DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................. 1 BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 2 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 2 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2 1.3 Tujuan ...................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3 2.1 Pengertian Struktur Sosial........................................................................ 3 2.2 Elemen Dasar Struktur Sosial ................................................................. 4 2.3 Pengertian Kelas Sosial............................................................................ 6 2.4 Faktor- Faktor Penentu Kelas Sosial........................................................ 7 2.5 The Model Link Social Structure To Heatlh and Disease........................ 8 2.6 Contoh Kasus Hubungan Struktur Sosial dengan Kesehatan .................. 11 BAB III PENUTUP ...................................................................................... 13 3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 13 Daftar Pustaka ................................................................................................ 14
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masyarakat merupakan kelompok manusia yang sengaja dibentuk secara rasional untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu. Istilah masyarakat juga tidak luput dari nilai-nilai, norma-norma, tradisi, kepentingan-kepentingan dan lain sebagainya. Para sosiolog senantiasa berusaha untuk mengadakan klasifikasi terhadap masyarakat-masyarakat yang ada, seperti perbedaan antara masyarakat yang sederhana dengan masyarakat modern, masyarakat terbuka dengan masyarakat tertutup. Adanya ketidaksamaan sosial tersebut perlu diperhatikan dalam struktur sosial yang ada di masyarakat, struktur sosial membentuk susunan kelompok pada masyarakat. Ketidaksamaan masyarakat ada karena akibat dari diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial. Diferensiasi sosial adalah perbedaan antara individu atau kelompok secara horizontal dan tidak menunjukkan adanya tingkat lebih tinggi atau lebih rendah, contohnya ciri fisik, agama, ras, suku dll. Sedangkan Stratifikasi sosial merupakan perbedaan individu atau kelompok secara vertikal yang mana terdapat tingkatan yang berbeda dalam masyarakat dan memandang masyarakat dari kelebihan yang dimiliki. Seperti, kekayaan, kedudukan (pangkat), keturunan, dan pendidikan. Struktur sosial dapat mempengaruhi individu atau kelompok dalam hal kesehatan. Kemudian diferensiasi dan stratifikasi sosial dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat seperti kesehatan, harapan hidup keadilan dan lain sebagainya. Berkenaan dengan masalah di atas, kami akan membahas lebih lanjut mengenai hubungan antara struktur sosial terhadap kesehatan dan penyakit.
1.2 Rumusan Masalah Bagaimana hubungan antara struktur sosial terhadap kesehatan dan penyakit?
1.3 Tujuan Untuk mengetahui hubungan antara struktur sosial terhadap kesehatan dan penyakit 2
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Struktur Sosial Struktur sosial berasal dari kata structum dari bahasa Latin yang artinya menyusun. Sehingga dapat diartikan bahwa struktur sosial ialah susunan masyarakat. Struktur sosial juga diartikan sebagai pola-pola tertentu yang mengatur suatu kelompok sosial. Istilah struktur sosial juga dapat diterapkan pada interaksi sosial. Struktur sosial mencakup sifatsifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan individu dengan kelompoknya. Berikut ini beberapa definisi struktur sosial menurut para ahli, yaitu: a. Menurut Radclife-Brown, struktur sosial adalah suatu rangkaian kompleks dari relasi-relasi sosial yang berwujud dalam suatu masyarakat. Struktur sosial meliputi relasi sosial diantara para individu, perbedaan individu, kelas sosial menurut peranan sosial mereka. b. Menurut Evans-Pritchard, struktur sosial ialah relasi-relasi yang tetap dan menyatukan kelompok- kelompok sosial pada satuan yang lebih luas. c. Menurut Beattie, struktur sosial adalah bagian-bagian atau unsur-unsur dalam masyarakat yang tersusun secara teratur guna membentuk suatu kesatuan yang sistematik. d. Menurut Raymond Firth, konsep struktur sosial merupakan alat analisis yang diwujudkan untuk membantu pemahaman tentang tingkah laku manusia dalam kehidupan sosial. Berdasarkan definisi diatas, struktur sosial merujuk pada pola interaksi tertentu yang terdiri dari jaringan relasi-relasi sosial hierarki dan pembagian kerja, serta dilandasi oleh kaidah- kaidah, peraturan- peraturan, dan nilai- nilai sosial budaya. Setiap individu an terkait dengan struktur masyarakat secara otomatis akan menjadi anggota di dalamnya. Hal ini terjadi karena manusia mempunyai beragam kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan ekonomi, politik, hukum, sosial, dan lain-lain, serta pemenuhan kebutuhan yang beragam. Sebagai anggota masyarakat, manusia tertata dalam struktur sosial atau jaringan unsur-unsur sosial yang ada dalam masyarakat. Unsur-unsur tersebut mencakup kelompok sosial, kebudayaan, lembaga sosial, pelapisan sosial, kekuasaan, dan wewenang. Kemudian, unsur3
unsur tersebut berhubungan dengan berbagai segi kehidupan, seperti ekonomi, politik, hukum, sosial dan lain-lain, serta saling memengaruhi. Misalnya, segi ekonomi selalu berhubungan dengan kesehatan, kesehatan dengan politik, segi politik selalu berhubungan dengan hukum, dan seterusnya. 2.2 Pengertian Elemen Dasar Struktur Sosial Menurut Kolip (2010), struktur sosial memiliki empat komponen atau elemen dasar, yaitu: a. Status Sosial Masyarakat terdiri dari individu-individu dimana antara satu dengan yang lain saling berhubungan secara timbal balik dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Status atau kedudukan seseorang memegang peranan yang penting dengan tindakan yang harus dilakukan. Status sosial adalah tempat seseorang dalam masyarakat untuk berhubungan dengan orang-orang lain. Selain itu status sosial adalah tempat seseorang dalam suatu pola tertentu. Menurut Talcott Parsons, terdapat lima kriteria untuk menentukan status sosial seseorang dalam masyarakat, yaitu kelahiran, mutu pribadi, prestasi, kekayaan, dan kekuasaan. Status sosial dalam bidang kesehatan dapat berupa status sebagai seorang dokter, perawat, dan pasien. 1) Kelahiran Kelahiran menentukan status sosial seseorang dalam masyarakat. Orang yang dilahirkan dalam keluarga kaya seperti pengusaha atau bangsawan, maka secara otomatis akan menempati status yang tinggi dalam masyarakat. Sebaliknya, orang yang dilahirkan dalam keluarga tidak mampu atau miskin, maka akan menempati status yang rendah. 2) Mutu Pribadi Mutu pribadi berhubungan dengan kualitas yang dimiliki oleh seseorang. Hal tersebut berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Seseorang akan menduduki status sosial yang tinggi apabila memiliki kriteria seperti jujur, cerdas, pandai, bijaksana, rendah hati, dan taat pada perintah agama. Sedangkan orang yang menempati status sosial rendah adalah orang-orang yang memiliki kriteria seperti suka berbohong, suka mencuri, dan pernah melakukan tindak kejahatan.
4
3) Prestasi Orang berprestasi adalah orang yang bisa mencapai sesuatu yang diharapkan oleh banyak orang setelah melakukan usaha-usaha tertentu. Misalnya seorang siswa yang berhasil mencapai juara umum di sekolahnya. Prestasi yang dimiliki oleh seseorang menentukan kedudukan atau status di masyarakat. Orang yang berprestasi baik akan menempatkan seseorang pada kedudukan atau status yang tinggi, sedangkan orang yang tidak berprestasi akan menduduki status yang rendah dalam masyarakat. 4) Pemilikan atau Kekayaan Pemilikan atau kekayaan menunjukkan jumlah materi yang dimiliki oleh seseorang. Orang yang memiliki banyak materi akan menduduki status yang tinggi dalam masyarakat. Sebaliknya orang yang hanya sedikit memiliki kekayaan materi akan menempati status yang rendah, bahkan keberadaanya tidak diakui dalam masyarakat. 5) Otoritas atau Kekuasaan Kekuasaan seseorang dalam suatu masyarakat memiliki pengaruh besar terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya. Orang yang memiliki kekuasaan akan disegani, dihormati, serta yang dikatakan atau dilakukan cenderung diikut oleh orang lain. Seperti kepala desa menempati kedudukan atau status yang tinggi, sedangkan orang yang tidak mempunyai kekuasaan, seperti buruh tani akan menempati status atau kedudukan yang rendah. b. Peranan Sosial Setiap anggota masyarakat memiliki peranan masing-masing sesuai status atau kedudukan sosialnya di masyarakat. Peranan menunjukkan hak dan kewajiban yang harus dilakukan oleh seseorang sehubungan dengan status yang dimiliki. Apabila seseorang telah melakukan hak dan kewajiban sesuai dengan statusnya di masyarakat, maka orang tersebut telah menjalankan suatu peranan. Selain itu, status sosial setiap orang juga mempunyai bermacam-macam peranan yang berasal dari pola pergaulan hidup. Contoh peran dalam bidang kesehatan adalah mengobati, merawat, dan mendapat pengobatan. c. Kelompok Kelompok adalah kumpulan dari beberapa orang atau individu yang memiliki norma, nilai, harapan yang sama serta saling berinteraksi. Kelompok memiliki peran yang sangat 5
penting dalam sebuah struktur sosial masyarakat karena sebagian besar interaksi sosial berlangsung dalam kelompok. Hal tersebut dipengaruhi oleh unsur-unsur yang melekat dan dimiliki oleh kelompok. Misalnya kelompok pengajian, karang taruna, dan kelompok dari kumpulan staff rumah sakit. d. Institusi Aspek yang paling mendasar dalam sebuah struktur sosial adalah institusi. Institusi merupakan pola terorganisir dari kepercayaan dan tindakan yang dipusatkan pada kebutuhan dasar sosial. Tujuan dari institusi adalah untuk memenuhi kebutuhan tertentu dalam masyarakat. Misalnya, institusi pendidikan dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan, pembentukan rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan perawatan kesehatan. 2.3 Pengertian Kelas Sosial Kelas sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarchis). Perbedaan tersebut dapat berupa lapisan-lapisan atau kelaskelas tinggi, sedang, ataupun kelas-kelas yang rendah. Menurut Peter Beger, kelas sosial merupakan sebuah “a type of stratification in which one’s general position in society is basically determined by economic criteria”. Menurut Max dan Weber, konsep kelas dikaitkan dengan posisi seseorang dalam masyarakat berdasarkan kriteria ekonomi sehingga dapat diartikan bahwa kedudukan seseorang dalam masyarakat dibedakan berdasarkan kriteria ekonomi. Sehingga, apabila semakin tinggi perekonomian seseorang maka akan semakin tinggi kedudukannya, dan masyarakat yang memiliki ekonomi bagus termasuk kategori kelas tinggi (high class). Sedangkan masyarakat yang memiliki ekonomi cukup bahkan kurang, mereka termasuk kategori kelas menengah (middle class) dan kelas bawah ( lower class). Menurut Jeffries, kelas sosial merupakan “social and economic groups constituted by a coalesence of economic, occupational, and educational bonds”. Sehingga, dapat diartikan bahwa konsep kelas melibatkan perpaduan antara ikatan-ikatan meliputi ekonomi, pekerjaan, dan pendidikan. Jeffries mengemukakan bahwa ekonomi bukan merupakan satu-
6
satunya faktor yang dijadikan pedoman untuk mengklasifikasikan adanya kelas sosial, akan tetapi ketiga dimensi di atas mempunyai keterikatan yang erat. Dari beberapa definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kelas sosial adalah pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarchis). Pembedaan kelas dalam masyarakat tersebut didasarkan pada faktor ekonomi, pendidikan, pekerjaan dan keterkaitan status (jabatan) seorang anggota keluarga dengan status anggota keluarga yang lain. Jika dihubungkan dengan kesehatan, kelas sosial diartikan sebagai status masyarakat seperti sangat kaya, cukup, dan miskin akan berpengaruh terhadap kesehatan karena semakin orang kaya maka pelayanan kesehatan yang diperoleh akan semakin bagus. Namun, semakin rendah strata dari masyarakat tersebut maka pelayanan kesehatan yang diperoleh akan buruk. 2.4 Faktor- faktor Penentu Kelas Sosial Beberapa faktor yang menyebabkan seseorang tergolong ke dalam suatu kelas sosial adalah sebagai berikut: a) Kekayaan dan penghasilan Kekayaan merupakan suatu hal yang berharga bagi masyarakat sosial atas. Masyarakat dengan kelas sosial atas dapat membeli rumah mewah, mobil, pakaian, dan peralatan rumah dengan harga mahal. Misalnya, penghasilan seseorang yang diperoleh dari investasi lebih memiliki prestise daripada penghasilan yang diperoleh dari tunjangan pengangguran. Penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan profesional lebih berfungsi daripada penghasilan yang berwujud upah pekerjaan kasar. Sumber dan jenis penghasilan seseorang tersebut dapat memberi gambaran tentang latar belakang keluarga dan cara hidup mereka. Kekayaan dalam bidang kesehatan dapat berupa penghasilan menjadi salah satu faktor untuk masyarakat berobat ke pelayanan kesehatan karena total tangguhan di pelayanan akan semakin mahal apabila sakit yang di derita semakin berat. Selanjutnya, semakin orang tersebut kaya maka akan didahulukan di dalam pelayanan kesehatan.
7
b) Pekerjaan Pekerjaan merupakan aspek kelas sosial yang penting dalam kehidupan masyarakat. Pekerjaan seseorang dapat memberikan gambaran tentang pendidikan yang rendah, standar hidup, teman bergaul, dan jam bekerja. Oleh sebab itu, pekerjaan merupakan salah satu indikator terbaik untuk mengetahui cara hidup seseorang. Misalnya, semakin pekerjaan baik maka dapat menggambarkan bahwa teman atau lingkungan kita memiliki tingkat kepedulian terhadap kesehatan yang tinggi. c) Pendidikan Pendidikan merupakan hal yang berpengaruh terhadap kelas sosial di masyarakat. Hal ini disebabkan oleh seseorang yang berpendidikan tinggi memerlukan biaya dan motivasi yang besar. Pendidikan juga dapat melahirkan perubahan mental, selera, minat, tujuan, dan cara berbicara hingga perubahan dalam keseluruhan cara hidup seseorang. Misalnya, orang akan pergi berobat apabila memiliki pengetahuan yang baik dan memiliki kepedulian yang tinggi. Semakin tingggi pendidikan seseorang, maka pengetahuan orang tersebut juga tinggi. 2.5 The Model Link Social Structure To Health And Disease Kerangka konseptual yang dikembangkan oleh Brunner dan Marmot (2006) tentang sosial determinan kesehatan dan jalur menuju kesejahteraan atau penyakit. Kerangka tersebut menunjukkan proses jalur yang dimulai dari struktur sosial dan berakhir pada kesejahteraan, morbiditas, dan atau kematian. Kerangka tersebut menyebutkan bahwa struktur sosial mempengaruhi kehidupan dan kondisi kerja seseorang yang dapat membentuk kesehatan, kesejahteraan seseorang, beroperasi melalui lingkungan sosial, ekonomi, psikologis, material dan perilaku. Genetika, awal kehidupan, dan faktor budaya juga sangat mempengaruhi kesehatan di semua tahapan kehidupan. Berikut merupakan bagan tentang the model link social structure to health and disease.
8
Gambar: Bagan The Model Link Social Structure To Health And Disease Sumber: Social determinants of health and pathways to health and well-being adapted from Brunner and Marmot (2006) p.9 Dari gambar di atas, penentuan posisi sosial kesehatan dapat dipengaruhi beberapa faktor. Berdasarkan peneitian terdahulu status sosial ekonomi telah diukur sebelum masalah kesehatan muncul, dan timbulnya masalah kesehatan telah diukur selama masa pemantauan. Studi tersebut menunjukkan bahwa masalah kesehatan di Indonesia akan memiliki resiko tinggi pada kelompok sosial ekonomi rendah. Maka perspektif "Sebab-akibat sosial" initepa diutamakan sebagai penjelasan utama mengenai masalah ketidaksetaraan sosial- ekonomi dalam kesehatan. Efek kausal dari status sosial ekonomi pada kesehatan bersifat tidak langsung, melainkan melalui angka determinan kesehatan yang lebih spesifik yang berbeda didistribusikan di seluruh kelompok sosio ekonomi. Perbedaan kesehatan sosial ekonomi terjadi ketika kualitas faktor-faktor perantara tersebut tidak terdistribusi secara merata di antara kelas sosial ekonomi. Status sosial ekonomi menentukan perilaku seseorang, kondisi 9
kehidupan, dan faktor penentu ini menyebabkan tinggi rendahnya prevalensi masalah kesehatan. Faktor utama yang menjadi peranan penting dalam penjelasan ketidaksetaraan kesehatan adalah material, psikososial, faktor perilaku dan / atau biologis Faktor-faktor material yang terkait dengan kondisi kesulitan ekonomi yang dapat merusak kondisi kesehatan fisik lingkungan hidup, misalnya perumahan, sanitasi, kondisi tempat tinggal, infrastruktur, dan tranportasi. Aspek ketidaksetaraan kesehatan merupakan hasil dari akumulasi eksposur dan pengalaman yang bersumber dari faktor material. Sementara itu, faktor material dan sosial yang terjalin, seperti “Orang-orang yang memiliki lebih banyak sumber daya dalam hal pengetahuan, uang, kekuasaan, prestise, dan relasi akan lebih mudah untuk menghindari risiko penyakit. Kemudian, terdapat faktor psikososial yang berasal dari teori psikososial. Faktor psikososial tersebut termasuk pemicu stress, keadaan hidup yang penuh tekanan, kekurangan dukungan sosial dan lain-lain. Ketidaksetaraan sosio ekonomi dalam morbiditas dan mortalitas tidak bisa sepenuhnya dijelaskan oleh perilaku atau faktor risiko penyakit. Selanjutnya, faktor perilaku, seperti merokok, diet, konsumsi alkohol dan latihan fisik sebagai faktor penentu dari status kesehatan seseorang. Hal itu diperparah dengan ketidakmerataan status sosial ekonomi masyarakat. Namun, terdapat perbedaan dari pernyataan tersebut. Hal itu disebabkan oleh pola yang berbeda antar satu negara dengan negara lain. Sebagai contoh, perilaku merokok umumnya terjadi di kalangan kelompok sosioekonomi rendah. Namun, di Eropa Selatan tingkat perilaku merokok lebih tinggi terjadi diantara kelompok yang memiliki pendapatan tinggi, dan khususnya di kalangan wanita. Hal ini juga berlaku pada kasus yang lain, seperti prevalensi obesitas lebih tinggi dan konsumsi alkohol yang berlebihan dalam kelompok sosial ekonomi rendah, khususnya di negaranegara maju. Amartya Sen juga berpendapat bahwa kelaparan tidak terjadi di negara-negara dengan demokrasi yang berfungsi dengan baik. Maka, kesimpulan dari strategi pengobatan preventif adalah apabila penyebab utama sebuah penyakit adalah factor ekonomi dan sosial, maka pengobatannya juga harus dari segi ekonomi dan sosial.
10
2.6 Contoh Kasus Hubungan Struktur Sosial dengan Kesehatan Kondisi struktur sosial masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Kondisi tersebut juga dapat memengaruhi kondisi kesehatan seseorang. Berikut adalah contoh kasus hubungan struktur sosial dengan kesehatan. a.) Tingkat sosial ekonomi dari segi pendapatan Orang– orang dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi memiliki cukup uang untuk menjalani gaya hidup yang sehat dengan lingkungan yang mendukung serta pelayanan kesehatan yang baik. Kelompok orang kaya dan miskin memiliki kesempatan hidup dan memperoleh jaminan kesehatan yang berbeda. Orang kaya dengan harta yang melimpah bisa memenuhi kebutuhan hidup lebih layak, mengkonsumsi makanan bergizi, memperoleh pelayanan kesehatan yang lebih baik, harta yang relatif cukup digunakan untuk berobat di tempat yang memenuhi standar bagi keluarga yang sakit. Hal ini juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan di Kabupaten Boyolali sebagai daerah yang terdapat hubungan antara status sosial ekonomi dari faktor tingkat pendapatan dengan pemilihan pelayanan kesehatan di wilayah Desa Karanggeneng Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali Tahun 2016. Berdasarkan penelitian tersebut, semakin tinggi pendapatan seseorang, maka orang tersebut dapat bebas memilih pelayanan kesehatan sesuai dengan yang mereka suka. Tingginya angka kematian golongan masyarakat kelas bawah disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya karena sumber-sumber ekonomi yang dimiliki masyarakat kelas menengah ke atas lebih banyak, sehingga golongan masyarakat ini memiliki kondisi lingkungan dan perawatan kesehatan yang lebih baik. Sedangkan disisi lain, masyarakat kelas bawah hanya memiliki alokasi dana perawatan kesehatan yang sedikit, atau bahkan tidak ada sama sekali karena sebagian besar uang yang mereka miliki ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, seperti sandang, pangan dan papan.
11
b.) Tingkat sosial ekonomi dari segi pendidikan Menurut Almatsier (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi makanan dalam keluarga diantaranya jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam keluarga dan kebiasaan makan secara perorangan. Konsumsi juga tergantung pada pendapatan, agama, adat istiadat, dan pendidikan keluarga yang bersangkutan. Pendidikan yang rendah merupakan salah satu faktor rendahnya pengetahuan tentang pentingnya nutrisi bagi proses penyembuhan. Pendidikan yang rendah juga sering diikuti oleh rendahnya sosial ekonomi sehingga berdampak pada rendahnya daya beli masyarakat. Hal ini dapat menjadi faktor penyebab yang dapat menimbulkan rendahnya status nutrisi pasien secara tepat dihitung sesuai kebutuhannya. Kadar albumin yang menurun merupakan akibat dari makanan tinggi nutrisi yang sangat rendah. Beberapa hal tersebut merupakan rangkaian pada lamanya proses penyembuhan, sehingga 90% pasien mempunyai masa rawat lebih lama. Kerugian lain adalah terjadinya komplikasi penyakit, mortalitas lebih tinggi, utilisasi rumah sakit yang rendah dan kerugian non materiil lain (Soeyoga, 1998). Nutrisi juga berpengaruh pada penyakit infeksi pada bayi. Pada penelitian yang dilakukan di Puskesmas Glugur darat penyakit infeksi yang diderita oleh balita dipengaruhi oleh status gizi. Status gizi ini sangat erat kaitannya dengan pengetahuan gizi ibu. Pengetahuan gizi ibu yang tinggi (69,4%) memiliki status gizi yang baik sedangkan (30,6%) sisanya memiliki status gizi yang rendah karena pengetahuan ibu yang kurang.
12
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kesehatan selalu berkaitan erat dengan aspek sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Aspek sosial tersebut terdiri dari berbagai determinan yang mempengaruhinya, salah satunya yakni struktur sosial. Struktur sosial merujuk pada pola interaksi tertentu yang terdiri dari jaringan relasi-relasi sosial hierarki dan pembagian kerja, serta dilandasi oleh kaidah- kaidah, peraturan- peraturan, dan nilai- nilai sosial budaya. Pada struktur sosial terdapat beberapa elemen dasar seperti status sosial, peranan sosial, kelompok dan institusi. Hal itu dikarenakan adanya faktor penentu kelas sosial seperti kekayaan dan penghasilan, pekerjaan dan pendidikan. Sehingga dapat menyebabkan ketidaksamaan siosial di masyarakat.
13
DAFTAR PUSTAKA Ilhamdani, Anan Lamus. 2017. Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Dengan Pemilihan Pelayanan Kesehatan Di Desa Karanggeneng Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali. Surakarta. Jurnal UMS Kolip, Usman dan Elly M. Setiadi. 2010. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group Paul B. Horton , “Sosiologi” , (Jakarta : erlangga 2007), Jilid 2 h. 7-6 Subedi, Madhusudan. 2015. Social Determinants of Health in Nepal: A Neglected Paradigm. In Adhikari, A.P., and Dahal, G.P. (eds.) Sustainable Livelihood Systems in Nepal: Principles, Practices and Prospects: Nepal Turnip,S Olivia. 2014. Hubungan Pendapatan, Penyakit Infeksi Dan Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Di Wilayah Puskesmas Glugur Darat Tahun 2014. Medan. Jurnal USU World Health Organization. 2010. A Conceptual Framework for Action on The Social Determinants of Health: WHO
14