INFORMASI BUDIDAYA PALA DAN PENGOLAHANNYA
Kata Pengantar Brosur ini digunakan
dengan maksud membantu para Petani dalam
mengelola Usahatani Pala. Brosur ini disusun oleh Dinas Perkebunan Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya dan penulis menggunakan sebagai bahan sumber untuk kelengkapannya dalam pelatihan petani pala sebagai informasi bagaimana peningkatan pascapanen buah pala dan cara pengolahan pala. Semoga Brosur yang sederhana ini dapat digunakan sebagai pegangan dan dapat menambah khasanah tulisan mengenai Pala. Akhirnya diucapkan terima kasih kami sampaikan pada Dinas Perkebunan Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya atas bantuannya. Bagian Proyek Informasi Pertanian Irian Jaya. Daftar Isi Hal I.
PENDAHULUAN ……………………………..……………………….. 1
II. MENGENAL TANAMAN PALA……………………..…………. ……. 3 III. SYARAT-SYARAT TUMBUH……………………………..……….…. 7 IV. PERBANYAKAN TANAMAN PALA……………………………..…… 11 V. CARA MENANAM………………………………………………...…… 15 - Persiapan lahan ………………………………………………………. 15 - Lubang dan jarak tanam ………………………………………..…… 15 - Bibit ………………………………..…………………………………... 16 - Pemeliharaan ……………………………………………………….... 16 - Hama dan penyakit ………………………………………………..…. 17 VI. PANEN …………………………………………………………………... 23 VII. PENGOLAHAN……………………………………………………….…. 25
PENDAHULUAN Pala [Myristica fragrans Houtt] merupakan salah satu komoditi pertanian yang memiliki nilai ekonomis tinggi, di samping berjenis-jenis komoditi pertanian ekonomis lainnya. Menurut pendapat para ahli, pala adalah tanaman asli Indonesia yang berasal dari MALAISE ARCHIPEL yaitu gugusan kepulauan Banda dan Maluku. Kemudian menyebar dan berkembang ke pulau-pulau lain yang berada di sekitarnya, bahkan sekarang telah mencapai Aceh, Sulawesi Utara dan Irian Jaya. Sebagai tanaman rempah-rempah, pala dapat menghasilkan minyak etheris dan lemak khusus yang berasal dari biji dan fuli. Biji pala menghasilkan 2 sampai 15 % minyak etheris dan 30 - 40 % lemak, sedangkan fuli menghasilkan 7 - 18 % minyak etheris dan 20 - 30 % lemak (fuli adalah arie yang berwarna merah tua dan merupakan selaput jala yang membungkus biji). Daging buah pala dapat digunakan sebagai manisan atau asinan, biji dan fulinya bermanfaat dalam industri pembuatan sosis, makanan kaleng, pengawetan ikan dan lain-lainnya. Disamping itu minyak pala hasil penyulingan, dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri sabun, parfum, obat-obatan dan sebagainya. Sementara itu permintaan pasar dunia akan pala setiap tahun terus meningkat, dan tidak kurang dari 60 % kebutuhan pala dunia didatangkan dari Indonesia. Dalam rangka ikut serta meningkatkan devisa negara melalui export non migas, memperluas lapangan kerja dan melihat prospek pala yang menjanjikan harapan baik tersebut, maka sudah waktunya tanaman pala
perlu mendapatkan perhatian dan penanganan untuk dikembangkan secara luas di Propinsi Irian Jaya. Pala Indonesia lebih disukai oleh pasar dunia, karena mempunyai beberapa kelebihan di banding pala dari negara lain, kelebihannya antara lain rendemen minyaknya yang tinggi dan memiliki aroma yang khas. MENGENAL TANAMAN PALA Pala ( Myristica fragrans Houtt) adalah tanaman daerah tropik yang memiliki 200 species, dan seluruhnya tersebar di daerah tropis. Dalam keadaan pertumbuhan yang normal, tanaman pala memiliki mahkota yang rindang, dengan tinggi batang 10 - 18 m. Mahkota pohonnya meruncing ke atas, dengan bahagian paling atasnya agak bulat serta ditumbuhi daunan yang rapat. Daunnya berwarna hijau mengkilat, panjangnya 5 - 15 cm, lebar 3 - 7 cm dengan panjang tangkai daun 0,7 -1,5 cm. Tanaman pala termasuk golongan tanaman berjenis kelamin tunggal, meskipun terdapat pula tanaman berjenis kelamin ganda. Berumah dua, yang memiliki perbedaan yang jelas antara pohon betina dan pohon jantan. Tanaman pala betina di tandai dengan pertumbuhan cabangnya secara horizontal (mendatar), sedangkan tanaman pala jantan di tandai dengan cabang-cabangnya yang mengarah ke atas membuat sudut lancip dengan batangnya. Keterangan: A = Pohon pala betina, yang ditandai dengan pertumbuhan cabangnya secara horizontal (mendatar). B = Pohon pala jantan, ditandai dengan cabang-cabangnya yang mengarah ke atas membuat sudut lancip dengan batangnya.
Di samping tanaman pala jantan dan betina, terdapat pula yang campuran dimana tanaman jantan akan dapat menghasilkan bunga betina, tetapi jarang terjadi tanaman betina berbunga jantan.Tanaman pala memiliki buah berbentuk bulat, berwarna hijau kekuning-kuningan buah ini apabila masak terbelah dua. Garis tengah buah berkisar antara 3 -9 cm, daging buahnya tebal dan asam rasanya. Biji berbentuk lonjong sampai bulat, panjangnya berkisar antara 1,5 - 4,5 cm dengan lebar 1- 2,5 cm. Kulit biji berwarna coklat dan mengkilat pada bagian luarnya. Kernel biji berwarna keputih-putihan, sedangkan fulinya berwarna merah gelap dan kadangkadang putih kekuning-kuningan dan membungkus biji menyerupai jala. Myristica fragrans Houtt, Myristica argentea Ware, dan Myristica fattua Houtt, adalah jenis-jenis pala yang dianggap penting karena bernilai ekonomis, sehingga jenis-jenis inilah yang banyak diusahakan. Jenis-jenis pala
lainnya
yang
kurang/tidak
bernilai
ekonomis
sehingga
jarang
diusahakan, antara lain : Myristica malabarica Lam, Myristica specioca Ware, Myristica sucedona 81 dan lain-lainnya. a. Myristica fragrans Houtt. Para petani pala kebanyakan menyebutnya sebagai pala asli, jenis ini merupakan jenis umum yang diusahakan di Indonesia. Penyebarannya yang merata ini disebabkan karena pala yang dihasilkan baik dalam bentuk biji maupun fuli, memiliki mutu yang tinggi, karenanya jenis inilah yang paling banyak diminta pasar dunia. Dari jenis ini dikenal pula jenis- jenis pala daerah antara lain: - Pala Raja, fulinya cukup tebal dengan biji kecil. - Pala Meraya, buahnya merangkai-rangkai, tetapi jenis ini sudah sangat langka.
–Pala Bui, bentuk bijinya bulat panjang, berasal dari pohon campuran. –Pala Pencuri, kulit biji tidak rata dan fulinya tidak menutup buah. –Pala Holland, dikenal pula dengan nama pala putih karena warna fulinya putih. Fuli ini akan berubah warnanya menjadi kuning setelah di jemur. b. Myristica argentea Ware. Jenis pala ini banyak dijumpai di Irian Jaya, tinggi pohonnya mencapai 15 m dan dapat tumbuh pada ketinggian daerah 700 m di atas permukaan laut. Selain Irian Jaya, pala jenis ini juga terdapat di Seram dan beberapa daerah di sekitarnya. Fuli dari jenis ini disebut fuli liar, karena kualitasnya yang berbeda serta aroma kurang halus dibandingkan dengan pala jenis Myristica fragrans Houtt. Kandungan minyak etheris dari fulinya hanya 6,5%. Pala jenis ini terutama dihasilkan menjadi NUT MEG BUTTER. Pala jenis ini termasuk yang mendapat pasaran dalam perdagangan. c. Myristica fattua Houtt. Jenis pala ini di Maluku disebut pala jantan atau pala utan, di Pulau Jawa buahnya sering dipakai sebagai ramuan bahan jamu. d. Myristica specioga Ware. Banyak dijumpai di pulau Bacan, tidak ekonomis, karenanya tidak banyak diusahakan. e. Myristica sucedona BL. Pala jenis ini sering pula disebut pala Halmahera, tergolong pala eksport. f. Myristica malabarica LAM. Pala jenis ini berasal dari Malabar, bijinya lonjong, tidak memiliki aroma, karenanya tidak diperdagangkan. SYARAT-SYARAT TUMBUH
Tinggi Tempat Tanaman pala, dapat tumbuh baik pada ketinggian 0 - 700 meter di atas permukaan laut. Tanah Untuk dapat tumbuh baik, memerlukan : - Lapisan atas top soil cukup dalam. - Cukup tersedia unsur hara. - Drainasenya baik. - Udara dalam tanah cukup tersedia. Tanaman pala juga akan tumbuh baik pada tanah yang berstruktur pasir sampai lempung dengan kandungan bahan organik tinggi. Pada tanahtanah yang miskin, tanaman Pala juga dapat tumbuh baik apabila di imbangi dengan pemupukan dan perawatan yang baik. Iklim a. Suhu Daerah-daerah penyebaran tanaman pala memiliki suhu yang tidak sama, yakni berkisar antara 18º C -34º C. Tanaman pala akan berkembang dengan baik di daerah tropis, dengan suhu optimum untuk pertumbuhan dan produksi ±20º C sampai 30º C. b. Curah hujan Tanaman pala memerlukan iklim tropis yang panas dengan curah hujan yang tinggi, tanpa adanya masa kering yang nyata. Pada daerahdaerah yang mempunyai kemiringan tajam dan curah hujan tinggi, perlu dibuat teras-teras untuk mempertahankan tingkat kesuburan tanahnya. Curah
hujan yang baik bagi pertumbuhan tanaman pala ±2175 mm sampai 3550 mm/tahun. c. Angin Tanaman pala peka terhadap angin kencang, karenanya tidak sesuai diusahakan pada areal yang terbuka tanpa tanaman pelindung. Angin yang bertiup terlalu kencang, bukan saja menyebabkan penyerbukan tanaman terganggu, malahan buah dan pucuk-pucuk tanaman akan jatuh berguguran. Untuk daerah-daerah yang tiupan anginnya sering keras, penanaman pohon penahan angin ditepi kebun sangat dianjurkan. Namun tanaman pelindung yang ditanam terlalu rapat, dapat menghambat pertumbuhan tanaman pala, karena adanya persaingan dalam mendapatkan unsur hara.
Ketersediaan Air Tanaman pala peka terhadap genangan air, oleh karena itu sebaiknya pada areal pertanaman pala dibuat saluran pembuangan air yang baik. Walaupun demikian, untuk bulan-bulan kering, tanaman pala memerlukan air yang cukup, untuk itu tanah harus mempunyai ketersediaan air (water holding capacity) yang cukup. Adanya tanaman penutup tanah dan tanaman pelindung, dapat membantu mengatasi ketersediaan air. Terjadinya genangan air pada pertanaman pala, akan berakibat pertumbuhannya terhambat, bahkan tanaman akan mudah terserang penyakit busuk akar yang dapat memusnahkan tanaman.
Pohon Pelindung
Dalam pengusahaan tanaman pala, tanaman pelindung angin harus mendapatkan perhatian. Kegunaan lain pohon pelindung adalah untuk melindungi tanaman dari sinar matahari yang berlebihan, terutama pada saat tanaman masih muda. Yang perlu diperhatikan, pada waktu tanaman sudah berumur 4 - 5 tahun, tanaman pala sudah memerlukan sinar matahari yang banyak untuk dapat berproduksi. Oleh karenanya penjarangan pohon pelindung harus dilakukan, hal ini juga penting untuk mencegah pertumbuhan yang tidak normal yaitu memanjang keatas, dan mencegah terjadinya persaingan di dalam menyerap unsur hara diantara tanaman pala dan tanaman pelindung. Pohon pelindung yang baik adalah pohon yang daunnya tidak terlalu rimbun serta tahan terhadap hempasan angin seperti pohon kelapa, duku, rambutan dan jenis pohon buah-buahan lainnya.
PERBANYAKAN TANAMAN PALA Umumnya tanaman pala dapat diperbanyak dengan mudah melalui tiga cara: - Perbanyakan dengan biji. - Perbanyakan dengan cangkokan - Perbanyakan dengan okulasi. A. Perbanyakan Dengan Biji. Perbanyakan cara ini sebenarnya kurang menguntungkan, karena tanaman baru yang dihasilkan jarang memiliki sifat-sifat persis sama dengan induknya. Umumnya perbanyakan pala dengan biji akan menghasilkan rata-rata pohon betina 55% , jantan 40% dan campuran 5%. Komposisi seperti ini jelas tidak akan dapat memberikan keuntungan, karenanya dalam pengusahaan pala, tanaman jantan dan campuran harus dikurangi. Caranya dengan mengetahui
ciri dari pohon jantan, betina maupun campuran. Ciri pohon betina cabangnya tumbuh mendatar/ horizontal, sedang pohon jantan cabangnya membentuk sudut lancip terhadap batangnya, sedang pohon campuran adalah pohon jantan yang dapat menghasilkan bunga betina. Apabila terpaksa memperbanyak tanaman pala dengan biji, biji-biji pala yang akan dipergunakan sebagai benih harus berasal dari pohon induk yang baik, dari buah yang telah masak penuh dan segera setelah pemetikan (selambat lambatnya 24 jam penyimpanan) harus disemaikan. Biji pala tersebut harus cukup besarnya, berbentuk agak bulat dan simetris. Pengalaman di pulau Banda menunjukkan, bahwa hasil seleksi biji yang besar dari sekumpulan buah yang telah dipanen untuk dijadikan bibit, diambil dari pohon induk yang letaknya berdekatan dengan pohon yang berbunga jantan, dapat memberikan hasil yang memuaskan.
B. Perbanyakan Dengan Cangkokan. Prinsipnya sama seperti mencangkok tanaman-tanaman lainnya, tanaman baru
hasil
cangkokan
akan
memiliki
sifat-sifat
seperti
induknya.
Pelaksanaannya mudah sekali, sekaligus memanfaatkan cabang-cabang tanaman yang kurang produktif tetapi memungkinkan untuk di cangkok. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih cabang yang akan dicangkok - Harus berasal dari pohon induk yang pertumbuhannya baik, rimbun, bebas dari hama dan penyakit, serta produktif. - Umur pohon berkisar antara 12 -15 th. - Cabang harus yang sudah berkayu, tetapi tidak terlalu tua atau muda.
Mencangkok sebaiknya dilakukan pada musim hujan, akan tetapi musim kemarau tidaklah merupakan hambatan, asalkan dilakukan penyiraman yang teratur. Cara lain untuk mengatasinya adalah dengan meletakan kaleng bekas yang diberi lubang halus, kemudian diisi air dan diikat/digantungkan tepat di atas cangkokan. Akar hasil cangkokan akan muncul setelah satu bulan, mula-mula berwarna putih kemudian akan berubah warna menjadi coklat tua pertanda akarnya sudah kuat dan siap dipindahkan ke pertanaman. Apabila pencangkokan dilakukan dengan baik, maka tanaman hasil cangkokan akan cepat tumbuhnya dan tahan terhadap perubahan lingkungan setelah dipindahkan ke kebun.
C. Perbanyakan Dengan Okulasi. Perbanyakan cara ini bukan saja akan mempercepat masa produksi, tetapi dapat pula mengurangi persentase pohon jantan yang muncul. Untuk batang bawah digunakan jenis pala Myristica sucedona BL, sedangkan untuk cabang entrys (mata tunas) diambil dari cabang pohon yang berproduksi tinggi misalnya Myristica fragrans Houtt. Syarat-syarat okulasi: – Besar calon batang atas dan batang bawah (under stump) jangan jauh
berbeda. - Umur batang bawah minimal 1 tahun. - Mata tunas (entrys) diambil dari cabang yang lurus, dari pohon yang telah berproduksi. - Satu atau dua minggu sebelum pengambilan cabang entrys, sebagian daunnya dipangkas untuk merangsang pertumbuhan mata tunas.
- Pisau okulasi harus tajam dan bersih. Cara Menanam Untuk tanah-tanah yang belum pernah ditanami, pembabatan semak belukar dan penebangan pohon-pohon sebaiknya dilakukan pada musim kemarau, hal ini untuk mencegah cepatnya tumbuh kembali semak belukar. Pengolahan tanah dimaksudkan untuk menggemburkan tanah, menciptakan areal yang beraerasi (peredaran udaranya) baik serta membersihkan akar dan sisa-sisa tanaman. Untuk areal yang miring, harus dibuat teras-terus untuk mencegah terjadinya erosi.
Lubang dan Jarak Tanam Lubang tanam harus sudah dipersiapkan 1 bulan sebelum tanam, minimal dengan ukuran 60 X 60 X 60 cm, untuk tanah-tanah yang unsur liatnya banyak, ukuran lubang tanam boleh dibuat lebih besar lagi misal 1 X 1 meter. Dalam menggali lubang, lapisan tanah bagian atas harus dipisahkan dengan lapisan tanah bagian bawah, karena keduanya mempunyai kandungan unsure yang berbeda. Setelah 1 - 2 minggu kemudian tanah galian tadi dimasukkan kembali ke dalam lubang. Lapisan tanah bagian bawah dimasukkan terlebih dahulu, baru kemudian lapisan tanah bagian atas yang sudah diberi pupuk kandang/kompos 1 - 2 kaleng. Dua atau tiga minggu kemudian, penanaman bibit dapat dilakukan. Jarak antara lubang tanam, pada tanah datar dianjurkan 9 X 10 m dan pada tanah berbukit 9 X 9 m. Bibit Bibit yang ditanam adalah yang telah berumur 1 - 2 tahun (bila bibit dari biji/okulasi), bibit yang berasal dari cangkokan segera bisa ditanam setelah akarnya dipandang cukup kuat untuk dipindahkan ke pertanaman.
PEMELIHARAAN Untuk mencapai hasil yang maksimal dari tanaman yang diusahakan, maka pemeliharaan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan, antara lain dalam hal: - Pohon pelindung, tanaman muda umumnya kurang tahan terhadap panas sinar matahari. Oleh karena itu untuk menghindari kerusakan tanaman, perlu dipersiapkan pohon pelindung yang cukup. Setelah tanaman bertambah besar, pohon pelindung dapat diperpanjang. - Penyulaman, bibit yang mati atau tidak normal pertumbuhannya harus segera diganti. - Penyiangan, ini harus dilakukan secara teratur, untuk menghindari persaingan dalam pengambilan unsur hara antara tanaman pala dengan rumput atau tumbuhan pengganggu lainnya. Penyiangan ini bisa dimulai 2 - 3 bulan setelah penanaman, pucuk dan daun-daun baru telah mulai tumbuh (ini berarti pertumbuhan tanaman telah cukup kuat). - Pemupukan, penambahan unsur hara yang habis terserap oleh tanaman mutlak diperlukan. Hal ini untuk menjamin agar tanaman tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi. Pupuk yang diberikan bisa pupuk organic (kompos, pupuk kandang) dan atau pupuk anorganik (urea, ZA, TSP, KCL, NPK dll). Jenis dan dosisnya disesuaikan dengan kondisi tanaman atau mintalah petunjuk pada PPL setempat. Cara pemupukannya dibenamkan dalam parit sedalam 2 - 10 cm, melingkari batang tanaman (selebar kanopi). - Pengendalian tanaman pengganggu/gulma, hampir disetiap kebun ada gulma
yang
jika
dibiarkan
sangat
merugikan.
Oleh
karenanya
pertumbuhannya harus dikendalikan. Penggunaan herbisida bisa dilakukan,
namun efisiensinya perlu diperhitungkan. Karena rekomendasi penggunaan herbisida (jenis dan dosisnya) di setiap daerah mungkin berbeda, maka untuk lebih jelasnya hubungi petugas PPL setempat.
HAMA DAN PENYAKIT a. Hama-Hama 1. Penggerek batang [Batocera hercules] Tanda-tanda serangan berupa terdapatnya lubang gerekan pada batang, dengan diameter 1,5 - 2,0 cm, dari lubang ini keluar serbuk-serbuk kayu. Akibatnya dapat mematikan tanaman pala. Cara pemberantasannya : dengan menginjeksi pestisida sistemik ke dalam batang tanaman (Dimicron 100 EC atau Tamaron 50 EC). Cara lainnya dengan menakik lubang gerekan kemudian membunuh hamanya atau menutup lubang gerakan dengan kayu. 2. Kumbang Areoceum foriculatus Berukuran kecil menyerang buah pala yang telah jatuh, imago menggerek buah kemudian meletakkan telur di dalamnya, yang selanjutnya akan berkembang menjadi lundi yang dapat menggerek buah secara keseluruhan. Cara pencegahannya, buah yang telah dipetik harus segera dikeringkan. 3. Rayap Serangannya dimulai dari akar, kemudian pangkal batang dan seterusnya mengikuti batang bagian dalam, sehingga seluruh bagian batang dapat terserang. Tanda khusus yang dapat dilihat, adalah terjadinya bercak hitam pada permukaan batang. Bila bercak hitam itu dikupas, maka akan kelihatan sarang serta saluran yang dibuat oleh rayap di dalamnya. Serangan rayap ini,
banyak dijumpai pada kebun-kebun yang kurang bersih dari semak dan tanggul-tanggul pohon. Cara pencegahannya, dengan menyemprotkan pestisida pada tanah dan pangkal batang untuk mencegah naiknya rayap ke batang pohon. Cara lainnya adalah dengan menyemprotkan pestisida ke bercak hitam yang telah dibuka, sehingga pestisida akan merembes ke dalam sarang dan saluransaluran yang dibuat rayap. b. Penyakit Penyakit pecah buah atau terbelah putih, penyakit ini disebabkan oleh cendawan Coryneum myristicae yang menyebabkan buah terbelah karena pertumbuhan daging buah terhambat, sehingga tidak dapat mengimbangi pertumbuhan fuli dan biji, yang akhirnya akan jatuh sebelum tua. Tanda-tandanya : pada bagian luar daging buah yang berumur 5 - 6 bulan, terdapat bercak-bercak kecil berwarna ungu kecoklatan. Bercak-bercak ini akan bertambah besar dan kemungkinan berubah menjadi hitam. Cara pencegahannya; dengan membuat saluran pembuangan air (drainase) yang baik atau melakukan pengasapan belerang di bawah pohon dengan dosis 100 gram belerang/pohon. Buah-buah yang terserang segera dibuang dan ditanam dalam tanah. Melakukan penyemprotan dengan fungisida.
PANEN Tanaman pala mulai berbuah pada umur 7 tahun, dan pada umur 10 tahun sudah
berproduksi
secara
menguntungkan.
Produksinya
akan
terus
meningkat dan pada umur 25 tahun mencapai produksi tertinggi. Hal ini berlangsung terus sampai tanaman berumur 60 - 70 tahun.
Dalam setahun tanaman pala dapat di petik dua kali, yang setiap daerah biasanya waktunya tidak sama. Umumnya buah pala dipanen setelah cukup tua, yang di tandai dengan merekahnya buah, umurnya + 6 bulan sejak berbunga. Cara pemetikannya bisa dengan galah yang ujungnya diberi keranjang, atau langsung memanjat pohon untuk memungut dan memilih buah yang betulbetul tua. Buah yang telah dipetik, segera diperlakukan sesuai keperluannya, hal ini untuk menghindari serangan hama dan penyakit. Dalam setiap tahun, panen pala dilakukan 2 periode, dimana setiap daerah waktu pemetikannya tidak sama. Di daerah Fak-Fak misalnya, mengenal 3 musim pemetikan yaitu musim barat, musim matahari (kemarau) dan musim Timur. a. Musim Barat : dimulai pada daerah pantai ( + bulan Oktober), dua bulan kemudian didaerah pegunungan. Biasanya buah-buah yang dipetik pada musim barat ini Kualitasnya baik. b. Musim Timur : didaerah pantai dimulai bulan Maret, sedang didaerah pegunungan dimulai bulan Juni. Buah yang dipanen pada musim ini kwalitas pala dan fulinya lebih rendah, dibandingkan yang di panen pada musim barat. c. Musim Matahari : adalah musim pemetikan tambahan yang dilakukan di luar musim barat dan musim timur.
PENGOLAHAN Agar diperoleh mutu hasil yang baik, maka perlu dipetik buah yang benarbenar tua/telah membelah. Buah pala yang telah jatuh ke tanah atau bekas dimakan burung, umumnya merupakan buah yang tua juga, tetapi hasil fulinya tidak dapat diharapkan.
Urut-urutan bagian buah pala dari luar ke dalam terdiri atas: - Kulit buah. - Daging buah. - Fuli (arillus). - Kulit biji (cangkang). - Biji. PENGOLAHAN PALA DAN FULI 1. Pemisahan biji dari daging buah. 2. Pelepasan fuli dari bijinya yang dilakukan dengan hati-hati, dari ujung ke arah pangkal, agar diperoleh fuli yang utuh sehingga bermutu tinggi. 3. Pengeringan antara pala dan fuli dilakukan secara terpisah. - Pengeringan biji tidak boleh melebihi suhu 45ºC, karena akan diperoleh biji pala yang berkualitas rendah disebabkan mencairnya kandungan lemak, biji keriput dan berbentuk remah dan aroma biji akan banyak berkurang. - Pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran atau pengasapan. - Pengasapan dilakukan dirumah asap, pada suhu ruangan 35º - 40º C, dilakukan terus menerus selama 10 - 15 hari sampai kadar air biji menjadi 8 -10% - Pengeringan fuli lebih sederhana, full disebar di atas tampi/nyiru dan di jemur dibawah sinar matahari sampai kadar airnya menjadi 10 -12% 4. Pemisahan biji pala dari cangkangnya. Penyimpanan biji pala kering biasanya masih bercangkang (untuk melindungi dari hama dan penyakit). Cangkang ini dapat dipecah dengan mesin pemecah pala atau dipukul dengan pemukul kayu, luka pada biji akan menurunkan Kualitasnya.
5. Fumigasi (pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan gas racun). Untuk biji pala dilakukan 2 kali, yaitu setelah biji dipisahkan dari cangkangnya dan setelah pengepakan dalam karung menjelang dieksport. Untuk fuli juga difumigasi 2 kali, yaitu sebelum dilakukan sortasi dan setelah pengepakan menjelang dieksport. 6. Sortasi. Sortasi biji pala dilakukan menurut: ukuran, warna, keriput/tidak, pecanbasah-lubang/tidak. Pada garis besarnya dibedakan 3 kwalitas biji pala, yang masing-masing dapat dipisahkan atas beberapa sub kualitas. Kualitas I terkenal dengan kualitas ABCD, berasal dari buah petik yang cukup tua dan permukaan biji licin. Kualitas II atau rimple atau SS, permukaan bijinya berkeriput karena berasal dari buah yang belum cukup tua atau karena mengalami pemanasan lebih dari 45º C. Kualitas III atau BWP (Broken, Warmy, Punky) berasal dari buah yang kurang tua yang dipungut dari tanah, buah yang kurang tua atau buah yang mengalami kerusakan dalam pengolahan. Kualitas ABCD masih dapat dipisahkan atas sub kualitas A, B, C dan D dengan menggunakan saringan kayu yang mempunyai lubang dengan diameter tertentu. Kualitas rimple/SS, berdasarkan besar kecilnya masih dapat dipisahkan atas sub kualitas R/A dan R/E. Sedang kualitas BWP dapat dibagi atas sub kualitas BWP I dan BWP II. Sortasi biji pala ini dilakukan dengan tangan, dan untuk memperbaiki kualitas umumnya
dilakukan
berulang
kali.
Sortasi
fuli,
dilakukan
dengan
menggunakan ayakan kawat dan pemilihan dengan tangan. Setelah fuli dijemur dan mengalami proses fumigasi I, kemudian disortir menjadi 2
kualitas yakni Gruis I dan Gruis II. Ke dua kualitas ini kemudian disortir lagi sesuai permintaan pasar internasional menjadi sub kualitas Gruis I/Amerika, Gruis II/Amerika, Gruis I/Eropa dan Gruis II/Eropa. Selanjutnya masingmasing sub kualitas dimasukkan dalam mesin pemotong mekanis, yang nantinya akan dihasilkan fuli remah (broken). Proses selanjutnya adalah membersihkan, menapis, mengajak, menghembus full pada waktu jatuh dari ayakan sehingga diperoleh fuli siap untuk di bungkus.
PENGOLAHAN MINYAK PALA Biji pala mengandung minyak lemak (fixed oil) sebanyak 25 - 40 % minyak lemak ini dapat diperoleh dengan cara menggiling dan memeras biji pala tersebut. Apabila minyak lemak tidak dikeluarkan lebih dahulu, pada penyulingan akan ikut tersuling dan akan sulit di pisahkan dari minyak palanya. Setelah biji pala digiling kemudian dimasukkan bejana, dan dilakukan penyulingan selama +10 - 30 jam. Setelah disaring, minyak ditampung ke dalam botol penampung yang digunakan untuk memisahkan air dari minyak, rendemen minyak yang diperoleh berkisar antara 7-16 %. Minyak pala berupa cairan yang hampir tidak berwarna/kuning muda, dengan bau khas pala, apabila disimpan akan menyerap oksigen dan menjadi kental. Minyak pala ini dieksport ke Singapura, Perancis, Inggris, Nederland dan Amerika Serikat. Standar mutu minyak pala: - Deskripsi : minyak pala adalah minyak yang diperoleh dari penyulingan bijibiji buah tanaman Myristica fragrans Houtt. - Jenis mutu : minyak pala digolongkan dalam satu jenis mutu. - Syarat mutu
Karakteristik Syarat –Bobot jenis pada 25ºC 0,847 - 0,919 –Index bias pada 25ºC 1,474 -1,497 –Putaran optik pada 25º C +10º - 30º –Kelarutan dalam etanol 90% 1-1 jernih, seterusnya jernih. suhu 25º - 30º –Sisa penguapan contoh 4,8 gr 2,5% sampai 5,2 gr, maks. -
Zat-zat asing a. Minyak pelican negatif b. Minyak terpentin negatif c. Minyak lemak negatif d. Alkohol tambahan negative
PENGOLAHAN PALA DESTILASI (destining nutmeg) Pengolahan pala destilasi sangat sederhana sekali, yakni buah pala yang masih muda (berumur 2 - 5 bulan) dipetik, dilepaskan daging buahnya, kemudian bijinya dijemur dipanas matahari selama 2 - 3 hari, kemudian disortir menurut mutunya. Cars lainnya adalah dikeringkan di atas tungku api (diasap) selama +2 hari. Di pasaran dunia terdapat 2 mutu pala destilasi yaitu : - Mutu I kode AZWI. - Mutu II kode ETEZ. Spesifikasi: - Deskripsi : pala destilasi adalah biji pala yang berasal dari buah tanaman Myristice fragrans Houtt yang dipetik muda. - Jenis mutu : ada 2 jenis mutu yaitu, Mutu I (AZWI), buah pala tanpa batok yang dikeringkan, umumnya berasal dari buah muda berumur 2 - 2,5 bulan.
Mutu II (ETEZ), buah pala yang dikeringkan, umumnya berasal dari buah muda berumur 2 - 5 bulan. - Syarat mutu Syarat Karakteristik – Kadar air, % (bobot/bobot) males. – Kadar minyak atsiri, (bobot/bobot) min.% – Kadar minyak non atsiri, (bobot/bobot) males.% – Benda asing, % (bobot/bobot) maks.
Mutu I 14,0 7,5 10 0,5
Mutu II 14,0 4 12 0,5
DAFTAR PUSTAKA
Drazat, 2007. Meraup Laba Dari Pala.Agromedia Pustaka. Jakarta Dinas Perkebunan Propinsi Tingkat I Irian Jaya, 1986. Pala dan Pengolahannya. Departemen Pertanian Bagian Proyek Informasi Pertanian Irian Jaya. Nurdjanah N, 2007. Teknologi Pengolahan Pala. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Marcelle G.B. 1975. Production, handling and Processing of Nutmeg and Mace and Their Utility Uses. Corporate Document Repository FAO of UN. Rismunandar, 1990. Budidaya dan Tataniaga Pala. PT. Penebar Swadaya, Jakarta Sunanto H. 1993. Budidaya Pala Komoditas Ekspor . Yogyakarta. Kanisius.