Irfan Jaen Fathani.docx

  • Uploaded by: Dhakves Justika
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Irfan Jaen Fathani.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,465
  • Pages: 10
BAB I PENDAHULUAN

Islam merupakan salah satu agama yang paling banyak dianut oleh manusia pada jaman sekarang. Terdapat bulan yang sangat suci bagi umat islam, yaitu bulan Ramadhan, bulan kesembilan pada kalender islam.Umat Islamwajib melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan. Puasa di bulan Ramadan inidilaksanakan satu bulan penuh dan diakhiri dengan hari raya Idul Fitri pada tanggal 1 Syawal,sehingga bagi kebanyakan umat muslim, puasa ramadhan

merupakan

momen

yang istimewa. Setiap

orang

yang melaksanakan

puasadiperintahkan untuk menahan diri dari makan,minum, berhubungan seksual, dan merokoksejak terbitnya mataharihingga tenggelamnya matahari.Dimulainya waktu puasa ditandai dengan adzan subuh, sedangkan waktu berbuka puasa ditandai dengan adzan maghrib.Lama berpuasa ini bergantung pada letak geografis suatu negara.Selama Ramadhan, terdapat shalat tarawih pada malam hari. Kata taraweeh berasal dari bahasa Arab, yang artinya 'toIstirahat ’atau‘ bersantai ’. Shalat tarawih dapat digunakan sebagai latihan untuk membantu tubuh rileks setelah kenyang setelah buka puasa. Nabi Muhammad (SAW) sangat menganjurkan umat Islam untuk menghadiri taraweehdi masjid. Terjadi perubahan asupan nutrisidan kualitasnutrisi yang dicerna selama puasa Ramadhan. Selain itu juga terdapat perubahan frekuensi makan,komposisi makanan, asupan energi dan durasi tidur. Karena itu, puasa Ramadhan dapat mempengaruhi gaya hidup dan indeks metabolik.Salah satu asupan yang berpengaruh yaitu kadar lemak dalam tubuh(Yucel et al., 2004; Mohktar and Ibrahim, 2008; Sadeghirad et al., 2014; Idul et al., 2017). 18 – 25 % dari massa tubuh orang dewasa adalah berupa lemak. Seperti karbohidrat,lemak mengandung gugus karbon, hidrogen, dan oksigen. Tidak seperti karbohidrat, lemak tidak memiliki rasio 2:1 untuk hidrogen dan oksigen. Kadar atom elektronegatif oksigen pada lemak cenderung lebih sedikit dibanding dengan karbohidrat, jadi lemak memiliki lebih sedikit ikatan kovalen polar. Akibatnya, kebanyakan lemak tidak akan larutdalam pelarut polar seperti air. Sifat ini biasa disebut hidrofobik atau lipofilik.Karena hidrofobik, maka hanya lemak terkecil (beberapaasam lemak) yang dapat larut dalam plasma darah. Untuk dapat larut dalam plasma darah, molekul lemak lainnya harus bergabung denganmolekul protein hidrofilik atau lipofobik. Kompleks lipid-protein yang dibentuk disebut lipoprotein. Lipoprotein larut dalam plasma karenaprotein berada di luar ikatan dan

lipid berada di bagian dalam ikatan. Ada beberapa jenis lipid yaitu asam lemak, trigliserida, fosfolipid,steroid, eicosanoids, vitamin larut lemak (vitamin A, D, E, dan K) dan lipoprotein(Tortora and Derrickson, 2013). Lemak digunakan dalam tubuh sebagai penghasil energi (ATP). Oksidasi lemakmenghasilkan 9,3 kkal/gram, jumlah ini merupakan terbesar dari sumber penghasil ATP lainnya. Energi yang dihasilkan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan padakondisi basal (basal metabolic rate) dan pada saat beraktivitas. Apabila asupanmakanan sumber energi seimbang dengan kebutuhan, maka berat badan tubuhakan relatif tetap. Namun apabila terjadi kelebihan asupan sumber energi, makaberat badan tubuh akan naik karena kelebihan energi yang akan disimpan dalam bentuk triasilgliserol di jaringan adiposa. Selain dari asupan makanan, lemak juga dapat disintesis di hati. Pada saat terjadikekurangan sumber energi dalam waktu yang cukup lama, maka cadanganlemak akan dibongkar dan diubah menjadi energi, sehingga dapat terjadipenurunan berat badan.Jumlah lipid dalam tubuh juga dapat menjadi salah satu parameter metabolik yang baik untuk mengetahui keadaan kesehatan dan penyakit. Jumlah lipid dapat digunakan sebagai penanda diagnostik dalam memprediksi penyakit kardiovaskular dan penyakit lainnya seperti aterosklerosis(Murray et al., 2003; R et al., 2013; Hall and Guyton, 2014).

BAB II PEMBAHASAN

II. 1. METABOLISME LEMAK Trigliserida merupakan lemak utama dalam makanan yang fungsi utamanya yaitu sebagai penghasil ATP. Simpanan lemak dalam tubuh terutama terkumpul dalam jaringan adiposa. Pada permukaan sel-sel adiposa terdapat enzim lipoprotein lipase (LPL) yang dapat melepas triasilgliserol dan lipoprotein, menghidrolisisnya, dan meneruskan hasil hidrolisisnya ke dalam sel. Sel adiposa menyimpan lemak bila ada kilomikron dan VLDL yang mengandung lemak melewati sel tersebut. Di dalam sel terjadi proses esterifikasi yang membentuk triasilgliserol kembali untuk disimpan sebagai cadangan energi(Sunita Almatsier, 2003) Bila sedang membutuhkan energi dari lemak, enzim lipase dalam sel adiposa akan melakukan lipolysis membentuk asam lemak. Setelah itu akan terjadi β-oksidasi yang akan membentuk asetil-KoA yang selanjutnya akan masuk ke siklus krebs untuk menghasilkan energi, CO2 dan H2O. Lemak dalam tubuh tidak dapat dihidrolisis secara sempurna tanpa kehadiran karbohidrat. Tanpa karbohidrat akan didapatkan hasil pembakaran lemak berupa bahan-bahan keton yang dapat menimbulkan ketosis(Sunita Almatsier, 2003) Meskipun lemak merupakan sumber penghasil ATP terbesar, namun tetap membutuhkan karbohidrat sebagai sumber energi. Eritrosit, otak, dan sel saraf membutuhkan glukosa sebagai sumber energi(Sunita Almatsier, 2003).

II. 2. METABOLISME LIPOPROTEIN Metabolisme Lipoproteindibagi menjadi 3 jalur, yaitu jalur eksogen, endogen dan reverse cholesterol transport. Jalur eksogen dan endogen berhubungan dengan metabolisme kolesterol dan trigliserida, sedangkan jalur reverse cholesterol transport berhubungan dengan metabolisme HDL(Mughni, 2007). Dalam jalur metabolisme eksogen, makanan berlemak yang dimakanterdiri dari Triasilgliserol dan kolesterol. Selain kolesterol yang berasal dari makanan,didalam usus juga terdapat kolesterol yang berasal dari hepar yang diekskresikan bersama empedu ke usus halus. Triasilgliserol dan kolesterol dalam usus halus akan diserapke dalam enterosit usus halus. Triasilgliserol akan dihidrolisis menjadi asam lemak bebas (free fatty acid / FFA) dan

monogliserida oleh enzim lipase pankreas untuk dapat memasuki enterosit mukosa usus halus. Setelah memasuki enterosit, monogliserida dan FFA akan disintesis menjadi triasilglireasol kembali.Kolesterol masuk ke enterosit tetap sebagai kolesterol. Dalam enterosit mukosausushalus, kolesterol mengalami esterifikasimenjadi kolesterol-ester. Triasilgliserol, kolesterol, apolipoprotein dan fosfolipid membentuk kompleks lipoprotein yang disebut kilomikron.Kilomikron akan diabsorpsi melalui dinding usus halus ke dalam sistem limfatik untuk kemudian melalui ductus thoracicus masuk ke muara ductus thoracicus di sudut vena kiri yang selanjutnya akan beredar ke pembuluh darah. Dalam aliran darah, triasilgliserol yang ada pada kilomikron diubah menjadi FFA dan gliserol oleh enzim lipoprotein lipase (LPL) yang berada pada sel-sel endotel kapiler. Asam lemak dapat langsung digunakan sebagai penghasil energi atau dapat diubah kembali menjadi triasilgliserol. Miosit cenderung menggunakan sebagai penghasil energi, sedangkan sel adiposa menyimpannya sebagai triasilgliserol. Bila sebagian besar triasilgliserol telah dilepaskan dari kilomikron, sisanya yang berisi kolesterol danprotein akan dibawa ke hepar untuk dimetabolisme. Kilomikron yang sebagian besar triasilgliserolnya telah dilepaskan disebut kilomikron remnant. Hati dapat mensintesis triasilgliserol dan kolesterol dari kelebihan protein dan karbohidrat(Murray et al., 2003; Sunita Almatsier, 2003; Mughni, 2007). Dalam jalur metabolisme endogen, triasilgliserol dan kolesterol yang disintesis dihepar akan disekresikan ke dalam sirkulasi sebagai VLDL (Very Low Density Lipoprotein). Apolipoprotein yangterkandung dalam VLDL adalah Apo B-100. Dalam sirkulasi, Triasilgliseroldalam VLDL akan mengalami hidrolisis oleh enzim LPL dan diubah menjadi IDL yang juga setelah itu dapat mengalami hidrolisis lanjut oleh enzim LPL menjadi LDL akibat semakin berkurangnya triasilgliserol. LDL akan dibawa kehepar dan jaringan steroidogenik lain seperti testis, ovarium dan kelenjar adrenalyang memiliki reseptor untukLDL. LDL dapat mengalami oksidasi dan ditangkap scavenger receptor-A (SR-A) dimakrofag dan akan menjadi sel busa yang ini merupakan sumber dariatherosclerosis (Mughni, 2007). Dalam jalur Reverse Cholesterol Transport, kolesterol HDL dilepaskansebagai partikel kecil miskin kolesterol yang mengandung Apo A, C, dan E dandisebut HDL nascent. HDL nascent berasal dari usus halus dan hepar, berbentukgepeng dan mengandung Apo A-1. HDL nascent akan mendekati makrofag untukmengambil kolesterol dari makrofag, HDL nascent berubah menjadi HDL dewasayang berbentuk bulat. Agar dapat diambil oleh HDL nascent, kolesterol bebas dibagian dalam dari makrofag harus dibawa ke permukaaan

membran makrofagoleh suatu transporter yang disebut adenosine triphosphate-binding cassettetransporter-1

(

ABC-1).

Kolesterol

dari

makrofag,

akan

diesterifikasi

menjadikolesterol -ester oleh enzim lecithin cholesterol acyltransferase (LCAT).Selanjutnya sebagian kolesterol -ester yang dibawa HDL akan mengalami 2 jalur.Jalur pertama adalah ke hepar dan ditangkap oleh scavenger receptor class B type1 (SR-B1). Jalur kedua adalah kolesterol-ester dalam HDL akan dipertukarkandengan Triasilgliserol dari VLDL dan IDL dengan bantuan kolesterol ester transfer protein(CETP)(Mughni, 2007).

II. 3. METABOLISME TUBUH SAAT PUASA Metabolisme tubuh pada keadaan puasa berbeda dengan keadaan tidak puasa. Pada orang yang berpuasa, masukan energi dari makanan berlangsung dengan interval yang berbeda beda. Apabila seseorang berpuasa atau tidak ada makanan yang masuk ke tubuh makan peran glukagon makin besar dalam usaha memperoleh glukosa. Pada keadaan ini glukosa diperoleh dari pemecahan glikogen hati (glikogenolisis), disamping melalui proses glukoneogenesis. Proses glukoneogenesis berlangsung dengan menggunakan gliserol, laktat, dan asam amino tertentu (glikogenik) sebagai substrat (Ardi Pramono, 2003). Glikogen dapat menyediakanenergi yang dibutuhkan untuk fungsi tubuh hanya untuk setengah hari. Apabila glikogenolisis belum memenuhi kebutuhan energi, maka akan terjadi proses lipolysis yang menghasilkan gliserol dan asam lemak.Gliserol yang berasal dari proses lipolisis triasilgliserol di jaringan adiposa selanjutnya akan diubah menjadi glukosa di hati, sedangkan asam lemak akan diubah menjadi ATP dan asetil-KoA.Akibatnyakadar asam lemak bebas dalam plasma meningkat selama puasa dan latihan beratyang menunjukkan kebutuhan asam lemak yang sangat besar sebagai sumberenergi.Apabila puasa berlangsung kurang dari 12 jam, maka asetil-KoA yang terbentuk akan diubah menjadi badan keton di hati dan selanjutnya dibawa ke otot untuk diubah kembali menjadi asetil-KoA.Asetil-KoA di otot selanjutnya akan masuk ke siklus krebs menghasilkan ATP dan CO2. Apabila puasa menjadi 4-5 hari, maka penggunaan badan keton oleh otak akan meningkat. Badan keton ini digunakan otak sebagai sumber ATP(Ardi Pramono, 2003; Mughni, 2007). Proses glukoneogenesis juga menggunakan laktat yang diperoleh dari proses glikolisis anaerob. Penggunaan bahan-bahan tersebut diikuti oleh beberapa perubahan dalam tubuh seperti pembentukan urea, perubahan massa otot dan cadangan lemak di jaringan adiposa(Ardi Pramono, 2003).

II. 4. KADAR LEMAK SAAT PUASA Menurut penelitian yang dilakukan abdul mughni (2007), kadar kolesterol total setelah puasa Ramadhan 29 hari sebesar213.9 mg/dl, hampir sama dengan setelah tidak puasa 29hari sebesar 213.4 mg/dl. Hal ini tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Maka dapat dikatakan bahwa puasa Ramadhan atau tidak puasa total kolesterol tetap sama. Kolesterol diabsorbsi setiap hari dari saluranpencernaan yang disebut kolesterol eksogen, terdapat juga kolesterol endogenyang dibentuk oleh hati yang jumlahnya lebih besar. Keadaan kolesterol di plasmamempengaruhi enzim 3-hidroksi-3-metilglutaril KoA reduktase yang berfungsisebagai sistem kontrol umpan balik.Karena itu, konsentrasikolesterol plasma umumnya tidak berubah naik atau turun lebih dari ± 15 % meski denganmengubah jumlah asupan kolesterol(Mughni, 2007). Menurut penelitian abdul mughni (2007), Triasilgliserol setelah puasa Ramadhan 29 hari yaitu 105.2mmol/l, sedangkan setelah tidak puasa 29hari yaitu sebesar 158.6 mmol/l. Hal ini menunjukkan penurunan triasilgliserol pada saat puasa Ramadhan.Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa puasa Ramadhan 29hari memberikan pengaruh terhadap penurunan Triasilgliserol. Penurunan ini akibat terjadinya lipolisis yang memecah triasilgliserol menjadi asam lemak dan gliserol akibat cadangan glikogen untuk energi sudah habis(Mughni, 2007). Menurut penelitian abdul mughni (2007), kadar LDL setelah puasa Ramadhan 29 hari adalah 134.6 mmol/l, sedangkan setelah tidak puasa 29 harisebesar 135.4 mmol/l. Secara statistik perbedaantersebut tidak bermakna. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwapuasa Ramadhan 29 hari tidak memberikan pengaruh terhadap perubahan LDL.Kadar LDL yang tidak mengalami perubahan bermakna diduga karena pada jalur endogen, Triasilgliserol dan kolesterol

yang disintesis

di

hati

disekresikan

dalam sirkulasi

sebagai

VLDL.

Triasilgliserolpada VLDL akan mengalamihidrolisis oleh enzim LPL dan diubah menjadi IDL yang juga akanmengalami hidrolisis menjadi kolesterol LDL seiring dengan berkurangnya triasilgliserol(Mughni, 2007). Menurut penelitian abdul mughni (2007), kadar HDL setelah puasa Ramadhan 29 hari sebesar36.8 mmol/l, sedangkan dalam keadaan tidak puasasebesar 38.1 mmol/l. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan HDLyang berarti saat puasa 29 hari dan saat tidak puasa. Tidak adanya perbedaankadar HDL ini dapat dijelaskan dengan mekanisme Reverse CholesterolTransport. HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterolyang mengandung Apo A, C, dan E yang disebut HDL nascent. HDL nascentberasal dari usus halus dan hepar.HDL nascent akan mendekati makrofag untuk mengambil kolesterol

darimakrofag, HDL nascent berubah menjadi HDL dewasa yang berbentukbulat(Mughni, 2007).

II. 5. BERAT BADAN DAN PUASA Menurut Abdul Mughni (2007), Berat Badan setelah puasa Ramadhan 29 hari yaitu 73.9 kg, sedangkan setelah tidak puasa 29 hari sebesar 75.7 kg. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat penurunanberat badan setelah puasa Ramadhan 29 hari. Hasil ini dikarenakan asupan kalori yang berkurang selamapuasa Ramadhan. Selain asupan kalori yang berkurang, penurunan kadar air dalam tubuh juga berpengaruh. Terdapat perbedaan penurunan berat badan pada pria dan wanita. Penurunan berat badan pada kedua jenis kelamin pada akhir Ramadhan sedikit signifikan, yaitu -1.51 kg untuk pria dan -0.92 kg untuk wanita. Penurunan berat badan ini tidak berlangsung selama 2 minggu setelah Ramadhan. Baik pria maupun wanita, berat badan setelah Ramadhan hanya mengalami penurunan yang tidak signifikan, yaitu -0.1 kg untuk pria dan -0.55 kg untuk wanita.Minggu-minggu pasca Ramadhan, pria memperoleh 1.02 kgberat badan, sedangkanberat badan wanita tetap tidak berubah(AlHourani and Atoum, 2007; Mughni, 2007; Sadeghirad et al., 2014). Pada bulan Ramadhan terdapat amalan yang dianjurkan pada malam hari, yaitu shalat tarawih. Shalat tarawih dapat meningkatkan BMR. Dengan peningkatan BMR, akan terjadi penguranganmassa lemak. Puasa Ramadhan jika dikombinasikan dengan latihan aerobik juga dapat efektif untuk mengurangi massa lemak dan mencegah dislipideamia. Namun latihan aerobik selama puasa dengan cuaca panas dan lembab di bulan Ramadhan, harus minum banyak cairan di malam hari untuk mengimbangi dehidrasi yang terjadi pada siang hari(Mohktar and Ibrahim, 2008; Trabelsi et al., 2011). Hasil penurunan berat badan ini sebenarnya bergantung pada aktifitas, umur, jenis kelamin responden serta lamanya durasi puasa disetiap daerah. Terdapat penelitian lain yang tidak menunjukkan adanya kenaikan berat badan(Norouzy et al., 2013).

BAB III KESIMPULAN Puasa Ramadhan 29 hari dapat menurunkan kadar triasilgliserol dan berat badan. Penurunan ini disebabkan karena pemecahan triasilgliserida yang terjadi saat cadangan glikogen hampir habis. Berat badan wanita setelah puasa Ramadhan dapat terus dijaga penurunannya dibanding laki-laki yang lebih mudah naik berat badannya. Penurunan ini dapat menurunkan resiko penyakit seperti atherosklerosis. Hasil penurunan ini juga dapat digunakan oleh individu yang mengalami obesitas atau kegemukan sebagai terapi untuk menurunkan berat badan disamping juga mendapat pahala. Kadar kolesterol, LDL dan HDL tidak terjadi perubahan yang berarti pada saat puasa Ramadhan.

DAFTAR PUSTAKA Al-Hourani, H. and Atoum, M. (2007) ‘Body composition, nutrient intake and physical activity patterns in young women during Ramadan.’, Singapore Medical Journal, 48(10), pp. 906–910. Ardi Pramono (2003) ‘A Biomedical View Of Ramadhan Fasting’, Tinjauan Biomedik Puasa Ramadhan, 3. Hall, J. E. and Guyton, A. C. (2014) Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Elsevier, Singapore. Idul, S. et al. (2017) ‘Perbedaan asupan makanan pada akhir puasa ramadhan dengan satu minggu, dua minggu dan tiga minggu setelah idul fitri pada kompi vi tank bandung’, Jurnal Ilmu Faal Olahraga, 1(1), pp. 1–7. Mohktar, M. S. and Ibrahim, F. (2008) ‘Assessment of salat taraweeh and fasting effect on body composition’, IFMBE Proceedings, 21 IFMBE(1), pp. 133–136. Mughni, A. (2007) ‘Pengaruh Puasa Ramadhan terhadap Faktor-faktor Risiko Aterosklerosis (Studi pada Profil Lipid, Gula Darah, Tekanan Darah, dan Berat Badan)’, pp. 5–90. Murray, R. K. et al. (2003) Harper ’ s Illustrated Biochemistry, Molecular Physiology. Norouzy, A. et al. (2013) ‘Effect of fasting in Ramadan on body composition and nutritional intake: A prospective study’, Journal of Human Nutrition and Dietetics, 26(SUPPL.1), pp. 97–104. R, R. I. M. et al. (2013) ‘Implication and Genetic Variations on Lipid Profile of the Fasting Respondent’, International Journal of Medical, Health, Biomedical, Bioengineering and Pharmaceutical Engineering, 7(6), pp. 329–331. Sadeghirad, B. et al. (2014) ‘Islamic fasting and weight loss: A systematic review and metaanalysis’, Public Health Nutrition, 17(2), pp. 396–406. Sunita Almatsier (2003) Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Tortora, G. J. and Derrickson, B. (2013) Principles of anatomy and physiology. 12th ed, Principles of anatomy and physiology. 12th ed. Hoboken, N.J. : Wiley,. Trabelsi, K. et al. (2011) ‘Effects of Ramadan fasting on biochemical and anthropometric parameters in physically active men’, Asian Journal of Sports Medicine, 2(3 SPEC. ISSUE), pp. 134–144. Yucel, A. et al. (2004) ‘The Effect of Fasting Month of Ramadan on the Abdominal Fat Distribution: Assessment by Computed Tomography’, The Tohoku Journal of Experimental Medicine, 204(3), pp. 179–187.

Related Documents

Irfan
November 2019 31
Proyecto Jaen
October 2019 20
Turismo Jaen
June 2020 11
App.form Irfan
May 2020 16

More Documents from ""