LATAR BELAKANG Dalam 15 tahun terakhir, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang kuat. Pencapaian ini telah mengurangi tingkat kemiskinan dan memperbesar jumlah kelas menengah. Namun pada kenyataannya manfaat dari pertumbuhan ini lebih dinikmati oleh 20% masyarakat terkaya. Sekitart 80 persen penduduk – atau lebih dari 205 juta orang – rawan merasa tertinggal. Tingkat ketimpangan di Indonesia relatif tinggi dan naik lebih pesat dibanding banyak negara Asia Timur lain. Antara tahun 2003 hingga 2010, bagian 10 persen terkaya di Indonesia mempertambah konsumsi mereka sebesar 6% per tahun, setelah disesuaikan dengan inflasi. Bagi 40% masyarakat termiskin, tingkat konsumsi mereka tumbuh kurang dari 2% per tahun. Hal ini mengakibatkan koefisien Gini (koefisien yang digunakan untuk mengukur kesenjangan pendapatan dan kekayaan) naik pesat dalam 15 tahun – naik dari 30 pada tahun 2000 menjadi 41 pada tahun 2013. Dalam rencana pembangunan jangka menengah, pemerintah telah menetapkan sasaran untuk menurunkan tingkat koefisien Gini, dari 41 menjadi 36 pada tahun 2019. Agar berhasil mencapai sasaran tersebut, Indonesia perlu mengatasi empat penyebab ketimpangan, yaitu:
Ketimpangan peluang. Nasib anak dari keluarga miskin terpengaruh oleh beberapa hal utama, yaitu tempat mereka lahir atau pendidikan orangtua mereka. Awal yang tidak adil dapat menentukan kurangnya peluang bagi mereka selanjutnya. Setidaknya sepertiga ketimpangan diakibatkan faktor-faktor di luar kendali eseorang individu. Ketimpangan pasar kerja. Pekerja dengan keterampilan tinggi menerima gaji yang lebih besar, dan tenaga kerja lainnya hampir tidak memiliki peluang untuk mengembangkan keterampilan mereka. Mereka terperangkap dalam pekerjaan informal dengan produktivitas rendah dan pemasukan yang kecil. Konsentrasi kekayaan. Kaum elit memiliki aset keuangan, seperti properti atau saham, yang ikut mendorong ketimpangan saat ini dan di masa depan. Ketimpangan dalam menghadapi goncangan. Saat terjadi goncangan, masyarakat miskin dan rentan akan lebih terkena dampak, menurunkan kemampuan mereka untuk memperoleh pemasukan dan melakukan investasi kesehatan dan pendidikan.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) per September 2017, jumlah masyarakat miskin Indonesia adalah sekitar 26,6 juta jiwaatau sekitar 10,12% dari total jumlah penduduk. Persoalannya adalah parameter penduduk miskin ini menggunakan batas garis kemiskinan yang sangat kecil. Tetapi jika menggunakan indikator Bank Dunia dalam menentukan batas kemiskinan, maka penduduk miskin Indonesia masih sangat tinggi, yakni diperkirakan mencapai 47% atau 120 juta jiwa dari total populasi. Tingkat kesenjangan sosial ini berpotensi semakin dalam ketika sekelompok kecil elite semakin kaya, sedangkan kebanyakan rakyat banyak menanggung beban ekonomi. Sikap pemerintah menganakemaskan birokrat dengan kenaikan gaji, tunjangan, dan bonus bisa jadi berimbas pada semakin parahnya kesenjangan sosial. Sebab rakyat biasa pada umumnya tidak mengalami peningkatan pendapatan yang memadai setiap tahun.
RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang tersebut terdapat beberapa permasalahan yang akan dikaji dalam pembahasan makalah ini, yaitu: 1. Apa faktor-faktor yang bisa menyebabkan ketimpangan ekonomi dan sosial di Indonesia? 2. Apa dampak yang ditimbulkan dari kesenjangan sosial dan ekonomi? 3. Bagaimana peran pemerintah dalam mengatasi ketimpangan ekonomi dan sosial? TUJUAN PENULISAN Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain, 1. Diharapkan pembaca dapat memahami mengenai ketimpangan dan kesenjangan sosial ekonomi di Indonesia secara garis besarnya. 2. Untuk memberikan informasi mengenai keadaan sosial dan ekonomi di Indonesia. 3. Untuk bisa membantu lebih peduli terhadap lingkungan sekitar. MANFAAT PENULISAN Manfaat dari penulisan ini, untuk dapat mengerti mengenai ketimpangan dan kesenjangan sosial ekonomi yang terjadi di Indonesia dan bisa turut berperan dalam membantu mendukung usaha pemerintah untuk dapat mengurangi gap yang terjadi akibat ketimpangan dan kesenjangan sosial ekonomi yang terjadi.
PEMBAHASAN Pengertian Ketimpangan Sosial Ketimpangan sosial merupakan kondisi dimana terdapat ketidakseimbangan antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya yang memiliki status yang sama. Ketidakseimbangan ini bisa dilihat dari peluang, pendapatan, dan penghargaan yang berbeda antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Perbedaan sangat mencolok antara satu dan lainnya. Menurut Andrianof Chaniago, ketimpangan sosial adalah buah dari pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah, dimana pemerintah cenderung mementingkan aspek ekonomi dalam pembangunan dibanding dengan aspek sosial. Ketimpangan sosial dianggap sebagai masalah sosial masalah ini dialami dan dirasakan seluruh aspek masyarakat, dimana ketimpangan sosial ini terbentuk oleh ketidakadilan. Bentuk-Bentuk dari ketidakadlian yang menyebabkan ketimpangan sosial adalah: 1. Marginalisasi: merupakan proses pemusatan hubungan kelompok tertentu dengan suatu lembaga sosial utama. 2. Pelabelan: penjulukan terhadap golongan tertentu secara subjektif. 3. Subordinasi: perlakuan berbeda terhadap sebuah kelompok tertentu, 4. Dominasi: sebuah kelompok yang memegang kekuasaan secara mutlak dan dijalankan dengan cara sewenang-wenang. Pengertian Ketimpangan Sosial Ekonomi Ketimpangan sosial ekonomi adalah ketidakseimbangan diantara masyarakat dalam sektor ekonomi. Ketimpangan atau kesenjangan mengacu pada persebaran ukuran ekonomi antar individu masyarakat, antar kelompok masyarakat, dan bisa juga antarnegara. Kekayaan, pendapatan, dan konsumsi adalah indikator untuk mengukur ketimpangan sosial ekonomi. Sementara itu, masalah ketimpangan sosial ekonomi biasanya berkutat pada masalah kesetaraan ekonomi, kesetaraan pengeluaran, dan kesetaraan kesempatan. Seperti ketimpangan sosial lainnya, ketimpangan sosial ekonomi juga termasuk ke dalam masalah sosial. Sebab, ketimpangan ini mengakibatkan kerugian kepada setiap lapisan masyarakat yang ada di suatu negara, termasuk Indonesia. Ketimpangan sosial ekonomi Indonesia terbilang parah. Hal ini dibuktikan oleh sejumlah statistik penelitian, dan laporan yang mengungkapkan hal tersebut. Salah satunya adalah laporan dari Bank Dunia pada tahun 2015 lalu. Menurut laporan tersebut, 74% tanah di Indonesia hanya dimiliki oleh 0,2% persen masyarakat saja. Ini menunjukkan bahwa ketimpangan sosial ekonomi di Indonesia sudah menimbulkan dampak yang negatif. Faktor Terjadinya Ketimpangan Sosial Secara umum, ketimpangan sosial, khususnya ekonomi dipengarhi oleh dua faktor, yaitu:
Faktor Internal: faktor ketimpangan sosial ini ada di dalam diri masyarakat, tertama menyangkut kualitas yang ada di dalam diri, seperti tingkat pendidikan, kecerdasan, kesehatan, dan lain sebagainya.
Faktor Eksternal: faktor ketimpangan sosial ini berada di luar diri seseorang. Faktor ini muncul dari kebijakan atau birokrasi pemerintah yang mengekang atau mengucilkan satu pihak tertentu. Faktor eksternal bisa menimbulkan kemiskinan struktural.
Faktor Penyebab Terjadinya Ketimpangan Sosial Ekonomi Ketimpangan sosial ekonomi dapat terjadi karena beberapa faktor. Berikut ini beberapa faktor penyebab terjadinya ketimpangan sosial ekonomi yang ada di Indonesia: 1. Kebijakan Pemerintah yang Tidak Adil Kebijakan pemerintah yang tidak adil menyebabkan sejumlah ketimpangan sosial ekonomi. Salah satu bentuk kebijakan pemerintah yang menyebabkan ketimpangan sosial ekonomi adalah kebijakan pembangunan negara. Dalam masalah pembangunan, pemerintah seringkali terlalu fokus membangun daerah perkotaan atau beberapa pulau besar seperti Jawa dan Sumatera. Hal ini dikarenakan pemerintah masih menganggap daerah-daerah tersebut berpotensi sangat tinggi dan dapat menghasilkan pemasukan yang tinggi bagi negara. Selain itu, ketidakmampuan pemerintah dalam mengelola pulau-pulau Indonesia yang banyak membuat mereka lebih fokus mengurus perkotaan atau pulau-pulau besar di Indonesia. Ini mengakibatkan ketimpangan sosial ekonomi antara daerah perkotaan dengan daerah terpencil. Daerah perkotaan atau pulau besar yang mengalami pembangunan pesat akan memperoleh fasilitas memadai, pendapatan yang tinggi, serta kesejahteraan penduduk yang lebih baik. Ini berbeda dengan daerah terpencil yang kondisinya tertinggal dan membuat fasilitas yang didapat tidak memadai, pendapatan daerah yang rendah, serta kesejahteraan penduduk yang memprihatinkan. Kemiskinan akan dapat dijumpai di daerah terpencil. Bila dibiarkan, maka akan terjadi kecemburuan sosial antara daerah terpencil dengan daerah yang lebih maju. 2. Persebaran Penduduk Faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran penduduk juga mempengaruhi ketimpangan sosial ekonomi. Di Indonesia, persebaran penduduk masih tidak begitu merata. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya penduduk yang menghuni Pulau Jawa dibanding pulau-pulau lainnya. Anggapan bahwa Pulau Jawa sebagai pusat pemerintahan berpotensi tinggi membuat sejumlah penduduk bermigrasi ke pulau ini. Selain itu, faktor pembangunan yang tidak merata juga mengakibatkan penduduk daerah terpencil pindah ke Pulau Jawa karena pulau tersebut dianggap lebih maju dibanding daerah asal mereka.. Akibatnya, terjadi ketimpangan pertumbuhan ekonomi antara Pulau Jawa dengan pulau-pulau terpencil. Pulau Jawa akan mengalami pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dibanding pulau lainnya. 3. Kualitas Diri Masyarakat Pembangunan yang tidak merata membuat fasilitas pendidikan dan kesehatan yang memadai tidak dapat dinikmati sejumlah daerah. Akibatnya, tidak semua masyarakat mempunyai kualitas diri yang baik. Kualitas diri ini berpengaruh terhadap kualitas kerja mereka. Semakin tinggi kualitas diri mereka, maka semakin tinggi pula peluang kerja dan kesejahteraan hidup yang didapat. Selain itu, sifat malas penduduk tertentu juga berpengaruh terhadap kualitas
diri masyarakat. Sifat malas akan mengakibatkan masyarakat enggan menerima perubahan dan enggan untuk belajar meningkatkan kualitas dirinya. Bila dibiarkan, maka masyarakat akan semakin tertinggal kualitas dirinya. Masalah kualitas diri ini juga menjadi salah satu masalah negara berkembang, termasuk Indonesia. 4. Lapangan Pekerjaan Lapangan pekerjaan yang sedikit hanya mampu menampung angkatan kerja dengan jumlah yang sedikit. Hal ini akan mengakibatkan ketimpangan sosial ekonomi antara angkatan kerja yang telah bekerja dengan angkatan kerja yang belum bekerja. Secara ekonomi, angkatan kerja akan berpotensi meraih pendapatan dan kesejahteraan hidup yang lebih baik dibanding angkatan kerja yang masih menganggur. Jika tidak diatasi, angkatan kerja yang menganggur akan semakin sedikit dan membuat perekonomian negara semakin rapuh. Meningkatkan lapangan pekerjaan bisa menjadi solusi untuk mengatasi ketimpangan ini. Selain itu, cara mengatasi masalah pengangguran juga harus dilakukan dalammenangani ketimpangan sosial ekonomi ini. 5. Kemiskinan Kemiskinan membuat masyarakat sulit mendapatkan kesejahteraan hidup yang layak, sehingga masyarakat yang mengalami kemiskinan akan mengalami ketimpangan sosial ekonomi dengan masyarakat yang lebih kaya. Kemiskinan bisa disebabkan oleh kualitas pribadi yang rendah serta sikap malas yang diidap masyarakat. Kemiskinan juga dapat terjadi karena pengaruh struktur sosial yang juga disebut sebagai kemiskinan struktural. Secara umum, kemiskinan mempunyai bermacam-macam ciri, yaitu:
Angka kematian yang diri. Tingkat kesehatan yang rendah. Tingkat pendidikan yang rendah. Memiliki mata pencaharian yang berpenghasilan rendah. Mempunyai sikap tidak menerima perubahan.
Kemiskinan struktural mempunyai macam-macam golongan, yaitu:
Kaum petani yang tidak mempunyai lahan sendiri. Petani yang mempunyai lahan sendiri namun lahannya begitu kecil. Para buruh yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan yang baik serta tidak terlatih. Pengusaha yang tidak mempunyai modal dan fasilitas dari pemerintah.
6. Globalisasi Ketimpangan sosial ekonomi akibat globalisasi bisa disebabkan oleh sikap masyarakat terhadap globalisasi. Jika masyarakat mampu beradaptasi terhadap globlisasi, maka mereka mampu bertahan hidup lebih lama serta kesejahteraan ekonomi mereka relatif lebih tinggi. Sebaliknya, jika tidak mampu beradaptasi terhadap globalisasi, masyarakat akan makin tertinggal dan kesejahteraan eknominya akan jauh lebih rendah. 7. Teknologi
Sama seperti globalisasi, pemanfaatan teknologi juga berpengaruh terhadap ketimpangan sosial ekonomi. Jika mampu memanfaatkan teknologi secara optimal, maka masyarakat akan mampu bertahan hidup dan kesejahteraan ekonominya pun akan membaik. Sebaliknya, kegagalan memanfaatkan teknologi akan merugikan masyarakat dan kesejahteraan ekonominya pun akan menurun. 8. Letak Geografis Sponsors Link
Pengaruh letak geografis juga dapat mempengaruhi ketimpangan sosial ekonomi. Hal ini bisa dilihat dari kemajuan ekonomis masyarakat di daerah dataran tinggi dengan dataran rendah. Secara ekonomi, daerah dataran tinggi akan meraih pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena pembangunan di daerah tersebut cukup pesat dan fasilitas pendidikan dan kesehatannya pun terbilang memadai. 9. Pendapatan sebetulnya, pendapatan bukanlah suatu hal yang dapat menimbulkan ketimpangan sosial ekonomi. Itu pun dengan catatan bahwa pendapatan yang diterima harus sesuai dengan bidang pekerjaan, tingkat kesulitan, kualitas, serta kinerja dari tenaga kerja. Jika tidak sesuai dengan hal tersebut, maka ketimpangan sosial ekonomi pasti akan terjadi. Gaji buruh dan guru yang kecil adalah contoh ketimpangan yang disebabkan oleh faktor ini. Bila dilihat dari tingkat kesulitan dan kualitas dari tenaga kerja, gaji yang diterima dari dua profesi itu bisa lebih layak lagi. 10. Tingkat Kekayaan Faktor ini merupakan akumulasi dari faktor-faktor sebelumnya, seperti lapangan kerja, kemiskinan, kualitas diri, dan pendapatan. Tingkat kekayaan di Indonesia begitu timpang antara orang kaya dan orang miskin, baik dari segi pendapatan maupun perlakuan dari masyarakat. Khusus segi pengakuan, orang yang meraup pendapatan tinggi akan diperlakukan lebih layak ketimbang orang berpendapatan rendah. Hal tersebut tentu merupakan suatu tindakan diskriminasi terhadap orang berpendapatan rendah. Kecemburuan sosial juga akan timbul di dalam diri orang yang berpendapatan rendah. Lebih parahnya, kecemburuan tersebut bisa memicu tindak kejahatan yang merugikan orang berpendapatan tinggi dan tidak jarang juga merugikan negara. Selain 10 faktor di atas, masih ada beberapa faktor ketimpangan sosial di Indonesia yang dilansir dari laman Oxam, yaitu:
Fundamentalisme pasar yang mendorong orang kaya untuk mendapatkan kekayaan atau keuntungan besar dari pertumbuhan ekonomi negara. Tingginya political capture. Istilah political capture ini merupakan istilah yang merujuk pada kemampuan orang kaya yang dapat merubah aturan hukum, sehingga aturan tersebut dapat menguntungkan mereka. Adanya ketidaksetaraan gender.
Upah murah yang diterima tenaga kerja yang membuat mereka sulit terlepas dari jerat kemiskinan. Sistem perpajakan yang gagal dalam memainkan peran pentingnya sebagai pendistribusi kekayaan bagi masyarakat.
Dampak Kesenjangan Sosial Berikut adalah penjelasan dari dampak-dampak kesenjangan sosial dalam lingkungan masyarakat yang dapat terjadi. 1. Terjadinya Kemiskinan Kemiskinan di lingkungan masyarakat dapat terjadi akibat adanya kesenjangan di bidang ekonomi. Dengan adanya kemiskinan, akan sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari serta akan mendapat perlakuan yang berbeda dengan orang kaya di lingkungan sosial, karena banyak pihak yang menilai seseorang dari segi material yang dimiliki. Tekanan akibat kebutuhan sehari-hari yang tinggi dapat menyebabkan munculnya keinginan untuk memenuhi kebutuhan dengan menggunakan segala cara. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya berbagai masalah lainnya di masyarakat. 2. Tingginya Angka Pengangguran Tingginya angka pengangguran dapat disebabkan oleh berbagai hal, misalnya tidak meratanya pembangunan di satu daerah dengan di daerah lainnya. Hal ini dapat menyebabkan di suatu daerah terjadi kekurangan lapangan pekerjaan. Selain itu, pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya tidak diiringi dengan pertumbuhan jumlah lapangan pekerjaan. Ditambah lagi kurangnya keahlian akibat tidak meratanya pemberian pendidikan membuat jumlah pengangguran semakin meningkat. Orang yang memiliki pendidikan tinggi dan keterampilan yang baik dianggap lebih mampu untuk mengerjakan suatu tugas sehingga kesenjangan kembali terjadi. 3. Meningkatnya Kriminalitas Kesenjangan sosial, terutama di bidang ekonomi dapat menyebabkan tingginya tuntutan kebutuhan dan gaya hidup. Selain itu, keinginan natural manusia adalah ingin untuk terus memenuhi keinginannya yang tidak pernah habis. Apabila melihat gaya hidup orang lain yang di atasnya, dapat membuat manusia ingin memenuhinya dan melakukan apa saja supaya tujuan tersebut tercapai. Hal ini yang membuat tingginya meningkatnya kriminalitas.
Manusia bisa melakukan apa saja demi mendapatkan apa yang diinginkannya seperti dengan mencuri, merampok, menipu, dan lain sebagainya. 4. Terjadinya Bentuk-Bentuk Konflik Sosial Adanya kesenjangan dalam bidang pembangunan, misalnya, dapat menyebabkan terjadinya konflik antara masyarakat di satu tempat dengan masyarakat di daerah lain. Hal ini terjadi karena adanya kecemburuan sosial, dimana semua masyarakat berhak dan membutuhkan fasilitas yang didapat dari adanya pembangunan, namun saat satu pihak tidak terpenuhi kebutuhannya maka dapat terjadi konflik. Penyebab terjadinya konflik karena adanya perbedaan status sosial dan juga perbedaan perlakuan yang didapatkan. 5. Adanya Monopoli Kesenjangan yang makin parah dapat membuat masyarakat yang sudah kaya menjadi semakin kaya, dan sebaliknya masyarakat miskin bisa jadi semakin miskin. Selain kesenjangan ekonomi, kesenjangan di bidang lain juga dapat timbul akibat adanya kesenjangan ekonomi. Misalnya kekuasaan terhadap bidang hukum, politik, dan sektor-sektor lainnya. Hal ini dapat menjadikan adanya monopoli terhadap suatu bidang tertentu oleh salah satu pihak. Masalah Kesenjangan sosial mesti diatasi dengan sejumlah cara, diantaranya: o
Mengembangkan industri kecil di pedesaan
o
Meningkatkan Mobilitas Tenaga Kerja Serta Mobilitas Modal
o
Menanamkan Nilai Moralitas
Dampak Kesenjangan Sosial ekonomi Kesenjangan sosial ekonomi menimbulkan sejumlah dampak, yaitu: 1. Dampak Positif:
Mendorong wilayah yang tertinggal untuk meningkatkan kualitas diri dan mampu bersaing dengan daerah yang lebih maju. Meningkatkan upaya untuk mendapat kesejahteraan ekonomi yang tinggi.
2. Dampak Negatif:
Adanya kecemburuan sosial. Adanya diskriminasi terhadap pihak yang tersisihkan. Melemahkan stabilitas dan solidaritas masyarakat.
Masalah sosial ekonomi mesti diatasi dengan sejumlah cara, diantaranya:
Memperbaiki kualitas penduduk. Meningkatkan kualitas kesehatan, baik dari segi fasilitas maupun pelayanan. Melakukan pemberdayan masyarakat yang berbasis ekonomi. Mengadakan transmigrasi. Melakukan pemerataan pembangunan. Mengadakan pelatihan manajerial di daerah terpencil. Menciptakan peluang kerja yang luas. Melatih kewirausahaan serta memberikan modal.
Pilihan untuk mengatasi ketimpangan di Indonesia Ketimpangan yang semakin tinggi dapat dihindari. Kebijakan pemerintah dapat membantu Indonesia memutus rantai ketimpangan antar generasi, dengan mengatasi penyebab ketimpangan. Contohnya, koefisien Gini di Brazil turun 14 poin setelah upaya bersama untuk menurunkan ketimpangan melalui kebijakan fiskal. Sebaliknya, menurut data tahun 2012, kebijakan fiskal Indonesia hanya menurunkan koefisien Gini sebesar 3 angka. Pilihan bagi pemerintah Indonesia termasuk:
Memperbaiki layanan umum. Kunci bagi generasi berikut terletak pada peningkatan pelayanan umum di tingkat desa, camat, dan kabupaten, karena hal ini dapat memperbaiki kesehatan, pendidikan dan peluang keluarga berencana bagi semua masyarakat. Memperkuat program perlindungan sosial seperti bantuan tunai bersyarat dan beasiswa pendidikan. Menambah peluang pelatihan keterampilan bagi tenaga kerja. Menyediakan lapangan kerja yang lebih baik. Menggunakan pajak dan belanja pemerintah untuk mengurangi ketimpangan. Meningkatkan ketaatan dalam pengumpulan pajak perorangan.
Dukungan masyarakat cukup kuat untuk adanya kebijakan perlindungan sosial yang memberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin dan rentan. Lebih dari setengah responden survei berpendapat kemiskinan bisa disebabkan oleh faktor-faktor di luar kendali seseorang, misalnya latar belakang mereka atau pengalaman buruk. Hampir setengah dari seluruh responden mendukung program perlindungan sosial sebagai tindakan kebijakan yang penting.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil uraian diatas dapat disimpulkan bahwa permasalahan ketimpangan dan kesenjangan sosial ekonomi merupakan masalah besar yang belum terselesaikan dari pemerintahan periode sebelumnya hingga periode saat ini. Dalam hal ini berarti perlu peningkatan kinerja yang extra dan benar-benar diperhatikan kondisi kesenjangan di lingkungan kehidupan bermasyarakat. Hal ini bertujuan agar setiap warga negara Indonesia dapat memiliki kehidupan yang lebih layak dan adil merata setiap warganya. Kesenjangan dapat diatasi dengan pilihan yang telah disebutkan diatas serta meningkatkan sistem keadilan di Indonesia.