Irigasi dan Bangunan Air II. ADHITYA D11103022
BAB II. PERHITUNGAN DEBIT BANJIR RENCANA II.1
Pengertian umum.....................................................................................................................................17 II. 1.1 Beberapa pengertian.....................................................................................................................17 II. 1.2 Pemilihan periode ulang..............................................................................................................18 II. 1.3 Metode yang dipergunakan........................................................................................................19
II.2
Metode Analisa Frekwensi terhadap data banjir................................................................................20 II. 2.1 Rumus umum................................................................................................................................20 II. 2.2 Metode Gumbell............................................................................................................................20 II. 2.3 Metoda Log Pearson Type III......................................................................................................26 II. 2.4 Distribusi Log - normal................................................................................................................29 II. 2.5 Metode Puncak Banjir diatas Ambang......................................................................................30
II.3
Metode Empiris.........................................................................................................................................32 II. 3.1 Rumus Rasional.............................................................................................................................32 II. 3.2 Metode Weduwen.........................................................................................................................33 II. 3.3 Metode Melchior...........................................................................................................................35
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
16
Irigasi dan Bangunan Air II. ADHITYA D11103022
BAB II. PERHITUNGAN DEBIT BANJIR RENCANA II.1 Pengertian umum. II. 1.1
Beberapa pengertian. a. Banjir.
Suatu keadaan aliran sungai, dimana permukaan airnya lebih tinggi dari pada suatu ketinggian tertentu ( pada umumnya ditetapkan sama dengan titik tinggi bantaran sungai). b. Debit Banjir. Besarnya aliran sungai diukur dalam satuan ( m3/detik ) pada waktu banjir. c. Debit banjir rencana. Debit banjir yang digunakan sebagai dasar untuk merencanakan kemampuan dan ketahanan suatu bangunan pengairan yang akan dibangun pada alur suatu sungai. d. Intensitas Hujan. Intensitas hujan yaitu besarnya curah hujan jangka pendek yang umum dinyatakan dalam mm/jam, yaitu besarnya curah hujan dalam satu jam. e. Curah hujan harian. Besarnya curah hujan yang terjadi dalam satu hari ( 24 jam ). f. Curah hujan harian maksimum. Besarnya curah hujan harian yang tertinggi dalam satu tahun. g. Curah hujan dua atau tiga harian. Besarnya curah hujan yang terjadi pada dua atau tiga hari berturut-turut. h. Curah hujan dua atau tiga harian maksimum. Besarnya curah hujan dua atau tiga harian yang tertinggi dalam satu tahun. i. Curah hujan wilayah. Curah hujan wilayah ( regional rainfall ), adalah besarnya curah hujan rata-rata dalam mm di seluruh wilayah yang ditinjau. Besarnya curah hujan ini diperkirakan berdasar data curah hujan dari titik-titik pada wilayah yang bersangkutan. j. Probabilitas. Secara umum, probabilitas adalah perbandingan frekwensi suatu kejadian terhadap kejadian seluruhnya. Probabilitas debit banjir ialah pebandingan jumlah data debit yang kecil terhadap jumlah data debit yang ada. Kalau dikatakan debit banjir dengan probabilitas 80 %
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
17
Irigasi dan Bangunan Air II. ADHITYA D11103022
adalah 120 m3/detik dimana data yang ada 120 data, berarti 80 % x 120 data = 96 data mempunyai nilai sama atau lebih kecil dari 120 m3/detik. Demikian juga kalau pada suatu stasiun diketahui ada 25 data curah hujan harian dan curah hujan dengan probailitas 60 % adalah 126 mm, berarti bahwa 60 % x 25 data = 15 data mempunyai nilai sama atau lebih kecil dari 126 mm. k. Periode ulang. Periode ulang adalah kemungkinan terjadinya suatu kejadian satu kali dalam sejumlah tahun. Dalam hubungan dengan debit banjir, kalau dikatakan bahwa curah hujan sebesar 60 mm itu adalah curah hujan harian dari suatu stasiun dengan periode ulang 5 tahun, maka curah hujan sama atau lebih besar dari 60 mm itu peluang terjadinya satu kali dalam 5 tahun. II. 1.2
Pemilihan periode ulang.
Pemilihan periode ulang yang tinggi akan menghasilkan debit banjir yang cukup besar, sedangkan periode ulang yang pendek akan menuntut resiko kerusakan bangunan yang cukup tinggi. Besarnya perhitungan resiko dapat dihitung berdasar hasil perumusan Seminar Rainfall Relation and Design Flood, menurut rumus : P = 1 - ( 1 - 1 / T )N dimana : P adalah resiko. N adalah umur rencana. T adalah periode ulang. Daftar II.1.Resiko keruntuhan pada berbagai nilai periode ulang dan umur rencana. Periode ulang
Umur Rencana 2
5
10
20
50
100
200
500
1
50.0
20.0
10.0
5.0
2.0
1.0
0.5
0.2
2
75.0
36.0
19.0
9.8
4.0
2.0
1.0
0.4
4
93.8
59.0
34.4
18.5
7.8
3.9
2.0
0.8
6
98.4
73.8
46.9
26.5
11.4
5.9
3.0
1.2
8
99.6
83.2
57.0
33.7
14.9
7.7
3.9
1.6
10
99.9
89.3
65.1
40.1
18.3
9.6
4.9
2.0
20
-
98.8
87.8
64.2
33.2
18.2
9.5
3.9
50
-
-
99.5
92.3
63.6
39.5
22.2
9.5
100
-
-
-
99.4
86.7
63.4
39.4
18.1
200
-
-
-
-
98.2
86.6
63.3
33.0
500
-
-
-
-
-
99.3
91.8
63.2
Jadi untuk umur rencana 100 tahun dan periode ulang 50 tahun, resiko keruntuhannya adalah sebesar 86,7 %. Ini lebih kecil dibanding dengan resiko untuk periode ulang 20 tahun yaitu 99,4 %. Dengan demikian maka dengan mengambil periode ulang 50 tahun, maka resiko keruntuhannya semakin kecil.
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
18
Irigasi dan Bangunan Air II. ADHITYA D11103022
Menurut hasil seminar tersebut juga, besarnya periode ulang yang perencanaan bendung adalah sebagai berikut : a) b) c) d) e) f)
Bendungan urugan ( earth/rockfill dams ), T = 1000 tahun. Bendungan pasangan batu atau beton, T = 500 - 1000 tahun. Bendung ( weir ), T = 50 - 100 tahun. Saluran pengelak, T = 20 - 50 tahun ( tergantung faktor sosio ekonomi ). Tanggul, T = 10 - 20 tahun. Saluran drainase, T = 5 - 10 tahun.
Sedangkan menurut Standar Perencanaan Irigasi ( KP-02 ), besarnya periode ulang harus diambil sebagai berikut : a) Untuk saluran pengelak, T = 100 tahun. b) Bangunan dihilir waduk, T = 100 tahun. c) Elevasi tanggul hilir sungai, T = 5 sampai 25 tahun ( tergantung kemungkinan jumlah penduduk yang yang terkena banjir ). d) Untuk mengontrol tanggul banjir dan bangunan utama, T = 1000 tahun. II. 1.3
Metode yang dipergunakan.
Menurut Standar Perencanaan Irigasi, untuk menentukan banjir rencana ada 3 metode analisis yang digunakan, yaitu : 1) Metode analisis frekwensi data banjir. Perhitungan debit banjir sebaiknya dihitung dengan menggunakan analisis frekwensi dengan distribusi frekwensi ekstrim berdasar data banjir yang sebenarnya yang mencakup jangka waktu lama ( sekitar 20 tahun ). Analisis tersebut dapat menggunakan metode Gumbell, Log Pearson atau Log normal, baik cara grafis atau analitis. Apabila data yang tersedia antara 3 sampai 10 tahun, maka metode yang dapat dipakai adalah metoda debit puncak diatas ambang, dimana debit rencana dihitung berdasar puncak banjir yang didapat dari Pos Duga Air Otomatik yang melebihi harga ambang yang disepakati. 2). Metode empiris. Dengan metode empiris, debit banjir rencana diperkirakan berdasar analisa hubungan curah hujan dengan limpasan air hujan ( run-off ) yang didasarkan pada rumus rasional, sehingga untuk itu juga diperlukan data karakteristik DPS. Menurut standar Perencanaan Irigasi, ada 2 metoda yang umum digunakan adalah : a) Metode der Weduwen untuk daerah aliran sungai sampai 100 kilometer persegi. b) Metode Melchior untuk daerah aliran sungai diatas 100 kilometer persegi. 3). Pengamatan lapangan. Kalau data curah hujan itu juga tidak cukup tersedia, maka yang dapat digunakan adalah metode pengamatan lapangan yaitu berdasar pengamatan atau informasi tentang tinggi muka air banjir puncak yang didapat dari penduduk atau tanda-tanda yang ada. Data tinggi muka air banjir puncak ini di konversikan menjadi besarnya debit banjir puncak dengan menghitung luas penempang aliran dan kecepatan yang terjadi. Analisa kecepatan didasarkan atas perkiraan koeffisien kekasaran, kemiringan energi yang terjadi pada saat banjir puncak, sesungguhnya menghasilkan perhitungan yang tidak pasti dan tidak tepat. Metode ini juga disebut metode kemampuan palung sungai karena menghitung banyaknya air yang dapat dialirkan oleh penampang sungai dalam keadaan banjir.
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
19
Irigasi dan Bangunan Air II. ADHITYA D11103022
Metode ini sebaiknya digunakan untuk menilai apakah besarnya debit banjir puncak yang didapat dari kedua metode terdahulu masuk akal atau tidak. Kalau debit banjir yang didapat dari hasil analisa terlalu tinggi atau terlalu rendah, maka perlu ditinjau kembali periode ulang yang digunakan dalam perhitungan. Dalam keadaan luas daerah aliran sungai terlalu sulit ditentukan, maka cara ini adalah satu-satunya cara yang mungkin digunakan untuk menentukan debit banjir. Perlu diperhatikan bahwa perhitungan banjir pada daerah tepi pantai yang terpengaruh pasang surut, maupun debit banjir pada sungai yang Daerah Pengalirannya saling berhubungan, diperlukan perhitungan tersendiri.
II.2 Metode Analisa Frekwensi terhadap data banjir. II. 2.1
Rumus umum.
Metode Analisa frekwensi terhadap data banjir ini hanya dapat dilakukan kalau data banjir tahunan cukup tersedia minimal untuk jangka waktu 20 tahun. Analisa frekwensi ini dapat menggunakan metode yang umum dipakai seperti : Gumbell dan Log-normal. Rumus umum dari metode frekwensi ini adalah : X t = X + K . Sx dimana : Xt = Perkiraan nilai untuk periode ulang T. K Sx
= Faktor frekwensi untuk periode ulang T. = Standar deviasi dari X.
Besarnya nilai K, tergantung dari metoda yang dipakai. II. 2.2
Metode Gumbell.
Metode Gumbell ini mempunyai distribusi eksponensial, sehingga penggunaan cara grafis dari metode Gumbell ini dapat dilakukan dengan penggambaran pada kertas probabilitas, dimana sebagai sumbu Y adalah “ reduced variate” : y i
= - ln ( - ln i ) = m / ( n+1 ).
dimana : y = Reduced Variate i = Posisi Penggambaran. n = Jumlah data. m = urutan data dari yang terbesar. Dengan demikian setelah data banjir tahunan yang diketahui disusun dari yang terkecil ke yang terbesar, maka data tersebut dapat diplot pada kertas Probabilitas Gumbell sehingga nampak penyebarannya. Garis probabilitas dapat ditarik diantara titik-titik tersebut, sedemikian rupa sehingga garis tersebut mewakili kedudukan sebaran titik-titik data banjir tahunan. Hubungan antara y ( reduced variate ) tersebut dengan probabilitas dapat dinyatakan sebagai berikut : y = - ln ( - ln ( 1 - P )) Sedangkan besarnya perioda ulang dapat dihitung menurut rumus : T
1 1 P
dimana :
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
20
Irigasi dan Bangunan Air II. ADHITYA D11103022
T P
= Periode Ulang. = Probabilitas.
Penggambaran garis probabilitas, dapat juga ditentukan berdasar persamaan probabilitas sebagai berikut : y =a(x-u) ; (yn )
2
1 n
a = Sn/Sx
;
u = x - y n/a ;
Sn
( yn )
2
( y n )
2
;
2 ym
Sx
( Xi X )
2
n 1
atau
Sx
N N 1
(X
2
X
2
)
Karena nilai yn dan Sn hanya tergantung pada besarnya n ( banyaknya data ), maka pada daftar II.2. berikut ini disampaikan hasil perhitungan yn dan Sn menurut rumus diatas. Daftar II.2. Besarnya yn dan Sn pada berbagai N. N 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
yn 0.4588 0.4690 0.4774 0.4843 0.4902 0.4952 0.4996 0.5035 0.5070 0.5100 0.5128 0.5154 0.5177 0.5198 0.5217 0.5236 0.5252 0.5268 0.5282 0.5296 0.5309 0.5321 0.5332 0.5343 0.5353 0.5362
Sn 0.7928 0.8388 0.8749 0.9043 0.9288 0.9496 0.9676 0.9833 0.9971 1.0095 1.0206 1.0306 1.0397 1.0481 1.0557 1.0628 1.0694 1.0755 1.0812 1.0865 1.0914 1.0961 1.1005 1.1047 1.1086 1.1124
N 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56
yn 0.5371 0.5380 0.5388 0.5396 0.5403 0.5411 0.5417 0.5424 0.5430 0.5436 0.5442 0.5448 0.5453 0.5458 0.5463 0.5468 0.5472 0.5477 0.5481 0.5485 0.5489 0.5493 0.5497 0.5501 0.5504 0.5508
Sn 1.1159 1.1193 1.1225 1.1256 1.1285 1.1313 1.1339 1.1365 1.1390 1.1413 1.1436 1.1458 1.1479 1.1499 1.1518 1.1537 1.1555 1.1573 1.1590 1.1607 1.1623 1.1638 1.1653 1.1668 1.1682 1.1695
N 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82
yn 0.5511 0.5515 0.5518 0.5521 0.5524 0.5527 0.5530 0.5532 0.5535 0.5538 0.5540 0.5543 0.5545 0.5548 0.5550 0.5552 0.5555 0.5557 0.5559 0.5561 0.5563 0.5565 0.5567 0.5569 0.5571 0.5573
Sn 1.1709 1.1722 1.1734 1.1747 1.1759 1.1770 1.1782 1.1793 1.1803 1.1814 1.1824 1.1834 1.1844 1.1854 1.1863 1.1872 1.1881 1.1890 1.1898 1.1907 1.1915 1.1923 1.1931 1.1938 1.1946 1.1953
Dengan memasukkan nilai y untuk berbagai periode ulang ( Yt ) dalam persamaan garis probabilitas : y = a ( x - u ) akan didapat harga X, yaitu debit banjir rencana. Besarnya Reduce Variate untuk periode ulang tertentu, dihitung menurut rumus : T Y t ln ln T 1
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
21
Irigasi dan Bangunan Air II. ADHITYA D11103022
Daftar II.3. Besarnya Yt untuk beberapa nilai periode ulang ( T ). T
2
5
10
20
25
50
10
200
500
1000
Yt
0.3665
1.4999
2.2504
2.9702
3.1985
3.9019
2.2504
5.2958
6.2136
6.9073
Secara analitis, besarnya debit banjir rencana menurut metode Gumbell ini dihitung menurut rumus : X t X K .S x
Nilai K untuk perhitungan dengan metode Gumbell adalah sebagai berikut :
Yt Yn Sn
K
Daftar II.4. Besarnya K untuk berbagai periode ulang(T) dan banyaknya data (N). N 5 6 7 8 9 10 11 12 13 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Periode Ulang ( T ) 2 -0.116 -0.122 -0.127 -0.130 -0.133 -0.136 -0.138 -0.139 -0.141 -0.143 -0.144 -0.145 -0.146 -0.147 -0.148 -0.148 -0.149 -0.150 -0.150 -0.151 -0.151 -0.151 -0.152 -0.152 -0.153
5 1.313 1.229 1.169 1.123 1.087 1.058 1.034 1.013 0.996 0.967 0.955 0.945 0.935 0.927 0.919 0.911 0.905 0.899 0.893 0.888 0.883 0.878 0.874 0.870 0.866
10 2.260 2.124 2.026 1.953 1.895 1.848 1.809 1.777 1.748 1.703 1.683 1.666 1.651 1.637 1.625 1.613 1.603 1.593 1.584 1.575 1.568 1.560 1.553 1.547 1.541
20 3.168 2.982 2.849 2.749 2.670 2.606 2.553 2.509 2.470 2.408 2.382 2.359 2.338 2.319 2.302 2.286 2.272 2.259 2.246 2.235 2.224 2.214 2.205 2.196 2.188
25 3.456 3.254 3.110 3.001 2.916 2.847 2.789 2.741 2.699 2.632 2.603 2.578 2.556 2.535 2.517 2.500 2.484 2.470 2.457 2.444 2.433 2.422 2.412 2.402 2.393
50 4.343 4.093 3.914 3.779 3.673 3.587 3.516 3.456 3.405 3.321 3.286 3.255 3.227 3.202 3.179 3.158 3.138 3.120 3.104 3.089 3.074 3.061 3.049 3.037 3.026
100 5.224 4.925 4.712 4.551 4.425 4.323 4.238 4.166 4.105 4.005 3.963 3.926 3.893 3.863 3.836 3.811 3.788 3.766 3.747 3.728 3.711 3.695 3.681 3.667 3.653
200 6.101 5.755 5.507 5.321 5.174 5.055 4.957 4.874 4.803 4.687 4.638 4.596 4.557 4.522 4.490 4.461 4.434 4.410 4.387 4.366 4.346 4.328 4.310 4.294 4.279
500 7.259 6.849 6.556 6.336 6.162 6.022 5.905 5.807 5.723 5.586 5.529 5.478 5.433 5.391 5.354 5.319 5.288 5.259 5.232 5.207 5.183 5.161 5.141 5.122 5.104
1000 8.134 7.676 7.349 7.103 6.909 6.752 6.622 6.513 6.419 6.266 6.202 6.145 6.094 6.048 6.006 5.968 5.933 5.900 5.870 5.842 5.816 5.792 5.769 5.748 5.727
5000 10000 10.165 11.039 9.595 10.422 9.189 9.981 8.883 9.649 8.642 9.388 8.447 9.177 8.286 9.003 8.150 8.855 8.033 8.728 7.843 8.522 7.764 8.437 7.694 8.360 7.630 8.292 7.573 8.230 7.521 8.173 7.473 8.122 7.430 8.074 7.389 8.030 7.352 7.990 7.317 7.952 7.285 7.917 7.255 7.884 7.226 7.854 7.200 7.825 7.175 7.798
Pada halaman berikut ini disampaikan bentuk kertas probabilitas, untuk Gumbell.
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
22
Irigasi dan Bangunan Air II. ADHITYA D11103022
Gambar III.1. Kertas Probabilitas Gumbell. Gambar IV.1. P
KERTAS PROBABILITAS GUMBELL
(%)
T (tahun)
99,9
1000
99.8
500
99,7
400
99,6
y
7,0
6,0
300
99,6 99.5
250 200
99,3
150
99
100 90 80 70 60
98
50
97,5
40
96,6
30
95
20
90
10 9 8 7
80 75 66
50
3,0
2,0
4 3
2 1,9 1,8 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3 1,2
9
1,1
0,099
4,0
6 5
16
0,99
5,0
1,0
0,0
-1,0
1,01
1,001
-2,0
Contoh Perhitungan.
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
23
Irigasi dan Bangunan Air II. ADHITYA D11103022
Dari suatu sungai yang direncanakan pembangunan bendungnya, didapat data banjir tahunan ( m3/detik ) sebagai berikut ini. Daftar II.7. Data curah hujan untuk contoh perhitungan. 1962
29.6
1969
79.9
1976
91.4
1963
64.0
1970
87.8
1977
82.4
1964
48.0
1971
179.5
1978
83.9
1965
181.2
1972
108.2
1979
65.0
1966
70.8
1973
77.0
1980
95.7
1967
58.8
1974
59.1
1981
110.2
1968
120.1
1975
45.2
1982
51.2
Perhitungan debit banjir rencana dengan menggunakan metoda Gumbell dilakukan dengan langkah-langkah perhitungan sebagai berikut : a. Menghitung debit rata-rata.
X
Xi n
Dimana : X
= Debit rata-tata ( m3/detik ).
Xi
= Data banjir tahunan (m3/detik ).
b. Menghitung Standar deviasi ( Sx ).
Sx
( Xi X )
2
atau
n 1
Sx
N N 1
(X
2
X
2
)
Perhitungan debit rata-rata dan deviasi standar, menggunakan daftar II.8. berikut ini. c. Mencari besarnya Yn dan Sn Mencari besarnya Yn dan Sn berdasar Jumlah data ( n) yang diketahui, dengan menggunakan daftar II.2. d. Mencari besarnya Yt. Besarnya Yt untuk periode ulang yang diinginkan, dapat diambil dari daftar terdahulu.
II.3.
Besarnya K dihitung menurut rumus : K =(X
Yt Yn .S x ) Sn
Dengan menggunakan nilai X rata-rata, Yt, Yn, Sn dan Sx dari perhitungan terdahulu, didapat besarnya K sebagai pada daftar II.9. berikut ini.
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
24
Irigasi dan Bangunan Air II. ADHITYA D11103022
Daftar II.8. Contoh perhitungan debit banjir dengan metode Gumbell. m
Tahun
Debit = X
1
1965
181.2
2
1971
3
T=
N +1 m
X2
X-X
22.00
32,833.44
9,217.8287
179.5
11.00
32,220.25
8,894.2863
1968
120.1
7.33
14,424.01
1,218.6749
4
1981
110.2
5.50
12,144.04
625.4763
5
1972
108.2
4.40
11,707.24
529.4382
6
1980
95.7
3.67
9,158.49
110.4501
7
1976
91.4
3.14
8,353.96
38.5582
8
1970
87.8
2.75
7,708.84
6.8096
9
1978
83.9
2.44
7,039.21
1.6653
10
1977
82.4
2.20
6,789.76
7.7868
11
1969
79.9
2.00
6,384.01
27.9891
12
1973
77.0
1.83
5,929.00
67.0839
13
1966
70.8
1.69
5,012.64
207.0858
14
1979
65.0
1.57
4,225.00
407.6553
15
1963
64.0
1.47
4,096.00
449.0363
16
1974
59.1
1.38
3,492.81
680.7129
17
1967
58.8
1.29
3,457.44
696.4572
18
1982
51.2
1.22
2,621.44
1,155.3525
19
1964
48.0
1.16
2,304.00
1,383.1315
20
1975
45.2
1.10
2,043.04
1,599.2382
21
1962
29.6
1.05
876.16
3,090.3010
N=21
1,789.0
182,820.78
30,415.02
X =
85.19
2
7,257.42
X
=
X2 Sx
8,705.75 39.00
39.00
Daftar II.9. Besarnya harga K pada berbagai periode ulang. T
Yt
Yn
Sn
Sx
K
5
1.4999
0.5252
1.0694
38.9968
0.91
10
2.2504
0.5252
1.0694
38.9968
1.61
25
3.1985
0.5252
1.0694
38.9968
2.50
50
3.9019
0.5252
1.0694
38.9968
3.16
100
4.6001
0.5252
1.0694
38.9968
3.81
f. Debit banjir rencana ( Xt ).
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
25
Irigasi dan Bangunan Air II. ADHITYA D11103022
Dengan memasukkan besarnya nilai K dalam rumus berikut ini akan didapat besarnya debit banjir untuk periode ulang yang diinginkan.
Xt X K . Sx Hasilnya adalah sebagai berikut ini. Daftar II.10. Debit banjir hasil perhitungan dengan metode Gumbell. T ( tahun )
5
10
25
50
100
Xt ( m3/detik )
120.74
148.10
182.69
208.33
233.79
II. 2.3
Metoda Log Pearson Type III.
Dalam Log Pearson Type III, K adalah koordinat-koordinat Pearson Type III yang dinyatakan dengan jumlah standard deviasi dan rata- rata untuk bermacam-macam periode ulang atau persentase kemungkinan. Dimana dalam metode ini data banjir dirubah dalam bentuk logaritma, sehingga nilai rata-ratanya dihitung menurut rumus : Log X
Log X i n
Sedangkan besarnya standar deviasi dihitung menurut rumus :
Slog x
( log X i Log X )
2
n 1
Besarnya debit banjir rencana dihitung menurut rumus : Log X t Log X K.S log x
Nilai K untuk setiap periode ulang dapat dilihat pada tabel berikut setelah dihitung terlebih dahulu asimetri ( skewness ) yang besarnya dihitung menurut rumus :
Cs
(log X
n.
i
log X 2 )
( n 1)( n 2 )( log X ) 3
Dimana : N = jumlah tahun pengamatan terus-menerus. Distribusi Pearson type III untuk Cs = 0, adalah distribusi normal.
Daftar II.5. Harga K untuk Log Pearson Type III.
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
26
Irigasi dan Bangunan Air II. ADHITYA D11103022
Cs 3.000 2.500
2 -0.396 -0.360
5 0.420 0.518
10 1.180 1.250
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
25 2.278 2.262
50 3.152 3.048
100 4.051 3.845
200 4.970 4.652
1000 7.250 6.600
27
Irigasi dan Bangunan Air II. ADHITYA D11103022
2.200 2.000 1.800 1.600 1.400 1.200 1.000 0.900 0.800 0.700 0.600 0.500 0.400 0.300 0.200 0.100 0.000 -0.100 -0.200 -0.300 -0.400 -0.500 -0.600 -0.700 -0.800 -0.900 -1.000 -1.200 -1.400 -1.600 -1.800 -2.000 -2.200 -2.500 -3.000
-0.330 -0.307 -0.282 -0.254 -0.225 -0.195 -0.164 -0.148 -0.132 -0.116 -0.099 -0.083 -0.066 -0.050 -0.033 0.017 0.000 0.017 0.033 0.050 0.066 0.083 0.099 0.116 0.132 0.148 0.164 0.195 0.225 0.254 0.282 0.307 0.330 0.360 0.396
0.574 0.609 0.643 0.675 0.705 0.732 0.758 0.769 0.780 0.790 0.800 0.808 0.816 0.824 0.830 0.836 0.842 0.836 0.850 0.853 0.855 0.856 0.857 0.857 0.856 0.854 0.852 0.844 0.832 0.817 0.799 0.777 0.752 0.711 0.636
1.284 1.302 1.318 1.329 1.337 1.340 1.340 1.339 1.336 1.333 1.328 1.323 1.317 1.309 1.301 1.292 1.282 1.270 1.258 1.245 1.231 1.216 1.200 1.183 1.166 1.147 1.128 1.086 1.041 0.994 0.945 0.895 0.844 0.771 0.660
2.240 2.219 2.193 2.163 2.128 2.087 2.043 2.018 1.998 1.967 1.939 1.910 1.880 1.849 1.818 1.785 1.751 1.716 1.680 1.643 1.606 1.567 1.528 1.488 1.448 1.407 1.366 1.282 1.198 1.116 1.035 0.959 0.888 0.793 0.666
2.970 2.912 2.848 2.780 2.706 2.626 2.542 2.498 2.453 2.407 2.359 2.311 2.261 2.211 2.159 2.107 2.054 2.000 1.945 1.890 1.834 1.777 1.720 1.663 1.606 1.549 1.492 1.379 1.270 1.166 1.069 0.980 0.900 0.798 0.666
3.705 3.605 3.499 3.388 3.271 3.149 3.022 2.957 2.891 2.824 2.755 2.686 2.615 2.544 2.472 2.400 2.326 2.252 2.178 2.104 2.029 1.955 1.880 1.806 1.733 1.660 1.588 1.449 1.318 1.197 1.087 0.990 0.905 0.799 0.667
4.444 4.298 4.147 3.990 3.288 3.661 3.489 3.401 3.312 3.223 3.132 3.041 2.949 2.856 2.762 2.670 2.576 2.482 2.388 2.294 2.201 2.108 2.016 1.926 1.837 1.749 1.664 1.501 1.351 1.216 1.067 0.995 0.907 0.800 0.667
6.200 5.910 5.660 5.390 5.110 4.820 4.540 4.395 4.250 4.105 3.960 3.815 3.670 3.525 3.380 3.235 3.090 2.950 2.810 2.675 2.540 2.400 2.275 2.150 2.035 1.910 1.800 1.625 1.465 1.280 1.130 1.000 0.910 0.802 0.668
Contoh perhitungan. Dengan menggunakan data yang sama ( pada daftar II.7 ), kalau debit banjir rencana dihitung dengan menggunakan metoda Log Pearson Type III, maka langkah yang dilakukan adalah seperti berikut ini : a. Merubah data yang ada menjadi besaran logaritma. Data debit banjir tahunan yang ada dihitung nilai logaritmanya. b. Menghitung rata-rata Log X. Nilai logaritma dari data banjir dihitung rata-ratanya. Log X
Log X i n
c. Menghitung srandar deviasi. Terhadap nilai log tersebut dihitung standar deviasinya menurut rumus :
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
28
Irigasi dan Bangunan Air II. ADHITYA D11103022
Slog x
( log X i Log X )
2
n 1
d. Menghitung asimetri( koeffisien Skewness - Cs). Besarnya asimetri dihitung menurut rumus sebagai berikut : Cs
n . (log X i log X
2
( n 1) ( n 2 ) ( log X )
) 3
e. Mencari harga K. Besarnya harga K dicari dari daftar berdasar nilai Cs dan Periode Ulang ( T ) yang diinginkan. f. Menghitung besarnya nilai logaritma dari banjir rencana. Besarnya nilai logaritma banjir rencana dihitung menurut rumus : Log X t Log X K .Slog x
g. Mencari nilai banjir rencana. Besarnya nilai banjir rencana dapat dihitung dengan mengambil anti log dari harga-harga log dari perhitungan diatas. Perhitungan tersebut dapat dilihat dari daftar berikut ini. Daftar II. 11. Daftar perhitungan banjir rencana menggunakan metode Log Pearson III. m
Tahun
Debit
Log Xi
a = Log Xi - Log Xrt
a2
a3
Tr n 1 m
1
1965
181.2
2.26
0.37
0.1349
0.0495
22.0000
2
1971
179.5
2.25
0.36
0.1319
0.0479
11.0000
3
1968
120.1
2.08
0.19
0.0356
0.0067
7.3333
4
1981
110.2
2.04
0.15
0.0229
0.0035
5.5000
5
1972
108.2
2.03
0.14
0.0205
0.0029
4.4000
6
1980
95.7
1.98
0.09
0.0081
0.0007
3.6667
7
1976
91.4
1.96
0.07
0.0049
0.0003
3.1429
8
1970
87.8
1.94
0.05
0.0028
0.0001
2.7500
9
1978
83.9
1.92
0.03
0.0011
0.0000
2.4444
10
1977
82.4
1.92
0.03
0.0006
0.0000
2.2000
11
1969
79.9
1.90
0.01
0.0001
0.0000
2.0000
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
29
Irigasi dan Bangunan Air II. ADHITYA D11103022
Daftar II. 11. Daftar perhitungan banjir rencana menggunakan metode Log Pearson III ( lanjutan ). m
Tahun
Debit
Log Xi
a = Log Xi - Log Xrt
a2
a3
Tr n 1 m
12
1973
77.0
1.89
0.00
0.0000
0.0000
1.8333
13
1966
70.8
1.85
-0.0409
0.0017
-0.0001
1.6923
14
1979
65.0
1.81
-0.0780
0.0061
-0.0005
1.5714
15
1963
64.0
1.81
-0.0847
0.0072
-0.0006
1.4667
16
1974
59.1
1.77
-0.1193
0.0142
-0.0017
1.3750
17
1967
58.8
1.77
-0.1215
0.0148
-0.0018
1.2941
18
1982
51.2
1.71
-0.1816
0.0330
-0.0060
1.2222
19
1964
48.0
1.68
-0.2097
0.0440
-0.0092
1.1579
20
1975
45.2
1.66
-0.2358
0.0556
-0.0131
1.1000
21
1962
29.6
1.47
-0.4196
0.1761
-0.0739
1.0476
N=21
Jumlah :
39.7
Jumlah :
0.7160
0.0049
Log Xrata
-rata :
1.89
T
Slog X
Cs
K
K.Log X
Log Xrt
Log X
X
5
0.1892
1.0994
0.745
0.1410
1.8909
2.0319
107.61
10
0.1892
1.0994
1.341
0.2537
1.8909
2.1446
139.52
25
0.1892
1.0994
2.066
0.3909
1.8909
2.2818
191.34
50
0.1892
1.0994
2.585
0.4891
1.8909
2.3800
239.89
100
0.1892
1.0994
3.087
0.5841
1.8909
2.4750
298.53
II. 2.4
Distribusi Log - normal.
Distribusi log normal merupakan hasil transformasi dari distribusi normal. Persamaan garis probabilitas dinyatakan sebagai model matematik dengan persamaan : log X t
log X K . S log x
Perhitungan debit banjir menurut metode ini dapat juga dilakukan secara grafis dengan menggunakan kertas probabilitas. Sebagai sumbu mendatar menunjukkan besarnya Log X dan sumbu tegak adalah periode ulang atau peluang. Daftar II.6. Besarnya K ( nilai variabel Gauss ) untuk digunakan pada distribusi log-normal. T(tahun ) 1.001
Peluang 0.999
K -3.050
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
T(tahun ) 3.330
Peluang 0.300
K 0.52
30
Irigasi dan Bangunan Air II. ADHITYA D11103022
1.005 1.010 1.050 1.110 1.250 1.330 1.430 1.670 2.000 2.500
0.995 0.990 0.950 0.900 0.800 0.750 0.700 0.600 0.500 0.400
-2.580 -2.330 -1.640 -1.280 -0.840 -0.670 -0.520 -0.250 0.00 0.25
4 5 10 20 50 100 200 500 1,000
0.250 0.200 0.100 0.050 0.020 0.010 0.005 0.002 0.001
0.67 0.84 1.28 1.64 2.05 2.33 2.58 2.88 3.09
Contoh perhitungan. Dengan menggunakan data yang sama ( pada daftar II.7 ), kalau debit banjir rencana dihitung dengan metode ini menggunakan rumus : log X t log X K .Slog x
Besarnya Log X rata-rata dan standar deviasinya diambil dari perhitungan Log Pearson, dimana : Log X
= 1.8909
Slog x = 0.1892 Sehingga dengan memasukkan nilai K sesuai dengan periode ulangnya dapat dihitung besarnya debit banjir rencana sebagai pada daftar berikut : Daftar II.12. Hasil perhitungan debit bajir dengan metode Log Normal. T
5
10
25
50
100
K
0.84
1.28
1.71
2.05
2.33
Log X
2.05
2.13
2.21
2.28
2.33
Xt
112.16
135.86
163.84
190.00
214.65
Kalau dibandingkan hasil dari ketiga metode tersebut, adalah seperti daftar berikut ini . Daftar II.13. Perbandingan hasil perhitungan debit banjir dengan menggunakan 3 metode. T ( tahun )
5
10
25
50
100
Gumbell
120.74
148.10
182.69
208.33
233.79
Log Pearson
107.61
139.52
191.34
239.89
298.53
Log – normal
112.16
135.86
163.84
190.00
214.65
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
31
Irigasi dan Bangunan Air II. ADHITYA D11103022
II. 2.5
Metode Puncak Banjir diatas Ambang.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan besarnya banjir rata-rata tahunan berdasar data pencatatan debit dari suatu pos duga air, dimana data yang didapat hanya antara 3 sampai 10 tahun. Puncak banjir harus dipilih secara statistik adalah independen, dengan persyaratan : 1) Puncak banjir harus terpisah dengan interval waktu lebih dari 3 kali dari waktu terjadinya puncak banjir sebelumnya ( Ts > 3 Tr ). 2) Debit terendah antara dua puncak banjir harus lebih kecil 2/3 dari tinggi banjir pertama ( qt < 2/3 q1 ). Debit batas ambang banjir ( qo) diambil sedikit dibawah nilai puncak banjir yang terjadi dua atau tiga kali setahun selama tahun pengamatan. Sedangkan besarnya debit banjir rata-rata tahunan dihitung berdasar rumus berikut ini. Q q o ( 0,5772 ln L ) m 3 / det
β
1 M ( q qo ) M i 1 i
L M
N
dimana : M
= Kejadian banjir diatas ambang.
N
= Jumlah tahun pencatatan data.
qo
= Debit batas ambang ( m3 /detik )
Contoh perhitungan. Dari hasil pencatatan debit dari suatu sungai, didapat data puncak-puncak banjir sebagai berikut ini.
Daftar II.14. Data debit puncak banjir dengan metode puncak banjir diatas ambang. Tanggal
Debit ( m3/dt )
Tanggal
Debit ( m3/dt )
11 – 1 - 1979
92.9
1 – 1 – 1983
100.3
2 – 3– 1979
127.5
27 – 2 – 1983
89.0
19 – 1 – 1980
107.3
25 – 4 – 1983
101.6
23 – 2 – 1980
121.9
6 – 1 – 1984
107.7
9 – 4 – 1980
73.2
13 – 2 – 1984
85.7
3 – 1 – 1981
59.1
3 – 4 – 1984
120.7
15 – 3 – 1981
126.7
11 – 1 – 1985
101.2
12 – 1 – 1982
70.4
19 – 4 – 1985
83.7
5 – 3 – 1982
103.5
19 – 1 – 1986
176.6
Dari data tersebut dapat kita ambil sebagai debit batas ambang adalah 50 m3/detik, sehingga semua data yang ada diatas selalu lebih besar dari 50 m3/detik. Dari data tersebut kita lihat bahwa jumlah data ada 18 data dari 8 tahun pengamatan. Sedangkan besarnya dan Q ratarata tahunan yang dihitung menurut rumus diatas, adalah seperti berikut ini.
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
32
Irigasi dan Bangunan Air II. ADHITYA D11103022
Daftar III. 15. Perhitungan dengan metode puncak banjir diatas ambang. qi qi - qo
92.9 42.9
127.5 67.5
107.3 57.3
121.9 71.9
73.2 23.2
59.1 9.1
126.7 76.7
70.4 20.4
103.5 53.5
qi qi - qo
100.3 50.3
89.0 49.0
101.6 51.6
107.7 57.7
85.7 35.7
120.7 70.7
101.2 51.2
83.7 33.7
176.6 126.6
( qi – qo ) = 949
= 949/18 = 52.72
L = M/N = 18/8 = 2.25
Q q o β ( 0,5772 ln L ) m 3 / det 50 52.72 ( 0,5772 ln 2.25 ) 123.19 m3/dt.
Dari perhitungan tersebut didapat debit rencana sebesar 123,19 m3/detik.
II.3 Metode Empiris II. 3.1
Rumus Rasional.
Metode ini digunakan kalau data debit banjir yang ada tidak memadai. Metode ini menggunakan hubungan antara besarnya curah hujan dengan limpasan permu-kaan. Hubungan ini ditunjukkan menurut rumus sebagai berikut : Qp = 0,00278 . C . I . A Dimana : Qp
= debit puncak banjir ( m3 / detik ).
C
= koeffisien limpasan.
I
= intensitas hujan selama waktu konstentrasi ( mm/jam ).
A
= Luas daerah pengaliran ( ha ).
Besarnya koeffisien limpasan ( C ), diperkirakan berdasar kondisi karakteristik tanah dan tata guna lahan, sebagai berikut ini. Daftar II.16. Besarnya koeffisien limpasan ( C ) pada berbagai karakteristik tanah dan tata guna lahan. Karakteristik tanah Campuran pasir dan atau campuran kerikil
Geluh dan sejenisnya.
Lempung dan sejenisnya
Tata guna lahan
Koeffisien limpasan
pertanian
0.20
padang rumput
0.15
hutan
0.10
pertanian
0.40
padang rumput
0.35
hutan
0.30
pertanian
0.50
padang rumput
0.45
hutan
0.40
Insentitas curah hujan yang digunakan, dihitung berdasar data curah hujan perjam atau per menit yang didapat dari pengukur hujan otomatis atau diperkirakan dari data curah hujan harian maksimum. Waktu untuk menghitung intensitas, disesuaikan dengan waktu konsentrasi
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
33
Irigasi dan Bangunan Air II. ADHITYA D11103022
yaitu waktu yang diperlukan oleh air hujan dari pinggir daerah pengaliran untuk sampai ke sungai. Besarnya waktu konsentrasi dihitung menurut rumus Kirpich sebagai berikut : tc = 0,0195 L0,77 S-0,385 dimana : tc = waktu konsentrasi dalam menit. L = Panjang lereng dalam m. S = kemiringan lereng dalam m/m. Sedangkan intensitas curah hujan kalau diperkirakan berdasar data curah hujan harian, dapat dihitung menurut rumus Mononobe : I
R 24 24 2 / 3 24 t
dimana : R24 = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm). t = lamanya curah hujan dalam jam. m = konstanta/tetapan, yang umumnya besarnya m diambil 2/3. Selain dengan cara tersebut, kalau tersedia data yang memadai, intensitas curah hujan dengan frekwensi tertentu dapat dihitung berdasar rumus : Talbot, Sherman atau Ishiguro. Rumus rasional tersebut umumnya hanya digunakan untuk perhitungan drainase yang diterapkan pada daerah pengaliran ( A ) yang kecil. Untuk perencanaan bendung irigasi, Direktorat Irigasi dalam Standar Perencanaan Irigasi mencatumkan dua metode untuk digunakan yaitu :
II. 3.2
a.
Metode Der Weduwen untuk luas daerah aliran sungai sampai 100 km2.
b.
Metode Melchior untuk luas daerah aliran sungai lebih dari 100 km2.
Metode Weduwen.
Metode der Weduwen ini digunakan untuk daerah pengaliran yang lebih kecil dari 100 km2. Metode ini pada dasarnya merupakan pengembangan dari metode rasional, dimana pada catchment yang agak luas curah hujan yang terjadi pada seluruh daerah pengaliran tidak akan sama dengan curah hujan yang terjadi pada salah satu stasiun curah hujan yang ada. Untuk itu Weduwen menggunakan koeffisien reduksi, untuk mendapatkan besarnya curah hujan yang mewakili besarnya curah hujan yang merata di seluruh daerah pengaliran. Koeffisien reduksi ini bersama dengan luasnya daerah pengaliran, oleh Weduwen dihitung mempengaruhi besarnya koeffisien pengaliran. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Koeffisien aliran dihitung menurut rumus :
α1
b.
Koeffisien reduksi ( ) dihitung dengan rumus : β
c.
Waktu konsentrasi dihitung menurut rumus :
t
4,1 βq7
t1 A t9 120 A
120
0,25 L Q 025 I 0,25
d. Curah hujan maksimum dihitung menurut rumus : q n f. Debit banjir dihitung menurut rumus : Q n
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
Rn 240
67,65 t 1,45
qn A
34
Irigasi dan Bangunan Air II. ADHITYA D11103022
dimana : Q = Debit banjir ( m3/detik ). = Koeffisien aliran. = Koeffisien reduksi. f = Luas daerah pengaliran ( km2 ). q = Hujan maksimum (m3 /km2 /detik ). Rn = Curah hujan harian dengan priode ulang n tahunan ( mm). t = lamanya curah hujan. Curah hujan maksimum ( R n ) yang digunakan dalam perhitungan tersebut diatas, adalah curah hujan harian dengan periode ulang tertentu yang didapat sebagai hasil analisa frekwensi dari data curah hujan harian maksimum yang terjadi setiap tahun dan sekurang-kurangnya ada 10 tahun pengamatan. Analisa frekwensi ini dapat menggunakan metode Gumbell , Log Pearson III atau Log normal seperti yang digunakan untuk analisa frekwesni data banjir seperti yang dibahas terdahulu. Dari rumus-rumus tersebut diatas nampak adanya saling ketergantungan dari masingmasing variabel. Lamanya curah hujan tergantung dari besarnya debit, sedangakan besarnya debit tergantung dari curah hujan maksimum. Curah hujan maksimum ini besarnya juga tergantung dari lamanya hujan. Oleh karena itu dalam perhitungan, lamanya hujan diperkirakan dahulu. Dari perkiraan ini dihitunglah besarnya debit banjir. Berdasar debit banjir yang didapat, dihitung lamanya hujan. Kalau lamanya hujan dari hasil perhitungan ini tidak sama dengan perkiraan awal, maka angka hasil perhitungan digunakan sebagai perkiraan awal kemudian dihitung debit banjir dan kemudian lamanya hujan. Iterasi ini dihentikan sampai besarnya lamanya hujan pada perkiraan sama dengan hasil perhitungan. Contoh perhitungan. Menghitung debit banjir rencana dari suatu bendung , dimana : 1. 2. 3. 4.
Luas daerah pengaliran sungai = 56 km2. Panjang sungai = 11 km. Kemiringan sungai = 0,01 Curah harian maksiumum dengan periode ulang 25 tahunan ( R 25 ) = 210 mm.
Untuk perhitungan ini digunakan perkiraan lamanya hujan to = 9 jam, sehingga : t1 A t9 120 A
120 β α1
qn
4,1 βq7
Rn 240
67,65 t 1,45
91 56 99 120 56
120 1
4,1 0,86 . 5,67 7
210 67,65 240 9 1,45
0.86
0,65
5,67
Q n α β q n A 0,65 . 0,86 . 5,67 . 56 179 t
0,25 L Q 025 I 0,25
0,25 . 11 . 1790,125 . 0,010,25
4,55
Ternyata lamanya hujan dari hasil perhitungan ini ( 4,55 jam ), belum sama dengan perkiraan semula. Untuk itu perhitungan diulangi dengan menggunakan nilai t = 4,55 jam. Perhitungan tersebut hasilnya seperti pada daftar berikut ini. Daftar III.17. Contoh perhitungan banjir rencana dengan menggunakan metode Weduwen. No. 1
to 9,00
0,86
qn 5,67
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
0,65
Qn 179
t 4,55
35
Irigasi dan Bangunan Air II. ADHITYA D11103022
2 3 4 5
4,55 4,22 4,19 4,18
0,81 0,81 0,81 0,81
9,88 10,46 10,52 10,53
0,73 0,74 0,74 0,74
327 327 350 350
4,22 4,19 4,18 4,18
Dari perhitungan tersebut didapat debit banjir rencana sebesar 350 m3/detik.
II. 3.3
Metode Melchior.
Metode Melchior ini pada dasarnya sama dengan metode Weduwen, hanya rumus yang digunakan untuk menghitung koeffisien pengaliran maupun koeffisien reduksi berbeda. Metode Melchior ini dapat digunakan untuk luas daerah pengaliran yang lebih dari 100 km2. Rumus yang digunakan oleh Melchior adalah sebagai berikut :
Qn α β qn A dimana : Qn
= Debit banjir rencana ( m3/dt ).
= Koeffisien pengaliran.
= Koeffisien reduksi.
qn
= curah hujan dalam m3/dt.km2.
A
= Luas daerah aliran sungai ( catchment area ).
a. Besarnya koeffisien pengaliran ( ) berkisar 0,42 - 0,62. Disarankan menggunakan koeffisien pengaliran = 0,52. Namun menurut Standar perencanaan Irigasi ( KP-01 ), besarnya koeffisien pengaliran ini mengambil harga-harga seperti pada daftar berikut ini. Daftar tersebut diambil dari US Soil and Concervation Service seperti yang diterbitkan dalam USBR Design of Small Dam. Daftar II. 18. Besarnya koeffisien pengaliran. Tanah penutup Hutan lebat ( vegetasi dikembangkan dengan baik ) Hutan dengan kelebatan sedang ( vegetasi dikembangkan dengan baik ) Tanaman ladang dan daerah-daerah gundul ( terjal )
Kelompok Hidrologis C
D
0.60
0,70
0,65
0,75
0,75
0,80
Dimana termasuk kelompok C adalah tanah-tanah dengan laju infiltrasi rendah pada waktu dalam keadaan basah dan terutama terdiri dari tanah-tanah yang lapisannya menghalangi
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
36
Irigasi dan Bangunan Air II. ADHITYA D11103022
gerak turun air atau tanah dengan tekstur agak halus sampai halus. Tanah-tanah ini memiliki laju transmisi yang sangat lambat. Termasuk kelompok D ( potensi limpasan air hujan tinggi ) adalah tanah yang memiliki laju infiltrasi yang rendah pada waktu tanah basah sama sekali, terutama terdiri dari tanah lempung dengan potensi mengembang yang tinggi, tanah dengan lapis lempung penahan ( claypan ) di atau dekat permukaan serta tanah dangkal diatas bahan yang hampir kedap air. Tanah ini memiliki laju tranmisi air yang sangat lambat.
b. Koeffisien reduksi dihitung dari persamaan :
F
1970 3960 1720 β β 0,12
Dimana F adalah luas daerah pengaruh hujan dalam km2 . Daerah pengaruh hujan ini merupakan kawasan berbentuk ellips, yang mengelilingi daerah aliran sungai ( catchment area ), dengan sumbu pendek sekurang-kurangnya 2/3 dari sumbu panjang.
Garis ellips tersebut mungkin memotong ujung daerah pengaliran yang memanjang.
Beberapa nilai untuk beberapa luas menurut rumus tersebut adalah seperti pada daftar berikut ini.
Daftar III.19. Koeffisien reduksi Melchior. F
F
F
F
10
0.99
160
0.87
500
0.74
1400
0.57
20
0.98
180
0.86
550
0.72
1600
0.55
30
0.97
200
0.85
600
0.71
1800
0.53
40
0.96
220
0.84
650
0.70
2000
0.51
50
0.95
240
0.83
700
0.69
2200
0.49
60
0.94
260
0.82
800
0.66
2400
0.48
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
37
Irigasi dan Bangunan Air II. ADHITYA D11103022
70
0.93
280
0.81
900
0.65
2600
0.46
80
0.92
340
0.79
1000
0.63
2800
0.45
100
0.91
360
0.78
1100
0.61
3000
0.44
120
0.90
400
0.77
1200
0.60
3200
0.43
140
0.88
450
0.75
1300
0.58
3400
0.42
c. Distribusi curah hujan. Koeffisien reduksi tersebut diatas berlaku untuk durasi curah hujan 24 jam. Untuk durasi kurang dari 24 jam, distribusi curah hujan menurut Melchior adalah seperti pada grafik berikut ini. Grafik tersebut disusun berdasarkan hasil pengukuran di Observatorium Jakarta selama 28 tahun yaitu dari tahun 1866 – 1894. Gambar II. 2 Grafik distribusi curah hujan menurut Melchior. d. Waktu konsentrasi.
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan air hujan yang jatuh dibagian tepi cathment untuk mencapai mulut cathment. Menurut Melchior, hujan yang mengakibatkan banjir adalah curah hujan yang durasinya sama dengan waktu konsentrasinya. T=L/v dimana : L = Panjang sungai ( km ) v = Kecepatan aliran, m/dt. d. Kecepatan aliran ( V ) dihitung menurut rumus : Menurut Melchior kecepatan rata-rata aliran ini dihitung menurut rumus : v
1,31 5 β q A i
2
i
H 0,9 L
dimana : i = kemiringan sungai L = Panjang sungai. H = Perbedaan ketinggian dasar sungai antara hulu dan hilir.
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
38
Irigasi dan Bangunan Air II. ADHITYA D11103022
Dengan demikian untuk menghitung besarnya debit banjir menurut metode Melchior ini,langkah yang perlu diambil adalah sebagai berikut : a) b) c) d) e) f) g)
Tentukan besarnya curah hujan harian untuk periode ualng rencana yang dipilih. Tentukan besarnya dari daftar III. 18 diatas. Buatlah ellips diatas peta daerah aliran sungai ( catchment area ). Hitunglah A, F, L dan i untuk daerah aliran tersebut. Buatlah perkiraan nilai q dan untuk mempermudah gunakan daftar dibawah ini. Hitunglah besarnya v dan T. Berdasar nilai T yang didapat hitunglah q yang terjadi dengan memperhatikan besarnya serta distribusi pada T tersebut. h) Kalau nilai q yang didapat tidak sama dengan perkiraan, maka ulangi perhitungan dengan menggunakan nilai q yang didapat untuk langkah ( e ). i) Kalau sudah sama hitunglah Q = . . q . A Daftar II.20. Perkiraan besarnya q berdasar besarnya F pada metode Melchior. F
q
F
q
F
q
F
q
0.144
29.6
72
6.25
432
3.05
1440
1.55
0.72
22.45
108
5.25
504
2.85
2160
1.2
1.44
19.9
144
4.75
576
2.65
2880
1.0
7.2
14.15
216
4
648
2.45
4320
0.7
14
11.85
288
3.6
720
2.3
5760
0.54
29
9
360
3.3
1080
1.85
7200
0.48
Selain menggunakan cara tersebut, dapat juga menggunakan grafik III.23. berikut ini. Kalau menggunakan grafik tersebut, langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut : a) b) c) d) e) f)
Tentukan besarnya curah hujan harian untuk periode ualng rencana yang dipilih. Tentukan besarnya dari daftar III. 19 diatas. Buatlah ellips diatas peta daerah aliran sungai ( catchment area ). Hitunglah A, F, L dan i untuk daerah aliran tersebut. Buatlah perkiraan harga pertama waktu konsentrasi T o berdasar daftar berikut ini. Dari grafik dibawah ini untuk T c = T o cari nilai qno . Namun nilai ini adalah untuk curah hujan harian 200 mm/hari. Untuk curah hujan sebesar R 24, maka nilai tersebut harus dikalikan dengan R24/200. g) Hitunglah Q = . qno .A h) Berdasar harga qno hitunglah besarnya v dan T( waktu konsentarsi ). i) Kalau nilai T ini tidak sama dengan T o maka ulangilah perhitungan dengan menggunakan waktu konsentrasi sebesar T. Ulangilah langkah ini sampai waktu konsentrasi yang didapat sama dengan wktu konsentrasi yang dihitung. Nilai Q yang didapat adalah debit banjir rencana yang dicari. Daftar II.21. Perkiraan harga-harga To. F (km2)
100
150
200
300
400
500
700
1000
1500
3000
To jam
7.0
7.5
8.5
10.0
11.0
12.0
14.0
16.0
18.0
24.0
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
39
Irigasi dan Bangunan Air II. ADHITYA D11103022
Gambar III. Grafik banjir Melchior.
Contoh perhitungan.
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
40
Irigasi dan Bangunan Air II. ADHITYA D11103022
Akan dihitung debit banjir dari suatu sungai dengan data sebagai berikut : Luas daerah aliran sungai 525 km2. Panjang sungai 50 kilometer. Perbedaan tinggi 600 meter. Curah Hujan rencana 240 mm. Perhitungan akan dilakukan dengan dua cara : 1.
Tanpa grafik III.2.
2.
Dengan grafik III.2. Berdasar gambar ellips yang dibuat mengelilingi catchment seperti diatas, didapat sumbu panjang ellips 40 kilometer dan sumbu pendek 27,6 kilometer. Sehingga luas ellips ( F ) = /4 x 40 x 27,6 =
867 km2. Kemiringan sungai ( i ) = H/0,9 L = 600/0,9. 50 = 0,0133 Tanpa menggunakan grafik III.2. Dari daftar III.19 untuk F = 867 km2, didapat = 0,65. Dari daftar III.20 untuk F = 867 didapat q = 2,11 Dengan q = 2,11 dapat dihitung v : v
1,31 5 β q A i
2
1,31 5 0,65 . 2,11 . 525 . 0,01332
0,87 m/dt .
Dengan besarnya v seperti itu Waktu konsentrasi ( T ) dapat dihitung : T
L 50 . 1000 v 1,21 . 60 . 60
11.99 jam .
Untuk hujan dengan durasi 11,99 jam, prosentase curah hujan sebesar 90 % ( dari grafik III.2. ). Sehingga besarnya q adalah : q
0,90 . R n . 1000 0,90 . 240 . 1000 T . 60 . 60 15,99 . 60 . 60
3,75
Ternyata besarnya q yang diperkirakan tidak sama dengan q yang diperhitungkan, sehingga perhitungan harus diulangi dengan menggunakan harga q = 3,75. Perhitungan tersebut selanjutnya akan memberi nilai sebagai berikut :
Daftar II.22 Perhitungan banjir dengan metode Melchior ( I ).
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
41
Irigasi dan Bangunan Air II. ADHITYA D11103022
q 3.75 4.21 4.31 4.33
v 0.97 1.00 1.00 1.00
T 14.25 13.93 13.87 13.85
Rt 0.90 0.90 0.90 0.90
q 3.75 4.21 4.31 4.33
Dengan demikian didapat nilai q = 4.33 dan T = 13,85 jam. Debit banjir : Q = . . q . A = 0,7 . 0,65 . 4,33 . 525 = 1.034 m3/detik. Dengan menggunakan grafik III.2. Untuk penggunaan grafik tersebut, maka kita harus memperkirakan besarnya T dari daftar II. 21, dimana untuk F – 867 km2, didapat T = 13 jam. Dari grafik III.2., untuk F = 867 dan T = 13 didapat q = 2,35. Karena grafik ini untuk curah hujan 200 mm, maka untuk curah hujan 240 mm, besarnya q = 240/200 x 2,35 = 2,82. Dengan nilai ini kita dapat menghitung besarnya v yaitu : v
1,31 5 β q A i
2
1,31 5 2,82 . 525 . 0,01332
1,00 m/dt .
Berdasar nilai v tersebut kita dapat menghitung waktu konsentrasi ( T ) : T
L 50 . 1000 v 1,00 . 60 . 60
13.85 jam .
Ternyata besarnya waktu konsentrasi masih belum sama dengan perkiraan semula. Dengan menggunakan nilai ini kita akan mendapat besarnya q dari grafik = 2,35 dan untuk curah hujan 240 mm didapat q = 2,82. Kecepatan yang terjadi juga akan sama dengan 1,00 m/dt dan dengan kecepatan tersebut besarnya waktu konsentrasi adalah 13,85 jam dan ini sudah sama dengan perkiraan semula. Dengan nilai q = 2,82 akan didapat debit banjir : Q = . q . A = 0,7 . 2,82 . 525 = 1.036 m3/detik.
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
42