jadi efektif maka perlu diberikan latihan batuk. Namun latihan ini hanya bisa dilakukan pada anak yang sudah bisa diajak sedikit bekerja sama (kooperatif) atau mulai di usia balita. Untuk bayi, teknik batuk pada fisoterapi di rumah biasanya ditiadakan. Bayi biasanya mengeluarkan lendir dengan cara memuntahkannya. Latihan batuk merupakan cara yang paling efektif untuk membersihkan laring, trakea, bronkhioli dari sekret dan benda asing Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang mengalami operasi dengan anestesi general. Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi 1

teranastesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien setelah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret tersebut. B. TUJUAN PENULISAN 1. TUJUAN UMUM Setelah menyusun makalah ini mahasiswa diharapkan dapat lebih mengerti dan memahami tentang konsep dan teknik Postural Drainage, latihan nafas dalam dan batuk efektif. 2. TUJUAN KHUSUS a. Diharapkan mahasiswa dapat memahami Konsep, Tujuan, Indikasi, Kontra Indikasi serta Prosedur tindakan Postural Drainage. b. Diharapkan mahasiswa dapat memahami Konsep, Tujuan, Indikasi, Kontra Indikasi serta Prosedur Latihan Nafas Dalam. c. Diharapkan mahasiswa dapat memahami Konsep, Tujuan, Indikasi, Kontra

Indikasi serta Prosedur Batuk efektif. C. METODE PENULISAN Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode deskriftif untuk lebih memperjelas dan memahami setiap tindakan prosedur tersebut. D. SISTEMATIKA PENULISAN Bab I Pendahuluan, terdiri dari Latar belakang masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan. Bab II Tinjauan Teoritis, terdiri dari Definisi, Tujuan, Indikasi, Kontra Indikasi serta Prosedur Tindakan. Bab III Asuhan keperawatan. Bab IV Penutup

2

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. DEFINISI 1. Postural Drainage “Drainage Postural adalah teknik membuang sekresi dari segmen tertentu di paru dan di bronchus ke dalam trachea dengan memperhatikan posisi

pasien”.

(Potter Patricia A, 2005: ). “Drainage Postural merupakan cara klasik untuk mengluarkan sekret dari pasien menggunakan gaya berat dari sekretnya itu sediri”. (dr.Hudaya Sutadinata, http://www.portkalbe.com/files/srv/www/portalkalbe/files/cdk/files/07PosturalDraina ge024.pdf/07PosturalDrainage024). Postural drainage ini merupakan satu kesatuan dari Fisioterapi dada yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan, adapun yang lainnya itu adalah perkusi dada dan Vibrasi dada. Perkusi dada adalah penepukan pada daerah dimana sekret terakumulasi (dada dan punggung) dengan tangan yang dibentuk menyerupai mangkuk, tepukan tangan secara berirama dan sistematis dari arah atas menuju kebawah. Selalu perhatikan ekspresi wajah klien untuk mengkaji kemungkinan nyeri. Setiap lokasi dilakukan perkusi selama 1-2 menit. Sedangkan vibrasi dada bertujuan melepaskan sekret yang menempel di dinding bronchus-alveolus dengan menggetarkan dada dengan kedua telapak tangan yang dibuat saling menyilang, lakukan 5-7 kali. Dilakukan pada saat ekspirasi atau pada saat batuk. 2. Latihan Nafas Dalam

3

“Latihan nafas dalam adalah suatu tindakan untuk melatih pengembangan pengempisan secara optimal paru-paru dengan cara menarik nafas dalam selama 3-5 detik kemudian dikeluarkan secara perlahan melalui mulut”. (Kozier, B & Erb, G, 2000: ).

3. Latihan Batuk Efektif “Latihan Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal”. (Potter Patricia A, 2005: ). “Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat menghemat energy sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal”. (E-learning Dec 2006) Batuk merupakan rangsangan fisiologik yang secara reflex/otomatis terjadi bila terdapat benda asing di di saluran nafas. Batuk efktif mengandung makna dengan batuk yang benar, akan dapat mengeluarkan benda asing/secret semaksimal mungkin dengan penggunaan tenaga yang semaksimal mungkin. Bila klien mengalami gangguan pernafasan karena akumulasi secret, ajarkanlah bagaimana melakukan batuk efektif.

B. TUJUAN 1. Postural Drainage Tujuan dilakukannya teknik postural drainage adalah: a. Untuk mengeluarkan secret yang tertampung b. Untuk mencegah akumulasi secret agar tidak terjadi atelektasis c. Mencegah dan mengeluarkan secret.

4

2. Latihan Nafas Dalam Tujuan dilakukannya teknik nafas dalam adalah: a. Mengatur frekuensi dan pola nafas sehingga mengurangi air trapping. b. Memperbaiki fungsi diafragma. c. Memperbaiki mobilitas thoraks. d. Memperbaiki ventilasi alveoli untuk memperbaiki pertukaran gas tanpa meningkatkan kerja pernafasan. e. Mengatur dan mengkoordinasi kecepatan pernafasan,sehingga nafas lebih efektif. f. Menyiapkan klien pre dan post operasi. g. Mencegah komplikasi pernafasan. h. Mengurangi rasa nyeri. i.

Mempertahakan relaksasi otot.

3. Batuk Efektif Tujuan batuk efektif adalah: a. Mengeluarkan secret dari saluran pernafasan,

b. Mencegah komplikasi pernafasan dan sirkulasi. C. INDIKASI

Teknik postural drainage, latihan nafas dalam dan batuk efektif dapat dilakukan pada pasien pasien, COPD, PPOK, emphysema, fibrosis Asthma,chest infection, pasienpasien dengan tirah baring lama, mereka yang tergolong high risk yaitu penderita penyakit paru kronik, penderita pasca bedah yang mengalami imobilisasi dan mereka yang telah dilakukan sayatan pada toraks dan abdomen,pasien dengan sputum yang banyak, seperti bronkhoektasis atau fibrosis kistik.

D. KONTRAINDIKASI Kontra indikasi teknik postural drainage, batuk efektif, dan latihan nafas dalam adalah pada pasien-pasien dengan kelainan

5

system kardiovaskuler seperti hipotensi,

hipertensi, Akut infark miocard,aritmia dan kegagalan jantung. Pasien-pasien dengan bedah syaraf akan meningkatkan tekanan intra cranial.

E. PROSEDUR TINDAKAN Untuk melakukan PD, Batuk Efektif dan latihan Nafas Dalam tidak ada persiapan khusus dari penderita yang penting adalah perlu diketahui lokasi kelainan pada paru serta keadaan umum penderita. Untuk mengetahui dengan cepat perubahan klinik penderita yang mungkin terjadi selama dilakukan Postural Drainage, latihan Nafas dalam dan Batuk Efektif maka sebaiknya kita yang mengerjakan Postural drainage, Latihan Nafas dan Batuk Efektif berada di depan penderita. I. Postural Drainage Postural drainage dilakukan pada posisi tertentu yaitu pada posisi supaya terjadi pengeluaran (drain-age) sputum yang cepat karena pengaruh gaya beratnya di-sertai pengaruh perkusi dan vibrasi dada (1, 3). Posisi pen-derita yang diharapkan terjadi drainage sesuai dengan lokasikelainan paru adalah sebagai berikut (3) : 1. Tidur dengan beberapa bantal, kepala letak tinggi membentuk sudut 45° untuk

drainage kedua lobus atas dari segmen apical, perkusi dada dibawah leher serentak pada kedua sisi (Gambar 1). 2. Tidur dengan satu bantal bawah kepala dan satu bantal bawah lutut untuk drainage

lobus atas kanan segmen anterior dilakukan perkusi pada bahu kanan bagian atas(Gambar 2), dan beberapa bantal tanpa bantal bawah lutut untuk drainage lobus atas kiri segmen ante-rior perkusi pada bahu kiri bagian atas(Gambar 3).22 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981 3. Tidur menelungkup pada bantal untuk drainage lobus atas segmen posterior perkusi

pada daerah punggung dibawah leher (Gambar4Adan B, serta 5A dan B). 4. Tidur pada sisi kiri dengan3/4 bagian badan tidur, untuk drainage lobus tengah kanan

dan lobus bawah kanan segmen anterior. Kepala lebih bawah dari bagian tubuh lainnya, perkusi pada dada kanan antara ICS 4-6 (Gambar 6). 6

5. Tidur pada sisi kanan dengan3/4 bagian badan tidur, untuk drainage lingula dan lobus

bawah kiri segmen anterior, perkusi pada basal paru jangan sampai menepuk lambung (Gambar 7). Letak kepala sama seperti No. 4. 6. Tidur dengan satu bantal bawah kepala dan satu bantal bawah lutut dengan letak

kepala seperti no. 4, untuk drainage kedua lobus bawah segmen anterior (Gambar 8). 7. Tidur pada sisi kiri, letak kepala sama seperti no. 4, untuk drainage lobus bawah kanan

segmen lateral (Gambar 9). 8. Tidur pada sisi kanan dengan letak kepala sama seperti no. 4, untuk drainage lobus

bawah kiri segmen lateral dan lobus bawah kanan segmen kardiak (Gambar 10). 9. Tidur menelungkup dengan satu bantal dibawah perut dengan letak kepala sama

seperti no. 4 (Gambar 11) atau beberapa bantal di bawah perut (Gambar 13) untuk drainage kedua lobus bawah. 10. Tidur pada sisi kiri dengan ¾ bagian badan miring, letak kepala sama seperti no. 4,

untuk drainage lobus bawah kanan segmen posterior (Gambar 12). Untuk penderita dengan kelainan paru pada beberapa tempat PD dapat dilakukan pada beberapa posisi. Setiap posisi sebaiknya dilakukan selama 5 - 10 menit. Keadaan ini biasa diperpanjang bila penderita tahan lama, sekret/cairan patologik jumlahnya banyak atau kental sehingga drainage memerlukan. II. Melatih Napas Dalam a. Pelaksanaan 1.

Pastikan kebutuhan klien akan latihan pernapasan dalam

2.

Persiapan klien: a. Sampaikan salam b. Informasikan kepada klien tentang tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan

3.

Persiapan alat a. Stetoskop

4.

Persiapan lingkungan a. Buka jendela dan pertahankan kebersihan ruangan b. Cuci tangan (lihat SOP cuci tangan) 7

5.

Atur posisi klien fowler atau duduk berbaring miring ke satu sisi dengan lutut fleksi

6.

Demonstrasikan tahapan napas dalam

7. Letakkan kedua telapak tangan disekitar kedua sisi iga bawah

8.

Tarik napas melalui hidung secara perlahan sampai dada mengembang dan abdomen terlihat naik dan menahannya selama 3-5 detik

9.

Kemudian hembuskan napas secara perlahan melalui lutut

10. Evaluasi respon klien dan tentukan seberapa sering tindakan perlu dilakukan oleh klien. Jika menurunnya bunyi respond an adanya ronkhi, indikasi bahwa latihan nafas dalam lebih sering dilakukan 11. Atur kembali posisi 12. Bereskan alat 13. Sampaikan salam terminasi (lihat SOP komunikasi terapeutik) 14. Cuci tangan 15. Dokumentasikan hasil tindakan dan respon klien Selain latihan nafas dalam ada beberapa latihan yang terlu dilakukan oleh klien dengan masalah system pernafasan khususnya pada episode dispnoe antara lain: a. Pernafasan Diafraghma dan pernafasan abdomen Teknik ini bertujuan untuk mempertahankan pergerakan diafraghma secara maksimal. Cara kerja: 1. Klien tidur terlentang dengan kedua sendi lutut flexi 2. Letakkan tangan atau tumpukan buku di atas muskulus rektus abdominalis untuk member tahanan 3. Memulai tarikan nafas dari hidung sampai paru mengembang maksimal sementara tahanan tetap diberikan 4. Teknik yang benar bila tumpukan buku atau tangan turun naik seirama dengan pernafasan 5. Lakukan 2-3 kali sehari dengan frekuensi tarikan nafas 5-7 kali setiap latihan.

b. Pernafasan bibir (Purse Lip Breathing)

8

Teknik ini bertujuan untuk mengontrol pola nafas klien, khususnya dilakukan oleh klien dalam episode dispnoe. Cara kerja: 1. Tutup mulut danbernafaslah melalui hidung 2. Tarik nafas dalam, tiupkan perlahan-lahan dari bibir tanpa terputu-putus 3. Tarik nafas dalam agak cepat, tahan, kemudian hembuskan lagi perlahan-lahan 4. Demikian dilakukan berulang-ulang 5. Ingat untuk menggunakan teknik ini terutama pada saat beraktifitas selalu menarik nafas dalam sebelum memulai aktifitas tersebut dan menghembuskannya perlahan-lahan selama aktifitas. III. Melatih Batuk Efektif Melatih batuk efektif adalah melakukan latihan batuk untuk mengeluarkan secret sebanyak mungkin dari jalan nafas dan area paru dengan tenaga yang digunakan seminimal mungkin dengan prosedur pelaksanaan: 1.

Pastikan kebutuhan klien akan pemberian latihan batuk efektif

2.

Persiapan klien a.

Sampaikan salam

b. Informaskan kepada klien tentang tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan 3.

Persiapan alat a.

Bantal 2 buah (jika diperlukan)

b.

Bengkok besar 1 buah

c.

Sputum pot 1 buah dengan cairan desinfektan 5%

d.

Tissue secukupnya dan simpan pada tempatnya

e.

Perlak dan pengalas 1 buah

f.

Masker

g.

Sarung tangan bersih

h.

Barakskort/Gown

4. Persiapan lingkungan

a. Jaga privacy klien dengan menutup gordin/pasang sampiran 9

b. Buka jendela dan ruangan bersih serta nyaman 5.

Cuci tangan

6.

Atur posisi klien fowler atau duduk

7.

Pakai barakskort, masker dan sarung tangan

8.

Pasang perlak

9. Jika klien mempunyai luka insisi didada atau perut yang akan menyebabkan nyeri

selama batuk, anjurkan klien menahan bagian tersebut dengan lembut menggunakan bantal atau tangan saat melakukan batuk efektif 10. Dekatkan pot sputum kepada klien 11. Jaga jarak aman lebih kurang 70 cm 12. Anjurkan klien untuk melakukan napas dalam (lihat SOP napas dalam) 13. Jika batuk secara spontan tidak terjadi, minta klien menarik nafas melalui hidung

secara perlahan dan tahan selama 2-3 detik, lakukan sampai 3 kali, kemudian batukkan dengan kuat dan posisi tubuh dicondongkan kea rah depan 14. Buang secret/sputum kedalam sputum pot 15. Lakukan secara berulang tindakan no 13 sampai jalan napas bersih sesuai kemampuan klien 16. Berikan tissue untuk membersihkan area yang mulut dan buang ke bengkok 17. Obervasi karakteristik secret, seperti warna, konsitensi dan jumlah 18. Angkat pengalas 19. Atur kembali posisi klien 20. Anjurkan klien untu mengulang latihan batuk efektif setiap 2-3 jam 21. Bereskan alat-alat 22. Evaluasi respon klien dan lakukan rencana tindak lanjut 23. Sampaikan salam terminasi 24. Cuci tangan (sesuai SOP cuci tangan) 25. Dokumentasikan hasil tindakan dan respon klien

10

11

12

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Data demografi Mengidentifikasi karakter individu seperti umur, gender, dan ras. Inforasi ini sangat penting sebab temuan fisik dan hasil diagnostic berbeda pada beberapa tingkatan usia sebut saja klien anak dengan dewasa akan member nilai normal yang berbeda. Kapasitas paru pria lebih besar dari kapasitas paru wanita. Orang berkulit hitam kapasitas parunya lebih besar dari pada orang asia. Riwayat kesehatan keluarga Riwayat penyakit yang pernah diderita keluarga yang ada hubungannya dengan penyakit klien. Riwayat kesehatan masa lalu Tanyakan riwayat klien apakah pernah mengalami gangguan masalah-masalah pernafasan dan penyakit kronis lain, seperti batuk, sesak nafas, dll. Apakah klien pernah mengalami trauma atau pembedahan pada dada. Apakah klien pernah menggunakan obatobat tertentu yang diperoleh secara resmi maupun tidak resmi dan apa jenis obatnya. Kebiasaan hidup sehari-hari Masalah pernafasan banyak disebabkan oleh faktor-faktor eksternal seperti gaya hidup, kebersihan lingkungan dan kebersihan diri yang tidak terjaga. Status sosial ekonomi Mencakup kondisi tempat tinggal yang memungkinkan klien terpapar dengan polusi udara dan zat-zat lainnya yang berdampak buruk terhadap saluran nafas. Status social ekonomi pun berpengaruh pada pengadaan rumah tempat tinggal dimana veentilasi dan kondisi ruaangan akan menetukan sirkulasi udara. Ventilasi ruangan sangat menentukan kesehatan saluran pernafasan klien dan keluarga. Jenis pekerjaan perlu dikaji untuk mengidentifikasi penyebab dan factor resiko gangguan atau masalah pernafasan. Status social ekonomi juga dapat menggambarkan kecukupan nilai gizi yang terkandung dalam makanan klien. Gizi yang baik menjadikan

13

kondisii immunitas yang adekuat. Kondisi ini tentu saja dapat menghambat pertumbuhan kuman sehingga akan mempercepat penyembuhan. Masalah-masalah yang sering dikeluhkan oleh klien Menanyakan kepada klien tentang kondisi yang menyebabkan ia datang meminta bantuan ke Rumah Sakit, seperti batuk yang tidak sembuh-sembuh disertai atau tanpa panas, sesak nafas, dll. Perlu diingat dalam setiap pengkajian “keluhan utama” harus secara rinci jika dikaji hal berfikut ini: 

Sejak kapan keluhan dirasakan



Lamanya keluhan



Lokasi dan pola penyebaran



Frekuensi



Pola penyebaran



Kulitas gejala



Faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan mengurangi keluhan



Upaya yang dilakukan untuk menaggulangi keluhan termasuk pengobatan yang sudah diperoleh. Atau dapat pula dengan pendekatan PQRST untuk menggali lebih rinci keluhan nyeri seperti berikut ini: P

: Provocative factor ( factor yang memicu terjadinya nyeri)

Q

: Quality of the pain ( kualitas nyeri )

R

: Region of the pain ( Penyebaran nyeri )

S

: Severity of the pain ( Derajat atau gradasi nyeri )

T

: Temporal characteristic atau Time ( karakteristik temporal seperti waktu )

Keluhan yang sering disampaikan klien antara lain: a. Batuk Tanyakan apakah batuk hilang timbul, atau menetap, berhubungan dengan cuaca, sudah berapa lama mengalami batuk, batuknya produktif atau tidak. Gejala penting yang berhubungan dengan batuk adalah produksi sekret. Perawat mencatat jumlah, warna, bau dan konsistensi.

14

b. Nyeri dada Kejelasan nyeri dada yang diarasakan oleh klien akan membnatu perawat dalam menentukan kemungkinan penyebab nyeri dada. Apakah nyeri dada bersumber dari Pleura, Otot/ tulang, saluran cerna atau jantung. Untuk membantu kemungkinan sumber nyeri, lakukan pengkajian terhadap kondisi berikut: •

Apakah nyeri timbul spontan ataukah berhubungan dengan inspirasi/ ekspirasi, umumnya mengindikasikan gangguan system pernafasan (Green, 1992)



Bagaimana intensitas nyerinyaa, apakah nyeri terus menerus atau hilang timbul



Apakah nyeri menyebar



Apakah disertai batuk produktif atau tidak.

c. Dispnoe Persepsi sesak nafas atau kesulitan bernafas pada klien dapat bervariasi oleh karena itu perawat menayakan apakah klien bernafas lambat atau cepat, lama serangan (jam/hari), faktor-faktor yang dapat mengurangi keluhan seperti istirahat, perubahan posisi, atau penggunaan obat-obatan tertentu. Juga perlu ditanyakan apakah sesak bertambah berat di malam hari, kondisi ini lazim pada asthma. Untuk mengetahui derajat derajat dispnoe, perawat menanyakan apakah klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari atau tidak, kemungkinan sesak nafas berat. Diyakini oleh para pakar adanya korelasi antara sesak nafas dengan aktivitas seharihari klien. B. Pemeriksaan Fisik (head to toe) Pemeriksaan Hidung dan Sinus Paranasalis •

Lakukan Inspeksi pada struktur luar hidung dengan cara mengangkat sedikit keatas. Amati bentuk hidung terhadap adanya tanda radang. Dengan bantuan speculum hidung, lakukan inspeksi struktur dalam rongga nasalis, amati warna mukosa,

15

pengeluaran dan adanya pembengkakan concha. Amati perubahan kualitas suara seperti suara sengau atau bindeng. Kondisi ini nyata pada rhinitis. •

Palpasi sinus Paranasal khususnya maksilaris dan frontalis untuk mendeteksi pembengkakan, tenderness. Untuk kedua sinus yang lainnya tidak dapat dipalpasi karena letaknya yang dalam.

Pemeriksaan Mulut dan Pharing serta daerah Leher •

Inspeksi rongga mulut dengan alat bantu Tongue Spatel dan Pen light. Periksa mulut dan pharing, apakah ada tanda-tanda radang, simetris tidaknya, ada pengeluaran, oedema, ulserasi atau pembengkakan tonsil.



Pemeriksaan leher, apakah ada pembesaran kelenjar limpha leher dan distensi vena jugularis . pembesaran kelenjar limpha daerah leher, sekitar telinga dan daerah suprakalikula serta daerah axilla dapat menggambarkan proses infeksi daerah sekitar axilla dan buah dada dapat member kecurigaan pada kemungkinan adanya keganasan pada buah dada. Lakukan perabaan terhadap kemungkinan adanya pembesaran kelenjar.



Palpasi trachea terhadap kemungkinan deviasi, tenderness dan massa. Dalam keadaan normal, trachea letaknya midline leher, oleh Karena itu bila terdapat deviasi juga akan disertai nafas berbunyi dan kesulitan bernafas



Laring biasanya diperiksa oleh dokter dengan Laringoscope. Perawat mengamati perubahan seperti serak.

Rongga Thorax dan Paru •

Pemeriksaan dilakukan pada posisi duduk atau berdiri, dimulai dengan pemeriksaan thorax bagian posterior baru kemudian bagian interior



Amati pola nafas klien, ritme, irama dan penggunaan otot-otot tambahan pernafasan. Amati pula warna kulit, jaringan parut dan adanya tanda peradangan. Dalam keadaan fisiologis, otot inspirasi utama adalah diapragma dan muskulus interkostalis eksternus. Dalam keadaan patologis otot sternokleidomastoideus, trapezius, pektoralis mayor dan 16

minor serta otot interkostalis internus dapat saja diamankan yang akan menunjukan adanya retraksi otot-otot pernafasan. •

Pada posisi netral, amati bentuk dada klien. Ada beberapa bentuk dada yang khas pada klien dengan masalah pernafasan tertentu. Perbedaan ini didasarkan pada luas bidang dada anterior dibandingkan posterior, dalam keadaan normal bidang antero-posterior dengan perbandingan 1:2



Anjurkan klien agak membungkuk agar paru terdorong keluar (ke arah belakang)



Untuk lebih meyakinkan hasil pemeriksaan, pemeriksaan pergerakan dada dengan palpasi. Cara kerja: -

Taruh kedua telapak tangan pada kedua permukaan paru bagian posterior taruh kedua tangan pada batas toraxal ke-12

-

Rasakan pergerakan tangan pada saat inspirasi dan ekspirasi. Apakah bergerak simetris atau tidak, normalnya pergerakan dada simetris. Dapat terjadi kondisi asimetris seperti pada efusi pleura.

Pada saat udara masuk saluran pernafasan akan menggetarkan jaringan

yang

dilewatinya. Taktil atau vocal premitus dilakukan dengan klien menyebut suatu angka yang memberi tekanan kuat pada huruf pertama dan terakhir seperti “Tujuh puluh tujuh”. Cara kerja: -

Letakkan kedua tangan dengan posisi supine secara sistematis dari lobus atas paru menuju ke lobus. Cara lain, sisi lateral kedua tangan pemeriksa di lokasi yang diinginkan. Dalam keadaan normal, vibrasi dirasakan lebih kuat pada lobus paru atas dan semakin halus pada lobus bawah paru. Hilang atau menurun pada efusi pleura, pneumothorax-pneumothorax, atau konsolidasi paru dan meninggi pada efusi pleura. Kaji pula apakah ada emphysema subcutis (krepitasi)

• Lakukan pengkajian paru melalui perkusi paru. Dalam keadaan normal, melalui

perkusi akan teridentifikasi bunyi resonan atau sonor (nyaring). 17

-

Kaji bunyi paru pada posisi duduk dimulai dari bagian posterior dari mulai lobus atas, apex, kemudian menuju basal paru

-

Ikuti sistematika perkusi

-

Lakukan perkusi diantara iga sebab perkusi pada tulang akan menghasilkan bunyi flatness

-

Perkusi pada dinding dada dilakukan dengan meletakkan tangan kiri (fleximeter) dengan posisi pronasi didaerah yang akan diperkusi dan tangan kanan (flexor)melakukan pengetukan

-

Pada kondisi patologis dapat terdengar bunyi-bunyi berikut ini: Dullness pada atelektosis atau konsolidasi paru Tympani pada pneumothorax Hiperresonan pada emphysema; asthma dan pneumothorax.



Lakukan pengkajian paru melalui auskultasi paru Bunyi paru Fisiologis:  Vesikuler, intensitas rendah, terdengar pada daerah basal paru. Suara jelas pada saat inspirasi  Bronchovesicular, campuran bunyi bronchial dan vesicular, terdengar sama pada inspirsi dan ekspirasi  Bronchial atau trancheobronchial terdengar jelas pada ekspirasi, nada dan

intensitas tinggi. Bunyi paru Patologis:  Ronchi, bunyi yang terdengar akibat penyempitan lumen bronchus. Dapat karena adanya mukosa, akumulasi sekret atau tumor menekan bronchus  Ronchi basah, bunyi yang terdengar karena akumulasi sekret 18

 Ronchi kering, sering juga disebut weezing yang terjadi karena spasme bronchus  Krepitasi / rales, yaitu suara yang terdengar apabila udara tiba-tiba masuk alveolus atau kavitasi didalam paru yang mengandung cairan, terdengar seperti gesekan rambut oleh jari-jari tangan. Dapat diumpai pada bronchietas, tumor paru, COPD. Apabila krepitasi terdengar setelah pasien batuk kemungkinan pasien menderita Tuberkulosa.  Pleural Friction Rub, terdengar karena gesekan cairan pada saat inspirasi dan

ekspirasi. Dapat dijumpai pada akumulasi cairan di rongga pleura dan peradangan pada selaput pleura. C. Diagnosa Keperawatan 1.

Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolar, produksi sekret berlebih; hambatan passage udara; kelemahan otot pernafasan

2.

Pola pernafasan tidak efektif b.d suumbatan jalan nafas; kelelahan

3.

Bersiahan jalan nafas yang tidak efektif b.d batuk yang tidak efektif; sekresi mucus yang berlebihan

D. Intervensi Keperawatan DX-1: Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolar, produksi sekret berlebih; hambatan passage udara; kelemahan otot pernafasan. Tujuan: 1.

Pertukaran gas optimal 2.

Klien menunjukan penggunaan teknik dan metode yang benar dalam mendukung oksigenasi yang optimal

3.

Tanda-tanda hypoxia minimal

19

No 1.

Intervensi Keperawatan Rasional Kaji oksigenasi jaringan mencakup: Untuk mengetahui tanda-tanda - Tingkat kesadaran kekurangan oksigen sejak dini - Saturasi oksigen melalui pemeriksaan pulse untuk mencegah terjadinya oxymetri komplikasi lebih lanjut. - Pola nafas, frekuensi, kedalamam, ekspansi dada, ada tidaknya PCH, dispnoe, ekspirasi yang memanjang dan retraksi otot-otot sterna.

2.

Berikan therafi oksigen sesuai program. Metoda pemberiannya sesuai kondisi atau hasil analisa gas darah. Jelaskan pada klien tujuan pemberian oksigen dan hal-hal yang harus diperhaatikan klien.

Untuk pemenuhan oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai dengan kebutuhan klien, klien dapat mengerti dan memahami prosedur tindakan dan tujuan dari tindakan yang dilakukan.

3.

Anjurkan klien untuk menghemat energy - istirahat setelah melakukan aktivitas - aktivitas dilakukan secara bertahap

Untuk mengurangi kerja paru dan mengurangi kebutuhan oksigen dan menghemat oksigen yang ada dalam saluran pernafasan

4.

Anjurkan dan bimbing klien dalam: - Pernafasan bibir (tarik nafas dalam) - Pernafasan diafraghma - Terapi relaksasi - Batuk efektif

Untuk melancarkan pertukaran gas dengan cara pernafasan, klien dapat melakuakn nya sendiiri tanpa bantuandari perawat, juga sebagai pendidikan kesehatan untuk perawatan di rumah,

5.

Kaji dan kualitas sputum: Warna, konsistensi, jumlah dan bau

Untuk mengetahui proses patologis apa yang sedang terjadi saat ini di saluran pernafasan.

6.

Kolaborasi dengan tim medis lain memberikan obat-obatan sesuai program

20

untuk Untuk mempercepat penyembuhan klien

proses

DX-2: Pola pernafasan tidak efektif b.d sumabatan jalan nafas akibat akumulatif sekret dan kelemahan Tujuan: klien akan menunjukan pola pernafasan yang efektif sehingga bebab pernafasan menurun No 1.

Intervensi Rasional Kaji frekuensi nafas, kedalaman, teratur tidaknya Untuk mengetahui pernafasan, setiap 4 jam sekali. pernafasan klien

2.

Bantu klien dalam mempertahankan posisi yang nyaman selama periode dispnoe, seperti: • Duduk dan telungkup di atas meja tempat tidur • Duduk dengan mengistirahatkan siku di atas lutut • Berdiri dan sandaran ke dinding bila perlu

3.

klien dapat Anjurkan dan bimbing teknik pernafasan diafragma Agar memperthankan pergeakan dan proses lip breathing diafragma secara maksimal serta untuk mengontrol pola nafas klien

4.

Ajarkan cara menghemat energy

status

Dengan posisi yang nyaman dan relax mengurangi tekanan otot-otot diafragma sehingga diharapkan dapat mengurangi sesak

Untuk mengurangi pemakaian oksigen dalam tubuh

DX-3: Bersihan jalan nafas yang tidak efektif b.d batuk yang tidak efektif; sekresi mucus berlebih Tujuan: 1.

Bersihan jalan nafas efektif

2.

Bunyi paru fisiologis optimal

3.

Bunyi paru patologis hilang

21

No 1.

Kaji sputum: konsisitensi

Intervensi warna, jumlah,

bau

Rasional dan Untuk mengetahui proses patologi yang sedang berlangsung di saluran pernafasan

2.

Kaji kemampuan klien untuk mengeluarkan Untuk membantu klien dalam sputum dengan mudah, bila klien tampak penegeluaran sputum dengan mudah kelelahan berat kolaborasikan dengan tim medis lain untuk pemberian respiratory artificial

3.

Monitoring cairan masuk, bila tidak ada Untuk memudahkan proses kontra indikasi beri minum banyak tetapi pengenceran mucus pada sal bertahap pernafasan

4.

Ajarkan cara batuk efektif

Untuk mengeluarkan sekret yang menempel pada dinding bronchus semaksimal mungkin dengan penggunaan tenaga yang minimal sehingga energy tidak banyak terbuang

5.

Lakukan pengisapan lendir bila perlu

Untuk membebaskan jalan nafas pada daerah karina

6.

Lakukan drainage

fisioterafi

dada

dan

postural Pengaturan posisi klien Untuk memudahkan sekret bergerak dengan gaya gravitasi sekret itu sendiri dari bronchus ke trachea sehingga sekret lebih mudah untuk dikeluarkan

E. Implementasi Keperawatan DX-1: Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolar, produksi sekret berlebih; hambatan passage udara; kelemahan otot pernafasan. 1. Mengkaji oksigenasi jaringan mencakup: - Tingkat kesadaran, Tanda-tanda vital mencakup Tekanan darah, Respirasi, Pulse

dan suhu - Saturasi oksigen melalui pemeriksaan pulse oxymetri - Pola nafas, frekuensi, kedalamam, ekspansi dada, ada tidaknya PCH, dispnoe, ekspirasi yang memanjang dan retraksi otot-otot sterna.

22

2. Memberikan therafi oksigen sesuai program. Metoda pemberiannya sesuai kondisi

atau hasil analisa gas darah. Jelaskan pada klien tujuan pemberian oksigen dan hal-hal yang harus diperhaatikan klien. 3. Menganjurkan klien untuk menghemat energy

- istirahat setelah melakukan aktivitas - aktivitas dilakukan secara bertahap 4. Menganjurkan dan bimbing klien dalam:

- Pernafasan bibir (tarik nafas dalam) - Pernafasan diafraghma - Terapi relaksasi - Batuk efektif 5. Mengkaji kualitas sputum: Warna, konsistensi, jumlah dan bau 6. Melakukan kolaborasi dengan tim medis lain untuk memberikan obat-obatan sesuai

program. DX-2: Pola pernafasan tidak efektif b.d sumbatan jalan nafas akibat akumulatif sekret dan kelemahan 1.

Mengkaji frekuensi nafas, kedalaman, teratur tidaknya pernafasan, setiap 4 jam sekali.

2.

Membantu klien dalam mempertahankan posisi yang nyaman selama periode dispnoe, seperti: • Duduk dan telungkup di atas meja tempat tidur • Duduk dengan mengistirahatkan siku di atas lutut • Berdiri dan sandaran ke dinding bila perlu

3.

Menganjurkan dan membimbing teknik pernafasan diafragma dan proses lip breathing

4. Mengajarkan cara menghemat energy.

DX-3: Bersihan jalan nafas yang tidak efektif b.d batuk yang tidak efektif; sekresi mucus berlebih 1. Mengkaji sputum: warna, jumlah, bau dan konsisitensi 2. Mengkaji kemampuan klien untuk mengeluarkan sputum dengan mudah,

23

3. Memonitoring cairan masuk, bila tidak ada kontra indikasi beri minum banyak tetapi

bertahap 4. Mengajarkan teknik cara batuk efektif 5. Melakukan fisioterafi dada dan postural drainage

E.

Evaluasi Evaluasi dilakukan setelah implementasi keperawatan dilakukan kemudian dilakukan kembali pangkajian terhadap klien berdasarkan respon klien saat itu sehingga dapat diketahui apakah masalah teratasi semua, sebagian maupun masalah belum sehingga dapat dilakukan rencana selanjutnya.

24

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A.

Kesimpulan

Salah satu bentuk intervensi keperawatan yang dilakukan dalam upaya mempertahankan tingkat kemampuan paru dan mengurangi keparahan gejala pernafasan serta mencegah terjadinya infeksi pernafasan adalah dengan teknik drainase postural, latihan napas dalam dan batuk efektif. Tetapi dalam pelaksanaannya terdapat beberapa hal yang harus kita pahami yakni tujuan tindakan tersebut, indikasi, kontra indikasi, serta prosedur tindakan yang benar untuk mencapai tujuan yang diharapkan dan mencegah masalah baru. B.

Saran

Ilmu keperawatan merupakan ilmu professional yang bersifat ilmiah yang setiap waktu dilakukan pembaruan, maka untuk menguasai lmu dan teknik-teknik itu dibutuhkan literatur terbaru. Maka dari itu, diharapkan setiap tenaga professional perawat untuk selalu membaca buku-buku terbaru sebagai pedoman dalam melaksanakan tindakan keperawatan yang sesuai dengan masalah keperawatan.

25

DAFTAR PUSTAKA Potter , P.A. & Perry, A.G (2005). Fundamentalis of nursing. 2nd Edition. St. Louis: Elsevier Mosley. Potter , P.A. & Perry, A.G (1994). Clinical nursing skills & techniques. 3nd Edition. St. Louis: Mosby Year Book Kozier, B. & Erb G. (2000). Fundamentalis of nursing:Concepts and Procedures. 4nd Edition. St. Louis: Mosby Year Book. .

26

Related Documents

Isi
October 2019 65
Isi
November 2019 55
Isi
July 2020 29
Isi
May 2020 40
Isi
April 2020 41
Isi
November 2019 59

More Documents from "Shahzad Asghar Arain"

Isi
June 2020 33
Tugas Tari.docx
June 2020 25
Chapter 5.docx
November 2019 41