C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Keperawatan Penurunan Curah Setelah dilakukan tindakan Jantung keperawatan selama 3x24 jam diharapkan penurunan curah jantung dapat teratasi dengan kriteria hasil : 1. Tekanan darah dalam batas normal (systole : 110-140 mmHg dan Diastole: 80-90 mmHg) 2. CRT kurang dari 3 detik 3. Produksi urine › 30 ml/ jam 4. Nadi 70-90 kali/ menit 5. Tidak terjadi aritmia 6. 6. Bebas gejala gagal jantung
Rencana Keperawatan
Rasional
1. Kaji dan laporkan tanda 1. Kejadian mortalitas dan morbiditas penurunan curah jantung. sehubungan dengan MI yang lebih dari 24 jam 2. Periksa keadaan klien 2. Biasanya terjadi takikardia meskipun pada dengan mengauskultasi saat istirahat untuk mengompensasi nadi apikal: kaji frekuensi, penurunan kontraktilitas ventrikel, KAP, irama jantung PAT, MT, PVC, dan AF disritmia umum (dokumnetasi disritmia, berkenaan dengan GJK meskipun lainnya bila tersedia telemetri). juga terjadi. 3. Catat bunyi jantung. 3. S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa, irama gallop (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah ke dalam serambi yang distensi murmur dapat menunjukkan inkompetensi/ stenosis mitral. 4. Palpasi nadi perifer. 4. Penurunan curah jantung menunjukkan menurunnya nadi, radial, popiteal, dorsalis pedis, dan postibial. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Rencana Keperawatan 5.
6.
7.
8.
9.
10.
Rasional
Pantau adanya keluaran 5. Ginjal berespons untuk menurunkan curah urine, catat keluaran jantung dengan menahan cairan dan dan kepekatan urine. natrium. Istirahatkan klien 6. Untuk menurunkan beban kerja jantung, dengan tirah baring tirah baring membantu dalam menurunkan optimal. beban kerja dengan menurunkan volume intravaskular melalui induksi diuresis berbaring. Atur posisi tirah baring 7. Pada posisi ini aliran balik vena ke jantung yang idel. Kepala dan paru berkurang, kongesti paru tempat tidur harus berkurang, serta penekanan hepar ke dinaikkan 20-30 cm. diafragma menjadi minimal. Berikan istirahat 8. Stress emosi menghasilkan vasokontriksi psikologi dengan yang terkait, meningkatkan tekanan darah lingkungan yang dan meningkatkan frekuensi/ kerja tenang. jantung. Berikan oksigen 9. Meningkatkan sediaan oksigen untuk tambahan dengan nasal kebutuhan miokardium guna melawan kanul/ masker sesuai efek hipoksia/ iskemia. dengan indikasi. Hindari manuver 10. Berjongkok dapat meningkatkan aliran dinamik seperti balik vena dan retensi arteri sistemik berjongkok sewaktu secara simultan menyebabkan kenaikan melakukan BAB dan volume sekuncup dan tekanan arteri. Dan mengepal-ngepalkan latihan isometrik dapat meningkatkan tangan.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Rencana Keperawatan
Rasional
11. Kolaborasi untuk pemberian diet jantung.
12. Pemberian cairan IV, pembatasan jumlah total sesuai dengan indikasi, hindari cairan garam.
13. Pantau seri EKG dan perubahan foto dada.
14. Kolaborasi pemberian obat.
untuk
resistensi arteril sistemik, tekanan darah dan ukuran jantung, latihan ini dapat meningkatkan beban kerja jantung. 11. Dukungan diet adalah mengatur diet sehingga kerja dan ketegangan otot jantung minimal dan status nutrisi terpelihara, sesuai dengan selera dan pola makan klien. 12. Oleh karena adanya peningkatan tekanan ventrikel kiri, pasien tidak dapat menoleransi peningkatan volume cairan. Pasien juga mengeluarkan sedikit natrium yang menyebabkan retensi cairan dan meningkatkan kerja miokard. 13. Depresi segmen ST dan datarnya gelombang T dapat terjadi karena peningkatan kebutuhan oksigen. Foto dada menunjukkan pembesaran jantung dan perubahan kongesti pulmonal. 14. Banyaknya obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan kongesti.
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Keperawatan Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan tidak efektif keperawatan selama 3x24 jam diharapkan jalan nafas efektif dengan kriteria hasil : 1. Tidak ada keluhan sesak 2. Tidak tampak tarikan dinding dada 3. Klien bisa istirahat pada malam hari 4. TTV dalam batas normal (RR 20-24 kali/ menit) 5. 5. Analisis gas darah dalam batas normal
Rencana Keperawatan
Rasional
1. Auskultasi bunyi nafas, catat 1. Menyatakan adanya kongestif paru/ adanya mengi. pengumpulan sekret menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lebih lanjut. 2. Anjurkan klien untuk batuk 2. Membersihkan jalan nafas dan efektif dan nafas dalam. memudahkan oksigen. 3. Dorong untuk perubahan posisi sering. 3. Membantu untuk mencegah atelektasis dan 4. Koreksi keseimbangan asam pneumonia. basa. 4. Mencegah asidosis yang dapat 5. Berikan tambahan O2 6 liter/ memperberat fungsi pernapasan. menit. 5. Untuk meningkatkan konsentrasi O2 6. Kolaborasi : dalam proses pertukaran gas. a. RL 500 cc/ 24 jam 6. Meningkatkan kontraktilitas otot jantung b. Digoxin 1-0-0 sehingga dapat mengurangi timbulnya edema dan dapat mencegah gangguan 7. Berikan furosemid 2-1-0 pertukaran gas. 7. Membantu mencegah terjadinya retensi cairan dengan menghambat ADH.
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan Rasional Keperawatan Pola nafas tidak setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kedalaman 1. distress pernapasan dan perubahan pada efektif keperawatan selama 3x24 pernafasan, frekuensi, dan tanda vital dapat terjadi sebagai akibat dari jam diharapkan Pola nafas ekspansi dada. diafragma yang menekan paru-paru. efektif dengan kreteria hasil 2. Catat upaya 2. kesulitan bernafas dengan ventilator : 1. RR Normal pernafasan termasuk dan/atau peningkatan tekanan jalan napas 2. Tidak ada bunyi penggunaan otot bantu di duga memburuknya kondisi/terjadinya nafas tambahan dan nafas komplikasi. penggunaan otot Bantu pernafasan. 3. Auskultasi bunyi napas dan 3. bunyi napas menurun/tak ada bila jan 3. GDA Normal catat adanya bunyi napas napas obstruksi sekunder terhadap krekels, mengi.
perdarahan, krekels dan mengi menyertai
4. Tinggikan
obstruksi
kepala dan bantu untuk mencapi
posisi
senyaman mungkin.
yang
jalan
napas/kegagalan
pernapasan 4. duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahka pernapasan. Pengubahan posisi
dan
ambulansi
meningkatkan
pengisian udara segmen paru berbeda sehingga memperbaiki difusi gas.
Diagnosa Keperawatan Risiko Tinggi Terhadap Kelebihan Volume Cairan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Rencana Keperawatan
Rasional
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi kelebihan volume cairan sistemik dengan kriteria hasil : 1. Klien tidak sesak napas 2. Intake dan output seimbang 3. Pitting edema tidak ada 4. Produksi urine › 600 ml/ hari
1. Kaji adanya edema 1. Curiga gagal kongestif/ kelebihan volume ekstremitas. cairan. 2. Kaji tekanan darah. 2. Sebagai salah satu cara untuk mengetahui peningkatan jumlah cairan yang dapat diketahui denganm meningkatkan beban kerja jantung yang dapat diketahui dari meningkatnya tekanan darah. 3. Peningkatan cairan dapat membebani 3. Kaji distensi vena jugularis. fungsi ventrikel kanan yang dapat dipantau melalui pemeriksaan tekanan vena jugularis. 4. Ukur intake dan output 4. Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/ air, dan penurunan keluaran urine. 5. Timbang berat badan. 5. Perubahan tiba-tiba berat badan menunjukkan gangguan keseimbangan cairan. 6. Beri posisi yang membantu 6. Meningkatkan venous return dan drainase ekstremitas, mendorong berkurangnya edema perifer. lakukan latihan gerak pasif. 7. Sebagai terapi 7. Kolaborasi : a. Natrium meningkatkan retensi cairan a. Berikan diet tanpa dan meningkatkan volume plasma garam yang berdampak terhadap peningkatan beban kerja jantung.
Diagnosa Keperawatan
Risiko Gangguan Jaringan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Tinggi Setelah dilakukan tindakan Perfusi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi gangguan perfusi jaringan dengan kriteria hasil: 1. Klien tidak mengeluh pusing 2. TTV dalam batas normal : TD : 110-140/80-90 mmHg Nadi : 70-90 kali/menit 3. CRT ‹ 3 detik 4. Urine › 600 ml/ hari
Rencana Keperawatan
1.
2.
3. 4.
5. 6. 7.
Rasional
b. Berikan diuretik, contoh : furosemide c. Pantau data laboratorium elektrolit dan kalium
b. Diuretik bertujuan untuk menurunkan volume plasma dan menurunkan retensi cairan di jaringan sehingga menurunkan resiko terjadinya edema paru. c. Hipokalemia dapat membatasi keefektifan terapi.
Auskultasi TD, bandingkan kedua lengan, ukur dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri bila memungkinkan. Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaforesis secara teratur. Kaji kualitas peristaltik, jika perlu pasang sonde. Kaji adanya kongesti hepar pada abdomen kanan atas. Pantau urine output. Catat adanya murmur. Pantau frekuensi jantung dan irama.
1. Hipotensi dapat terjadi juga disfungsi ventrikel, hipertensi juga fenomena umum yang berhubungan dengan nyeri cemas karena pengeluaran katekolamin.
2. Mengetahui derajat hipoksemia dan peningkatan tekanan perifer. 3. Mengetahui pengaruh hipoksia terhadap fungsi saluran cerna, serta dampak penurunan elektrolit. 4. Sebagai dampak gagal jantung kanan, jika berat akan ditemukan adanya tanda kongesti. 5. Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya produksi urine, pemantauan yang ketat pada produksi urine ‹ 600 ml/ hari merupakan tanda-tanda terjadinya syok kardiogenik.
Diagnosa Keperawatan
Nyeri
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri terkontrol dengan kriteria hasil: 1. Skala nyeri 0 (0-5) 2. Wajah tampak rileks 3. Tidak terjadi penurunan perfusi perifer 4. TTV dalam batas normal
Rencana Keperawatan
Rasional
8. Berikan makanan kecil/ mudah dikunyah, batasi asupan kafein. 9. Kolaborasi : Pertahankan cara masuk heparin (IV) sesuai indikasi.
6. Menunjukkan gangguan aliran darah dalam jantung. 7. Perubahan frekuensi dan irama jantung menunjukkan komplikasi disritmia. 8. Makanan besar dapat meningkatkan kerja miokardium. Kafein dapat merangsang langsung ke jantung sehingga meningkatkan frekuensi jantung.. 9. Jalur yang paten penting untuk pemberian obat darurat. 1. Variasi penampilan dan perilaku klien karena terjadi sebagai temuan pengkajian. 2. Nyeri berat dapat menyebabkan syok kardiogenik yang berdampak pada kematian mendadak. 3. Memberi rasa rileks kepada klien.
a. Catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, lama dan penyebabnya. b. Anjurkan kepada klien untuk melaporkan nyeri dengan segera. c. Lakukan manajemen nyeri keperawatan: d. Atur posisi fisiologis.
e. Istirahatkan klien.
f. Berikan oksigen tambahan dengan nasa kanul atau
4. Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan O2 ke jaringan yang mengalami iskemia. 5. Istirahat akan menurunkan kebutuhan O2 jaringan perifer, sehingga kebutuhan miokardium mneurun dan akan meningkatkan suplai darah dan oksigen ke miokardium yang membutuhkan O2 untuk menurunkan iskemia.
masker sesuai indikasi. g. Manajemen lingkungan batasi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Keperawatan Nutrisi kurang dari Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3×24 kebutuhan tubuh jam diharapkan pemenuhan kebutuhan pasien tercukupi dengan kriteria hasil : 1. Intake nutrisi tercukupi. 2. Asupan makanan dan cairan tercukupi 3. Penurunan intensitas terjadinya mual muntah 4. Penurunan frekuensi terjadinya mual muntah 5. Pasien mengalami peningkatan berat badan
dengan
lingkungan, tenang dan
Rencana Tindakan 1. Kaji frekuensi mual, durasi, tingkat keparahan, faktor frekuensi, presipitasi yang menyebabkan mual. 2. Anjurkan pasien makan sedikit demi sedikit tapi sering. 3. Anjurkan pasien untuk makan selagi hangat 4. Diskusikan dengan keluarga dan pasien pentingnya intake nutrisi dan hal-hal yang menyebabkan penurunan berat badan. 5. Timbang berat badan pasien jika memungkinan dengan teraturpengunjung.
6. Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian miokardium sekaligus mengurangi ketidaknyamanan sampai dengan iskemia. 7. Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan Rasional 1. Penting untuk mengetahui karakteristik mual dan faktor-faktor yang menyebabkan mual. Apabila karakteristik mual dan faktor penyebab mual diketahui maka dapat menetukan intervensi yang diberikan. 2. Makan sedikit demi sedikit dapat meningkatkn intake nutrisi. 3. Makanan dalam kondisi hangat dapat menurunkan rasa mual sehingga intake nutrisi dapat ditingkatkan. 4. Membantu memilih alternatif pemenuhan nutrisi yang adekuat. 5. Dengan menimbang berat badan dapat memantau peningkatan dan penrunan status gizi. 6. membantu meningkatkan kondisi O2. 7. Meningkatkan asupan O2 sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari iskemia jaringan otak.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Rencana Keperawatan 6. Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam. 7. Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri. 8. Lakukan manajemen sentuhan. 9. Kolaborasi dalam pemberian terapi: a. Antiangina (nitrogliserin). b. Analgesik, morfin 2-5 mg intravena. c. Penyekat beta. Contoh: atenolol, tonormin, pridolol. d. Penyekat saluran kalsium. Contoh: diltiazem (prokardia).
Rasional 8. Distraksi (pengalihan perhatian) dapat berupa sentuhan dukungan psikologis dapat membantu mneurunkan nyeri. 9. Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan dukungan psikologis dapat membantu menurunkan nyeri. a. Membantu proses pengontrolan nyeri. b. Nitrat berguna untuk kontrol nyeri dengan efek vasodilatasi koroner. c. Menurunkan nyeri hebat, memberikan sedasi, dan mengurangi kerja. Penghambat (adrenergik) beta menghambat reseptor beta 1 untuk pengontrol nyeri melalui efek hambatan rangsang simpatis, dengan demikian denyut jantung akan berkurang. d. Kalsium mengaktivasi kontraksi miokardium serta menambah beban kerja.
Diagnosa Keperawatan Intoleransi Aktivitas
Tujuan dan Kriteria Hasil
Rencana Keperawatan
Rasional
Selama dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan beraktivitas dan kebutuhan perawatan diri sendiri terpenuhi dengan kriteria : 1. Tidak terjadi kelemahan dan kelelahan 2. Tanda-tanda vital dalam batas normal TD: 110-140/80-90 mmHg Nadi: 70-90 kali/menit RR: 20 kali/menit
1. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas khususnya bila klien menggunakan vasodilator, diuretik, penyakit dada. 2. Catat respon cardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dispnea, berkeringat, pucat. 3. Kaji presipilator/ penyebab kelemahan. 4. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas. 5. Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi, selingi periode aktivitas dengan periode istirahat. 6. Kolaborasi: Implementasikan program rehabilitasi jantung.
1. Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek oabt (vasodilator), perpindahan cairan (diuretik atau pengaruh fungsi jantung). 2. Penurunan/ ketidakmampuan miocardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dapat meningkatkan segera frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen, juga meningkatkan kelemahan dan kelelahan. 3. Kelemahan adalah efek samping dari beberapa obat. 4. Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas. 5. Pemenuhan kebutuhan perawatan diri tanpa mempengaruhi atress miocard. Kebutuhan oksigen berlebihan. 6. Peningkatan terhadap aktivitas menghindari kerja jantung/ konsumsi oksigen berlebihan.
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan Rasional Keperawatan Risiko kerusakan Selama dilakukan tindakan a. Kaji kulit, adanya edma, 1. kulit berisiko karena gangguan sirkulasi integritas kulit keperawatan selama 3x24 area sirkulasi terganggu, perifer, dan gangguan status nutrisi. jam diharapkan kerusakan atau kegemukan/kurus. 2. meningkatkan aliran darah, meminimalkan integritas kulit tidak terjadi b. Pijat area yang kemerahan hipoksia jaringan. dengan kriteria : 1. tidak terdapat luka atau memutih. 3. memperbaiki sirkulasi/menurunkan waktu decubitus c. Ubah posisi sering satu area yang meganggu aliran darah. 2. kulit bersih ditempat tidur/kursi, 4. terlalu kering atau lembab merusak kulit bantu
rentang
gerak
aktif/pasif.
5. Edema intertisisal dan gangguan sirkulasi
d. Berikan perawatan kulit sering,
dan mempercepat kerusakan.
meminimalkan
dengan kelembaban. e. Hindari intramuscular.
memperlambat
absorbs
predisposisi
untuk
kulit/terjadinya infeksi. obat
obat
dan
kerusakan
Diagnosa Keperawatan Cemas
Tujuan dan Kriteria Hasil Selama dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam kecemasan klien berkurang atau hilang dengan kriteria hasil : 1. Klien menyatakan kecemasan berkurang 2. Kooperatif terhadap tindakan 3. Wajah rileks 4. Klien mengenal perasaannya dengan mengidentifikasi penyebab atau faktor yang mempengaruhinya.
Rencana Tindakan 1. Bantu klien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan dan takut. 2. Kaji tanda verbal dan nonverbal kecemasan, dampingi klien dan lakukan tindakan bila menunjukkan perilaku merusak. 3. Hindari konfrontasi. 4. Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan. Beri lingkungan yang tenang dan suasana pebuh istirahat. 5. Tingkatkan kontrol sensasi klien. 6. Orientasikan klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan. 7. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan ansietasnya. 8. Berikan privasi untuk klien
Rasional 1. Cemas berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung selanjutnya.
2. Reaksi verbal/ nonverbal dapat menunjukkan rasa agitasi, marah dab gelisah. 3. Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerjasama dan mungkin memperlambat pemyembuhan. 4. Mengurangi ransangan eksternal yang tidak perlu. 5. Kontrol sensasi klien dengan cara memberikan informasi mengenai keadaan klien. 6. Orientasi dapat menurunkan kecemasan. 7. Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang tidak diekspresikan. 8. Memberi waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan cemas dan perilaku adaptasi. 9. Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan.
9. dan orang terdekat. 10. Kolaborasi: Berikan anticemas sesuai indikasi, contohnya diazepam. Diagnosa Keperawatan Kurang Pengetahuan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Rencana Tindakan
Rasional
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien mengerti mengenai kondisi, program pengobatan sehingga episode kekambuhan kearah yang lebih berat dapat dicegah dengan kriteria : a. Klien dapat menerima keadaannya b. Klien dapat mengidentifikasi stress pribadi, faktor resiko dan beberapa tekhnik untuk mengatasi c. Klien mau melakukan perubahan pola hidup/ perilaku yang perlu
1. Diskusikan fungsi jantung normal, meliputi informasi sehubungan dengan perbedaan klien dari fungsi normal, jelaskan perbedaan antara serangan jantung dengan GJK. 2. Kuatkan rasional pengobatan. 3. Diskusikan pentingnya menjadi seaktif mungkin tanpa menjadi kelelahan dan istirahat diantara aktivitas. 4. Diskusikan pentingnya pembatasan natrium. 5. Diskusikan obat, tujuan dan efek samping, berikan instruksi secara verbal dan tertulis. 6. Anjurkan dan lakukan demonstrasi ulang
1. Pengetahuan proses penyakit dan harapan dapat memudahkan ketaatan pada program pengobatan. 2. Klien percaya bahwa perubahan program pengobatan pasca pulang dibolehkan bila merasa baik dan bebas gejala atau merasa lebih sehat yang dapat meningkatkan resiko eksaserbasi gejala. Pemahaman program, obat dan pembatasan dapat meningkatkan kerjasama untuk mengontrol gejala. 3. Aktivitas berlebih dapat berlanjut menjadi kelemahan jantung, eksaserbasi kegagalan. 4. Pemasukan diet natrium diatas 3 gram/ hari akan menghasilkan efek diuretik. 5. Pemahaman kebutuhan terapiutik dan pentingnya upaya pelaporan efek samping yang dapat mencegah komplikasi obat, cemas dapat menghambat pemasukan keseluruhan dan klien/ orang dekat dirujuk kemateri tulisan pada kertas untuk menyegarkan ingatan. 6. Meningkatkan pemantauan sendiri pada
kemampuan mengambil dan mencatat nadi harian dan kapan memberi tahu perawat. 7. Jelaskan dan diskusikan peran klien dalam mengontrol faktor resiko dan faktor pencetus. 8. Bahas ulang tanda/ gejala yang memerlukan perhatian medik cepat, edema, nafas pendek, peningkatan kelelahan, batuk, hemaptisis, demam. 9. Beri kesempatan klien/ orang terdekat untuk menanyakan, mendiskusikan masalah.
kondisi/ efek obat. Deteksi dini perubahan memungkinkan intervensi tepat waktu dan mencegah komplikasi seperti toksisitas digitalis. 7. Menambahkan pada kerangka pengetahuan dan memungkinkan klien untuk membuat keputusan berdasarkan informasi sehubungan dengan kontrol kondisi dan mencegah berulang/ komplikasi, merokok potensial untuk vasokontriksi, pemasukan natrium meningkatkan pembentukan retensi/ edema air. 8. Pemantauan sendiri meningkatkan tanggungjawab klien dalam pemeliharaan kesehatan dan alat mencegah komplikasi. 9. Kondisi kronis dan berulang/ menguatnya kondisi GJK sering melemahkan kemampuan koping.