I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang panjang (Vigna sinensis L.) termasuk sayuran buah yang sudah sangat popular. Buah atau polong muda bermanfaat antara lain sebagai bahan makanan dan untuk pengobatan (terapi) yaitu pengobatan kanker payudara, anemia, antioksidan, antibakteri, antivirus, sebagai penyeimbangan bakteri usus dan konstipasi. Di samping itu, daun muda juga dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan sayuran dan untuk bahan makanan ternak. Kacang panjang dapat digunakan untuk pengobatan karena mengandung zat- zat yang berkhasiat sebagai obat. Zat yang terkandung dalam kacang pajang adalah lignin, klorofil dan serat. Lignin berkhasiat sebagai antikanker, antibakteri, dan antivirus. Dan klorofil berkasiat sebagai antioksidan dan antikanker, sedangkan serat berfungsi sebagai penyeimbang bakteri dalam usus. (Cahyono, 2006). Banyak manfaat tersebut disebabkan oleh banyaknya kandungan gizi dalam kacang panjang. Menurut Irfan dan Sunarjono (2003) polong muda kacang panjang banyak mengandung vitamin A, B, C, sedangkan bijinya yang sudah tua mengandung protein yang cukup tinggi (17—23 persen). Polong muda kacang panjang mengandung protein 2,7 gram, lemak 0,3 gram, hidratarang 7,8 gram, dan menghasilkan 34 kalori per 100 gram bahan berat bersih. Karena begitu
2 banyaknya manfaat dari kacang panjang, sehingga menggugah kesadaran masyrakat untuk mengkosumsinya. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya konsumsi kacang panjang perkapita sejak tahun 2004 (3.43 kg/th), 2005 (3.69 kg/th) dan tahun 2006 (4.00 kg/th) (Deptan, 2008). Data Dapertemen Pertanian menyatakan luas panen kacang panjang nasional pada tahun 2005 mencapai 84.839 ha dengan produksi polong segar 466.387 ton, tahun 2006 terjadi penurunan luas panen dengan luas 84.798 ha dan produksi 461.239 ton. Hal ini juga diikuti penurun produktivitas 5.5 ton/ha pada tahun 2005 menjadi 5.4 ton/ha pada tahun 2006 (database.deptan.go.id). Penurunan produksi kacang panjang yang terjadi pada tahun 2006 harus kita perbaiki, hal yang masih mungjin dapat kita lakukan ialah dengan menggunakan benih unggul bermutu. Menurut Rukmana (1998) kebutihan benih kacang panjang 15—20 kg/ha. Bila dikalkulasikan dengan luas panen kebutuhan benih kacang panjang nasional tahun 2006 berkisar 1271,8 —1271,9 ton. Menurut Cahyono (2006) produksi di tingkat nasional masih belum banyak bila dibandingkan dengan produksi varietas introduksi seperti Merah Putih Super (MPS), Putih Super (PS), dan Hijau Super (HS) semuanya berasal dari Thailand dengan produktivitas 17 ton/ha untuk MPS dan 14 ton/ha untuk PS dan HS. Terlihat perbedaan produktivitas yang mencolok antara varietas introduksi dengan produksi nasional. Selain perbedaan produktivitas yang masih mencolok, juga masih langkanya kultivar unggul nasional. Selain masalah produksi yang rendah, kita perlu punya varietas rakitan sendiri sehingga tidak tergantung dengan luar negeri yang suatu saat akan mahal dan langka.
3 Upaya untuk merakit kultivar unggul nasional kacang panjang adalah melalui progam pemuliaan. Untuk itu perlu dipelajari studi uji daya hasil kacang panjang pada polong muda dan polong tua sebagai benih yang di bandingkan dengan varietas standar. Berdasarkan pada identifikasi dan pembatasan masalah percobaan ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut: Apakah terdapat genotipe unggul yang memiliki potensi daya hasil polong segar yang tinggi, hasil benih tinggi, dan sesuai selera masyarakat yang dapat dilepas sebagai kultivar baru. 1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut: Mengetahui potensi hasil polong segar, hasil benih, dan selera masyarakat dari genotipe hasil persilangan yang di uji 1.3 Landasan Teori Dalam rangka menyusun penjelasan teoritis terhadap pertanyaan yang telah dikemukakan, penulis menggunakan landasan teori sebagai berikut: Perakitan varietas unggul kacang panjang dilakukan melalui beberapa tahapan. Meliputi penciptaan populasi yang secara genetik beragam, silang dalam dilakukan untuk meningkatkan homozigositas. Setelah persilangan, hal yang penting yang harus dilakukan adalah seleksi. Seleksi merupakan kegiatan untuk
4 memisahkan individu unggul dengan individu tidak unggul. Seleksi tanaman untuk menghasilkan zuriat unggul tergantung pada besarnya nilai ragam genetik dan heritabilitas. Seleksi yang dilakukan akan efektif apabila terdapat keragaman genetic yang luas dan heritabilitas yang tinggi. Nilai heritabilitas yang tinggi dapat diartikan bahwa pengaruh lingkungan sangat kecil sehingga faktor genetik lebih dominan dalam penampilan fenotipik suatu tanaman. Setelah proses seleksi selesai dilakukan, pada generasi F5 atau selanjutnya dari galur- galur terpilih dievaluasi melalui uji daya hasil guna memenuhi beberapa syarat sebelum dilepas. Ameriana dan Soetiarso (1998) yang dikutip oleh Ulum (2007) menyatakan bahwa pada tanaman Kacang panjang (Vigna sinensis L.) faktor kualitas yang diperhatikan oleh konsumen adalah warna polong, kematangan polong, panjang polong, bentuk polong, diameter polong, serta permukaan polong. Bagi produsen faktor kualitas pada komponen hasil dan produksi tinggi menjadi sifat diingkan bagi produsen. Sedangkan Cahyono (2008) menyatakan kacang panjang yang diminati konsumen adalah warna polong hijau tua bukan hijau keputihan karena rasanya lebih manis, kematangan sedang yaitu biji-biji dalam polong tidak menonjol, panjang polong seragam, dan mudah dipatahkan. Untuk mendapat kacang panjang sesuai yang diharapkan oleh konsumen, dapat dilakukan melalui progam pemulian tanaman. Kegiatan pemulian tanaman pada umumnya dilakukan untuk mengembangkan varietas unggul kacang panjang yang diarahkan pada potensi hasil, sehingga evaluasi yang dilakukan mengarah pada sifat kuantitatif (hasil polong segar dan benih) dan sifat kualitatif (kerenyahan, rasa manis, dan ketahanan terhadap penyakit) yang mempengaruhi daya hasil.
5 Dalam perakitan tanaman hibrida, diperlukan tetua- tetua yang memiliki sifat-sifat unggul untuk direkombinasikan. Welsh (1991) yang dikutip oleh Ulum (2007) menyatakan bahwa setiap kelompok sosial memiliki standar produksi sendiri, produk- produk tanaman yang tidak diterima oleh sekelompok sosial sering ditinggalkan, kecuali genotipe yang unggul. Karenanya sifat-sifat unggul umumnya ditentukan oleh pemulia berdasarkan selera konsumen dan atau alasanalasan ilmiah yang mendasari pemilihan sifat tersebut, misal: hasil panen dan kandungan nutrisi yang tinggi, penampilan, dan rasa yang disukai oleh konsumen. Keunggulan tetua- tetua yang hasil keturunanya di uji daya hasil antara lain berpolong panjang dan silindris, polong berwarna hijau, dan berasa manis. Sifat— sifat tersebut sangat disenangi oleh konsumen. Kacang panjang merupakan tanaman menyerbuk sendiri. Populasi self sering diartikan dengan kultivar autogami yaitu putik dibuahi oleh pollen sendiri (self pollination). Penyerbukan sendiri menghasilkan biji autogami yang memungkinkan pengumpulan lokus homozigot yang mengendalikaan sifat yang diinginkan. Lokus homozigot ini tidak mengalami segregasi dalam self selanjutnya, sehinga kestabilan sifat inginkan dapat dipertahankan (Hikam, 2006). Dengan melakukan selfing maka homozigositas akan meningkat 50% dan menurunkan heterozigositas juga sebesar 50%. Hanya dengan selfing sebanyaknya 6 kali kita mendapatkan persentase homozigot {1-(1/2)6} x 100% = 98.6% dan kita dapat memisahkan populasi ke dalam kelompok genetik yang berbeda- beda dan masing- masing yang seragam dapat kita kelompokan menjadi satu kelompok.
6 Tahap pembentukan varietas baru kacang panjang meliputi penciptaan populasi yang secara genetik beragam, silang dalam dan seleksi, selanjutnya uji daya hasil pendahuluan, uji daya hasil lanjutan, dan pelepasan varietas. (Mc Kenzie, et al. 1987). Penelitian ini merupakan salah satu tahap dalam pembentukan varietas baru kacang panjang, yaitu uji daya hasil pendahuluan. 1.4 Kerangka Pemikiran Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, berikut ini disusun kerangka pemikiran untuk memberi penjelasan teoritis terhadap perumusan masalah. Untuk mendapat kacang panjang sesuai yang diharapkan oleh konsumen, dapat dilakukan melalui progam pemulian tanaman. Dalam perakitan kultivar unggul, diperlukan tetua- tetua yang memiliki sifat-sifat unggul untuk direkombinasikan. Karenanya sifat-sifat unggul umumnya ditentukan oleh pemulia berdasarkan selera konsumen dan atau alasan- alasan ilmiah yang mendasari pemilihan sifat tersebut, misal: hasil panen dan kadungan nutrisi yang tinggi, penampilan, dan rasa yang disukai oleh konsumen. Keunggulan tetua- tetua yang hasil keturunanya di uji daya hasil antara lain berpolong panjang dan silindris, polong berwarna hijau, dan berasa manis. Sifat— sifat tersebut sangat disenangi oleh konsumen. Tetua yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih koleksi laboratorium Benih dan Pemulian Tanaman Universitas Lampung. Benih- benih tersebut merupakan benih F5 yang merupakan hasil persilangan dari benih- benih landrace yang berasal dari Purbalingga, Jember, dan Banyuwangi. Persilangan dilakukan
7 pada akhir tahun 2006 menghasilkan 5 populasi F1. benih F1 ditanam pada bulan Mei 2007 di Bandar Lampung dan di panen sebanyak 783 biji. Pada bulan September 2007, sebagian benih F2 genotipe Hitam-Putih (keturunan persilangan antara galur Cokelat putih dan Hitam ditanam (selfing) dan sudah di panen benih F3. benih F3 sudah ditanam pada awal Januari 2008; dan benih F4 dipanen pada bulan Feb 2008. Dan benih F4 ditanam awal Maret 2008 dan benih F5 dipanen pada akhir Mei 2008. Selanjutnya benih F5 akan di uji daya hasilnya dengan cara membandingkan dengan varietas standar. Persilangan kacang panjang dapat digunakan untuk meningkatkan keragaman genetik dan menggabungkan sifat sifat yang diinginkan yang berasal dari banyak varietas. Namun umumnya persilangan hanya dilakukan dua varietas saja. Dengan melakukan persilangan maka akan terjadi rekombinasi keturunan yang memiliki sifat—sifat dari kedua tetua. Besarnya rekombinasi ini dirumuskan { (1/2)n} x 100%, jadi keturunan hasil persilangan mewarisi 50 % dari sifat tetuanya. Diharapkan dengan keunggulan- keungulan dari tetua pada persilangan ini, menghasilkan keturunan yang berzuriat unggul dalam hal polong segarnya (warna polong hijau, rasa manis, polong renyah, panjang polong seragam), serta dalam bentuk benih diharapkan produksinya tinggi, testa seragam, dan benih memiliki vigor yang tinggi. Benih hasil persilangan ini dilakukan uji daya hasil dengan membandingkan benih hasil pesilangan dengan varietas standar untuk melihat apakah benih hasil persilangan ini benar- benar memiliki potensi daya hasil yang tinggi, serta
8 produksi polong segarnya disukai konsumen, dan memiliki sifat kualitatif. Diharapkan terdapat genotipe unggul dalam hal polong segar, benih, dan kualitas sehingga dapat diajukan ke Dinas Pertanian untuk dilepas sebagai kultivar baru yang dapat menambah keragaman dan bila dilakukan produksi benih dalam jumlah banyak maka kebutuhan akan benih kacang panjang menjadi lebih tersedia. 1.5 Hipotesis Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut: Terdapat genotipe unggul yang memiliki daya hasil polong segar yang tinggi, hasil benih yang tinggi, dan terdapat genotipe unggul yang diminati pasar (warna polong hiaju, panjang polong seragam, rasa manis) yang dapat dilepas sebagai kultivar baru.