BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kencing manis atau penyakit gula atau diabetes sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu. Pada zaman Papyrus Ebers di Mesir kurang lebih 1500 SM, digambarkan adanya penyakit dengan tanda-tanda banyak kencing. Kemudian dua ahli yunani yang bernama Celcus dan Parecelsus memberi nama pada pasien yang banyak minum dan banyak kencing dengan sebutan diabetes. (1) Diabetes mellitus merupakan penyakit gangguan sistemik yang ditandai dengan hiperglikemia karena glukosa beredar dalam sirkulasi darah dan tidak seluruhnya masuk ke dalam sel karena insulin yang membantu masuknya glukosa ke dalam sel terganggu sekresinya, glukosa diperlukan dalam metabolisme seluler dalam proses pembentukan energi. Secara garis besar diabetes mellitus terkait dengan supply dan demand insulin berdasarkan kualitas dan kuantitas dari insulin itu sendiri. (2) Saat ini penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM tipe – 2 di berbagai penjuru dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi adanya peningkatan DM. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Laporan ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2 – 3 kali lipat pada tahun 2035.Sedangkan International Diabetes Federation (IDF) memprediksi adanya kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun 2035.(2) Berdasarkan
data
Badan
Pusat
Statistik
Indonesia
tahun
2003,
diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia diatas 20 tahun sebanyak 133 juta jiwa. Dengan mengacu pada pola pertambahan penduduk, maka diperkirakan pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta penduduk yang berusia diatas 20 tahun.(3)
1
Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2011 oleh Departemen Kesehatan, menunjukkan bahwa rata – rata prevalensi DM di daerah urban untuk usia 15 tahun sebesar 5,7%. Prevalensi terkecil terdapat d Provinsi Papua sebesar 1,7%, dan terbesar di Provinsi Maluku Utara dan Kalimantan Barat yang mencapai 11,1%. Sedangkan prevalensi toleransi tergnggu (TGT), berkisar antara 4,0% di Propinsi Jambi sampai 21,8% di Propinsi Papua Barat dengan rerata sebesar 10,2%.(3) Menurut penjelasan di buku Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Bab Diabetes Mellitus di Indonesia, dikatakan bahwa dalam jangka waktu 30 tahun penduduk Indonesia akan naik sebesar 40% dengan peningkatan jumlah pasien diabetes yang jauh lebih besar yaitu 86-138% yang disebabkan oleh karena : (4) a) Faktor demografi b) Gaya hidup yang kebarat-baratan c) Berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi d) Meningkatnya pelayanan kesehatan hingga umur pasien diabetes semakin panjang Mengingat jumlah pasien yang akan membengkak dan besarnya biaya perawatan diabetes yang terutama disebabkan oleh karena komplikasinya, maka upaya yang baik adalah pencegahan. Menurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan pada diabetes ada tiga jenis, antara lain :(4) a) Pencegahan primer. Semua aktivitas yang digunakan untuk mencegah timbulnya hiperglikemia pada inividu yang beresiko mengidap diabetes mellitus atau pada populasi. b) Pencegahan sekunder. Menemukan pengidap DM sedini mungkin, misalnya dengan tes penyaringan. Dengan demikian pasien diabetes yang sebelumnya tidak terdiagnosis dapat terjaring. c) Pencegahan tersier. Semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan akibat komplikasi tersebut.
2
Strategi pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan melalui pendekatan masyarakat yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat umum dan pendekatan individu beresiko tinggi yang dilakukan pada individu yang beresiko mengidap diabetes. (4) 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan hal tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang Diabetes Mellitus Di Puskesmas Singosari Kota Pematang Siantar Bulan Februari – Juni 2018”. 1.3 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai pada mini project ini, meliputi : 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang Diabetes Melitus Di Puskesmas Singosari Kota Pematang Siantar Bulan Februari – Juni 2018.
1.3.2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran pengetahuan tentang pengertian penyakit diabetes mellitus di Puskesmas Singosari Kota Pematang Siantar Bulan Februari – Juni 2018. b. Mengetahui gambaran pengetahuan tentang faktor risiko
penyakit
diabetes mellitus di Puskesmas. c. Mengetahui gambaran pengetahuan tentang gejala penyakit diabetes mellitus di Puskesmas Singosari Kota Pematang Siantar Bulan Februari – Juni 2018.
3
d. Mengetahui gambaran pengetahuan tentang komplikasi
penyakit
diabetes mellitus di Puskesmas Singosari Kota Pematang Siantar Bulan Februari – Juni 2018. e. Mengetahui gambaran pengetahuan tentang pencegahan penyakit diabetes mellitus di Puskesmas Singosari Kota Pematang Siantar Bulan Februari – Juni 2018
1.4Manfaat Manfaat pada mini project ini, adalah : 1. Bagi peneliti Mini project ini menjadi pengalaman yang berguna dalam menerapkan ilmu
pengetahuan
yang
diperoleh
selamainternship,
serta
dapat
mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat tentang Diabetes Mellitus di Puskesmas Singosari Kota Pematang Siantar. 2. Bagi Institusi Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan bagi peserta internship ataupun institusi lain dan sebagai referensi perpustakaan yang dapat digunakan oleh peneliti lebih lanjut di bidang ilmu kesehatan. 3. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan tentang pentingnya pencegahan diabetes mellitus dan perlunya mengenali diabetes mellitus lebih dini untuk menekan prevalensi penyakit diabetes mellitus di masyarakat. 4. Bagi Tenaga Kesehatan Penelitian ini dapat memberikan motivasi kepada petugas kesehatan agar memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai penyakit Diabetes Mellitus. 5. Bagi Dinas Kesehatan Penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan kebijakan terkait penyakit Diabetes Mellitus.
4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil ’tahu’, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). (5) 2.1.2. Proses Pengetahuan Suatu perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Hasil penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2010), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut menjadi proses yang berurutan, yakni:(5) 1. Awareness
(kesadaran),
dimana
orang
tersebut
menyadari
dalam
artimengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). 2. Interest (merasa tertarik), dimana orang merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul. 3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. 5. Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
5
2.2. Diabetes Mellitus 2.2.1 Definisi Diabetes Mellitus Menurut American Diabetes Association (ADA) 2016, Diabetes Melitus merupakan
suatu
kelompok
penyakit
metabolik
dengan
karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin , kerja insulin atau kedua-duanya.(6) Sedangkan menurut WHO (World Health Organization), diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hiperglikemia kronis yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. (7) 2.2.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus Klasifikasi Diabetes Mellitus menurut PERKENI (2015) adalah yang sesuai dengan anjuran klasifikasi diabetes mellitus American Diabetes Association (ADA), yang membagi klasifikasi diabetes mellitus menjadi 4 kelompok yaitu diabetes mellitus tipe 1, diabetes mellitus tipe 2, diabetes mellitus tipe lain, dan diabetes mellitus gestasional. (2) Tabel 2. 1 Klasifikasi Etiologis Diabetes Melitus (ADA, 2016) (10) JENIS
P
E
N
Y
E
B
A
B
I. Diabetes Melitus Tipe 1
(Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut): A. Melalui Proses Imunologik B . I d i o p a t i k
II. Diabetes Melitus Tipe 2
(Bervariasi mulai terutama yang predominan resistensi insulin disertai defesiensi insulin relatif. sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin).
3. Diabetes Melitus Tipe Lain
1. Defek Genetik fungsi sel Beta : a. Kromosom 12, HNF-1α (dahulu MODY 3) b. Kromosom 7, glukokinase (dahulu MODY 2) c. Kromosom 20, HNF-4α (dahulu MODY 1) d. Kromosom 13, insulin Promoter factor-1 (IPF-1, dahulu MODY (4) e. Kromosom 17, HNF-1β (dahulu MODY 5) f. Kromosom 2, Neuro D1 (dahulu MODY 6) g. DNA Mitochondria, dan lainnya 2. Defek genetik kerja insulin
6
a. Resistensi insulin tipe A b . l e p r e c h a u n i s m c. sindrom Rhabson Mendenhall d. diabetes lipoatrofik, lainnya. 3. Penyakit eksokrin Pankreas a . P a n k r e a t i t i s b.trauma/pan kreatekto mi c . n e o p l a s m a d . f i b r o s i s k i s t i k e . h e m o k r o m a t o s i s f. pankreatopati fibro kalkulus, lainnya . 4 . E n d o k r i n o p a t i a . a k r o m e g a l i b . s i n d r o m c u s h i n g c . f e o k r o m o t o s i t o m a d. hipertiroidisme somatostatinoma e. aldosteronoma, lainnya. 5 . K a r e n a o b a t / z a t k i mi a a . v a c o r b . p e n t a m i d i n c . a s a m n i k o t i n a t d . g l u k o k o r t i k o i d e . h o r m o n e t i r o i d f . d i a z o x i d g . a g o n i s β e d r e n e r g i c h . t i a z i d i . d i l a n t i n j. interferon alfa, lainnya. 6 . I n f e k s i a . r u b e l l a c o n g e n i t a l b . C M V , l a i n n y a 7 . I m u n o l o g i ( j a r a n g ) a . s i n d r o m “ S t i f f - m a n ” b. antibody anti reseptor insulin lainnya . 8 . S i n d r o m g e n e t i k l a i n a . S i n d r o m D o w n b . S i n d r o m K l i n e f e l t e r c . s i n d r o m T u r n e r 4.
Diabetes kehamilan
7
Tabel 2. 2 Perbandingan DM tipe 1 dan DM tipe 2(10) D
M
T
I
P
E
1
D
M
T
I
P
E
2
Mudah terjadi ketoasidosis Pengobatan harus dengan insulin O n s e t a k u t K u r u s U m u r m u d a Berhubungan dengan HLA-DR3& DR4 Didapatkan Isl et cell Antibod y( IC A ) Riwayat keluarga diabetes (+) pada 10%
Tidak mudah terjadi ketoasidosis Tidak harus dengan insuli n o n s e t l a m b a t Gemuk atau tidak gemuk > 4 5 t a h u n Tidak berhubungan dengan HLA Tak ada Islet cell Antibody(ICA) Riwayat keluarga diabetes (+) pada 30 %
30 -50% kembar indentik yang terkena
100 kembar identik terken a
2.2.3. Faktor Risiko Diabetes Mellitus(2) a. Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi
Ras dan etnik
Riwayat keluarga dengan diabetes (anak penyandang diabetes)
Usia > 45 tahun
Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi > 4000 gram atau riwayat pernah menderita DM Gestasional (DMG).
Riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2500 gram.
a. Faktor risiko yang bisa dimodifikasi
Berat badan lebih (IMT > 23 kg)
Kurangnya aktivitas fisik
Hipertensi (> 140/ 90 mmHg)
Dislipidemia (HDL < 35 mg/dl atau trigliserida > 250 mg/dl)
Diet dengan tinggi gula dan rendah serat
b. Faktor lain yang terkait dengan risiko Diabetes Penderita Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) atau keadaan klinis lain yang terkait dengan resistensi insulin
8
Penderita sindrom metabolik memiliki riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya
Memiliki riwayat penyakit kardiovaskulr, sperti strok, PJK, atau PAD (Peripheral Arterial Disease).
2.2.4 Gejala Diabetes Mellitus 2.2.4.1. Gejala klasik a. Penurunan berat badan dan rasa lemah Penurunan berat badan disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk kedalam sel , sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga.untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadaangan lain yaitu lemak dan otot. Akibat penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus. (1)
b. Poliuria Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak urin. Urin yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari.(1) c. Polidipsi Rasa haus sering dialami penderita karena banyaknya cairan yang keluar dari urin. Penderita menyangka rasa haus ini disebabkan karena udara yang panas atau beban kerja yang berat sehingga penderita minum banyak. (1) d. Polifagia Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisasikan menjadi glukosa di dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan sehingga penderita selalu merasa lapar. (1
9
2.2.4.2. Gejala Lain a. Gangguan Saraf Tepi (Kesemutan) Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu malam, sehingga mengganggu tidur. (1) b. Gangguan Penglihatan Gangguan ini sering terjadi pada fase awal penyakit diabetes. (1) c. Gatal/ Bisul Kelainan kulit berupa gatal biasanya terjadi di daerah kemaluan atau lipatan kulit, seperti ketika dan di bawah payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuh. Luka ini dapat timbul akibat hal yang sepele, seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti. (1)
2.2.5. Diagnosis Diabetes Mellitus Kriteria diagnostik diabetes mellitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2016 : (6) Gejala klasik diabetes mellitus dengan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/ dl (11.1 mmol/L). Glukosa darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir. Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/ dl (7.0 mmol/L). Puasa adalah pasien tidak mendapat kalori sedikitnya 8 jam. Kadar glukosa darah 2 jam PP ≥ 200 mg/ dl (11,1 mmol/L) TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau diabetes mellitus , maka dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT atau GDTP tergantung dari hasil yang dipeoleh. Pemeriksaan HbAIC ≥ 6,5% oleh ADA (American Diabetic Association) 2016 sudah dimasukkan menjadi salah satu kriteria DM.
10
Skema 2.1. Diagnosis Diabetes Mellitus(6)
2.2.5.1. Cara penatalaksanaan TTGO (6) a. 3 hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari dan tetap melakukan aktifitas bias. b. Puasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air putih tanpa gula tetap juga diperbolehkan. c. Diperiksa kadar glukosa puasa d. Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa), atau 1,75 gram/kg BB(anak-anak). e. Dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum dalam waktu 5 menit.
11
2.2.5.2. Pemeriksaan Penyaring dan Penegakan Diagnosis Diabetes Pemeriksaan penyaring ditunjukan pada mereka yang resiko DM namun tidak menunjukkan gejala DM. Pemeriksaan penyaring ini juga dapat dilakukan pada pasien dengan kedalam Toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT). (1) Tabel 2. 3. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan Penegakan diagnosis Diabetes(mg/dl).(4)
Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl)
Kadar glukosa darah puasa (mg/ dl)
Plasma vena
Bukan DM < 1 0 0
Belum pasti DM 1 0 0 - 1 9 9
D M > 2 0 0
Plasma kapiler
<
0
9 0 - 1 9 9
> 2 0 0
Plasma vena
< 1 0 0
1 0 0 - 1 2 5
> 1 2 6
Plasma kapiler
<
9
> 1 0 0
9
9
0
0
-
9
9
2.2.5.3.Pemeriksaan Kadar Urine Pada uji glukosa urine dapat dilakukan untuk pengendalian DM tipe 2, namun uji ini tidak menggambarkan secara langsung kadar glukosa darah, dan nilainya bergantung pada ambang batas ginjal, umumnya batas ambang glukosa ginjal adalah 180 mg/ dl. Pemeriksaan urine dapat dilakukan dengan dua metode. Yaitu metode uji reduksi copper/ tembaga ( seperti larutan Benedict, clinitest, clinistix) dan Metdode enzimatik/ uji stip ( seperti glukotest, diastix ). (1)
12
2.2.5.4. Pemeriksaan lain
Pemeriksaan HbA1C Pemeriksaan HbA1C dapat juga dijadikan sebagai salah satu kriteria diagnosis DM. Pemeriksaan ini sangat penting untuk mengevaluasi pengendalian gula darah. Ketika kadar gula darah tidak terkontrol (kadar gula darah tinggi) maka kadar gula darah akan berikatan dengan haemoglobin. Oleh karena itu, rata-rata kadar gula darah dapat ditentukan dengan cara mengukur kadar HbA1C. Bila kadar gula darah tinggi dalam beberapa minggu maka kadar HbA1C akan tinggi pula. Kadar HbA1C normal antara 4% sampai dengan 6,5%. (2,11)
2.2.6. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Penatalaksanaa diabetes melitus dilakukan dengan 4 pilar yaitu :(6) 2.2.6.1. Edukasi Diabetes Melitus tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk dengan mapan. Penderita diabetes memerlukan bantuan aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan membantu pasien dalam menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan perilaku dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi . Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri tanda dan gejala hipoglikemia dan cara mengatasinya harus diberikan pada pasien. Pemantauan kadar glukosa darah dilakukan mandiri, secara dilakukan pelatihan khusus.(6)
13
2.2.6.2.Terapi Nutrisi Medis Terapi
Nutrisi
penatalaksanaan diabetes
medis
(TNM)
secara total.
merupakan Kunci
bagian
dari
keberhasilan TNM
keterlibatan secara menyeluruh antara anggota tim (dokter, ahli, gizi, petugas kesehatan dan pasien sendiri). Terapi Nutrisi Medis dapat berupa : (6)(12)
1.
Komposisi makan yang terdiri dari : a. Karbohidrat Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi. Pembatasan karbohidrat total <130 g/ hari tidak dianjurkan Harus mengandung karbohidrat berserat tinggi Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang diabetes dapat makan seperti keluarga Sukrosa tidak boleh dari 5% total asupan energy Pemanis aternatif dapat digunakan asal tidak melewati batas aman Makan tiga kali sehari. Kalau diperlukan dapat diberikan buah sebagai selingan. b. Lemak Lemak yang dianjurkan 20-25% Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori Lemak tidak jenuh ganda < 10 % Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandug lemak jenu dan lemak trans seperti susu penuh dan daging berlemak. Anjuran konsumsi kolestrol <200 mg / hari. c. Protein Dibutuhkan sebesar 10-20% total asupan energy Sumber energi yang baik yaitu seafood (ikan, udang , cumi), daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu, tempe.
14
d. Natrium Kebutuhan natrium tidak lebih 3000 mg atau sama satu sendok teh dapur. e. Serat Anjuran konsumsi serat adalah
25 g/ hari.serat yang didapat
dari kacang-kacangan, buah dan sayuran. 2. Kebutuhan kalori Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal. Untuk menentukan kalori yang dibutuhkan pada penderita diabetes dapat dihitung dengan antara lain : a.
Berdasarkan kalori basal 25-30kalori/ kg BB ideal, ditambah dan dikurangi tergantung beberapa faktor yaitu jenis kelamin, umur, aktifitas, kehamilan dan laktasi, kompikasi dan berat badan.
b.
Pegangan kasar : pasien kurus 2300-2500 kalori, normal 17002100 kalori dan gemuk 1300 -1500 kalori.Berat badan idaman : 90%x (TB dalam cm – 100)x 1 kgBagi pria yang tinggi badan < 160 cm dan wanita < 150 cm, rumus nya menjadi Berat badan ideal = (TB dalam cm-100)x 1 kg.
c.
Index masa tubuh : berat badan (kg)/ tinggi badan (m2). Normal IMT : 18,5-22,9 KG/m2 .
3 Jadwal makan a. Porsi besar untuk makan pagi (20%), b. Siang (30%), c. Sore (25 %). d. Makan ringan (10%15%)
15
2.2.6.3. Latihan Jasmani Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30 menit. Latihan Jasmani yang dianjurkan yang bersifatt aerobik seperti berjalan santai, jogging, bersepeda dan berenang. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan meningkatkan sensifitas insulin.(1) 2.2.6.4.Terapi Farmakologi(6,11, 12) Terapi farmakologi terdiri atas obat oral atau suntik insulin.
Obat Hipoglikemia Oral (OHO) Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan (1) : 1. Pemicu sekresi insulin a. Golongan sulfonylurea Cara kerja obat ini umumnya akan meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pangkreas. Pemberian obat ini tanpa memandang berat badan dan pasien yang belum pernah mengalami
ketoasidosis
sebelumnya.
Kontraindikasi
sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penyakit hati, ginjal dan tiroid.(1)
Termasuk obat Golongan sulfonilurea :
Khlorpropamid Seluruhnya diekresikan melalui ginjal sehingga tidak dipakai pada gangguan faal ginjal dan karena lama kerjanya lebih dari 24 jam, diberikan sebagai dosis tunggal. Tidak dianjurkan untuk pasien geriatri.(1)
16
Glibenklamid Mempunyai
efek
hipoglikemik
yang
poten,
sehingga pasien pelu diingatkan untuk melakukan jadwal makan ketat. Masih dapat diberikan pada beberapa kelainan fungsi hati dan ginjal.(1)
Gliklasid Mempunyai efek hipoglikemik yang sedang, dapat diberikan pada pasien gangguan fungsi hati dan ginjal ringan.(1)
Glikuidon Mempunyai efek hipoglikemik yang sedang, karena hampir seutuhnya diekresikan melalui empedu dan usus. Dapat diberikan pada pasien gangguan fungsi hati dan ginjal berat.(1)
Glipisid Mempunyai efek yang lebih lama dari glibenklamid tetapi lebih pendek dari khlorpropamid dan mempunyai efek menekan produksi glukosa darah.(1)
Glimepirid Mempunyai waktu mulai kerja yang cepat dan lama kerja yang panjang. Dengan pemberian dosis tunggal atau 2 kali dengan hasil yang sama. Obat ini dapat mensekresikan insulin bila terdapat asupan makanan. Dan dapat diberikan pada pasien lanjut usia, gangguan ginjal.(1)
b. Golongan Glinid Glinid merupakan obat generasi baru yang cara kerjanya
sama
dengan
obat
sulfanilurea
dengan
meningkatkan sekresi insulin fase pertama. (1)
17
Golongan obat ini :
Repaglinid Obat ini mempunyai efek hipoglikemia ringan sampai
sedang.
Diabsorpsi
dengan
cepat
setelah
pemberian secara oral dan dieksresikan secara cepat melalui
hati.
Efek
samping
yaitu
keluhan
gastrointestinal.(1)
Nateglinid Cara kerjanya hampir sama dengan repaglinid. Obat ini akan diabsorpsi cepat setelah pemberian oral dan diekskresikan melalui urin. Efek samping penggunaan obat ini infeksi saluran pernafasan atas.(1)
2. Penambah Sensivitas Terhadap Insulin a. Biguanid Kerja obat ini akan bekerja dihati dengan mengurangi hepatic glucose output dan menurunkan kadar glukosa darah sampaai normal tanpa menyebabkan hipoglikemia. Contoh obat ini : Metformin.(2) Metformin
menurunkan
glukosa
darah
dengan
memperbaiki transport glukosa darah kedalam sel otot yang diransang oleh insulin. Efek samping insulin adalah nausea, muntah-muntah, diare. Obat ini lebih baik diberikan pada pasien yang gemuk. Kontraindikasi pada pasien gangguan fungsi ginjal, dehidrasi, gangguan fungsi hati, asidosis metabolic, lanjut usia, gagal jantung.(2)
18
b. Thiazolindion / glitazon Obat golongan ini memperbaiki sensivitas terhadap insulin dengan memperbaiki transpor glukosa kedalam sel. (2) Golongan obat ini : Pioglitazon (Actoz) Menurunkan meningkatkan
jumlah
resistensi transpor
insulin
dengan
glukosa
sehingga
meningkatkan ambilan glukosa di prifer.(2) Rosiglitazon (Avandia) Cara kerja hampir sama dengan pioglitazon. Obat ini dieksresikan melalui urin dan feses. Kedua obat ini menyebabkan pertambahan berat badan dan edema tungkai. Kontraindikasi gagal jantung klas III-IV. (2) C. Penghambat Alfa Glukosidase atau Acarbose Obat ini secara efektif akan mengurangi digesti karbohidray kompleks dan absorpsinya sehingga orang diabetes dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa darah post prandial. Obat ini oral , biasanya diberikan dengan dosis 150-300 mg/hari. Efek samping obat ini adalah perut kurang enak, flatus dan diare.(2) D. Golongan Inkretin a. Inkretin Mimetik Golongan obat ini berbentuk suntikan. Obat ini cukup efektif menurunkan glukosa darah dengan cara meransang sekresi insulin dan menghambat sekresi glukagon.(2)
19
b. Penghambat DPPIV Obat ini mempunyai cara kerja menghambat suatu enzim yang mendegradasi hormon inkretin endogen yang berasal dari usus. Yang akan meningkatkan sekresikan insulin yang dirangsang glukosa, mengurangi sekresi glukagon dan memperlambat pengosongan lambung. Obat ini tanpa efek samping. Golongan obat ini : Sitagliptin (januvia) dan Vildagliptin (Galvus).(2) Skema 2.2. Konsensus PERKENI 2015(2)
20
Tabel 2. 4 Obat Hipoglikemia Oral(1) Nama Generik
Nama dagang
Dosis harian (mg)
Dosis Awal ( mg)
Lama kerja (jam)
Frekuensi Pemberian
Klorpropamid (100-250 mg)
Diabinase
24-36
-
24-36
1
Glibenclamid (2,5-5 mg)
Daonil Euglucon
12-24
-
12-24
1
-
2
Glipizid
Minidiab Glucontrol XL 30-120 5
10-16
1
-
2
Reduksi A1C
1. sulfonilurea
(5 mg-10 mg)
1 1,0-2,0%
Gliclazid
Diamicron MR 5 - 2 0
3
0
2
4
1
30-120 3
0
-
1
(30 dan 80mg) Gliquidon Glurenom
-
3
(30 mg) Glimepirid Amary (1,2,3,4 mg), matrix
6
1
-
1
6
0 , 5 -
1
-
3 0,5-1,5%
-
6 - 8
1
-
3 1,0-2,0%
2
1
2. Glinid Repaglinide (0,5, 1,2 mg)
Novonom
3. Biguanid Metformin (500-850 mg)
Glucophage 250-3000 Diabetex neodipar
4.Tiazolindion/glitazon pioglitazon (15-30 mg) A c t o s 15-30
1
5
4
0,5-1,4%
rosiglitazone 5.Penghambat alfa glukosidase Acarbose (50-100 mg) 6. Inkretin (penghambat DPP IV)
G l u c o b a y 250/1.25-1000/5
1 - 3
0,5-0,8% 0,5-1,0%
sitagliptin (januvia) (100 dan 50 mg)
21
vildagliptin (galvus)
Cara Pemberian OHO, terdiri dari :(6)
OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkaan secara bertahap sesuai respons kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis haampir maksimal
Sulfonilurea generasi I dan 2 adalah 15-30 menit sebelum makan.
Glimepirid diminum sebelum atau sesudah makan
Repaglinid, Nateglinid diminum sesaat atau sebelum makan
Metformin diminum sebelum atau saat atau sesudah makan
Penghambat glukosidase
Thiazolidinedion diminum tidak bergantung pada jadwal makan.
DPP-4 inhibitor dapat diberikan bersama makan atau sebelum makan.
diminum bersama makan suapan pertama.
Tabel 2. 5. Kriteria Pengendalian DM(2,6)
2 . Suntikan Insulin a. Indikasi
22
Pada penderita DM tipe 2 akan membutuhkan insulin jika terapi jenis lain tidak dapat mencapai target pengendalian kadar glukosa darah dan keadaan stress berat seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark miokard akut atau stroke. b. Jenis dan lama kerja insulin Tabel 2. 3 Jenis dan Lama kerja Insulin(1) Cara kerja insulin dan nama insulin B u a t a n Efek Puncak (jam) Lama kerja (jam) 1 . C e p a t 1 - 2 j a m 3 - 4 j a m N o v o r a p i d N o v o A p i d r a S a n o f i l H u m a l o g E l i l i l y 2. singkat A c t r a p i d Humulin –R 3. menengah insulatard. Humulin N
2 - 4
j a m
6 - 8
j a m
Novo (U -100) E l i L i l l y 4
- 1 2
1
-
j a m
18-24 jam
Novo (U-100) Eli Lilly (U-100)
4. Campuran Mixtard 30
Novo (U -40 dan U-100)
Humulin 30/70
Eli Lilly (U-100)
Novomix 30 N 5 . B a s a l
o
v
8 1 4 - 1 5
o T i d a k
a d a
2
4
L a n t u s Sanofil Aventis L e v e r m i n N o v o C. Cara Pemberian 1. Insulin umumnya diberikan dengan suntikan dibawah kulit (subkutan) dengan arah suntikan tegak lurus dengan sudut 90 derajat terhadap cubitan permukaan kulit. 2. Menyuntikan insulin dilakukan pada suhu kamar 3. Aspirasi agar alat suntik tidak mengandung gelembung udara 4. Disinfektan daerah yang mau disuntik dengan alcohol 5. Tusuklah dengan cepat, tarik suntikan setelah selesai, kemudian tekan dengan kapas selama 5-8 detik.(1)
23
2.2.7. Strategi Pencegahan Diabetes Mellitus Dalam jangka waktu 30 tahun penduduk Indonesia akan naik sebesar 40% dengan peningkatan jumlah pasien diabetes yang jauh lebih besar yaitu 86-138% yang disebabkan oleh karena : (4) a. Faktor demografi, antara lain :
Jumlah penduduk meningkat
Penduduk usia lanjut bertambah banyak
Urbanisasi makin tak terkendali
b. Gaya hidup yang kebarat-baratan
Penghasilan per kapita tinggi dan restoran siap santap
Sedentary life style
c. Berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi d. Meningkatnya pelayanan kesehatan hingga umur pasien diabetes semakin panjang.
Mengingat jumlah pasien yang akan membengkak dan besarnya biaya perawatan diabetes yang terutama disebabkan oleh karena komplikasinya, maka upaya yang baik adalah pencegahan. Menurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan pada diabetes ada tiga jenis, antara lain :(4) a) Pencegahan primer. Semua aktivitas yang digunakan untuk mencegah timbulnya hiperglikemia pada inividu yang beresiko mengidap diabetes mellitus atau pada populasi. b) Pencegahan sekunder. Menemukan pengidap DM sedini mungkin, misalnya dengan tes penyaringan. Dengan demikian pasien diabetes yang sebelumnya tidak terdiagnosis dapat terjaring. c) Pencegahan tersier. Semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan akibat komplikasi tersebut. Usaha ini meliputi :
Mencegah timbulnya komplikasi
Mencegah progresi dari komplikasi
Mencegah kecacatan tubuh
24
Strategi pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan melalui pendekatan masyarakat yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat umum dan pendekatan individu beresiko tinggi yang dilakukan pada individu yang beresiko mengidap diabetes.(4) a) Pendekatan populasi/masyarakat Bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat umum, antara lain mendidik masyarakat
agar menjalankan cara hidup sehat dan
menghindari cara hidup beresiko. Upaya ini ditujukan tidak hanya untuk mencegah diabetes tetapi untuk mencegah penyakit lain sekaligus. Upaya ini sangat berat karena target populasinya sangat luas, oleh karena itu harus dilakukan tidak hanya oleh profesi tetapi juga oleh seluruh lapisan masyarakat.(4) b). Pendekatan individu beresiko tinggi(4) Semua upaya pencegahan yang dilakukan pada individu yang beresiko mengidap diabetes mellitus. Antara lain : a. Umur > 40 tahun b. Gemuk c. Hipertensi d. Riwayat keluarga DM e. Riwayat melahirkan bayi >4 kg f. Riwayat DM pada saat kehamilan g. Dislipidemia
Pencegahan primer adalah cara yang paling sulit karena yang menjadi sasaran adalah orang-orang yang belum sakit artinya mereka masih sehat. Cakupannya menjadi sangat luas. Yang bertanggung jawab bukan hanya profesi tetapi seluruh lapisan masyarakat. Pada pencegahan sekunder, penyuluhan tentang perilaku sehat seperti pada pencegahan primer pun harus dilakukan, ditambah dengan peningkatan pelayanan kesehatan primer di pusat-pusat pelayanan
25
kesehatan mulai dari rumah sakit sampai puskesmas. Pada tahun 1994, WHO menyatakan bahwa pendeteksian pasien baru dengan cara skrining dimasukkan ke dalam upaya pencegahan sekunder agar supaya bila diketahui lebih dini komplikasi dapat dicegah. (13)
26
2.2.8. Komplikasi Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi diabetes mellitusmeliputi akut dan Kronik yaitu : Kompilkasi Akut 1. Ketosidosis diabetic (KAD) Komplikasi yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang tinggi (300-600 mg/dl) disertai dengan asidosis dan plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma meningkat dan terjadi peningkatan anion gap.(14)
2. Status Hiperglikemia Hiperosmolar (SHH) Pada keaadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-1200mg/ dl) tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380 mOs/Ml), plasma keton (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat.(14) 3. Hipoglikemia Hipoglikemia ditandai dengan penurunan kadar glukosa darah <60 mg/ dl. Hipoglikemia sering disebabkan penggunaan sulfonilurea dan insulin. Gejala hipoglikemia yaitu gejala adrenergik (berdebar, banyak keringat, gemetar, rasa lapar) dan gejala neuro-glikopik (pusing , gelisah, kesadaraan menurun sampai koma. (14)
Komplikasi Kronik 1. Makroangiopati : a. Pembuluh darah jantung b. Pembuluh darah tepi Penyakit arteri perifer sering terjadi pada penyandang diabetes. Biasanya terjadi dengan gejala tipikal intermittent claudicatio, meskipun sering tanpa gejala. Terkadang ulkus iskemik kaki merupakan kelainan yang pertama muncul. c. Pembuluh darah otak(14)
27
2. Mikroangiopati: a. Retinopati diabetic Kendali glukosa dan tekanan darah yang baik akan mengurangi risiko dan memberatnya retinopati. Terapi aspirin tidak mencegah timbulnya retinopati.(14) b. Nefropati Kendali glukosa dan tekanan darah yang baik akan mengurangi risiko nefropati. Pembatasan asupan protein dalam diet (0,8 g/kg BB) juga akan mengurangi risiko terjadinya nefropati.(14) c. Neuropati Yang tersering dan paling penting adalah neuropati perifer berupa hilangnya sensasi distal. Berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki dan amputasi. Gejala yang sering dirasakan kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri, dan lebih terasa sakit di malam hari. Setelah diagnosis DM ditegakkan, pada setiap pasien perlu dilakukan skrining untuk mendeteksi adanya polineuropati distal dengan pemeriksaan neurologi sederhana, dengan monofilamen 10 gram. Dilakukan sedikitnya setiap tahun. Apabila diketemukan adanya polineuropati distal, perawatan kaki yang memadai akan menurunkan risiko amputasi.(14)
28
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep penelitian ini adalah kerangka yang menghubungkan antara konsep – konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian – penelitian yang akan dilakukan. Kerangka konsep akan menghubungkan hasil penemuan dengan teori.(15) Pada penelitian ini terdiri dari dua variabel yang akan dijabarkan dalam kerangka kerja penelitian yaitu variabel pengetahuan sebagai variabel independent (variabel bebas) dan penyakit Diabetes Mellitus sebagai variabel dependent variabel terikat). Adapun kerangka konsep penelitian dapat digambarkan seperti dibawah ini.
Variabel Independent
Variabel Dependent Diabetes Mellitus
Pengetahuan
1. Pengertia n 2. Faktor risiko 3. Gejala 4. Komplika si 5. Pencegah an Skema 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
29
3.1.1. Variabel Penelitian 3.1.1.1.Variabel bebas Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat, sehingga variabel bebas disebut juga variabel yang mempengaruhi. Variabel bebas dari penelitian ini adalah gambaran pengetahuan. 3.1.1.2.Variabel Terikat Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independent. 3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Pengetahuan Masyarakat tentang pengertian Diabetes Mellitus D
e
f
e
n
i
s
i
Pengetahuan adalah hasil ’tahu’, dan seberapa jauh dapat menjawab dengan benar tentang pengertian Diabetes Mellitus
c
a
r
a
U
k
u
r Kuesioner terdiri dari 1 pernyataan.
A
l
a
t
U
k
u
r
K
l
1. B a i k
H
a
s
i
u
e
s
i :
2. C u k u p
o
k
a
l
a
U
k
u
r
N
o
m
e
7 6 % :
3. K u r a n g
S
n
i
r
-
1 0 0 %
5 6
%
-
:
<
5 6
n
a
7 5 % %
l
30
3.3.2. Pengetahuan Masyarakat tentang faktor risiko Diabetes Mellitus D
e
f
e
n
i
s
i
Pengetahuan adalah hasil ’tahu’, dan seberapa jauh dapat menjawab dengan benar tentang faktor risiko Diabetes Mellitus
c
a
r
a
U
k
u
r Kuesioner terdiri dari 5 pernyataan.
A
l
a
t
U
k
u
r
K
l
1. B a i k
H
a
s
i
u
e
s
i :
2. C u k u p
o
k
a
l
a
U
k
u
r
N
o
e
7 6 % :
m
r
-
1 0 0 %
5 6
%
-
:
<
5 6
3. K u r a n g
S
n
i
n
7 5 %
a
%
l
3.3.3. Pengetahuan Masyarakat tentang gejala Diabetes Mellitus D
e
f
e
n
i
s
i
Pengetahuan adalah hasil ’tahu’, dan seberapa jauh dapat menjawab dengan benar tentang gejala Diabetes Mellitus
c
a
r
a
U
k
u
r Kuesioner terdiri dari 3 pernyataan.
A
l
a
t
U
k
u
r
K
l
1. B a i k
H
a
s
i
u
e
s
i :
2. C u k u p
o
k
a
l
a
U
k
u
r
N
o
m
e
7 6 % :
3. K u r a n g
S
n
i
r
-
1 0 0 %
5 6
%
-
:
<
5 6
n
a
7 5 % %
l
31
3.3.4. Pengetahuan Masyarakat tentang komplikasi Diabetes Mellitus D
e
f
e
n
i
s
Pengetahuan adalah hasil ’tahu’, dan seberapa jauh dapat menjawab dengan benar tentang komplikasi Diabetes Mellitus
c
a
r
a
U
k
u
r Kuesioner terdiri dari 3 pernyataan.
A
l
a
t
U
k
u
r
K
l
1. B a i k
H
a
s
i
u
e
s
i :
2. C u k u p
o
k
a
l
a
U
k
u
r
N
o
e
7 6 % :
m
r
-
1 0 0 %
5 6
%
-
:
<
5 6
3. K u r a n g
S
n
i
n
7 5 %
a
%
l
3.3.5. Pengetahuan Masyarakat tentang pencegahan Diabetes Mellitus D
e
f
e
n
i
s
i
Pengetahuan adalah hasil ’tahu’, dan seberapa jauh dapat menjawab dengan benar tentang pencegahan Diabetes Mellitus
c
a
r
a
U
k
u
r Kuesioner terdiri dari 4 pernyataan.
A
l
a
t
U
k
u
r
K
l
1. B a i k
H
a
s
i
u
e
s
i :
2. C u k u p
o
k
a
l
a
U
k
u
r
N
o
m
e
7 6 % :
3. K u r a n g
S
n
i
r
-
1 0 0 %
5 6
%
-
:
<
5 6
n
a
7 5 % %
l
32
BAB 4 METODE MINI PROJECT
4.1 Jenis/Desain Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Menurut Nursalam (2013), penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa – peristiwa yang penting yang terjadi pada masa kini. Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada data faktual daripada penyimpulan. Penelitian kuantitatif adalah tekhnik yang digunakan untuk mengolah data yang berbentuk angka, baik sebagai hasil pengukuran maupun hasil konvensi.(15) Penelitian ini akan mendeskripsikan gambaran pengetahuan masyarakat tentang Diabetes Mellitus di Puskesmas Singosari Kota Pematang Siantar.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Singosari Kota Pematang Siantar .
4.2.2
Waktu Penelitian Waktu penelitian dilakukan pada bulan September 2018.
4.3 Populasi Mini Project Populasi adalah total dari seluruh unit atau elemen dimana peneliti tertarik. Populasi dapat berupa organisme, orang atau satu kelompok, masyarakat memiliki ciri dan harus didefinisikan secara spesifik. (15) Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat dengan usia lebih dari 30 tahun yang berada di Puskesmas Singosari Kota Pematang Siantar.
33
4.4 Sampel Mini Project Sampel adalah bagian tertentu yang dipilih dari populasi. Sampel dalam penelitian ini diambil secara berkelompok atau gugus (cluster sampling), dimana peneliti cukup mendaftar banyaknya kelompokatau gugus yang ada di dalam populasi itu. Kemudian mengambil sampel berdasarkan ggugus terebut. Setelah dilakukan random sampling makan didapatkan di wilayah kerja Puskesmas Singosari Kota Pematang Siantar berjumlah 30 responden. Dalampenelitian ini menggunakan kriteria eksklusi dan inkluasi.(16) Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti.(16) Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah : 1. Masyarakat yang berusia lbih dari 30 tahun di Puskesmas Singosari Kota Pematang Siantar 2. Bersedia menjadi responden 3. Bisa membaca dan menulis Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian. Dalam penelitian ini kriteria eksklusi yaitu: 1. Tidak datang saat dilakukan penelitian 2. Tidak menandatangi lembar persetujuan responden.
4.4.1. Tekhnik Sampling Tekhnik pengambilan sampling adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan poulasi yang ada. Dalam penelitian ini menggunakanrandom sampling. Random sampling adalah cara tekhnik pengambilan sampel dimana semua individu dalam populasi baik secara sndiri – sendiri atau bersama – sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel. (16)
34
4.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data 4.5.1. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis. Instrumen dalam penelitian ini yaitu kuesioner. Kuesioner adalah daftar pernyataan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna.(16) Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup adalah daftar pernyataan dimana sudah disediakan jawabannya. Kuesioner dalam penelitian ini dengan kriteria favorable dengan skor 4 untuk jawaban benar, skor 3 untuk jawaban kurang benar, skor 2 untuk jawaban salah dan skor 1 untuk jawaban tidak tau, sedangkan unfavorable skor 4 untuk jawaban salah, skor 3 untuk jawaban kurang tau, skor 2 untuk jawaban benar dan skor 1 untuk jawaban tidak tau. Tabel 4.1. Kisi – kisi pertanyaan tingkat pengetahuan V a r i a b e l I n d i k a t o r P e r n y a t a a n Jumlah soal Favorable
Unfavorable
1
-
Tingkat pengetahuan tentang DM 1 P e n g e r t i a n 2. Faktor risiko
3 , , 5 , 6
3. G e j a l a 7
,
2
,
1 4
5
8
9
3
4. K o m p l i k a s i1 0 , 1 1 , 1 5
-
3
5. P e n c e g a h a n1 2 , 1 4 1 3 , 1 6 T
o
t
a
l 1
1 5
4 1
6
35
4.5.2. Pengumpulan Data Menurut hidayat (2011), tekhnik pengumpulan data adalah cara peneliti mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam peneitian ini diperoleh dari primer dan data sekunder, yaitu : 1. Data primer Data primerdiperoleh secara langsung dari sumbernya atau objek penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi. Dalam penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuesioner pengetahuan tentang Diabetes Mellitus. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Data sekunder didapatkan dari Puskesmas Pangkalan Susu yaitu jumlah pasien usia lebih dari 30 tahun di Puskesmas Singosari Kota Pematang Siantar.
4.6. Tekhnik Pengolahan dan Analisis Data 4.6.1. Pengolahan Data Tekhnik pengolahan data dan analisis data dalah langkah terpenting untuk memperoleh hasil atau simpulan dari masalah yang diteliti. Data yang tidak terkumpulsebelum danalisis harus selalu melalui pengolahan data terlebih dahulu. Setelah data terkumpul, maka langkah berikutnya adalah pengolahan data adalah (15) a. Editing Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing dilakukan dilapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak sesuai dapat segera dlengkapi.
36
b. Coding Kegiatan ini memberi angka pada kuesioner terhadap tahap – tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data selanjtnya. c. Tabulating Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data darijawaban kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan kedalam tabel. d. Memasukkan data (data entri) atau processing Memasukkan data yaitu jawaban dari masing – masing responden dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program atau software komputer. e. Pembersihan data (cleaning) Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden sudah selesai dimasukkan, perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan – kesalahan kode, ketidak lengkapan dan sebagainya.
4.6.2. Rencana Analisis Data Menurut Notoatmodjo (2010), analisis univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentasi dari tiap variabel. Penelitian ini hanya mendeskripsikan pengetahuan responden tentang tingkat pengetahuan Diabetes Mellitus. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan digunakan penghitungan sebagai berikut : 1. Baik
: Bila jawaban responden benar 76 – 100%
2. Cukup
: Bila jawaban responden benar 50- 75%
3. Kurang : bila jawaban rsponden benar < 56 %
37
Untuk mendapatkan distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentan Diabetes Mellitus di Puskesmas Singosari Kota Pematang Siantar rumus persentase menurut Silalahi (2010) yaitu : P
= fi/n x 100%
P
= Presentase
fi
= Jumlah responden dalam kategori
n
= Jumlah seluruh respon
38
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini disajikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Diabetes Mellitus yang telah dilaksanakan di Puskesmas Singosari Kota Pematang Siantar pada bulan Februari – Juni 2018 dengan jumlah responden sebanyak 30 orang. 5.1.Hasil Penelitian 5.1.1. Gambaran Umum Wilayah Puskesmas Singosari Kota Pematang Siantar 5.1.1.1.Latar Belakang Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas berperan menyelenggarakan upaya kesehatan bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran ,kemauan dan kemampuan hidup sehat agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Upaya yang diselenggarakan di puskesmas terdiri dari Upaya Kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan Pengembangan. Upaya Kesehatan Wajib merupakan upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh seluruh Puskesmas di Indonesia, upaya ini memberikan daya ungkit paling besar terhadap keberhasilan
pembangunan
kesehatan
melalui
peningkatan
Pembangunan Manusia (IPM) , serta merupakan kesepakan
Indeks
global dan
nasional.Yang termasuk di dalam Upaya Kesehatan Wajib adalah Promosi Kesehatan, Kesehatan
Lingkungan, Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga
Berencana, Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular serta Pengobatan. Wilayah kelurahan bantan terletak mengelilingi kota pematang siantar dengan luas wilayah 0,680km (68 Ha). Kelurahan bantan mempunyai batas wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan bane 2. Sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan timbang galung
39
3. Sebelah timur berbatasan dengan kelurahan banjar 4. Sebelah barat berbatasan dengan kelurahan bukit sofa
Puskesmas singosari merupakan salah satu dari 31 puskesmas yang ada di kota pematang siantar dan merupakan salah satu dari 20 puskesmas induk di pematang siantar. Puskesmas singosari yang beralamat dijalan singosari kecamatan siantar barat mempunyai wilayah kerja sebanyak 2 kelurahan yaitu kelurahan bantan dan kelurahan banjar.
5.1.1.2.Gambaran Umum Wilayah Puskesmas Singosari Kota Pematang Siantar Jumlah penduduk diwilayah UPTD puskesmas singosari tahun 2015 sebesar 16.334 jiwa dengan angka kepadatan penduduk rata-rata 15,706/km. dimana jumlah penduduk wanita sebanyak 8.673 (53.10%) jiwa dan penduduk laki-laki sebanyak 7.661 jiwa (46,90%) yang terbagi atas beberapa kelompok, yaitu : 1. Bayi
: 469 orang
2. Balita
: 1.962 orang
3. WUS
: 3.305 orang
4. Bumil
: 356 orang
5. Bulin
: 311 orang
6. PUS
: 3.304 orang
Jumlah rata-rata anggota rumah tangga dalam satu KK berjumlah 4 orang. Jumlah penduduk terbanyak adalah kelurahan bantan dengan jumlah 11.114 jiwa, sedangkan yang paling sedikit adalah kelurahan banjar yaitu sebesar 5.220 jiwa. Adapaun distribusi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat di Tabel.
40
5.1.2. Analisis Univariat a. Umur Responden Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur diPuskesmas Singosari Kota Pematang Siantar Jumlah penduduk diwilayah UPTD puskesmas singosari tahun 2015 sebesar 16.334 jiwa dengan angka kepadatan penduduk rata-rata 15,706/km. dimana jumlah penduduk wanita sebanyak 8.673 (53.10%) jiwa dan penduduk laki-laki sebanyak 7.661 jiwa (46,90%) yang terbagi atas beberapa kelompok, yaitu : 7. Bayi
: 469 orang
8. Balita
: 1.962 orang
9. WUS
: 3.305 orang
10. Bumil
: 356 orang
11. Bulin
: 311 orang
12. PUS
: 3.304 orang
Jumlah rata-rata anggota rumah tangga dalam satu KK berjumlah 4 orang. Jumlah penduduk terbanyak adalah kelurahan bantan dengan jumlah 11.114 jiwa, sedangkan yang paling sedikit adalah kelurahan banjar yaitu sebesar 5.220 jiwa.
. U
m
u
r F r e k u e n s i
Presentase (%)
30 – 45 tahun
2
3 4
46 – 59 tahun
2
1 3
60 – 73 tahun T
o
t
a
l
9 5
1 3 1
3
,
9 7
4 ,
, 0
% 6
0 0
% %
,
0
41
Dari tabel 5.1. menunjukkan bahwa responden berdasarkan kelompok umur 30 - 45 tahun berjumlah 23 orang (43,4%), umur 46 – 59 tahun berjumlah 21 orang (39,6%) dan umur 60 – 73 tahun berjumlah 9 orang (17,0%). Distribusi frekuensi umur responden diketahui bahwa frekuensi umur terbanyak adalah umur 30 – 45 tahun (43,4%), sedangkan frekuensi umur terkecil adalah umur 60 – 73 tahun ( 17,0%)
b. Jenis Kelamin Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan JenisKelamin di Puskesmas Singosari Kota Pematang Siantar Pada Februari – Juni 2018. Jenis Kelamin
F r e k u e n s i Presentase (%)
Laki – laki
1
2 2
Perempuan
4
1 7
7
,
T o t a l
5
3 1
0
0
2
,
6
% 4
%
,
0
Dari tabel 5.2. menunjukkan bahwa responden berdasarkan jenis kelamin, maka laki – laki berjumlah 12 orang (22,6%) dan perempuan berjumlah 41 orang (77,4%). Distribusi frekuensi jenis kelamin responden diketahui bahwa frekuensi jenis kelamin terbanyak adalah perempuan 41 orang (77,4%), sedangkan yang terkecil adalah jenis kelamin laki – laki 12 orang (22,6%). c. Pekerjaan Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas
Singosari
Kota
Pematang
Siantar
Pada
Februari – Juni 2018.
42
P e k e r j a a n
F r e k u e n s i 4
P e t a n i Ibu Rumah Tangga
1
P
N
7 9
Wiraswasta S
Presentase (%) ,
5
3
5
,
8
7
1
3
,
2
2
3
,
8
h
1
1
2
0
,
8
P e n s i u n a n
1
0
1
8
,
9
T
5
3
1
B
u
o
r
t
u
a
l
0
0
,
0
Dari tabel 5.3. menunjukkan bahwa responden berdasarkan pekerjaan, didapatkan responen yang mempunyai pekerjaan sebagai petani berjumlah 4 orang (7,5%), Ibu Rumah Tangga berjumlah 19 orang (35,8%), Wiraswasta berjumlah 7 orang (13,2%), PNS berjumlah 2 orang (3,8%), Buruh berjumlah 11 orang (20,8%), dan pensiunan berjumlah 10 orang (18,9%). Distribusi
frekuensi
pekerjaan
responden
diketahui
bahwa
frekuensi pekerjaan terbanyak adalah ibu rumah tangga berjumlah 19 orang (35,8%), sedangkan yang terkecil adalah pekerjaan PNS berjumlah 2 orang (3,8%).Pengetahuan Masyarakat Tentang Pengertian Diabetes Mellitus Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Pengertian Diabetes Mellitus di Puskesmas Singosari Kota Pematang Siantar Pada Februari – Juni 2018. Pengetahuan tentang pengertian Diabetes Mellitus B a i k C u k u p K u r a n g T o t a l
F r e k u e n s i Presentase (%) 3 2 6 0 , 4 1 5 2 8 , 3 6 1 1 , 3 5 3 1 0 0 , 0
43
Dari tabel 5.4. menunjukkan bahwa responden berdasarkan pengetahuan tentang pengertian diabetes mellitus diketahui tingkat pengetahuan Baik berjumlah 32 orang (60,4%), pengetahuan cukup berjumlah 15 orang (28,3%) dan pengetahuan kurang berjumlah 6 (11,3%). d. Pengetahuan Masyarakat Tentang Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Faktor Risiko Diabetes Mellitus di Puskesmas Singosari Kota Pematang Siantar Pada Februari – Juni 2018. Pengetahuan Tentang Faktor Risiko Diabetes Mellitus
Frekuensi
Presentase (%)
B
2
2
4
1
,
5
2
4
4
5
,
3
1
3
,
2
a
C
u
K
u
T
o
i k r
k u
a t
p n
a
7
g l
5
3
1
0
0
,
0
Dari tabel 5.5. menunjukkan bahwa responden berdasarkan pengetahuan tentang Faktor risiko diabetes mellitus diketahui tingkat pengetahuan baik berjumlah 22 orang (41,5%), pengetahuan cukup berjumlah 24 orang (45,3%) dan pengetahuan kurang berjumlah 7 orang (13,2%). e. Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Gejala Diabetes Mellitus di Puskesmas Singosari Kota Pematang Siantar Pada Februari – Juni 2018. Pengetahuan Tentang Gejala Diabetes Mellitus B a i k C u k u p K u r a n g T o t a l
Frekuensi 2 0 2 7 6 5 3
Presentase (%) 3 7 , 7 5 0 , 9 1 1 , 3 1 0 0 , 0
44
Dari tabel 5.6. menunjukkan bahwa responden berdasarkan pengetahuan
tentang
gejala
diabetes
mellitus
diketahui
tingkat
pengetahuan baik berjumlah 20 orang (37,7%), pengetahuan cukup berjumlah 27 orang (50,9%), dan pengetahuan kurang berjumlah 6 orang (11,3%). f. Pengetahuan Masyarakat Tentang Komplikasi Diabetes Mellitus Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Komplikasi Diabetes Mellitus di Puskesmas Singosari Kota Pematang Siantar Pada Februari – Juni 2018. Pada. Pengetahuan Tentang Komplikasi Diabetes Mellitus B a i k C u k u p K u r a n g T o t a l
F r e k u e n s i Presentase (%) 1 6 3 0 , 2 2 9 5 4 , 7 8 1 5 , 1 5 3 1 0 0 , 0
Dari tabel 5.7. menunjukkan bahwa responden berdasarkan pengetahuan tentang komplikasi diabetes mellitus diketahui tingkat pengetahuan baik berjumlah 16 orang (30,2%), pengetahuan cukup berjumlah 29 orang (54,7%) dan pengetahuan kurang berjumlah 8 orang (15,1%).
g. Pengetahuan Masyarakat Tentang Pencegahan Diabetes Mellitus Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Pencegahan Diabetes Mellitus di Puskesmas Puskesmas
Singosari Kota Pematang Siantar Pada
Februari – Juni 2018. Pengetahuan Tentang Pencegahan Diabetes Mellitus
Frekuensi
Presentase (%)
B
2
6
4
9
,
1
2
4
4
5
,
3
C
a u
i k
k u
p
45
K
u
r
T
o
a t
n a
3
g l
5
5 3
1
, 0
0
7 ,
0
Dari tabel 5.8. menunjukkan bahwa responden berdasarkan pengetahuan tentang pencegahan diabetes mellitus diketahui tingkat pengetahuan baik berjumlah 26 orang (49,1%), pengetahuan cukup berjumlah 24 orang (45,3%) dan pengetahuan kurang berjumlah 3 orang (5,7%).
46
5.2.Pembahasan 5.3.1. Tingkat Pengetahuan Tentang Pengertian Diabetes Mellitus di Puskesmas Puskesmas Singosari Kota Pematang Siantar Pada Februari – Juni 2018.. Diabetes mellitus atau penyakit gula darah atau dalam bahasa seahari – hari disebut kencing manis adalah suatu penyakit gangguan kesehatan, kadar gula (glukosa) di dalam darah menjadi tinggi karena tidak dipergunakan oleh tubuh. 17 Responden berdasarkan
pengetahuan tentang pengertian diabetes
mellitus diketahui tingkat pengetahuan Baik berjumlah 32 orang (60,4%), pengetahuan cukup berjumlah 15 orang (28,3%) dan pengetahuan kurang berjumlah 6 (11,3%). Hal ini sejalan dengan penelitian Sulistiwati, dkk (2013), tingkat pengetahuan baik 24 orang (60,0%), pengetahuan cukup 12 orang (30,0%)o, dan pengetahuan kurang 4 orang (10%).17 Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik tentang penyakit diabetes mellitus. Dan sangat kecil responden masih memerlukan tentang penyakit diabetes mellitus. Banyaknya informasi tentang peningkatan prevalensi kejadian diabetes mellitus membuat masyarakat lebih waspada dan peduli tentang diabetes mellitus.
5.2.2. Tingkat Pengetahuan Tentang Faktor Risiko Diabetes Mellitus di Puskesmas Puskesmas
Singosari Kota Pematang Siantar Pada
Februari – Juni 2018. Responden berdasarkan
pengetahuan tentang Faktor risiko
diabetes mellitus diketahui tingkat pengetahuan baik berjumlah 22 orang (41,5%), pengetahuan cukup berjumlah 24 orang (45,3%)
dan
pengetahuan kurang berjumlah 7 orang (13,2%).
47
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang faktor risiko penyakit diabetes mellitus. Dan sangat kecil responden masih memerlukan tentang penjelasan faktor risiko penyakit diabetes mellitus.. Hal ini didukung oleh penelitian Wicaksono (2011) yang mengatakan bahwa dari faktor risiko genetik/ keturunan sebanyak 86,67% penderita diabetes mellitus mempunyai riwayat keluarga menderita diabetes mellitus, faktor risiko usia sebanyak 80,00% penderita diabetes mellitus adalah mereka yang berusia 45 tahun yang berarti usia semakin bertambah atau semakin tua mempunyai faktor risiko untuk terkena penyakit diabetes mellitus kemudian 66,67% yang menderita diabetes adalah mereka yang sering mengkonsumsi makanan yang manis atau banyak mengandung gula serta kegemukan /obesitas.18 Banyaknya informasi tentang penyakit diabetes mellitus dengan berbagai faktor risiko membuat masyarakat lebih peduli tentang penyakit diabetes mellitus.18
5.2.3. Tingkat
PengetahuanTentang
Gejala
Diabetes
Mellitus
di
Puskesmas Singosari Kota Pematang Siantar Pada Februari – Juni 2018. Responden berdasarkan
pengetahuan tentang gejala diabetes
mellitus diketahui tingkat pengetahuan baik berjumlah 20 orang (37,7%), pengetahuan cukup berjumlah 27 orang (50,9%), dan pengetahuan kurang berjumlah 6 orang (11,3%). Keluhan Khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Dalam keadaan normal, zat – zat yang kita makan seperti glukosa, asam amino dan asam lemak
tersebut akan diserap oleh usus kemudian masuk
kedalam pembuluh darah dan diedarkan keseluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ didalam tubuh. Didalam sel zat makanan terutama glukosa akan mengalami proses metabolisme, Untuk masuk
48
kedalam sel glukosa memerlukan hormon insulin. Didalam sel glukosa kemudian akan dibakar menjadi energi dan tenaga. Bila jumlah glukosa berlebih maka insulin membantu menyimpan kelebihan glukosa tersebut didalam organ hati dan otot. 19 Berdasarkan hasil penelitian Elia Dainil Zardi meneliti di RS. Dr. M. Jamil Padang tahun 2003 berdasarkan proporsi keluhan dari 100 orang penderita diabetes mellitus adalah Badan Lemas 63 orang (63%), Penurunan Berat Badan 17 orang (16%) , sering lapar 9 orang (9%) , sering buang air kecil ( 11%). 19 Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang gejala penyakit diabetes mellitus. Dan sangat kecil responden masih memerlukan tentang penjelasan gejala penyakit diabetes mellitus. 19 Banyaknya informasi tentang penyakit diabetes mellitus dengan berbagai faktor risiko membuat masyarakat lebih peduli tentang penyakit diabetes mellitus.19
5.2.4. Tingkat Pengetahuan Tentang Komplikasi Diabetes Mellitus di Puskesmas Singosari Kota Pematang Siantar Pada Februari – Juni 2018. Responden berdasarkan pengetahuan tentang komplikasi diabetes mellitus diketahui tingkat pengetahuan baik berjumlah 16 orang (30,2%), pengetahuan cukup berjumlah 29 orang (54,7%) dan pengetahuan kurang berjumlah 8 orang (15,1%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang komplikasi penyakit diabetes mellitus. Dan sangat kecil responden masih memerlukan tentang penjelasan komplikasi penyakit diabetes mellitus. (20) Berdasarkan hasil penelitain Aznan Arrazi di RS Sri Pamela Tebing Tinggi
pada tahun 2011-2012 bahwa proporsi berdasarkan
Komplikasi Ulkus Diabetikum 29 orang (29%), Penyakit Jantung Koroner
49
12 orang ( 12%),gangguan penglihatan 6 orang (6%) Hypoglikemia 16 orang (16%) , Gagal Ginjal Kronik 3 orang (3%), gangguan pendengaran (8%), dan tidak memiliki komplikasi 26 orang (26%).20 Proporsi penderita DM tipe 2 berdasarkan komplikasi terbanyak adalah ulkus diabetikum sebesar (29 %) . (20) Banyaknya informasi tentang penyakit diabetes mellitus dengan berbagai faktor risiko membuat masyarakat lebih peduli tentang penyakit diabetes mellitus.. (20)
5.2.5. Tingkat Pengetahuan Tentang Pencegahan Diabetes Mellitus di Puskesmas Singosari Kota Pematang Siantar Pada Februari – Juni 2018. Responden berdasarkan pengetahuan tentang pencegahan diabetes mellitus diketahui tingkat pengetahuan baik berjumlah 26 orang (49,1%), pengetahuan cukup berjumlah 24 orang (45,3%) dan pengetahuan kurang berjumlah 3 orang (5,7%). Pencegahan diabetes mellitus dapat dilakukan pada pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada kelompok yang meiliki faktor risiko, yaitu mereka yang beum menderita tetapi berpotensi untuk menderita diabetes melitus. Pencegahan diabetes mellius dapat dilakukan dengan diet sehat seperti pada pertanyaan kuesoner , penurunan berat badan, dan aktifitas fisik yang baik. (21) Penelitian Omoflafe dkk (2010) dengan judul We are Family : Family History of Diabetes Mellitus Among African Perceived Severit, Knowledge of risk factors, and Physical Activity Level, yang menyatakan bahwa orang Amerika Afrika dengan riwayat keluarga positif DM memiliki pengetahuan lebih besar tentang pencegahan terhadap DM, lebih memahami pengaruh penyakit akibat kebiasaan makan dan aktifitas fisik, dan secara signifikan lebih sering terlibat alam aktivitas fisik daripada mereka yang tidak memiliki riwayat keluarga Diabetes Mellitus. (21) 50
Analisis dari hasil penelitian menunjukkan pengetahuan tentang pencegahan diabetes mellitus diketahui sebagian besar responden tingkat pengetahuan baik berjumlah 26 orang (49,1%), pengetahuan cukup berjumlah 24 orang (45,3%) dan sedangkan pengetahuan kurang sangat sedikit sekali yaitu berjumlah 3 orang (5,7%). Hal ini dikarenakan semua pihak khususnya petugas kesehatan sering memberikan edukasi atau penyuluhan mengenai penyakit diabetes mellitus dan pencegahannya sehingga pengetahuan responden sebagian besar baik dan cukup serta sangat sedikit pengetahuan yang kurang. Tingkat pengetahuan yang baik diharapkan dapat diterapkan juga dalam kehidupan sehari – hari tidak hanya pengetahuannya saja tetapi dapat menuntun kepada pola hidup yang benar untuk mencegah dabetes mellitus yang sangat berdampak buruk ada akhirnya, serta dapat menularkan pengetahuannya kepada orang lain untuk berperilaku hidup sehat.
51
A.
Kesimpulan Dari data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini telah diperoleh
Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang Diabetes Mellitus di Puskesmas Singosari Bulan Februari – Juni 2018 adalah : 1.
Pengetahuan tentang pengertian diabetes mellitus diketahui tingkat pengetahuan Baik berjumlah 32 orang (60,4%), pengetahuan cukup berjumlah 15 orang (28,3%) dan pengetahuan kurang berjumlah 6 (11,3%).
2.
Pengetahuan tentang Faktor risiko diabetes mellitus diketahui tingkat pengetahuan baik berjumlah 22 orang (41,5%), pengetahuan cukup berjumlah 24 orang (45,3%) dan pengetahuan kurang berjumlah 7 orang (13,2%).
3.
Pengetahuan tentang gejala diabetes mellitus diketahui tingkat pengetahuan baik berjumlah 20 orang (37,7%), pengetahuan cukup berjumlah 27 orang (50,9%), dan pengetahuan kurang berjumlah 6 orang (11,3%).
4.
Pengetahuan tentang komplikasi diabetes mellitus diketahui tingkat pengetahuan baik berjumlah 16 orang (30,2%), pengetahuan cukup berjumlah 29 orang (54,7%) dan pengetahuan kurang berjumlah 8 orang (15,1%).
5.
Pengetahuan tentang pencegahan diabetes mellitus diketahui tingkat pengetahuan baik berjumlah 26 orang (49,1%), pengetahuan cukup berjumlah 24 orang (45,3%) dan pengetahuan kurang berjumlah 3 orang (5,7%).
B. Saran 1. Untuk Masyarakat Ikut aktif dalam penyuluhan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan khususnya penyakir diabetes mellitus.
dan untuk penderita
dibetes mellitus agar lebih rajin dalam memeriksakan kadar gula darahnya ke pelayanan kesehatan terdekat atau rumah sakit serta mengikuti kegiatan
52
yang berkaitan dengan kesehatan untuk mencegah komplikasi penyakit diabetes mellitus serta dapat termotivasi untuk menghindari hal-hal yang dapat menambah penyakit diabetes mellitus menjadi lebih parah lagi misalnya menghindari makanan yang mengandung gula 2. Untuk Petugas Kesehatan Diharapkan bagi petugas kesehatan agar dapat lebih meningkatkan sosialisasi tentang penyakit daibetes mellitus dan memberikan penyuluhan tentang upaya mencegah komplikasi penyakit diabetes mellitus secara dini dan tindakan apa saja yang harus dilakukan jika gula darah meningkat serta menjelaskan pentingnya memeriksakan kadar gula darah secara teratur ke pelayanan kesehatan terdekat.
53
DAFTAR PUSTAKA
1. Soegondo, Sidartawan. at al , 2013. Buku Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu cetakan IX. Jakarta : Penerbit FK UI, 2. PERKENI. 2015.Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia, Jakarta: Kongres Persadia. 3. Yuanita. at al, 2014 . Pengaruh Diabetes Self Management Education (DSME) terhadap Resiko Terjadinya Ulkus Diabetik pada Pasien Rawat Jalan dengan Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2 di RSD dr. Soebandi Jember. Penerbit Jurnal pustaka Kesehatan, Jember. 4. Sudoyo, S. 2006. Diabetes mellitus di Indonesia, Dalam : Aru W, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi 4, Jakarta: FK UI, 5. Notoatmodjo, 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. 6. ADA (American Diabetes Association), 2016. Diabetes Management Guidlines.http://www.ndei.org/ADA-diabetes-management-guidelines diagnosis -AIC -testing .aspx ( Diakses tanggal 10 September 2017). 7. Erman, F. (2015). Profil Diabetes rawat inap di SMF Penyakit Dalam RSUP H.Adam Malik Medan, Medan: Kongres Persadia. 8. Paulsen, F. Waschke, J. 2012. Sabotta Atlas Anatomi Manusia Jilid 2. EGC, Jakarta. 9. Ganong, W .F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22, Jakarta. 10. ADA (American Diabetes Association), 2016. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diebetes Care.
54
11. Sumbawa, I Gede. 2012. Buku Panduan Klinis Pengelolahan Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2. Jakarta : Penerbit PT ASKES. 12. Greenstein Ben, Wood Diana. 2010. Sistem Endokrin Edisi 2. Jakarta : Penerbit Erlangga. 13. Soebardi. (2006). Terapi Farmakologis Diabetes Mellitus. Dalam : Aru W, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi 4., Jakarta: FK UI. 14. Ndraha, Suzanna. 2014. Diabetes Melitus Tipe 2 Dan Tatalaksanaan Terkini, Jakarta : Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Krida Wacana. 15. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta 16. Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. 17.Sulistiawati. 2012. Pengetahuan tentang penyakit Diabetes Mellitus. Diakses pada 30 September 2017. 18.Wicaksono. 20111. Faktor Risiko Dm 2 yang dirawat inap di RS dr. M. Djamil Padang tahun 2003. FK USU.Elia Dainil Zardi. 2012.Karakteristik penderita DM tipe 2 yang dirawat inap di RS dr. M. Djamil Padang tahun 2003. FK USU. 19. Elia Dainil Zardi. 2012.Karakteristik penderita DM tipe 2 yang dirawat inap di RS dr. M. Djamil Padang tahun 2003. FK USU. 20. Arrazi, Aznan. 2014. Profil Penderita DM Tipe 2 di RS Sri Pamela Tebing tinggi tahun 2011-2012. FK USU. 21. National Diabts Eduction Program. Power to Prevnt A Family Lifestyl Approach to Diabetes Prevention. Diakses pada30 September 2017 daro http://www.cdc.gov/pdccst/media.pdf/powertoprevent.pdf.
55
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG DIABETES MELLITUS DI PUSKESMAS SINGOSARI KOTA PEMATANG SIANTAR BULAN FEBRUARI – JUNI 2018
I. Data Umum Respoden : 1. Nama
:
2. Jenis kelamin
:
3. Umur
:
4. Pekerjaan
:
5. Alamat
:
Beri tanda centang untuk pertanyaan dibawah ini :
1. Penyakit Diabetes Mellitus( (Kencing manis) adalah penyakit kelebihan kadar gula dalam darah : a. Benar
c. Salah
b. Kurang benar
d. Tidak tau
2. Penyakit Diabetes Mellitus salah satunya disebabkan oleh mengkonsumsi makanan makanan yang mengandung asam : a. Benar
c. Salah
b. Kurang benar
d. Tidak tau
3. Usia semakin bertambah atau semakin tua adalah faktor yang menyebabkan penyakit Diabetes Mellitus : a. Benar
c. Salah
b. Kurang benar
d. Tidak tau
4. Salah satu faktor timbulnya penyakit diabetes mellitus adalah kurang tidur: a. Benar
c. Salah
b. Kurang benar
d. Tidak tau
56
5. Umur, keturunan dari keluarga, berat badan/ kegemukan merupakan faktor – faktor penyebab timbulnya penyakit diabetes mellitus : a. Benar
c. Salah
b. Kurang benar
d. Tidak tau
6. Seseorang yang menderita penyakit diabetes mellitus dapat menurunkan penyakit tersebut kepada anaknya atau keturunannya : a. Benar
c. Salah
b. Kurang benar
d. Tidak tau
7. Salah satu gejala dari penyakit diabetes mellitus adalah sering kencing : a. Benar
c. Salah
b. Kurang benar
d. Tidak tau
8. Penglihatan kabur, mulut kering, dan berat badan menurun merupakangejala – gejala penyakit diabetes mellitus : a. Benar
c. Salah
b. Kurang benar
d. Tidak tau
9. Tidak enak makan merupakan gejala dari pnyakit diabetes mellitus : a. Benar
c. Salah
b. Kurang benar
d. Tidak tau
10. Diabetes mellitus menyebabkan ganguan pendengaran : a. Benar
c. Salah
b. Kurang benar
d. Tidak tau
11. Kerusakan organ ginjal dan infeksi pada kaki hingga membusuk (luka tidak cepat sembuh) merupakan akibat dari pnyakit diabetes mellitus : a. Benar
c. Salah
b. Kurang benar
d. Tidak tau
12. Merokok dan alkohol merupakan hal- hal yang harus dihindari oleh penderita diabetes mellitus : a. Benar
c. Salah
b. Kurang benar
d. Tidak tau
57
13. Cara pencegahan penyakit diabetes mellitus dengan cara banyak tidur : a. Benar
c. Salah
b. Kurang benar
d. Tidak tau
14. Untuk pencegahan penyakit diabetes mellitus juga diperlukan pemeriksaan kadar gula darah berkala atau teratur : a. Benar
c. Salah
b. Kurang benar
d. Tidak tau
15. Seseorang yang menderita penyakit diabetes mellitus dapat terganggu pengihatannya ( matanya) : a. Benar
c. Salah
b. Kurang benar
d. Tidak tau
16. Direbus, dibakar, dan dikukus merupakan cara memasak makanan yang dapat lebih mnyebabkan penyakit diabetes mellitus : a. Benar
c. Salah
b. Kurang benar
d. Tidak tau
58
Lampiran 2
U
m
u
r
F r e q u e n c y P e r c e n t Valid Percent C u m u l a t i v e P e r c e n t V a l i d 30 - 45 2
3 4
3
.
4 4
3
.
4 4
3
.
4
46 - 59 2
1 3
9
.
6 3
9
.
6 8
3
.
0
60 - 73
9 1
7
.
0 1
7
.
0 1
T o t a l 5
3 1 0 0 . 0 1
J
e
n
i
s
_
0
0
K
.
e
0
0
.
0
0
l
a
m
i
n
F r e q u e n c y P e r c e n t Valid Percent C u m u l a t i v e P e r c e n t V a l i d Laki - laki 1
2 2
2
.
6 2
2
.
6 2
Prempuan 4
1 7
7
.
4 7
7
.
4 1
T o t a l 5
3 1 0 0 . 0 1
P
e
k
e
0
r
0
.
2 0
. 0
6 .
0
0
j
a
a
n
F r e q u e n c y P e r c e n t V a l i d P e r c e n t Cumulative Percent Valid P
e
t
a
n
i
4 7
.
5 7
.
5 7
.
5
Ibu Rumah Tangga 1
9 3
5
.
8 3
5
.
8 4
3
.
4
W i r a s w a s t a
7 1
3
.
2 1
3
.
2 5
6
.
6
P
S
3 5
7 6
2
.
3
h 1
1 2
0
.
8 2
0
.
8 8
3
.
0
P e n s i u n a n
9 1
7
.
0 1
7
.
0 1
T
3 1 0 0 . 0 1
B
N u
o
r
t
u
a
l 5
.
7 5
.
0
0
.
0
0
.
0
0
59
Pengetahuan_Tentang_Pengertian_Diabetes_Mellitu s F r e q u e n c y P e r c e n t Valid Percent C u m u l a t i v e P e r c e n t Valid B a i k 3
2 6
0
.
4 6
0
.
4 6
0
.
4
C u k u p 1
5 2
8
.
3 2
8
.
3 8
8
.
7
Kurang
6 1
1
.
3 1
1
.
3 1
T o t a l 5
3 1 0 0 . 0 1
0
0
.
0
0
.
0
0
Pengetahuan_Tentang_Faktor_Risiko_Diabetes_Mellitus F r e q u e n c y P e r c e n t Valid Percent C u m u l a t i v e P e r c e n t Valid B a i k 2
2 4
1
.
5 4
1
.
5 4
1
.
5
C u k u p 2
4 4
5
.
3 4
5
.
3 8
6
.
8
Kurang
7 1
3
.
2 1
3
.
2 1
T o t a l 5
3 1 0 0 . 0 1
0
0
.
0
0
.
0
0
P e n g e t a h u a n _ T e n t a n g _ G e j a l a _ D i a b e t e s _ M e l l i t u s F r e q u e n c y P e r c e n t Valid Percent C u m u l a t i v e P e r c e n t Valid B a i k 2
0 3
7
.
7 3
7
.
7 3
7
.
7
C u k u p 2
7 5
0
.
9 5
0
.
9 8
8
.
7
Kurang
6 1
1
.
3 1
1
.
3 1
T o t a l 5
3 1 0 0 . 0 1
0
0
.
0
0
.
0
0
60
Pengetahuan_Tentang_Komplikasi_Diabetes_Mellitu s F r e q u e n c y P e r c e n t Valid Percent C u m u l a t i v e P e r c e n t Valid B a i k 1
6 3
0
.
2 3
0
.
2 3
0
.
2
C u k u p 2
9 5
4
.
7 5
4
.
7 8
4
.
9
Kurang
8 1
5
.
1 1
5
.
1 1
T o t a l 5
3 1 0 0 . 0 1
0
0
.
0
0
.
0
0
Pengetahuan_Tentang_Pencegahan_Diabetes_Mellitu s F r e q u e n c y P e r c e n t Valid Percent C u m u l a t i v e P e r c e n t Valid B a i k 2
6 4
9
.
1 4
9
.
1 4
9
.
1
C u k u p 2
4 4
5
.
3 4
5
.
3 9
4
.
3
Kurang
3 5
T o t a l 5
3 1 0 0 . 0 1
.
7 5
. 0
0
7 1 .
0
0
.
0
0
61
DOKUMENTASI Saat Membagikan Kuesioner Di Puskesmas Singosari
62