1. Fisiologi Kehamilan Fisiologi kehamilan adalah seluruh proses fungsi tubuh pemeliharaan janin dalam kandungan yang disebabkan pembuahan sel telur oleh sel sperma, saat hamil akan terjadi perubahan fisik dan hormon yang sangat berubah drastis. Untuk terjadi kehamilan harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi) dan nidasi (implantasi) hasil konsepsi. (Prawirahardjo, 2014) a. Pembuahan Fertilisasi atau konsepsi (pembuahan) adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dan spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampula tuba. Fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa kedalam ovum, fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi materi genetik. Hanya satu spermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi mampu melakukan penetrasi membran sel ovum. Untuk mencapai ovum, spermatozoa harus melewati korona radiata (lapisan sel diluar ovum) dan zona pelusida (suatu bentuk glikoprotein ekstraseluler), yaitu dua lapisan yang menutupi dan mencegah ovum mengalami fertilisasi lebih dari satu spermatozoa. Spermatozoa yang telah masuk ke vitelus kehilangan membran nukleusnya yang tinggal hanya pronukleusnya, sedangkan ekor spermatozoa dan mitokondrianya berdegenerasi. Itulah sebabnya seluruh mitokondria pada manusia berasal dari ibu (maternal). Masuknya spermatozoa ke dalam vitelus membangkitkan nukleus ovum yang masih dalam metafase untuk proses pembelahan selanjutnya (pembelahan meiosis kedua). Sesudah anafase kemudian timbul telofase, benda kutub (polar body) dan kedua menuju keruang perivitelina. (Prawirahardjo, 2014: 140) b. Nidasi Nidasi diatur oleh suatu proses yang komplek antara trofoblas dan endometrium. Di satu sisi trofoblas mempunyai kemampuan invasif yang kuat, disisi lain endometrium mengontrol invasi trofoblas dengan menyekresikan faktor-faktor yang aktif setempet (lokal) yaitu inhibator cytokines dan protase. Keberhasilan nidasi dan plasentasi yang normal adalah hasil keseimbangan proses antara trofoblas dan endometrium. Dalam perkembangan diferensiasi trofoblas, sitotrofoblas yang belum berdiferensisasi dapat berkembang dan berdiferensiasi menjadi 3 jenis yaitu sinsisiotrofoblas yang aktif menghasilkan hormon, trofoblas jangkar ekstravili yang akan menempel pada endrometrium, dan trofoblas yang invasif. Invasi trofoblas diatur oleh pengaturan kadar hCG. Sinsisiotrofoblas menghasilkan hCG yang akan mengubah sitotrofoblas menyekresikan hormon yang noninvasif.
Trofoblas yang semakin dekat dengan endometrium menghasilkan kadar hCG yang semakin rendah, dan membuat trofoblas berdiferensiasi dalam sel-sel jangkar yang semakin protein perekat plasenta yaitu tropbouteronectin. Trofoblas-trofoblas endometrium, maka terdapatlah tali pusat dengan insersio velmentosa. Nidasi terjadi di dinding depan atau belakang uterus, dekat pada fundus uteri. Jika nidasi ini terjadi, barulah dapat disebut adanya kehamilan. (Prawirahardjo, 2014: 143) c. Plasentasi Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. Setelah nidasi embrio ke dalam endometrium, plasenta dimulai. Plasentasi berlangsung sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi. Tiga minggu setelah fertilisasi sirkulasi darah janin dini dapat diindentifikasi dan dimulai pembentukan vili koralis. Sirkulasi darah janin ini berakhir di lengkung kapiler didalam vili koralis yang ruang intervilinya dipenuhi dengan darah maternal yang dipasok oleh arteri spiralis dan dikeluarkan melalui vena uterina. Vili koralis akan bertambah menjadi suatu massa jaringan yaitu plasenta. Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi ke arah kavum uteri disebut desidua kapsularis yang terletak antara hasil konsepsi dan dinding uterus disebut desidua basalis, disitu plasenta akan dibentuk. Desidua yang meliputi dinding uterus yang lain adalah desidua parietalis. Hasil konsepsi sendiri diselubungi oleh jonjot-jonjot yang dinamakan vili koralis dan berpangkal pada korion. Sel-sel fibrolas mesodermal tumbuh disekitar embrio dan melapisi pula sebelah trofoblas, terbentuknya membran korion yang kelak menjadi korion. (Prawirahardjo, 2014: 146).
A. Riwayat imunisasi TT (tetanus toksoid) Dikaji dengan tujuan untuk memberikan kekebalan terhadap tetanus baik ibu maupun bayi (tetanus neonatorum). Vaksin TT merupakan suspensi koloid homogen berwarna putih susu dalam vial, mengandung toksoid murni, terabsorbsi kedalam aluminium fosfat. Setiap dosis (0,5) mengandung toksoid tetanus murni 10 LF ditambah aluminium fosfat 1,5 mg dan thimerosal 0,05 mg. Skrining imunisasi TT dilakukan dengan melihat tahun kelahiran WUS, yaitu WUS dengan tahun kelahiran 1979 sampai dengan 1993, tahun merupakan tahun dimulainya program imunisasi dasar lengkap dan tahun 1993 merupakan tahun dimulai bulan imunisasi anak sekolah. (EGC, 2017 : 309) a) WUS lahir 1979-1993 yang ingat pernah imunisasi saat SD
TT1
Imunisasi kelas 1 SD
TT2
Imunisasi kelas 2 SD
TT3
Imunisasi calon pengantin
TT4
Imunisasi pertama saat hamil
TT5
Imunisasi kedua saat hamil
b) WUS lahir tahun 1979-1993 yang tidak ingat imunisasi saat SD TT1 Imunisasi calon pengantin TT2
Imunisasi satu bulan setalah TT1
TT3
Imunisasi pertama saat hamil
TT4
Imunisasi kedua saat hamil
c) WUS lahir setelah 1993 yang tidak mempunyai KMS balita dan kartu TT SD TT1
Imunisasi calon pengantin
TT2
Imunisasi satu bulan setalah TT1
TT3
Imunisasi pertama saat hamil
TT4
Imunisasi kedua saat hamil
d) WUS lahir setelah 1993 yang tidak mempunyai KMS balita dan mempunyai kartu TT SD TT1
Imunisasi kelas 1 SD
TT2
Imunisasi kelas 2 SD
TT3
Imunisasi calon pengantin
TT4
Imunisasi pertama saat hamil
TT5
Imunisasi pertama saat hamil
e) WUS lahir setelah 1993 yang mempunyai KMS balita dan mempunyai Kartu TT SD TT1
Dapat dilihat di KMS dan kartu TT
TT2
Dapat dilihat di KMS dan kartu TT
TT3
Dapat dilihat di KMS dan kartu TT
TT4
Dapat dilihat di KMS dan kartu TT
TT5
Imunisasi pertama saat Hamil
Sumber : EGC, 2017: 310
Imunisasi TT pada WUS diberikan sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu, dimulai sebelum dan saat hamil. Interval pemberian imunisasi TT dan lama masa perlindungan yang diberikan sebagai berikut : Tabel 2.2 Lama Perlindungan imunisasi TT Antig en
Waktu minimal
Lama Perlindungan
TT-1
Pertama kali periksa kehamilan
Tdk ada
TT-2
4 minggu setelah TT-1
3 tahun
TT-3
6 bulan setelah TT-2
5 tahun
TT-4
1 tahun setelah TT-3
10 tahun
TT-5
1 tahun setelah TT-4
25 tahun/seumur hidup
Sumber : Kemenkes RI, 2016