KEMAMPUAN ADAPTASI
1. Indikator Adaptasi Psikologis Kemampuan diri dalam menyesuaikan stress psikis seperti cemas, gelisah, takut dalam menghadapi bencana bancir pesisir Kondisi psikis masyarakat terkait kondisi lingkungan. Kondisi psikis masyarakat terkait bermukim di wilayah rawan. Kondisi psikis masyarakat saat muncul tanda akan datangnya banjir, seperti hujan deras, air pasang saat bulan purnama. Kondisi psikis masyarakat saat terjadi banjir. Kondisi psikis masyarakat saat sesudah banjir. Kuesioner: 1. Saya mampu merasa nyaman berada di lingkungan yang kerap terjadi bencana banjir. 2. Saya mampu mengendalikan rasa cemas di dalam diri saya, memiliki tempat tinggal di wilayah rawan bencana banjir. 3. Saya mampu mengendalikan rasa takut di dalam diri saya, saat muncul tanda bencana banjir seperti hujan deras dan air pasang saat bulan purnama. 4. Saya mampu mengendalikan rasa panik di dalam diri saya, saat terjadi bencana banjir. 5. Saya mampu mengendalikan rasa gelisah di dalam diri saya, dalam menghadapi dampak akibat bencana banjir. 2. Indikator Adaptasi Sosiologis Kemampuan masyarakat dalam membangun hubungan antara individu dan kelompok masyarakat ketika terjadi bencana banjir pesisir. Hubungan dengan keluarga. Hubungan dengan tetangga. Hubungan dengan pemerintah. Kuisioner: 1. Saya memberikan arahan kepada anggota keluarga saya sebelum, sesudah, maupun saat terjadi bencana banjir. 2. Saya bekerjasama dengan anggota keluarga saya untuk menyelamatkan harta benda ketika terjadi bencana banjir. 3. Saya berusaha menolong tetangga di sekitar tempat tinggal saya ketika terjadi bencana banjir. 4. Saya melapor kepada Ketua RT/RW ketika melihat tanda-tanda akan terjadi bencana banjir. 5. Saya menjadi relawan untuk menolong warga di daerah saya ketika terjadi bencana banjir.
3. Indikator Adaptasi Antropologis Kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana bencana banjir berdasarakan kebiasaan maupun budaya yang dimiliki masyarakat. Kebiasaan melestarikan lingkungan Keikutertaan dalam paguyuban/perkumpulan/organisasi terkait bencana banjir. Penggunaan teknologi informasi komunikasi. Penyesuaian pekerjaan. Kuesioner: 1. Saya menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan di daerah saya (tidak membuang sampah sembarangan/menanam tanaman) 2. Saya melakukan gotong royong dengan warga di lingkungan saya setelah banjir surut. 3. Saya mengikuti kegiatan kesiapsiagaan bencana yang diadakan oleh paguyuban / perkumpulan / organisasi di daerah saya. 4. Saya membagikan informasi banjir melalui media sosial ketika terjadi bencana banjir di daerah saya. 5. Saya tetap bekerja ketika terjadi bencana banjir.
No 1.
Variabel Adaptasi Psikologis
Indikator Variabel Kondisi psikis masyarakat terkait kondisi lingkungan. Kondisi psikis masyarakat terkait bermukim di wilayah rawan. Kondisi psikis masyarakat saat muncul tanda akan datangnya banjir, seperti hujan deras, air pasang saat bulan purnama. Kondisi psikis masyarakat saat terjadi banjir. Kondisi psikis masyarakat saat sesudah banjir.
Deskripsi
Referensi
Kemampuan Bencana dapat masyarakat untuk menimbulkan rasa merasa nyaman berada tidak aman berkaitan di lingkungan yang dengan psikologis kerap terjadi bencana dan emosional banjir. individu (Hobfoll et al. 2007) Kemampuan masyarakat dalam Kecemasan, stres, mengendalikan rasa dan ketegangan yang cemas dengan timbul akibat memiliki tempat bencana membuat tinggal di wilayah masyarakat berupaya rawan bencana banjir. untuk mempertahankan Kemampuan hubungan sosial masyarakat dalam dengan saling mengendalikan rasa mendukung satu takut, saat muncul sama lain (Miller, tanda bencana banjir 2012). seperti hujan deras dan air pasang saat bulan purnama. Kemampuan masyarakat dalam mengendalikan rasa panik di dalam diri
2.
Adaptasi Sosiologis
Hubungan dengan keluarga. Hubungan dengan tetangga. Hubungan dengan pemerintah.
saya, saat terjadi bencana banjir. Kemampuan masyarakat dalam mengendalikan rasa gelisah ketika menghadapi dampak akibat bencana banjir. Kemampuan masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan menjalin hubungan antar individu maupun kelompok mencakup keluarga, tetangga, dan pemerintah sebagai upaya pengurangan risiko bencana. Hubungan yang terjalin di lingkungan keluarga seperti bekerjasama menyelamatkan harta benda, memberikan arahan kepada anggota keluarga saya sebelum, sesudah, maupun saat terjadi bencana banjir. Hubungan yang terjalin dengan masyarakat sekitar, yaitu dengan berusaha menolong tetangga di sekitar tempat tinggal ketika terjadi bencana banjir. Hubungan yang terjalin dengan pemerintah seperti melapor kepada Ketua RT/RW ketika melihat tanda-tanda akan terjadi bencana banjir, dan membantu pemerintah dengan bersedia menjadi
Adaptasi sosiologis mencakup kemampuan masyarakat dalam rangka menyesuaikan diri baik secara individu maupun secara kolektif dengan masyarakat disekitarnya untuk mengurangi risiko bencana dengan meningkatkan ketahanan berdasarkan kolaborasi komunitas dan ikatan sosial. (Whitney et al. 2017).
3.
Adaptasi Antropologis
Kebiasaan melestarikan lingkungan Keikutertaan dalam paguyuban/perkum pulan/organisasi terkait bencana banjir. Penyesuaian pekerjaan.
relawan untuk menolong warga ketika terjadi bencana banjir. Kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir dengan membangun kebiasaan sebagai upaya pengurangan risiko bencana, seperti menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan,melakukan gotong royong antar warga untuk membersihkan lingkungan setelah banjir surut, dan ikut serta mengikuti kegiatan kesiapsiagaan bencana yang diadakan oleh paguyuban / perkumpulan / organisasi di daerah tempat tinggal. Masyarakat mampu menyesuaikan kebiasaan mereka terhadap banjir, sehingga risiko bencana dapat berkurang tanpa menghilangkan kebiasaan yang telah menjadi budaya di masyarakat, seperti tetap melakukan ibadah keagaaman ketika terjadi bencana banjir, dan tetap bekerja ketika terjadi bencana banjir.
Adaptasi antropologi dalam aspek sosiokultural dari perubahan iklim, yaitu masyarakat menerapkan metode dalam upaya beradaptasi berdasarkan integrasi pengetahuan lokal dan kebiasaan yang mereka miliki (Crate, 2011). Masyarakat memiliki pengetahuan dalam menghadapi bencana yang berulang, yang mendorong mereka untuk meningkatkan pola adaptasi budaya (Setyowati et al. 2017). Bentuk adaptasi antropologis dapat dilihat dari cara masyarakat dalam menyesuaikan kegiatan adat istiadat mereka saat terjadi bencana banjir (Asrofi et al. 2017).