TUGAS KONSEP DASAR IPA Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari Mata Kuliah Konsep Dasar IPA Dosen:A. Syachruroji, M.Pd
Disusun Oleh : Ika Milenia Septyaningrum
(2227180122)
Novi sopirah
(2227180076)
Teti rahmawati Christine mangge
Kelas / Semester : PGSD 1/ B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG 2018
Kata Pengantar Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah analisis surat sehingga dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Adapun maksud dan tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai tugas mata kuliah Konsep Dasar IPA. Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan dalam menyusun makalah ini. 2. Bapak A. Syachruroji, M.Pd selaku dosen mata kuliah Konsep Dasar IPA. 3. Serta teman-teman yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Penlis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari dosen dan rekan-rekan mahasiswa/i, tetap kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Atas kurang dan kesalahan dalam makalah ini, kami mohon maaf pada pembaca. Harapan kami semoga makalah ini dapat diterima dan bermanfaat.
Serang, 24 Agustus 2018
Penyusun
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR………………
i
DAFTAR ISI ………………………..
ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……………………
3
1.2 Tujuan ………………...……..……
3
1.3 Rumusan masalah…………………
3
BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Besaran dan pengukuran ……….
6
2.2 Kinematika……………………
9
2.3 Dinamika……………………..
14
BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan …………………
18
3.2 Saran ………………………..
18
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Fisika adalah saalah satu ilmu pasti yang dalam kajiannya terbatas pada fisikbenda. Salah satu kajian dalam fisika ialah mengenai 2. Tujuan Penulisan 2.1 Untuk mengetahui apa itu besaran dan satuan 2.2 Untuk mengetahui apa itu kinematika 2.3 Untuk mengetahui apa itu dinamika 3. Rumusan Masalah 3.1 Apa yang dimaksud dengan besaran dan satuan? 3.2 Apa yang dimaksud dengan kinematika? 3.3 Apa yang dimaksud dengan dinamika?
BAB II PEMBAHASAN 1. Besaran dan pengukuran Fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala alam, Fisika adalah ilmu yang mengungkap ayat-ayat Allah yang terdapat di alam ini (ayat Kauniah), sehingga diharapkan manusia dapat memahaminya serta memanfaatkannya sebagai modal pengabdiannya kepada Tuhan Pencipta Semesta alam ini. Gejala alam yang dipelajari itu baik yang terjadi pada benda/materi yang dapat diamati langsung (makro), seperti gerak planet, lintasan roket, gerak mobil dan lain-lain, maupun benda/materi yang tidak dapat kita amati langsung (dunia mikro), seperti halnya gerak elektron dalam atom, perambatan kalor dalam logam dan peristiwa-peristiwa lainnya. Segala gejala alam tersebut dapat ditunjukkan melalui sifat-sifat berbagai besaran fisika tersebut serta hubungan antara satu besaran dengan besaran lainnya. Misalnya untuk memahami apakah logam memuai atau tidak ketika dipanasi, kita menyelediki panjang logam tersebut melalui pengukuran dan kaitannya dengan suhunya. Untuk memudahkan dalam mengungkap gejala alam ini, maka digunakan berbagai lambang notasi yang mewakili besaran-besaran fisika. Contohnya Massa (m), panjang (l), waktu (t), laju (v), suhu (T) Kuat medan magnet (B) dan banyak lagi besaran besaran lainnya. Jumlah besaran dalam Fisika ini banyak karena itu akan diperlukan banyak sekali satuan. Karena itu dalam dunia ilmu pengetahuan digunakan satuan standar yang disepakati secara Internasional. A. Besaran Pokok Besaran adalah sesuatu yang dapat ditentukan atau diukur, dan hasil pengukurannya dinyatakan dengan satuan. Satuan adalah sesuatu yang digunakan sebagai pembanding dalam pengukuran. Besaran Pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu dan tidak bergantung pada satuan-satuan besaran lain. Dalam Sistem Internasional ada 7 besaran pokok yaitu: Tabel 1. Besaran Pokok dalam Sistem Internasional (SI)
B. Sistem Satuan Internasional Pada dasarnya satuan besaran dapat ditentukan secara sembarang. Tetapi hal ini akan menyulitkan atau banyak menimbulkan masalah karena satu besaran dapat mempunyai bermacam-macam satuan. Satuan tersebut dapat berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain. Misalnya, untuk satuan besaran panjang digunakan meter, inci, kaki, hasta, depa, dan jengkal. Oleh karena itu, perlu ditetapkan satuan standar yang berlaku secara umum. Di berbagai negara maupun di berbagai penerapan tekhnologi telah digunakan berbagai macam satuan untuk suatu besaran. Misalnya untuk satuan panjang,masih ada orang yang menggunakan inchi, kaki, mil, bahkan di daerah-daerah tertentu masih digunakan jengkal, tumbak, depa atau yang lainnya. Adanya berbagai satuan untuk besaran yang sama tentu saja dapat menimbulkan kesulitan. Untuk mengatasi kesulitan tesebut kita perlu merumuskan satu jenis satuan untuk suatu besaran tertentu yang standar yang disebut satuan standar. Syarat utama satuan standar adalah : • Nilai satuannya harus sama • Mudah diperoleh kembali ( mudah ditiru ) • Dapat diterima secara internasional Berikut ini akan diuraikan definisi satuan standar untuk 3 besaran pokok, yaitu meter untuk besaran panjang, kilogram untuk besaran massa, dan sekon untuk besaran waktu. a. Meter standar Standar panjang internasional yang pertama adalah sebuah batang yang terbuat dari campuran platina-iridium yang disebut meter standar. Meter standar ini di simpan di Internasional Bureau of Weight and Measures di kota Sevres, Perancis. Satu meter didefinisan sebagai jarak antara dua goresan pada kedua ujung meter standar yang diukur pada suhu 0oC. Ada beberapa kelemahan dalam penggunaan meter standar, diantaranya : 1. Meter standar mudah rusak. Hal ini disebabkan batang platina iridium mudah terpengaruh oleh perubahan suhu. Apabila rusak batang ini sulit untuk dibuat ulang. 2. ketelitian pengukuran tidak memadai lagi dengan kemajuan teknologi saat ini. Dengan adanya kelemahan tersebut dibutuhkan meter standar yang baru dengan menggunakan panjang gelombang cahaya.Pada tahun 1960 ditetapkan bahwa satu meter didefinisikan sama dengan 1.650.763,73 kali panjang gelombang sinar jingga yang dipancarkan atomatom krypton ( Kr-86 ). Pada tahun 1983, definisi standar meter diubah lagi. Satu meter adalah jarak yang ditempuh cahaya dalam selang waktu 1/299.792.458
b. Kilogram standar Satu kilogram adalah massa silinder campuran platina-iridium yang di simpan di Internasional Bureau of Weight and Measures di kota Sevres dekat Paris, Perancis.Massa standar satu kilogram dipilih sedemikian rupa sehingga sama dengan massa 1 liter air murni pada suhu 4 derajat C. c. Sekon standar Pada tahun 1956, satu sekon ditetapkan berdasarkan perputaran bumi pada porosnya (rotasi bumi), yaitu waktu satu hari. Karena rotasi bumi tidak tetap benar, maka digunakan waktu hari rata-rata dalam satu tahun. Oleh karena itu, diperoleh waktu sekon standar, yaitu(1/24x60x60=1/86.400) bagian dari lamanya satu hari matahari ratarata. Namun, setelah dilakukan pengamatan dengan lebih teliti lagi ternyata selang waktu satu hari matahari rata-rata berbeda dari tahun ke tahun. Ini menyebabkan para ilmuwan mengubah satuan standar sekon. Pada tahun 1967 satuan waktu standar ditetapkan berdasarkan jam atom Cesium. Satu sekon didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan oleh atom Cesium-133 (Cs-133) untuk bergetar sebanyak 9.192.631.770 kali. C. Besaran Turunan Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari satuan besaran pokok. Tabel 2. Contoh-contoh besaran turunan:
D. Konversi Satuan Pemakaian satuan dalam penyelesaian suatu persoalan terkadang menjadi masalah, dikarenakan perbedaan satuan yang digunakan untuk menafsirkan suatu besaran. Untuk mengatasi hal tersebut kita memerlukan suatu tahapan konversi untuk mengubah suatu satuan ke satuan lain. Di dalam pengkonversian suatu satuan, maka kita memerlukan suatu faktor konversi yang terdiri dari bilangan dan penyebut yang masing-masing memiliki satuan
yang berbeda, tetapi memiliki besar yang sama, sehinggga faktor konversi ini bernilai satu. Contoh: Mengubah dari 45 yard ke dalam satuan meter 1 yard = 0,9144 meter s = 45 yard = (45 yard ) . 0,9144 meter / 1 yard = 41,1 meter Tabel 3. Faktor konversi besaran panjang, massa dan waktu
E. Notasi Ilmiah Dalam melakukan pengukuran, seringkali kita berhadapan dengan bilangan yang sangat besar ( misalnya, radius rata-rata Matahari = 696 000 000 m) , atau bilangan yang sangat kecil (misalnya, radius atom hidrogen = 0,000 000 000 053 m), sehingga kita mengalami kesulitan. Untuk menyelesaikan masalah itu disusumlah bilangan secara ilmiah yang disebut notasi ilmiah. Dalam notasi ilmiah kita menuliskan bilangan sebagai hasil kali bilangan a ( 1 < a < 10) dengan bilangan 10 berpangkat, yang disebut orde. Tabel. 4. Awalan dan simbol bilangan 10 berpangkat
F. Dimensi Dimensi suatu besaran menggambarkan bagaimana besaran tersebut disusun dari kombinasi besaran-besaran pokok. Tabel 5. Dimensi dari besaran pokok
Berikut ini dirumuskan berbagai dimensi dari besaran turunan: Tabel 6. Dimensi Besaran Turunan
Salah satu manfaat dari konsep dimensi adalah untuk menganalisis benar atau salahnya suatu persamaan.
2. Kinematika A. Posisi, Kecepatan dan Percepatan Kondisi gerak suatu titik partikel dideskripsikan oleh perubahan posisi partikel sebagai fungsi waktu,r’(t). Dalam mekanika klasik waktu dianggap tidak bergantung pada sistem kerangka koordinat yang dipilih,waktu hanya sebagai sesuatu yang mengalir bebas dari besaran-besaran fisis lainnya. Bila fungsi r’(t) sudah diketahui untuk sebarang waktu t, maka keadaan gerak partikel tadi secara praktis sudah diketahui. Tetapi terkadang informasi tentang gerak partikel tidak diketahui dalam bentuk posisi tetapi dalam besaran-besaran lain yang akan kita definisikan. Dalam selang waktu ∆t, posisi partikel akan berpindah dari r’(t) menjadi r’(t + ∆t). Vektor perubahan posisinya adalah ∆r’ = r’(t + ∆t)−r’(t)
Didefinisikan suatu besaran yang kita sebut sebagai kecepatan, untuk menggambarkan perubahan posisi ini. Kecepatan sebuah partikel adalah laju perubahan posisi partikel terhadap waktu. Kecepatan rerata partikel dalam selang waktu ∆t didefinisikan sebagai
Sedangkan kecepatan sesaat pada saat t didefinisikan sebagai
Untuk menggambarkan perubahan kecepatan ini didefisikan besaran percepatan. Percepatan sebuah partikel adalah laju perubahan kecepatan partikel terhadap waktu. Percepatan rerata partikel tadi didefinisikan Sebagai
sedangkan percepatan sesaatnya pada saat t didefinisikan sebagai
B. Gerak dengan Kecepatan Konstan Bila kecepatan partikel konstan ~v, maka percepatannya nol. Untuk kasus ini posisi partikel pada waktu t dapat diketahui melalui integrasi persamaan berikut ini dr’= v’dt yang bila diintegralkan dari saat awal t0 dengan posisi r’(0) ke saat akhir t dengan posisi r’(t)
Grafik hubungan posisi dan waktu membentuk garis lurus dengan nilai gradien grafik (kemiringan grafik) sama dengan nilai kecepatan yang konstan
C. Gerak dengan Percepatan Konstan Bila percepatan partikel konstan a’, kecepatan partikel dapat ditentukan dari integrasi persamaan berikut Ini dv’ = a’dt yang bila diintegralkan dari saat awal t0 dengan kecepatan v’(0) ke saat akhir t dengan kecepatan v’(t)
Grafik posisi sebagai fungsi dari waktu berbentuk grafik kuadratis (parabolik), dengan gradien grafik sama dengan besar kecepatan partikel pada saat tertentu. Sedangkan grafik kecepatan sebagai fungsi waktu berbentuk garis lurus dengan gradien grafiknya sama dengan besar percepatan partikel.
D. Kombinasi Gerak Posisi terjauh partikel, yaitu posisi ketika partikel kembali memiliki posisi y=0
E. Gerak Melingkar Beraturan Gerak melingkar beraturan adalah gerak dengan lintasan berbentuk lingkaran dan kelajuan konstan. Walau kelajuannya konstan, tetapi vektor kecepatannya berubah, yaitu berubah arahnya. Kita tinjau suau partikel
bergerak melingkar dengan jejari lintasan lingkarannya r. Lihat gambar di bawah ini
F. Gerak Relatif Ketika menganalisa gerak suatu partikel, kita meninjaunya relatif terhadap suatu titik acuan dan sistemn koordinat tertentu, yang secara bersama-sama disebut sebagai kerangka acuan. Besaran-besaran gerak partikel tersebut, seperti posisi, kecepatan dan percepatan dapat bernilai berbeda bila dilihat dari kerangka acuan yang berbeda. Dalam analisa ini, kita memakai pendekatan klasik di mana waktu dianggap sama disemua kerangka acuan. Ditinjau misalnya suatu kerangka acuan A dan kerangka acuan kedua B. Posisi titik asal B dlihat dari titik asal A, diberikan oleh vektor R’BA(t). Posisi sebuah partikel C menurut kerangka A dan B secara berturutan adalah r’CA(t) dan r’CB(t). Hubungan antara r’CA(t) dan r’CB(t), diberikan oleh (lihat gambar)
r’CA(t) = r’CB(t) + R’BA(t)
3. Dinamika A. Konsep Gaya 1. Inersia Untuk menggerakkan sebuah benda yang awalnya berada dalam keadaan diam dibutuhkan pengaruh luar. Misalnya dengan mendorong sebuah balok yang diam di atas lantai, balok tersebut akan bergerak. Dorongan kita ini adalah pengaruh luar terhadap balok tadi yang menyebabkannya bergerak. Dari pengalaman sehari-hari, ketika pengaruh luar, yaitu dorongan tadi, dihilangkan dari balok, maka balok tersebut lama kelamaan akan berkurang kecepatannya dan akhirnya diam. Dari sini anda mungkin akan menyimpulkan bahwa agar sebuah benda terus bergerak perlu terus menerus diberi dorongan, dan bila pengaruh luar tersebut hilang, maka benda akan kembali diam. Tetapi apakah pengaruh luar pada benda tadi benar-benar sudah hilang? Bagaimana dengan pengaruh lantai terhadap benda tadi, yang jelas-jelas menghambat gerak benda? Seandainya kita memilih lantai yang permukaannya licin, dan balok kita tadi juga memiliki permukaan yang licin maka setelah dorongan kita hilangkan, balok tadi masih akan tetap bergerak untuk waktu yang cukup lama. Bisa kita bayangkan bila tidak ada
hambatan dari lantai (super licin) terhadap balok, maka balok tadi akan tetap terus bergerak dengan kecepatan konstan walaupun dorongan sudah dihilangkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa bila pengaruh luar pada sebuah benda benar-benar dihilangkan, maka sebuah benda akan tetap diam bila pada mulanya diam, dan akan tetap bergerak dengan kecepatan konstan, bila pada mulanya bergerak dengan kecepatan konstan. Kesimpulan ini, yang pertama kali disimpulkan oleh Galileo Galilei, dikenal sebagai prinsip inersia atau kelembaman. Benda-benda cenderung untuk mempertahankan kondisi geraknya, bila dia diam, akan tetap diam dan bila bergerak, akan tetap bergerak dengan kecepatan konstan, selama tidak ada pengaruh luar yang mengubah kondisi geraknya. 2. Hukum Newton pertama dan kedua Bagaimana pengaruh luar mempengaruhi perubahan kondisi gerak suatu benda? Hal ini dijawab dengan hukum Newton ke-2. Karena keadaan ‘alami’ suatu benda adalah bergerak dengan kecepatan tertentu (diam adalah ‘bergerak’ dengan 𝑣⃗=0), maka logis bila dikatakan ‘pengaruh luar’ akan menyebabkan perubahan kecepatan ∆𝑣⃗. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pengaruh luar tersebut akan menyebabkan percepatan pada benda. Tetapi dari berbagai pengamatan ditemukan bahwa untuk menghasilkan perubahan kecepatan yang sama, pada benda yang berbeda dibutuhkan ‘besar’ pengaruh luar yang berbeda pula. Sebaliknya dengan besar pengaruh luar yang sama, perubahan kecepatan pada benda-benda ternyata berbeda-beda. Jadi ada suatu kuantitas intrinsik (internal) pada benda yang menentukan ukuran seberapa besar sebuah pengaruh luar dapat mengubah kondisi gerak benda tersebut. Kuantitas ini tampaknya sebanding dengan jumlah zatnya, tetapi juga tergantung pada jenis zatnya. Kuantitas intrinsik pada benda-benda ini kemudian disebut sebagai massa inersia, disimbolkan dengan m. Massa inersia (atau sering juga disebut saja sebagai massa) memberikan ukuran derajat kelembaman atau derajat inersia sebuah benda. Satuan dari massa dalam SI adalah kilogram (kg). Makin besar massanya makin sulit untuk menghasilkan perubahan kondisi gerak pada benda tersebut. Pengaruh luar yang menyebabkan berubahnya keadaan gerak suatu benda kemudian disebut sebagai gaya (force) dan disimbolkan dengan 𝐹⃗ . Satuan dari gaya adalah newton (N). Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa ‘kuantitas gerak’ suatu benda bergantung pada massa inersia dan kecepatan benda. Untuk itu didefinisikan suatu besaran vektor untuk menggambarkan kuantitas gerak tadi, yang disebut sebagai momentum 𝑝⃗ ≡ mv. Gaya kemudian didefinisikan (diukur) sebagai laju perubahan momentum 𝑑𝑝⃗ 𝐹⃗ = 𝑑𝑡
Sedangkan hukum Newton pertama adalah kasus khusus ketika tidak ada pengaruh luar pada sebuah benda, atau ketika gayanya sama dengan nol, yang tidak lain adalah perumusan ulang dari prinsip inersia. Yaitu bila total gaya yang bekerja pada sebuah benda adalah nol, maka benda tersebut akan tetap diam bila awalnya diam atau akan tetap bergerak dengan kecepatan konstan bila awalnya bergerak. Untuk kasus di mana massa benda tetap konstan, maka ⃗⃗ 𝑑𝑣 ⃗⃗⃗⃗ 𝐹 = m 𝑑𝑡 = m𝑎⃗
3. Hukum Newton ketiga Hukum Newton ketiga memberikan informasi tentang sifat gaya. Gaya yang bekerja pada sebuah benda berasal dari benda lain yang ada di lingkungannya. Dari fakta serta eksperimen diketahui bahwa ketika sebuah benda memberi gaya pada benda kedua, banda kedua juga akan memberi gaya pada benda pertama tadi. Walaupun secara prinsip, sifat gaya-gaya tadi tidak dapat dipastikan kecuali lewat eksperimen, tetapi kita dapat memahaminya melalui pengandaian berikut ini. Ditinjau suatu sistem yang terdiri dari dua partikel. Bila tidak ada gaya dari luar sistem yang mempengaruhinya, sistem tadi sebagai satu kesatuan, tampak tidak mengalami pengaruh luar, sehingga seharusnya sistem tersebut akan tetap diam atau bergerak dengan kecepatan konstan, sesuai hukum newton kedua. Kita dapat memilih suatu kerangka acuan di mana sistem dalam keadaan diam. 4. Beberapa Jenis Gaya Hukum newton hanya memberikan perumusan tentang bagaimana gaya mempengaruhi keadaan gerak suatu benda, yaitu melalui perubahan momentumnya. Sedangkan bagaimana perumusan gaya dinyatakan dalam variable-variabel keadaan benda, harus dicari melalui pengamatan terhadap benda-benda penyebab gaya. a. Gaya berat Untuk semua benda yang dekat permukaan bumi, percepatan gravitasi yang dialami benda dianggap sama, sehingga berat benda sebanding dengan massanya. Besar gaya benda pada sebuah benda yang dekat dengan permukaan bumi diberikan oleh W = mg Dengan g adalah percepatan gravitasi bumi, yang nilainya pada permukaan bumi sekitar 9,8 m/𝑠 2 . Untuk benda jauh dari permukaan bumi, harus digunakan perumusan percepatan gravitasi yang diperoleh dari hokum gravitasi universal. b. Gaya pegas
Sebuah pegas ideal bila diregangkan atau ditekan akan memberikan gaya yang sebanding dengan besar perubahan Panjang pegas. Jadi gaya yang diberikan oleh pegas adalah 𝐹⃗ = −kΔ𝑥⃗ Δ𝑥⃗ adalah vector besar perubahan Panjang pegas dan tanda negatif pada persamaan diatas menunjukan arah gayanya yang berlawanan dengan arah Panjang pegas. Konstanta kesebandingan k disebut juga dengan konstanta pegas. c. Gaya kontak Antara dua permukaan benda yang saling bersentuhan aka nada gaya dari permukaan benda yang satu dengan permukaan benda yang kedua, dan sebaliknya. Gaya ini yang kita sebut sebagai gaya kontak. Arah gaya kontak ini sembarang begitu pula besarnya
B. Usaha dan Energi 1. Usaha Dalam fisika usaha dapat didefinisikan sebagai hasil kali scalar vector gaya dan vector perpindahan benda. Usaha dilambangkan dengan W dan untuk gaya konstan dirumuskan sebagai W = 𝐹⃗ .𝑠⃗ = Fs cos θ Dengan θ adalah sudut antara vector gaya dan vektor perpindahan benda 𝑠⃗. Apabila gaya nya tidak konstan maka harus di jumlahkan untuk setiap bagian perpindahannya dengan gaya yang konstan
Bila perpindahannya kontinyu, maka perumusan di atas berubah menjadi integral 𝑏 ⃗⃗⃗⃗⃗ W = ∫ 𝐹⃗ .𝑑𝑠 𝑎
2. Teorema usaha-energi Sekarang kita tinjau total usaha, yaitu usaha yangdilakukan oleh semua gaya yang bekerja pada benda, dan kita jumlahkan menurut komponenkomponen produk skalarnya
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan Besaran adalah sesuatu yang dapat ditentukan atau diukur, dan hasil pengukurannya dinyatakan dengan satuan sedangkan Satuan adalah sesuatu yang digunakan sebagai pembanding dalam pengukuran. Kinematika merupakan salah satu bahasan fisika yang mengulas ger gerakan benda tanpa menghubungkan penyebab benda tersebut bergerak. Ruang lingkup kinematika meliputi jarak, perpindahan, kecepatan, kelajuan, percepatan 2. Saran Dengan adanya pembahasan kinematika serta penerapannya dalam kehidupan diharapkan ada tindak lanjut dalam penerapan kinematika selanjutnya.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi pengukuran, kinematika dan dinamika dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan semoga makalah ini dapat berguna.