Isi Fix Farma.docx

  • Uploaded by: putri
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Isi Fix Farma.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,355
  • Pages: 16
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cara pemberian obat yang benar sekaigus tepat akan memberikan efek dan dampak yang bagus dan efektif kepada proses penyembuhan penyakit yang sedang diderita. Walaupun proses pemberian obat adalah merupakan lingkup bidang medis dan juga para apoteker.

Akan tetapi kita sebagai orang yang kerapkali harus minum obat juga harus mengetahui akan beberapa hal yang berkaitan dengan konsumsi obat yang benar dan tepat agar obat itu bisa berefek pada penyembuhan penyakit bukan malah efek sebaliknya.

Pemberian obat yang tepat dan sesuai dengan dosis adalah merupakan salah satu tanggung jawab penting bagi seorang perawat. Terutama bila dilakukan perawatan dan proses penyembuhan yang dilakukan di tempat pelayanan kesehatan seperti halnya Rumah sakit dan Puskesmas. Meskipun obat bermanfaat bila digunakan sesuai dengan dosis serta aturan pakai, namun bukan berarti tanpa reaksi yang dapat merugikan.

Sebagai seorang perawat dan bekerja dalam bidang keperawatan kita juga harus bisa mengetahui prinsip-prinsip dasar dalam pemberian obat secara aman yang dikenal denganprinsip benar pemberian obat.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa Definisidari Radang dan Shock? 2. Bagaimana Gejala Peradangan dan Shock? 3. Apa Tanda-Tanda Peradangan ?

4. Bagaimana Mekanisme Radang dan Shock ? 5. Bagaimana Pengobatan/Penanganan Anti Radang dan Shock? 6. Bagaimana Penggolongan Obat Anti-inflamasi?

7. Apa Macam-Macam Shock? 8. Bagaimana Penanganan Shock? 9. Bagaimana Shock yang Dapat Mengancam Nyawa Manusia?

1

1.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk Mengetahui Apa Definisidari Radang dan Shock? 2. Untuk Mengetahui Bagaimana Gejala Peradangan dan Shock? 3. Untuk Mengetahui Apa Tanda-Tanda Peradangan ? 4. Untuk Mengetahui Bagaimana Mekanisme Radang dan Shock ? 5. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengobatan/Penanganan Anti Radang dan Shock? 6. Untuk Mengetahui Bagaimana Penggolongan Obat Anti-inflamasi? 7. Untuk Mengetahui Apa Macam-Macam Shock? 8. Untuk Mengetahui Bagaimana Penanganan Shock? 9. Untuk Mengetahui Bagaimana Shock yang Dapat Mengancam Nyawa Manusia?

1.4 Manfaat Penulisan Dengan membaca makalah yang telah kami susun ini, pembaca dapat mengambil manfaatnya, antara lain,pembaca dapat memahamiDefinisidari Radang dan Shock, Gejala Peradangan dan Shock, Tanda-Tanda Peradangan, Mekanisme Radang dan Shock, Pengobatan/Penanganan Anti Radang dan Shock, Penggolongan Obat Anti-inflamasi, Macam-Macam Shock, Penanganan Shock, dan Shock yang Dapat Mengancam Nyawa Manusia

2

BAB II PEMBAHASAN 2.1 RADANG (INFLAMASI) 2.1.1DefinisiRadang (Inflamasi) Inflamasi adalah respon biologis kompleks dari jaringan vaskuler atas adanya bahaya, seperti pathogen, kerusakkan sel, atau iritasi. Ini adalah usaha perlindungan diri tubuh kita untuk menghilangkan rangsangan penyebab luka dan inisiasi proses penyembuhan jaringan. Jika inflamasi tidak ada, maka luka dan infeksi tidak akan sembuh dan akan menggalami kerusakkan yang lebih parah. Namun, inflamasi yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan penyakit, seperti demam, atherosclerosis, dan reumathoid arthritis. (Gard, 2001)

Inflamasi dapat dibedakan atas inflamasi akut dan kronis.Inflamasi akut adalah respon awal tubuh oleh benda berbahaya dan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya pergerakkan plasma dan leukosit dari darah ke jaringan luka. Reaksi biokimia berantai yang mempropagasi dan pematangan respon imun, termasuk system vaskuler, system imun dan berbagai sel yang ada pada jaringan luka. Inflamasi kronis merupakan inflamasi yang berpanjangan, memicu peningkatan pergantian tipe sel yang ada pada tempat inflamasi dan dicirikan dengan kerusakkan dan penutupan jaringan dari proses inflamasi. (Gard, 2001)

Inflamasi merupakan respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi yang merusak sel tubuh.Rangsangan ini menyebabkan lepasnya mediator inflamasi seperti histamin, serotonin, bradikinin, dan prostaglandin, yang menimbulkan reaksi radang berupa panas, nyeri, merah, bengkak, dan disertai gangguan fungsi. Kerusakan sel yang terkait dengan inflamasi berpengaruh pada selaput membran sel yang menyebabkan leukosit mengeluarkan enzim-enzim lisosomal dan asam arakidonat., selanjutnya dilepaskan dari persenyawaan-persenyawaan terdahulu. Jalur siklooksigenase (COX) dari metabolisme arakidonat menghasilkan prostaglandin yang mempunyai efek pada pembuluh darah, ujung saraf, dan pada sel-sel yang terlibat dalam inflamasi.(Katzung, 2004).Itulah mengapa ketika terjadi peradangan kita merasakan nyeri.

3

2.1.2Gejala Peradangan Panas dalam bisa jadi gejala awal peradangan serius.Penyebabnya bisa bakteri ataupunvirus.Peradangan ialah cara paling dasar dan paling alami dilakukan tubuh manusia sebagai reaksi terhadap infeksi, iritasi dan luka-luka tubuh lain. Tampilan utama dari peradangan biasanya berupa bagian tubuh yang kemerahan, terasa peningkatan temperature pada beberapa bagian tubuh, pembengkakan dan munculnya rasa nyeri.Peradangan termasuk juga jenis respons kekebalan nonspesifik. Peradagangan merupakan proses saat sel darah putih bersama-sama dengan bahan-bahan kimiawi dalam tubuh melindungi tubuh dari infeksi dan substansi-substansi asing, seperti bakteri dan virus. Pada beberapa kasus, system kekebalan tubuh memancing respons berupa peradangan, padahal tidak ada substansi asing yang harus dilawan.Pada kasus seperti itu, sistem perlindungan tubuh justru bisa mengakibatkan kerusakan pada jaringannya sendiri.Saat peradangan terjadi, bahan-bahan kimiawi dilepaskan dari sel darah putih menuju jaringan darah atau jaringan tubuh yang dimasuki substansi asing. Pelepasan bahan kimiawi tersebut akan mengakibatkan peningkatan volume aliran darah menuju bagian yang dimasuki sustansi asing itu. Hal itu bisa menyebabkan kemerahan dan peningkatan temperatur di darah tersebut.Beberapa zat kimia bahkan bisa bocor hingga memenuhi jaringan yang dimasuki zat asing, kemudian membengkak. Proses peradangan juga dapat merangsang syaraf perasa sakit sehingga menimbulkan rasa nyeri. Beberapa gejala peradangan biasanya ditandai timbulnya kemerahan pada bagian tubuh tertentu, peningkatan suhu, nyeri persendian atau rasa kaku pada sendi.Selain itu, peradangan meliputi beberapa gejala yang mirip flu biasa, seperti demam, kedinginan, rasa lelah, kekurangan tenaga, pusing-pusing, kehilangan selera makan dan otot kaku. 2.1.3 Tanda-Tanda Peradangan Gambaran makroskopik peradangan sudah diuraikan 2000 tahun yang lampau.Tandatanda radang ini oleh Celsus, seorang sarjana Roma yang hidup pada abad pertama sesudah Masehi, sudah dikenal dan disebut tanda-tanda radang utama.Tanda-tanda radang ini masih digunakan hingga saat ini. Tanda-tanda radang mencakup:

4

• rubor (kemerahan)

• tumor (pembengkakan)

• kalor (panas)

• functio laesa (perubahan fungsi)

• dolor (rasa sakit) (Abrams, 1995; Rukmono, 1973; Mitchell & Cotran, 2003). Umumnya, rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan.Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke daerah peradangan.Sehingga lebih banyak darah mengalir ke mikrosirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah.Keadaan ini disebut hiperemia atau kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut (Abrams, 1995; Rukmono, 1973). Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut.Kalor disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat.Sebab darah yang memiliki suhu 37oC disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyak daripada ke daerah normal (Abrams, 1995; Rukmono, 1973). Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf.Pengeluaran zat seperti histamin atau zat bioaktif lainnya dapat merangsang saraf.Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan yang meninggi akibat pembengkakan jaringan yang meradang (Abrams, 1995; Rukmono, 1973). Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial.Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat meradang (Abrams, 1995; Rukmono, 1973). Berdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang hilang (Dorland, 2002).Functio laesa merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal.Akan tetapi belum diketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradang (Abrams, 1995). 2.1.4 Mekanisme Radang 1. Fase inflmasi atu fase lag 5

Berlangsung sampai hari ke lima,akibat luka terjadi pendarahan.ikut keluar trombosit dan sel radang. Trombosit mengeluarkan prostaglandin,tromboksanan bahan kimia tertentu dan asam amino ertentu yang mempengaruhi pembekuan darahmengetur tonus dinding pebuluh darah dan kemotaksis terhadap leukosit. Tejadi faso konstriksi dan proses penghentian pendarahan.sel radan gkeluar dari pembulau darah secara diapedesisdan menuju daerah luka secarakemotaksis. Sel mast mengeluarkan serotonin dan histmin yang meninngikan permeabilitas sel,terjadi eksudasi cairan edema. Pertauatan pada fase ini hanya oleh fibrin,belum ada kekuatan pertautan lukasehingga disebut fase tertinggal atau fase lag. 2. Fase proliferasi atau fibroplasi Berlangsung dari hari keenam sampai dengan tiga minggu.Terjadiproses prolifrasi da pembentukan fibrobalast yang berasal dari sel-sel mesenkim. Fibroblas menghasilkan mukopolisakaridadan serat kolagen yang erdiri dari asam-asam amino glisin,prolin,dan hidroksi prolin.mukopolisakarida mengatur deposisi serat-seratkolagen yang akan mempertaukan tepi luka. Pada fase ini luka diisi oleh sel-sel radang fibroblast dan serat-serat kolagen,kapiler-kapiler baru membentuk jaringan kemerahan dengan permukaan yang tidak rata disebut jaringan granulasi 3. Fase remodeling atau fase reorpsi Dapat berlangsung berbulan-bulandan berakhir bila tanda radang sudah hilang.parut dan sekitarnya berwarna pucat,tipis,lemas,tak ada rasa sakt maupun gatal. 2.1.5 Pengobatan Anti Radang (Anti Inflamasi) Anti inflamasi adalah obat yang dapat menghilangkan radang yang disebabkan bukan karena mikroorganisme (non infeksi), namun yang timbul sebagai respon cedera jaringan dan infeksi. Agen-agen anti-inflamasi

mempunyai khasiat tambahan seperti meredakan rasa nyeri

(Analgesik), dan penurun panas (Antipiretik).

Setelah dilakukan riset untuk obat yang

efektiftif dan efek samping minimal, maka dikenalkan obat-obat Anti-inflamasi non steroid atau NSAID (Non Steroidal Antiinflamatory Drug) yang mempunyai efek-efek

Anti-

inflamasi kuat.

6

2.1.6 Penggolongan Obat Anti-inflamasi 1.

Golongan Kortikosteroid Obat-obat kortikosteroid adalah senyawa-senyawa hasil sintesis yang struktur kimianya menyerupai hormon steroid alami. Dengan modifikasi pada struktur kimianya, potensinya dapat ditingkatkan sampai beberapa kali lipat dari senyawa alaminya. Yang termasuk obat

kortikosteroid

antara

lain

:

hidrokortison,

deksametason,

betametason,

beklometason, dll. Mekanisme aksinya mirip satu sama lain, tetapi mereka berbeda dalam potensi dan lama aksinya. Obat golongan kortikosteroid termasuk golongan obat yang penting dalam dunia pengobatan, karena memiliki aksi farmakologi yang luas, sehingga sering digunakan dalam berbagai penyakit, sampai-sampai ada yang menyebutnya obat dewa, obat segala penyakit. Tapi di sisi lain, karena tempat aksinya luas, efek sampingnya pun luas dan tidak kurang berbahayanya. 2. Golongan NSID (Non Steroid Anti Inflammatory Drug) Obat antiinflamasi (anti radang) non steroid, atau yang lebih dikenal dengan sebutan NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan antiinflamasi (anti radang). Istilah "non steroid" digunakan untuk membedakan jenis obat-obatan ini dengan steroid, yang juga memiliki khasiat serupa. NSAID bukan tergolong obat-obatan jenis narkotika. Mekanisme

kerja

NSAID

didasarkan

atas

penghambatan

isoenzim

COX-1

(cyclooxygenase-1) dan COX-2 (cyclooxygenase-2). Enzimcyclooxygenase ini berperan dalam memacu pembentukan prostaglandin dan tromboksan dari arachidonic acid. Prostaglandin merupakan molekul pembawa pesan pada proses inflamasi (radang).

2.2 SHOCK 2.2.1 Definisi Shock 1. Shock adalah kondisi hilangnya volume darah sirkulasi efektif. Kemudian diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang akibat akhirnya gangguan metabolik selular. Pada beberapa situasi kedaruratan adalah bijaksana untuk mengantisipasi kemungkinan 7

syok. Seseorang dengan cidera harus dikaji segera untuk menentukan adanya syok. Penyebab syok harus ditentukan (hipovolemik, kardiogenik, neurogenik, atau septik syok).(Bruner & Suddarth,2002). 2. Shock adalah suatu keadaan serius yang terjadi jika sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) tidak mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang memadai; syok biasanya berhubungan dengan tekanan darah rendah dan kematian sel maupun jaringan. Syok terjadi akibat berbagai keadaan yang menyebabkan berkurangnya aliran darah, termasuk kelainan jantung (misalnya serangan jantung atau gagal jantung), volume darah yang rendah (akibat perdarahan hebat atau dehidrasi) atau perubahan pada pembuluh darah (misalnya karena reaksi alergi atau infeksi). 3. Shock adalah kondisi kritis akibat penurunan mendadak dalam aliran darah yang melalui tubuh. Ada kegagalan sistem peredaran darah untuk mempertahankan aliran darah yang memadai sehingga pengiriman oksigen dan nutrisi ke organ vital terhambat. Kondisi ini juga mengganggu ginjal sehingga membatasi pembuangan llimbah dari tubuh.

2.2.2 Gejala Shock Gejala-gejalanya terjadinya shock ialah : • rasa lesu dan lemas kulit yang basah • kolaps vena terutama vena-vena superficial • pernapasan dangkal • nadi cepat dan lemah • tekanan darah rendah • oliguria dan kadang-kadang disertai muntah-muntah yang berwarna seperti air kopi akibat perdarahan dalam lambung (hematemesis).

Apabila keadaan terus progresif, maka penderita menjadi apatik, kemudian stupor, koma dan akhirnya dapat meninggal.

2.2.3 Mekanisme Shock Mekanisme terjadinya shock, terjadi dalam 3 tahap : 1. Tahap nonprogresif 8

Mekanisme neurohormonal membantu mempertahankan curah jantung dan tekanan darah. Meliputi refleks baroreseptor, pelepasan katekolamin, aktivasi poros renninangiotensin, pelepasan hormonan antidiuretik dan perangsangan simpatis umum. Efek akhirnya adalah takikardi, vasokontriksi perifer dan pemeliharaan cairan ginjal. Pembuluh darah jantung dan otak kurang sensitive terhadap respon simpatis tersebut sehingga akan mempertahankan diameter pembuluh darah, aliran darah dan pengiriman oksigen yang relative normal ke setiap organ vitalnya. 2. Tahap progresif Jika penyebab shock yang mendasar tidak diperbaiki, shock secara tidak terduga akan berlanjut ke tahap progresif. Pada keadaan kekurangan oksigen yang menetap, respirasi aerobic intrasel digantikan oleh glikolisis anaerobik disertai dengan produksi asam laktat yang berlebihan. Asidosis laktat metabolic yang diakibatkannnya menurunkan pH jaringan dan menumpulkan respon vasomotor, arteriol berdilatasi dan darah mulai mengumpul dalam mikrosirulasi. Pegumpulan perifer tersebut tidak hanya akan memperburuk curah jantung, tetapi sel endotel juga berisiko mengalami cedera anoksia yang selanjutnya disertai DIC. Dengan hipoksia jaringan yang meluas, organ vital akan terserang dan mulai mengalami kegagalan. Secara klinis penderita mengalami kebingungan dan pengeluaran urine menurun. 3. Tahap irreversible Jika tidak dilakukan intervensi, proses tersebut akhirnya memasuki tahap irreversible. Jejas sel yang meluas tercermin oleh adanya kebocoran enzim lisososm, yang semakin memperberat keadaan syok. Fungsi kontraksi miokard akan memburuk yang sebagiannya disebabkan oleh sintesis nitrit oksida. Pada tahap ini, klien mempunyai ginjal yang sama sekali tidak berfungsi akibat nekrosis tubular akut dan meskipun dilakukan upaya yang hebat, kemunduran klinis yang terus terjadi hamper secara pasti menimbulkan kematian

2.2.4 Macam-Macam Shock •

Shock hipovolemik (disebabkan kurangnya volume darah intravaskular) Selama shock hipovolemik mengakibatkan aliran balik vena ke jantung menurun sehingga pengisian ventrikel menurun dan mengakibatkan stroke



Shock kardiogenik (disebabkan kegagalan jantung untuk memompakan darah) 9

Kegagalan jantung mengakibatkan ketidakmampuan memepertahankan CO dan perfusi ke jaringan •

Shock sepsis (disebabkan produksi toksin menjadi infeksi) Shock sepsis disebabkan efek toksin yang diproduksi agen infeksius



Shock neurogenik (disebabkan perubahan perubahan tegangan vaskuler) ketidakseimbangan stimulasi saraf simpatis dan saraf parasimpatis pada otot pembuluh darah



Shock anaphylactic (disebabkan reaksi imunologik) Shock anaphylactic terjadi karena reaksi hypersensitif; perubahan fisiologi terjadi akibat seseorang kontak dengan allergen

2.2.5 Penanganan Shock Secara umum yaitu sebagai penolong yang berada di tempat kejadian, hal yang pertama-tama dapat dilakukan apabila melihat ada korban dalam keadaan syok adalah : 1. Melihat keadaan sekitar apakah berbahaya (danger) , baik untuk penolong maupun yang ditolong (contoh keadaan berbahaya : di tengah kobaran api) 2. Buka jalan napas korban, dan pertahankan kepatenan jalan nafas (Airway) 3. Periksa pernafasan korban (Breathing) 4. Periksa nadi dan Cegah perdarahan yang berlanjut (Circulation) 5. Peninggian tungkai sekitar 8-12 inchi jika ABC clear 6. Cegah hipotermi dengan menjaga suhu tubuh pasien tetap hangat (misal dengan selimut) 7. Lakukan penanganan cedera pasien secara khusus selama menunggu bantuan medis tiba. 8. Periksa kembali pernafasan, denyut jantung suhu tubuh korban (dari hipotermi) setiap 5 menit.

2.2.6 Pengobatan Shock 1. Penderita dijaga agar tetap merasa hangat dan kaki sedikit dinaikkan untuk mempermudah kembalinya darah ke jantung. 2. Setiap perdarahan segera dihentikan dan pernafasan penderita diperiksa. 3. Jika muntah, kepala dimiringkan ke satu sisi untuk mencegah terhirupnya muntahan. 4. Jangan diberikan apapun melalui mulut. 10

5. Tenaga kesehatan bisa memberikan bantuan pernafasan mekanis. 6. Obat-obatan diberikan secara intravena. 7. Obat bius (narkotik), obat tidur dan obat penenang biasanya tidak diberikan karena cenderung menurunkan tekanan darah. 8. Cairan diberikan melalui infus. Bila perlu, diberikan transfusi darah. 9. Cairan intravena dan transfusi darah mungkin tidak mempu mengatasi syok jika perdarahan atau hilangnya cairan terus berlanjut atau jika syok disebabkan oleh serangan jantung atau keadaan lainnya yang tidak berhubungan dengan volume darah. 10. Untuk menambah aliran darah ke otak atau jantung bisa diberikan obat yang mengkerutkan pembuluh darah. 11. Demikianlah pengetahuan mengenai syok ini, semoga bermanfaat bagi sobat sekalian.

2.2.7 Shock yang Dapat Mengancam Nyawa Manusia 2.2.7.1 Definisi Shock Anafilaktik Syok anafilaktik atau anafilaksis adalah reaksi alergi yang tergolong berat karena dapat mengancam nyawa penderitanya. Reaksi alergi ini dapat berkembang dengan cepat. Kondisi ini diawali dengan gejala-gejala umum, seperti mual, muntah, dan rasa sakit di daerah perut.Syok anafilaktik umumnya muncul dalam beberapa menit setelah penderita terpapar oleh alergen, namun juga dapat muncul setelah beberapa jam sehingga penyebab berikut gejalanya perlu dikenali. 2.2.7.2Penyebab Syok Anafilaktik Alergen adalah apa pun benda yang menjadi penyebab terjadinya syok anafilaktik. Reaksi alergi berlebih ini adalah bagaimana sistem imun tubuh merespons zat-zat yang dianggap berbahaya oleh tubuh secara alamiah. Beberapa alergen yang dapat memicu reaksi syok anafilaktik di antaranya: 

Makanan, seperti hidangan laut, telur, susu, atau buah-buahan.



Sengatan serangga, seperti lebah atau tawon.



Kacang-kacangan, seperti kacang tanah, kacang mede, kacang almond, dan lain-lain.



Obat-obatan tertentu, seperti antibiotik, 11



Lain-lain, seperti karet lateks.

Penderita penyakit asma atau orang yang memiliki kelainan kulit menahun, seperti atopik dermatitis, lebih berisiko terkena syok anafilaktik. Terdapat juga kasus anafilaktik idiopati, yaitu reaksi alergi yang tidak dapat diketahui penyebabnya. 2.2.7.3. Gejala Syok Anafilaktik Saat tubuh terpapar alergen, sistem imun tubuh Anda akan mengeluarkan berbagai zat kimia, seperti histamin. Inilah yang menyebabkan munculnya reaksi syok anafilaktik. Gejala syok anafilaktik lain yang patut diperhatikan selain yang sudah disebutkan di atas adalah: 

Ruam merah pada kulit



Bentol yang gatal



Pembengkakan pada mata, bibir, tangan, dan kaki



Pembengkakan pada mulut, lidah, atau tenggorokan



Pusing atau pingsan



Mengi

Temui dokter jika Anda mengalami gejala-gejala ini setelah mengonsumsi atau terpapar substansi penyebab reaksi alergi. 2.2.7.4Diagnosis dan Klasifikasi Syok Anafilaktik Syok anafilaktik memiliki beberapa klasifikasi yang terbagi berdasarkan alergen, reaksi yang ditimbulkan, serta periode munculnya reaksi alergi. Tiga klasifikasi utama syok anafilaktik adalah: •

Syok anafilaktik yang berhubungan dengan sistem vasodilatasi. Reaksi ini menyebabkan rendahnya tekanan darah hingga 30 persen dari batas bawah tekanan darah normal penderitanya.



Anafilaktik bifasik adalah reaksi alergi yang muncul kembali setelah reaksi alergi pertama muncul pada penderita tanpa melalui paparan dari alergen. Reaksi kedua umumnya muncul dalam periode waktu 72 jam setelah reaksi pertama.

12



Pseudo anafilaktik atau reaksi anafilaktoid atau nonimun anafilaktik adalah jenis anafilaksis yang tidak melibatkan reaksi alergi melainkan degranulasi pada sel mast penghasil zat kimia seperti histamin.

Diagnosis syok anafilaktik diperoleh berdasarkan gejala dan riwayat alergi pada penderitanya. Dokter juga akan melakukan beberapa tes alergi pada penderita sebelum menentukan diagnosis syok anafilaktik. Beberapa tes yang mungkin dilakukan adalah tes alergi pada kulit dengan menggunakan alat uji tempel, menyerupai sebuah koyo, untuk mengetahui jenis alergen penyebab reaksi alergi. Alat uji tempel umumnya digunakan untuk mengetahui jenis makanan, racun, dan antibiotik apa yang menimbulkan reaksi alergi. Pemeriksaan alergi juga bisa dilakukan dengan cara tes darah. 2.2.7.5 Pengobatan Syok Anafilaktik Salah satu pengobatan yang diberikan pada pasien syok anafilaktik adalah suntikan adrenalin. Suntikan adrenalin harus segera diberikan jika reaksi alergi disertai gejala seperti kesulitan bernapas dan kehilangan kesadaran. Pastikan untuk memindahkan sumber alergi, seperti sengat lebah, sebelum memberikan pertolongan lanjutan kepada penderita. Alat suntik hendaknya didiamkan selama 5-10 detik setelah suntikan adrenalin diberikan. Berikan dosis suntikan adrenalin kedua jika kondisi pasien tidak tampak membaik setelah 5-10 menit pertama. Pelajari dan baca instruksi pemberian suntikan adrenalin sebagai tindakan pertolongan pertama sebelum memberikan tindakan. Suntikan adrenalin dapat membantu mengurangi pembengkakan, melancarkan saluran udara sehingga memudahkan pernapasan, serta meningkatkan tekanan darah pasien. Pada pasien dengan henti nafas dan henti jantung, petugas kesehatan akan melakukan resusitasi jantung paru (CPR). Beberapa posisi juga dapat diterapkan untuk membantu meningkatkan kondisi pasien paska pemberian suntikan adrenalin. Posisi telentang dengan kaki terangkat dapat membantu melancarkan aliran darah ke kepala dan jantung. Pada perempuan hamil, pasien dapat berbaring dengan bertumpu pada tubuh bagian kiri untuk menjaga kelancaran aliran darah. Segera hubungi rumah sakit setelah suntikan adrenalin diberikan untuk mendapatkan penanganan medis selanjutnya.

13

Obat-obatan seperti kortikosteroid dan antihistamin dapat diberikan setelah pasien menyelesaikan perawatan di rumah sakit untuk mengurangi serta mencegah kembalinya gejala syok anafilaktik. Pasien juga dapat diberikan suntikan adrenalin sebagai tindakan pengamanan darurat selama menjadi pasien rawat jalan pasca perawatan. 2.2.7.6 Pencegahan Syok Anafilaktik Syok anafilaktik dapat berujung kepada kematian yang disebabkan oleh terhentinya detak jantung dan pernapasan. Pengenalan gejala dan mempelajari tindakan pencegahan dapat membantu pasien terhindar dari risiko kematian akibat syok anafilaktik. Kenali alergen Anda dengan melakukan tes alergi di rumah sakit atau klinik terdekat. Buat dan bawalah selalu obat-obatan serta catatan kecil berisi daftar alergen Anda dan apa yang harus dilakukan oleh orang di sekitar Anda, termasuk dokter Anda, jika serangan syok anafilaktik terjadi. Selalu perbarui persediaan obat-obatan Anda agar terhindar dari kekurangan obat saat situasi darurat terjadi. Hindari juga makanan atau pemicu alergi lain yang dapat menimbulkan reaksi alergi dengan cara membaca label keterangan pada kemasan makanan, menggunakan losion antiserangga, dan mengonsumsi antibiotik jenis lain yang tidak menyebabkan alergi.

14

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Peradangan adalah kondisi dimana dapat terjadi sewaktu waktu ketika ada respon inflamasi dari dalam tubuh. Memang tidak dapat dihindari karena peradangan termasuk juga jenis respons kekebalan nonspesifik yang akan terjadi ketika virus mauun bakteri berada di tubuh kita . Begitu juga dengan shock yang terjadi secara tiba-tiba karena terganggunya sistem peredaran darah karena berbagai macam factor yang telah disebutkan. Keduanya bisa sangat berbahaya karena jika tidak ditangani dengan segera dapat menyebab kan kematian.

3.2 Saran Ketika seseorang dalam proses pengobatan dapat dilakukan pemeriksaan apakah pasien tersebut alergi terhadap obat yang akan diberikan agar tidak terjadi alergi yang dapat menyebabkan peradangan dan juga shock yang mengancam jiwa.

15

DAFTAR PUSTAKA http://gadarku.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-syok-adalah-kondisi.html http://www.alodokter.com/syok-anafilaktik https://zulliesikawati.wordpress.com/tag/golongan-kortikosteroid/ http://www.apoteker.info/Topik%20Khusus/nsaid.htm http://kelor.weebly.com/anti-inflamasi.html http://id.wikipedia.org/wiki/Radang http://w4h48.multiply.com/reviews/item/6 http://satkes-alfah.blogspot.com/2010/06/mekanisme-terjadinya-shock.html

16

Related Documents


More Documents from "Adinda Noni Fitriyani Tarigan"

Appendix (1).pdf
May 2020 51
Pjr.docx
December 2019 64
Jr.docx
May 2020 54
Proposal Asma.docx
December 2019 58
Kirim 2.docx
June 2020 53