IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI SISWA
MAKALAH SEMINAR
DISUSUN OLEH: 1.
ACH. RENO SYA’RONI
(NIM. 2013020003)
2.
AMALIA INNANI MASRUROH
(NIM. 2013020014)
3.
AMELIA NONA LITA
(NIM. 2013020015)
4.
BAIHAKI
(NIM. 2013020027)
5.
DEVI WULANDARI
(NIM. 2013020035)
6.
DINI DWI WARJIANTI
(NIM. 2013020037)
7.
EDY IRAWAN
(NIM. 2013020040)
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN STKIP PGRI SITUBONDO FEBRUARI 2017
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEKNOLOGI INFORMASI DAN INFORMASI SISWA
MAKALAH SEMINAR
Diajukan kepada Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan STKIP PGRI Situbondo untuk memenuhi syarat dalam menempuh mata kuliah Seminar Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi
DISUSUN OLEH: 1.
ACH. RENO SYA’RONI
(NIM. 2013020003)
2.
AMALIA INNANI MASRUROH
(NIM. 2013020014)
3.
AMELIA NONA LITA
(NIM. 2013020015)
4.
BAIHAKI
(NIM. 2013020027)
5.
DEVI WULANDARI
(NIM. 2013020035)
6.
DINI DWI WARJIANTI
(NIM. 2013020037)
7.
EDY IRAWAN
(NIM. 2013020040)
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN STKIP PGRI SITUBONDO FEBRUARI 2017
HALAMAN PERSETUJUAN
Usulan Makalah Oleh :
Judul Makalah
1.
Ach. Reno Sya’roni
(NIM. 2013020003)
2.
Amalia Innani Masruroh
(NIM. 2013020014)
3.
Amelia Nona Lita
(NIM. 2013020015)
4.
Baihaki
(NIM. 2013020027)
5.
Devi Wulandari
(NIM. 2013020035)
6.
Dini Dwi Warjianti
(NIM. 2013020037)
7.
Edy Irawan
(NIM. 2013020040)
: Implementasi Model Pembelajaran Project Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi Siswa.
Telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.
Situbondo, 26 Januari 2017 Pembimbing,
Drs. WINARTO, M.Pd.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Alhamdulillah, puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah seminar ini. Kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah seminar ini, antara lain: 1.
Ketua STKIP PGRI Situbondo, Bapak Drs. H. Wiji Hartono, M.Pd.
2.
Ketua Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi, Bapak Ali Hasan, M.Kom.
3.
Dosen Pengampu Mata Kuliah Seminar Pendidikan Teknologi Informasi, Bapak Drs. Winarto, M.Pd.
4.
Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi angkatan tahun akademik 2013/2014.
5.
Seluruh elemen sivitas akademika STKIP PGRI Situbondo.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah seminar ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran baik secara tertulis ataupun secara lisan, demi perbaikan penulisan makalah dan karya tulis lainnya pada masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap semoga makalah seminar ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Situbondo, 27 Januari 2017 Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i Halaman Persetujuan ........................................................................................ ii Kata Pengantar ................................................................................................. iii Daftar Isi........................................................................................................... iv Daftar Tabel ..................................................................................................... vi Daftar Gambar .................................................................................................. vii Daftar Lampiran ............................................................................................... viii Abstrak ............................................................................................................. ix BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................... 1 1.1. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah .................................................................. 5 1.3. Tujuan Penulisan Makalah ..................................................... 5 1.4. Manfaat .................................................................................. 5 1.5. Batasan Masalah..................................................................... 6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 7 2.1. Model Pembelajaran Project Based Learning ....................... 7 2.1.1. Pengertian Model Pembelajaran Project Based Learning .................................................................................... 7 2.1.2. Karakteristik Model Pembelajaran Project Based Learning .................................................................................... 10 2.1.3. Tujuan Model Pembelajaran Project Based Learning 12 2.1.4. Manfaat Diterapkannya Model Pembelajaran Project Based Learning .......................................................... 13 2.1.5. Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning ......................................................... 14 2.1.6. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Project Based Learning .......................................................... 19
iv
2.2. Model Project Based Learning Dalam Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi ..................................................... 20 2.3. Hasil Belajar ........................................................................... 20 2.4. Hasil Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi ............. 23 BAB III PEMBAHASAN ............................................................................. 30 3.1. Perencanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi .................................................................... 30 3.2. Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi .................................................................... 34 3.3. Evaluasi Hasil Pembelajaran Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi .................................................................... 38 3.4. Hasil Penelitian Sebelumnya Mengenai Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning ................................... 41 BAB IV PENUTUP ...................................................................................... 43 4.1. Kesimpulan ............................................................................ 43 4.2. Saran ....................................................................................... 43 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 44
v
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
2.1.
Aspek Literasi TIK: Label Konseptual dan Deskripsi ....................... 25
2.2
Kompetensi Kunci Pada Pengetahuan Mendasar .............................. 26
2.3
Kompetensi Kunci Pada Keterampilan Teknis .................................. 26
2.4
Kompetensi Kunci Pada Keterampilan Menilai Kritis ...................... 27
3.1.
Gambaran Pelaksanaan Pembelajaran TIK pada Pertemuan I ........... 35
3.2
Gambaran Pelaksanaan Pembelajaran TIK pada Pertemuan II dan Seterusnya .......................................................................................... 37
3.3
Kriteria Hasil Belajar Kemampuan .................................................... 41
vi
DAFTAR GAMBAR
Nomor 2.1.
Halaman Langkah-langkah PjBL (Modifikasi dari Buku Bimtek KTI Pembelajaran Inovatif Produktif, 2014: 11) ............................................................. 17
vii
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Silabus Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Kelas XII Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah
2.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan Model Project Based Learning
3.
Lembar Kerja Proyek
viii
ABSTRAK
Sehubungan dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN dan juga tantangan kehidupan abad ke-21, maka Indonesia perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Sumber daya manusia yang berkualitas ditandai dengan adanya keterdidikan yang tinggi pada manusia. Oleh karena itu, sektor pendidikan memegang peranan penting untuk mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Indikator kesuksesan pendidikan dan pembelajaran tercermin dari hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Dalam bidang studi Teknologi Informasi dan Komunikasi, hasil belajar dapat diselaraskan dengan istilah literasi TIK. Literasi TIK adalah pemanfaatan teknologi digital, alat komunikasi, dan/atau jaringan untuk mengakses, mengatur, menyatukan, dan menciptakan informasi agar berfungsi bagi pengetahuan masyarakat. Tinggi rendahnya hasil belajar TIK ataupun literasi TIK sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran TIK. Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi mencakup penguasaan keterampilan komputer, prinsip kerja berbagai jenis peralatan komunikasi dan cara memperoleh, mengolah dan mengkomunikasikan informasi. Selain itu berdasarkan Rekomendasi Jangka Pendek Naskah Akademik Pusat Kurikulum KEMDIKBUD (2007), rasio persentase kompetensi TIK yang ideal adalah 20% ranah kognitif (pengetahuan), 60% psikomotorik (keterampilan), dan 20% ranah afektif (sikap). Oleh karena mata pelajaran TIK mencakup penguasaan keterampilan dan prinsip kerja, serta rasio persentase kompetensi TIK lebih ditekankan pada aspek psikomotorik (keterampilan), maka diperlukan model pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan dalam proses pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar dan literasi TIK. Project Based Learning (PjBL) merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek merupakan suatu bentuk kerja yang memuat tugas-tugas kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang dan menuntun peserta didik untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja secara mandiri. Model pembelajaran ini menekankan siswa untuk membuat proyek dan menghasilkan produk/karya kemudian belajar dari proses pembuatan proyek dan produk tersebut, agar materi belajar yang disampaikan guru mudah dipahami. Adapun langkah-langkah menerapkan model pembelajaran PjBL antara lain, (1) start with the essential question (penentuan proyek), (2) design a plan for the project (perancangan penyelesaian proyek), (3) create a schedule (penyusunan jadwal), (4) monitor the student and the progress of the project (pemantauan), (5) assess the outcome (menguji hasil dan presentasi), dan (6) evaluate the experience (evaluasi proses dan hasil proyek). Berdasarkan beberapa hasil penelitian sebelumnya, terbukti bahwa model pembelajaran PjBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Puluhan tahun mendatang, masyarakat dunia akan memasuki abad ke-21. Abad ke-21 ini disebut-sebut sebagai abad pengetahuan. Hal ini dikarenakan pada abad ke-21 nanti, informasi banyak tersebar serta faktor ruang dan waktu akan semakin menyempit akibat pemanfaatan teknologi informasi. Kehidupan pada abad ke-21 ditandai dengan informasi yang tersedia dimana saja dan dapat diakses kapan saja, komputasi yang semakin cepat, komunikasi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, serta otomomatisasi terhadap pekerjaan tertentu. Oleh karena itu, kehidupan di abad ke-21 perlu diantisipasi dan dipersiapkan sejak dini. Dan pada saat ini tengah berlangsung era Masyarakat Ekonomi ASEAN atau lebih dikenal dengan MEA. MEA merupakan sebuah kesepakatan yang dibangun antar Negara-negara di Asia Tenggara untuk membuka pasar bebas di wilayah ASEAN (Kinardi, 2016). Dengan terbukanya MEA, akan meningkatkan persaingan tenaga kerja dan pasar perekonomian. Dalam hal ini, tenaga kerja dan pasar perekonomian tidak lagi bersaing dengan sesama masyarakat Indonesia, tetapi juga dengan masyarakat dari Negara-negara ASEAN. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia perlu mempersiapkan kemampuan (skill) agar tidak kalah bersaing dengan masyarakat dari Negara lainnya. Tantangan aktual yang dihadapi oleh masyarakat global saat ini adalah masyarakat dituntut untuk memiliki pengetahuan mendalam dan kompetensi yang spesifik di bidang tertentu (Council of the European Union, 2009). Selain itu menurut Sepahkar (2015:48), keterdidikan yang mapan dan kemampuan kerja yang terampil merupakan prioritas teratas dalam dunia industri. Akan tetapi, sistem pendidikan tradisional masih fokus terhadap pembelajaran siswa secara teoretis, sehingga pengalaman praktik yang mereka miliki sangat kurang. Berkaitan dengan situasi ekonomi dan tingkat pengangguran dalam sepuluh tahun terakhir, terdapat persaingan yang sangat ketat diantara para tenaga kerja agar
1
2 dapat bekerja di suatu perusahaan yang membutuhkan aspek keterdidikan dan keterampilan yang baik. Oleh karena itu, sistem pendidikan harus berperan lebih agar dapat menyiapkan tenaga kerja yang dibutuhkan. Sehubungan dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN dan juga tantangan kehidupan abad ke-21, maka Indonesia perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Sumber daya manusia yang berkualitas ditandai dengan adanya keterdidikan yang tinggi pada manusia. Oleh karena itu, sektor pendidikan memegang peranan penting untuk mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. ―Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan-keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara‖ (Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Sedangkan pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar agar dapat terjadi permerolehan ilmu dan pengetauan, serta pembentukan sikap dan kepercayaan kepada peserta didik (Amri, 2013:34). Indikator kesuksesan pendidikan dan pembelajaran tercermin dari hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar sebagai outcome kegiatan belajar mengajar sangatlah kompleks. Telah banyak para ahli yang mendefinisikannya. Sudjana (dalam Utami, 2015:58) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Giantera (2013:1) hasil belajar merupakan pencapaian tujuan belajar dan produk dari proses belajar yang dapat ditunjukkan melalui nilai atau angka dan diperoleh dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap siswa melalui tugas, ulangan harian, atau ujian lainnya. Dalam bidang studi Teknologi Informasi dan Komunikasi, hasil belajar dapat diselaraskan dengan istilah literasi TIK. Menurut Educational Testing Service / ETS (2002:2), “ICT literacy is using digital technology, communications tools, and/or networks to access, manage, integrate, evaluate, and create
3 information in order to function in a knowledge society”, artinya literasi TIK adalah pemanfaatan teknologi digital, alat komunikasi, dan/atau jaringan untuk mengakses, mengatur, menyatukan, dan menciptakan informasi agar berfungsi bagi pengetahuan masyarakat. Tinggi rendahnya hasil belajar TIK ataupun literasi TIK sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran TIK. Menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi mencakup penguasaan keterampilan komputer, prinsip kerja berbagai jenis peralatan komunikasi dan cara memperoleh,
mengolah
dan
mengkomunikasikan
informasi.
Selain
itu
berdasarkan Rekomendasi Jangka Pendek Naskah Akademik Pusat Kurikulum KEMDIKBUD (2007), rasio persentase kompetensi TIK yang ideal adalah 20% ranah kognitif (pengetahuan), 60% psikomotorik (keterampilan), dan 20% ranah afektif (sikap). Oleh karena mata pelajaran TIK mencakup penguasaan keterampilan dan prinsip kerja, serta rasio persentase kompetensi TIK lebih ditekankan pada aspek psikomotorik (keterampilan), maka diperlukan model pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan dalam proses pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar dan literasi TIK. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran (Trianto, 2007:52). Salah satu model pembelajaran yang sesuai untuk mata pelajaran TIK adalah model pembelajaran Project Based Learning (PjBL). Project Based Learning (PjBL) berarti belajar melalui pengalaman (Solomon, dalam Sepahkar, 2015:49). Wena (2012:144) mendefinisikan model pembelajaran PjBL sebagai model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek merupakan suatu bentuk kerja yang memuat tugas-tugas kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat
4 menantang dan menuntun peserta didik untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja secara mandiri. Proyek dalam PjBL dilakukan untuk merangkai aktivitas siswa dalam menyusun suatu produk (Hiscocks, 2008). Model pembelajaran ini menekankan siswa untuk membuat proyek dan menghasilkan produk/karya kemudian belajar dari proses pembuatan proyek dan produk tersebut, agar materi belajar yang disampaikan guru mudah dipahami. Penelitian terkait penerapan model pembelajaran PjBL telah banyak dilakukan oleh para ahli. Salah satunya dilakukan oleh Fitrianingsih dkk (2015) yang menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar sejarah pada peserta didik kelas X – Sosial 2 SMA Negeri 4 Jember. Penelitian lain dilakukan oleh Lesmana dan Jaedun (2015) yang menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran PjBL lebih efektif dibanding model pembelajaran konvensional dengan metode tutorial. Sementara penelitian Eko Mulyadi (2015) menyatakan bahwa model pembelajaran PjBL dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Fisika. Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran PjBL perlu diterapkan dalam proses pembelajaran mata pelajaran TIK. Untuk menerapkan dan menguji efektifitas model pembelajaran PjBL, perlu dilakukan telaah kritis mengenai model pembelajaran PjBL dan teknis penerapannya dalam meningkatkan hasil belajar TIK. Dengan demikian, penulis akan menulis sebuah makalah berjudul ―Implementasi Model Pembelajaran Project Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi Siswa‖ untuk diseminarkan dalam Seminar Pendidikan Teknologi Informasi Tahun 2017 STKIP PGRI Situbondo.
5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, masalah yang akan dipecahkan dalam makalah ini adalah, bagaimana cara menerapkan model pembelajaran Project Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar TIK siswa?.
1.3. Tujuan Penulisan Makalah Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mendeskripsikan cara menerapkan model pembelajaran Project Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar TIK siswa.
1.4. Manfaat 1.4.1. Manfaat Teoretis Secara teoretis makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu pembelajaran, khususnya terkait penerapan model pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar siswa. 1.4.2. Manfaat Praktis a. Bagi guru, makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran pada mata pelajaran TIK guna meningkatkan hasil belajar siswa. b. Bagi penulis, makalah ini diharapkan dapat meningkatkan hardskill guna menjadi guru TIK yang profesional. c. Bagi Kampus STKIP PGRI Situbondo, dengan adanya makalah ini dapat mempermudah segenap civitas akademika dalam mencari literatur tentang model pembelajaran Project Based Learning dan implementasinya dalam pembelajaran TIK.
6 1.5. Batasan Masalah Permasalahan yang akan dipecahkan dalam makalah ini terbatas pada: 1.
Model pembelajaran Project Based Learning adalah model pembelajaran yang memfokuskan pada pengembangan produk atau unjuk kerja, dimana siswa melakukan pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah dan mensistesis informasi dan hasil akhir dalam pembelajaran adalah berupa produk yang merupakan hasil dari kerja kelompok siswa.
2.
Hasil belajar TIK merupakan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, daan sikap yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar mata pelajaran TIK melalui evaluasi yang dilakukan guru terhadap siswa melalui evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap siswa dengan pemberian tugas, ulangan harian, nilai praktikum, atau ujian lainnya.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Model Pembelajaran Project Based Learning 2.1.1. Pengertian Model Pembelajaran Project Based Learning Model pembelajaran project based learning, disingkat PjBL, atau lebih dikenal dengan pembelajaran berbasis proyek merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran. Menurut Solomon (dalam Sepahkar, 2015:49), PjBL berarti belajar melalui pengalaman. Wena (2012:144) mendefinisikan model pembelajaran PjBL sebagai model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek merupakan suatu bentuk kerja yang memuat tugas-tugas kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang dan menuntun peserta didik untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja secara mandiri. Proyek dalam PjBL dilakukan untuk merangkai aktivitas siswa dalam menyusun suatu produk (Hiscocks, 2008). Produk yang disusun membutuhkan waktu untuk praktikum laboratorium dan pencarian data, sehingga model pembelajaran ini menekankan siswa untuk membuat proyek dan menghasilkan produk/karya kemudian belajar dari proses pembuatan proyek dan produk tersebut, agar materi belajar yang disampaikan guru mudah dipahami. Dalam penerapan project based learning, beberapa tugas akan diselesaikan dengan cara yang berbeda-beda sehingga siswa dapat menemukan solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan (Wolk, dalam Sepahkar, 2015:49). Definisi model pembelajaran PjBL juga dikemukakan oleh Kamdi (2008) bahwa model pembelajaran PjBL merupakan proyek yang memfokuskan pada pengembangan produk atau unjuk kerja, dimana siswa melakukan pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah dan mensistesis informasi. Hasil akhir dalam
7
8 pembelajaran adalah berupa produk yang merupakan hasil dari kerja kelompok siswa (Kurniawan, 2012). Lebih lanjut Kamdi (2008:15) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis proyek menjadi bersifat revolusioner di dalam isu pembaruan pembelajaran. Proyek dapat mengubah hakikat hubungan antara guru dan pebelajar. Proyek dapat mereduksi kompetisi di dalam kelas dan mengarahkan pebelajar lebih kolaboratif daripada kerja sendiri-sendiri. Proyek juga dapat menggeser fokus pembelajaran dari mengingat fakta ke eksplorasi ide‖. Model pembelajaran PjBL telah dikembangkan oleh Buck Institute for Education sejak akhir dekade 90-an, yang mana model pembelajaran PjBL menjadi solusi inovatif untuk reformasi sistem pendidikan (Buck Institute of Education, 2009). Model pembelajaran ini merupakan penyempurnaan dari model problem based learning (PBL). Model pembelajaran PjBL merupakan salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada CTL atau contextual teaching and learning process (Jones, Rasmussen dan Moffit, 1997). CTL merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa untuk menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran PjBL adalah pembelajaran yang lebih menekankan pada pemecahan masalah otentik yang terjadi sehari-hari melalui pengalaman belajar praktik langsung di masyarakat (John, dalam Moerdiyanto, 2008:374). Project Based Learning has also referred to by other names, such as project-based teaching, experienced-based education, authentic learning or anchored instruction (Arends, 1997:156). Model pembelajaran PjBL dan penilaiannya adalah sebuah model pembelajaran yang berdasar pada teori konstruktivisme, yang sesuai untuk pemecahan masalah kompleks secara kreatif, baik dilakukan secara kolaboratif maupun individual (Muresan, 2014:303). Siswa akan terangsang untuk menemukan solusi-solusi yang inovatif dan asli agar dapat mengambil keputusan yang efisien dalam mencapai tujuan utama kelompok. Sedangkan menurut Eskrootchi dan Oskrochi (2010:237), model pembelajaran PjBL menggabungkan tujuan dan materi pembelajaran konvensional dengan lingkungan belajar yang
9 nyata. Dasar pemikiran pokok dalam menggunakan aktivitas yang otentik (nyata) sebagai model pembelajaran yang paling sesuai adalah meningkatnya pemahaman siswa yang berkembang melalui penerapan dan manipulasi pengetahuan dalam suatu konteks. Moediyanto (2012:41) mengemukakan bahwa pada penerapan model pembelajaran PjBL, siswa belajar melalui situasi dan setting pada masalahmasalah yang nyata atau kontekstual. Karena itu, semua dijalankan dengan caracara: (1) dinamika kerja kelompok, (2) investigasi secara independen, (3) mencapai tingkat pemahaman yang tinggi, (4) mengembangkan keterampilan individual dan sosial. Model pembelajaran PjBL ini berbeda dengan pembelajaran langsung yang menekankan pada prestasi ide-ide dan keterampilan guru. Peran guru pada model pembelajaran PjBL adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Pembelajaran dengan model PjBL tidak akan terjadi tanpa keterampilan guru dalam mengembangkan lingkungan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide dan dialog secara terbuka antara guru dan siswa. Lebih lanjut Moerdiyanto (2012:82) mengemukakan bahwa pembelajaran dengan model PjBL harus menggunakan masalah-masalah nyata sehingga siswa belajar, berpikir, kritis dan terampil memecahkan masalah dan mendukung pengembangan keterampilan teknis serta perolehan pengetahuan yang mendalam. Model pembelajaran PjBL ini memfokuskan pada: (1) pemecahan masalah nyata, (2) kerja kelompok, (3) umpan balik, (4) diskusi, dan (5) laporan akhir. Siswa didorong untuk lebih aktif terlibat pembelajaran dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis, sehingga peserta berlatih melakukan penyelidikan dan inkuiri. Levin (2001:1) menyatakan bahwa “Project Based Learning is an instructional method that encourages learners to apply critical thinking, problem solving skill, and content knowledge to real world problems and issues”. PjBL adalah model pembelajaran yang mendorong siswa untuk menerapkan cara berpikir
kritis,
keterampilan
menyelesaikan
masalah,
dan
pengetahuan mengenai masalah dan isu-isu riil yang dihadapinya.
memperoleh
10 Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Project Based Learning adalah model pembelajaran yang memfokuskan pada pemecahan masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari serta pengembangan produk atau unjuk kerja, dimana siswa melakukan pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah dan mensistesis informasi dan hasil akhir dalam pembelajaran adalah berupa produk yang merupakan hasil dari kerja kelompok siswa.
2.1.2. Karakteristik Model Pembelajaran Project Based Learning Tidak semua kegiatan belajar aktif dan melibatkan proyek dapat disebut pembelajaran berbasis proyek. Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik masing-masing yang tidak dimiliki oleh model pembelajaran lainnya. Kamdi (2008:8) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Pebelajar membuat keputusan dan membuat kerangka kerja. b. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya. c. Pebelajar merancang proses untuk mencapai hasil d. Pebelajar bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan. e. Melakukan evaluasi secara kontinu. f. Pebelajar secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan. g. Hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya. h. Kelas memiliki atmostef yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan.
Sementara Thomas (dalam Wena, 2012:145) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek mempunyai beberapa prinsip, yaitu: a. Prinsip sentralistis (centrality), menegaskan bahwa kerja proyek merupakan esensi dari kurikulum. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana peserta didik belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. Oleh karena itu, kerja proyek bukan merupakan praktik tambahan
11 dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari, melainkan menjadi sentral kegiatan pembelajaran di kelas. b. Prinsip pertanyaan penuntun (driving question), berarti bahwa kerja proyek berfokus pada pertanyaan atau permasalahan yang dapat mendorong peserta didik untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama. Kriteria sebuah ―driving question‟ adalah sebagai berikut. …a driving question must be simple to understand but also give enough information about what is being searched. This is really necessary to conduct project easily. Because the guidance of such a driving question will always make you remember on what you should focus and what action to take. It must be simple because it must researchable and give chance to easily determine what are the variables. c. Prinsip investigasi konstruktif (constructive investigation), merupakan proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi. Penentuan jenis proyek haruslah dapat mendorong peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan sendiri untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya. Dalam hal ini guru harus mampu merancang suatu kerja proyek yang mampu menumbuhkan rasa ingin meneliti, rasa untuk berusaha memecahkan masalah, dan rasa ingin tahu yang tinggi. d. Prinsip otonomi (autonomy), dalam pembelajaran berbasis proyek dapat diartikan sebagai kemandirian peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal supervisi, dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, lembar kerja peserta didik, petunjuk kerja praktikum, dan yang sejenisnya bukan merupakan aplikasi dari PBL. Dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator untuk mendorong tumbuhnya kemandirian peserta didik. e. Prinsip realistis (realism), berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang nyata. PBL harus dapat memberikan perasaan realistis kepada peserta didik dan mengandung tantangan nyata yang berfokus pada permasalahan autentik, tidak dibuat-buat, dan solusinya dapat diimplementasikan di lapangan.
12 Model pembelajaran berbasis proyek bukan sekedar merupakan rangkaian pertemuan kelas serta belajar kelompok kolaboratif, akan tetapi model ini memfokuskkan pada kreatifitas berpikir, pemcahan masalah dan interaksi antara siswa dengan siswa untuk menciptakan dan menggunakan pengetahuan baru. Keuntungan pembelajaran berbasis proyek menurut Moursund dikutip oleh Made Wena (2012:147) diantaranya sebagai berikut: a. Increased Motivation, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa terbukti dari beberapa laporan penelitian tengang pembelajaran berbasis proyek yang menyatakan bahwa siswa sangat tekun, berusaha keras untuk menyelesaikan proyek, siswa merasa lebih bergairah dalam pembelajaran dan keterlambatan dalam kehadiran sangat berkurang. b. Inceased Problem-Solving Ability. Lingkungan belajar pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, membuat siswa lebih aktif dan berhasil memecahkan masalah-masalah yang bersifat kompleks. c. Improved Library Research Skills. Keterampilan siswa untuk mencari dan mendapatkan informasi akan meningkat. d. Increased
Collaboration.
Pentingnya
kerja
kelompok
dalam
proyek
memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi. e. Increased Resource-Management Skills, dapat memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
2.1.3. Tujuan Model Pembelajaran Project Based Learning Menurut Noordin dkk (2011), tujuan pokok model pembelajaran PjBL adalah mengembangkan dan meningkatkan kemampuan-kemampuan yang bersifat teknis maupun nonteknis dan memfasilitas siswa untuk melakukan praktik nyata terkait materi yang diajarkan.
13 Sedangkan menurut Sari dkk (2015:2), model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar keterampilan berbicara siswa, karena melalui pembelajaran proyek siswa terlibat langsung dalam membuat sebuah proyek sehingga lebih dapat memahami dan dapat mengembangkan keterampilan berbicara. Selain meningkatkan keterampilan berbicara, pembelajaran berbasis proyek juga dapat meningkatkan motivasi belajar,
meningkatkan
kemampuan
memecahkan
masalah,
dan
dapat
mengembangkan kreativitas siswa.
2.1.4. Manfaat Diterapkannya Model Pembelajaran Project Based Learning Oleh karena PjBL adalah model pembelajaran yang berpusat pada aktivitas siswa, peran siswa menjadi lebih aktif dan siswa terlibat penuh dalam proses pembelajaran.
Muresan
(2014:303)
mengemukakan
bahwa
di
samping
mengembangkan pembelajaran aktif dan kooperatif, model pembelajaran PjBL memfasilitasi siswa agar dapat menyelesaikan permasalahan secara kreatif dan innovatif serta dapat menggunakan pengetahuannya dalam lingkungan yang nyata. Lebih lanjut Muresan (2014:303) mengemukakan bahwa di satu sisi, pebelajar dapat memiliki pengetahuan dan kompetensi pada bidang-bidang yang spesifik secara mudah dan cepat. Namun di sisi lain, mereka dapat memiliki kompetensi yang sesuai dengan lingkungan kerja yang sesungguhnya, seperti bekerja dan berkomunikasi dalam sebuah tim, berbagi pengetahuan dan tanggung jawab, serta dapat mengembangkan kreatifitas dan pembelajaran mandiri, termasuk pembelajaran berdasarkan pengalaman. Neac (dalam Muresan, 2014:304) juga menyatakan bahwa model pembelajaran project based learning memiliki potensi besar dalam membangun karakteristik siswa, antara lain: a. Mendukung pembelajaran secara individu maupun berkelompok. b. Meningkatkan kemampuan eksplorasi siswa. c. Mendukung perkembangan kognitif / intelektual siswa. d. Berinteraksi dan bersemangat dalam bekerja sama.
14 e. Mendukung siswa untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman. f. Merangsang motivasi dan minat belajar siswa. g. Membentuk sikap dan nilai-nilai yang positif. h. Mengembangkan kemampuan mengambil keputusan. i. Mengembangkan berpikir kreatif. j. Mengembangkan kemampuan belajar secara mandiri maupun kolaboratif.
PjBL merupakan salah satu cara mengembangkan keterampilan yang dituntut dalam pendidikan abad 21. PjBL dapat melatih siswa mengubah sifat pembelajaran dengan menemukan konsep dasar melalui perluasan informasi dan teknologi komunikasi yang nantinya sangat diperlukan untuk keberhasilan dalam menghadapi kehidupan di masa depan (Ledward dalam Ahira, 2011). Siswa yang ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah (Mergendoller, et al. 2006:49-69; Zachariou, 1995; Fitrianingsih dkk, 2015:33). Selain itu, Neo (2009) dan Noordin dkk (2011) menambahkan bahwa minat belajar, kemampuan berpikir kritis, kemampuan membangun relasi, dan kemampuan bekerja sama pada siswa lebih baik apabila siswa belajar dan beraktivitas melalui project based learning, dan kemampuankemampuan tersebut hampir dipastikan dapat berkembang, dibandingkan pada pembelajaran tradisional.
2.1.5. Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning Para ahli pembelajaran telah banyak yang mengemukakan langkahlangkah atau sintaks model pembelajaran PjBL, sehingga terdapat banyak ragam sintaks model pembelajaran PjBL yang berbeda antara ahli yang satu dengan ahli yang lainnya. Menurut Abidin (2014:172), secara umum langkah-langkah model PjBL yaitu: (1) tahap praproyek (merencanakan alternatif proyek beserta hal-hal pendukung proyek); (2) tahap mengidentifikasi masalah (mengidentifikasi
15 masalah dan membuat rumusan masalah); (3) tahap membuat desain dan jadwal pelaksanaan proyek; (4) tahap melaksanakan penelitian awal (mencari spesifikasi terbaik untuk produk yang hendak dibuat); (5) tahap menyusun draft/prototype produk; (6) tahap menilai dan memperbaiki produk (presentasi dan penilaian terhadap produk yang telah dibuat); (7) tahap finalisasi dan publikasi produk (perbaikan dan publikasi produk); dan (8) tahap pasca-proyek (penilaian terhadap penguasaan konsep peserta didik). Sementara
Delise
(1997:27-35)
mengungkapkan
langkah-langkah
penerapan model pembelajaran PjBL yang berbeda dengan pendapat ahli sebelumnya, antara lain: 1.
Connecting with the problem, yaitu guru memilih, merancang dan menyampaikan masalah yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari siswa.
2.
Setting up the structure. Setelah siswa terlibat dengan masalah pembelajaran, guru menciptakan struktur untuk bekerja melalui masalah yang dihadapi. Struktur ini akan memberikan rancangan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh siswa. Struktur menjadi kunci dari keseluruhan proses bagaimana siswa berfikir melalui situasi nyata dan mencapai solusi yang tepat.
3.
Visiting the problem. Jika guru telah menjelaskan bagaimana siswa akan mengarah, dan siswa diminta untuk membaca kembali statement masalah itu. Guru fokus pada ide-ide yang dimiliki siswa untuk bagaimana menyelesaikan masalah. Fokus tersebut diarahkan untuk menghasilkan fakta dan daftar item yang membutuhkan klarifikasi lebih lanjut.
4.
Revisiting the problem. Setelah siswa dalam kelompok kecil telah menyelesaikan tugas mandiri, mereka harus segera bergabung kembali dalam kelas untuk menemukan kembali masalah-masalah tersebut. Guru pertamatama meminta kelompok kecil untuk melaporkan hasil pengamatan mereka. Pada saat itu guru menilai sumber yang mereka pakai sebagai referensi, waktu yang digunakan, dan efektivitas rencana tindakan yang akan dilakukan.
16 5.
Producing a product / performance, yaitu membuat hasil pemecahan masalah yang disampaikan kepada guru untuk dievaluasi tentang mutu isi dan penguasaan skill mereka.
6.
Evaluating performance and the problem. Guru meminta siswa untuk mengevaluasi hasil kerja (performance) dari kajian masalah dan alternatif solusi yang diajukan.
Langkah-langkah
penerapan
model
pembelajaran
PjBL
juga
dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation (dalam Bender, 2012:17-20, 45-76), terdiri dari: a. Start with the essential question. Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan sesuatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi yang mendalam. Pengajar berusaha agar yang diangkat relevan untuk para peserta didik. b. Design a plan for the project. Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan merasa memiliki atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial dengan mengintegrasikan berbagai subyek serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek. c. Create a schedule. Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain (1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek; (2) membuat deadline untuk menyelesaikan proyek; (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru; (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek; dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
17 d. Monitor the student and the progress of the project. Pengajar bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi monitor bagi aktivitas peserta didik, agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting. e. Assess the outcome. Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik, memberikan umpan balik tentang tingkat pemahaman dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. f. Evaluate the experience. Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok, pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran. Langkah-langkah
penerapan
model
pembelajaran
PjBL
yang
dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation inilah yang diterapkan di Indonesia melalui kurikulum 2013. Adapun bentuk adaptasinya dijelaskan melalui gambar di bawah ini.
Gambar 2.1. Langkah-langkah PjBL (Modifikasi dari Buku Bimtek KTI Pembelajaran Inovatif Produktif, 2014: 11)
18 Sebelum menerapkan model PjBL dalam proses pembelajaran, menurut Moerdiyanto (2012:86), terdapat beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh guru antara lain: a. Menentukan materi pembelajaran dengan pemilihan masalah riil yang nyata. b. Menyusun daftar keinginan siswa agar proses pembelajaran menjadi menyenangkan c. Merancang penyajian masalah untuk dapat memandu siswa d. Menentukan alokasi waktu dan jadwal pembelajaran e. Mengorganisir kelompok-kelompok belajar f. Merancang sumber belajar g. Merancang lingkungan belajar h. Merancang format penilaian proses dan hasil belajar.
Adapun hal terpenting yang perlu diperhatikan oleh guru sebelum menerapkan model pembelajaran PjBL adalah menyiapkan proyek yang akan dilaksanakan oleh siswa dalam proses pembelajaran. Proyek yang akan dilaksanakan harus dikuasai terlebih dahulu oleh guru, artinya guru telah melakukan proyek tersebut sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Apabila seorang guru yang memimpin pembelajaran berbasis proyek tidak memiliki pengalaman yang cukup mengenai project yang akan diberikan kepada siswa, maka kegagalan project akan terjadi. Dengan kata lain, pengetahuan teoretis yang dimiliki oleh guru tidaklah cukup dan guru harus memiliki pengalaman praktik secara langsung pada bidang yang ditekuni (Marx, dalam Sepahkar, 2015).
19 2.1.6. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Project Based Learning Wena (2012:147) mengemukakan bahwa model pembelajaran PjBL memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan sebagai berikut. 1) Keunggulan Model Pembelajaran PjBL: a) Meningkatkan motivasi b) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah c) Meningkatkan kolaborasi d) Meningkatkan keterampilan mengelola sumber daya 2) Kelemahan Model Pembelajaran PjBL: a) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah. b) Memerlukan biaya yang cukup banyak. c) Banyak peralatan yang harus disediakan. d) Siswa yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan, dan e) Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan siswa tidak memahami topik secara keseluruhan.
Pendapat lain dikemukakan oleh Husamah (2013), bahwa model PjBL memiliki kelebihan di antaranya (1) pelajar memperoleh pengetahuan dasar (basic science) yang berguna untuk memecahkan masalah bidang keteknikan yang dijumpainya, (2) pelajar belajar secara aktif dan mandiri dengan sajian materi terintegrasi dan relevan dengan kenyataan sebenarnya, yang sering disebut student centered, dan (3) pelajar mampu berpikir kritis dan mengembangkan inisiatif. Ada tiga kategori umum penerapan proyek untuk pelajar, yakni mengembangkan keterampilan, meneliti permasalahan, dan menciptakan solusi. Kreativitas dari suatu proyek membantu perkembangan pertumbuhan individu.
20 2.2. Model Project Based Learning Dalam Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Model pembelajaran PjBL sangat sesuai untuk diterapkan dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Hal ini dikarenakan melesatnya perkembangan komputer dan teknologi informasi yang memberikan nuansa baru dalam dunia pendidikan dan pelatihan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa PjBL merupakan model pembelajaran yang sangat penting untuk diterapkan pada mata pelajaran TIK di sekolah maupun jurusan teknologi informasi dan teknik komputer di jenjang pendidikan tinggi (Grozdev & Angelova, 2007). Model pembelajaran PjBL pada pembelajaran TIK salah satunya dapat diterapkan dalam konteks pengembangan perangkat lunak, yang mana langkahlangkah atau sintaks penerapannya antara lain: (1) project definition, (2) choosing software development environment, (3) setting up a team, (4) holding a workshop, (5) system analyze, (6) system design, (7) implementation, dan (8) system test (Sepahkar dkk, 2015:53). Menurut Muresan (2014:306), model pembelajaran PjBL memfasilitasi peserta didik agar dapat memiliki kompetensi digital serta keterampilanketerampilan untuk mengembangkan materi pembelajaran berbasis komputer. Selain itu, teknologi berbasis komputer yang terintegrasi dengan model pembelajaran PjBL sangat berguna untuk pembelajaran yang konstruktif. (Roschelle, dalam Eskrootchi & Oskrochi, 2010:237).
2.3. Hasil Belajar Hasil belajar sebagai outcome kegiatan belajar mengajar sangatlah kompleks. Telah banyak para ahli yang mendefinisikannya. Sudjana (dalam Utami, 2015:58) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Giantera (2013:1) hasil belajar merupakan pencapaian tujuan belajar dan produk dari proses belajar yang dapat ditunjukkan melalui nilai atau angka dan diperoleh dari
21 hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap siswa melalui tugas, ulangan harian, atau ujian lainnya. Berdasarkan definisi hasil belajar menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah pengetahuan, kemampuan, keterampilan, ataupun sikap yang diperoleh siswa setelah melakukan aktivitas belajar melalui evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap siswa dengan pemberian tugas, ulangan harian, atau ujian lainnya. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Menurut Slameto (2003:5472), faktor-faktor tersebut antara lain: 1.
Faktor-faktor Intern a. Faktor Jasmaniah 1) Faktor Kesehatan 2) Cacat Tubuh b. Faktor Psikologis 1) Intelegensi 2) Perhatian 3) Minat 4) Bakat 5) Motif 6) Kematangan 7) Kesiapan c. Faktor Kelelahan
2.
Faktor-faktor Ekstern a. Faktor Keluarga 1) Cara Orang Tua Mendidik 2) Relasi Antar Anggota Keluarga 3) Susunan Rumah 4) Keadaan Ekonomi Keluarga 5) Pengertian Orang Tua 6) Latar Belakang Kebudayaan b. Faktor Sekolah 1) Metode Mengajar 2) Kurikulum 3) Relasi Guru dengan Siswa 4) Relasi Siswa dengan Siswa
22 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11)
Disiplin Sekolah Alat Pelajaran Waktu Sekolah Standar Pelajaran Di Atas Ukuran Keadaan Gedung Metode Belajar Tugas Rumah
c. Faktor Masyarakat 1) Kegiatan Siswa Dalam Masyarakat 2) Mass Media 3) Teman Bergaul 4) Bentuk Kehidupan Masyarakat Wahidmurni (2010:18) mengemukakan bahwa seseorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut dapat ditunjukkan diantaranya dari kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek. Contoh perubahan dalam aspek kemampuan berpikir adalah misalnya terjadi perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, atau perubahan dari tidak paham menjadi paham dan seterusnya. Contoh perubahan dalam aspek sikap misalnya dari sikap yang buruk menjadi sifat yang baik, dari semula bersikap tidak sopan menjadi sikap yang sopan dan seterusnya. Kemudian contoh perubahan dalam aspek keterampilan misalnya dari tidak dapat melakukan wudlu menjadi terampil berwudlu, dari tidak terampil melukis menjadi terampil melukis dan seterusnya. Hasil belajar siswa dapat dilakukan penilaian melalui banyak cara, salah satunya adalah teknik penilaian melalui tes. Pada penilaian melalui tes dapat berupa tes tulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Pada tes tulis, soal-soal harus dijawab oleh siswa dengan memberikan jawaban secara tertulis. Tes lisan dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara guru dan siswa. Sedangkan pada tes perbuatan, penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaannya dinyatakan dengan perbuatan atau unjuk kerja.
23 2.4. Hasil Belajar Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dikutip dari definisi hasil belajar secara umum pada halaman sebelumnya, disebutkan bahwa hasil belajar merupakan suatu pengetahuan, kemampuan, keterampilan, ataupun sikap yang diperoleh siswa setelah melakukan aktivitas belajar melalui evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap siswa melalui tugas, ulangan harian, atau ujian lainnya. Dengan demikian, hasil belajar mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat didefinisikan sebagai suatu pengetahuan, kemampuan, keterampilan, daan sikap yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar mata pelajaran TIK melalui evaluasi yang dilakukan guru terhadap siswa dengan cara pemberian tugas, ulangan harian, nilai praktikum, atau ujian lainnya. Hasil belajar TIK sangat jarang diteliti di Indonesia, sehingga tidak banyak teori yang membahasnya. Namun, hasil belajar TIK dapat diselaraskan dengan literasi TIK (ICT Literacy). Menurut Educational Testing Service / ETS (2002:2), “ICT literacy is using digital technology, communications tools, and/or networks to access, manage, integrate, evaluate, and create information in order to function in a knowledge society”. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa literasi TIK adalah pemanfaatan teknologi digital, alat komunikasi, dan/atau jaringan untuk mengakses, mengatur, menyatukan, dan menciptakan informasi agar berfungsi bagi pengetahuan masyarakat. Adapun konsep literasi TIK dijelaskan melalui gambar di bawah ini.
Gambar 2.1. Konsep Literasi TIK
24
Gambar 2.2. Konsep Literasi dan Kecakapan TIK
Berdasarkan gambar 2.2 di atas terlihat adanya tiga kecakapan (proficiency), yakni kecakapan kognitif, kecakapan teknis, dan kecakapan TIK. Adapun penjelasan dari ketiga kecakapan tersebut adalah sebagai berikut. a. Kecakapan Kognitif (Cognitive Proficiency), yaitu kecakapan-kecakapan mendasar yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah, di rumah, maupun di tempat kerja. Kecakapan kognitif ini digambarkan dengan dimilikinya kemampuan umum, kemampuan menghitung, memecahkan masalah, dan kemampuan visual/spasial. b. Kecakapan Teknis (Technical Proficiency), merupakan komponen dasar dari literasi digital, meliputi pengetahuan mendasar tentang perangkat keras, perangkat lunak, program aplikasi, jaringan, dan elemen-elemen teknologi digital. c. Kecakapan TIK, merupakan penyatuan dan penerapan dari kecakapan kognitif dan kecakapan teknis. Orang yang memiliki kecakapan TIK dapat memaksimalkan kemampuan teknologinya. Pada level tertinggi, kecakapan TIK terlihat melalui sebuah inovasi, transformasi diri, dan perubahan sosial.
25 Menurut UNESCO (2008:13), literasi TIK dapat dibedakan menjadi tiga aspek, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap. Adapun tiga aspek literasi TIK tersebut dijelaskan dalam tabel di bawah ini. Tabel 2.1. Aspek Literasi TIK: Label Konseptual dan Deskripsi Aspek Pengetahuan
Label Konseptual Pengetahuan Mendasar
Deskripsi Sadar akan teknologi dan memahami relevansinya
Keterampilan
Keteramilan Teknis
Menggunakan teknologi untuk mengakses, menerima, menyimpan, mengelola, menyatukan, menilai, memberikan, dan mengomunikasikan suatu informasi dan pengetahuam, serta dapat berpartisipasi dalam jejaring sosial melalui internet.
Sikap
Keterampilan Menilai Kritis
Memahami konsep TIK dan dampak penggunannya dalam kehidupan pribadi dan sosial, termasuk sikap tangung jawab, perilaku berkomunikasi, dan perilaku lainnya.
Setiap aspek literasi TIK yang telah dibahas sebelumnya memiliki beberapa kompetensi kunci (key competencies). Berikut ini disajikan tabel penjelasan mengenai kompetensi kunci pada masing-masing aspek literasi TIK.
26 Tabel 2.2. Kompetensi Kunci Pada Pengetahuan Mendasar Aspek Pengetahuan
Label Konseptual Pengetahuan Mendasar
Deskripsi Mengenal telepon mobile, komputer, internet, dan teknologi informasi dan komunikasi lainnya. Mampu untuk mengidentifikasi macammacam teknologi informasi dan komunikasi. Benar-benar memahami manfaat dan potensi TIK dalam kehidupan sehari-hari. Memahami fungsi utama masing-masing teknologi informasi, seperti handphone untuk menelpon dan SMS; komputer untuk pengolahan kata/kalimat, pengolahan angka, basis data, dan penyimpanan informasi; dan internet untuk mengakses halaman web, mengirim dan menerima email, dan pesan instan (instant massaging). Memahami etika berkomunikasi melalui TIK.
Tabel 2.3. Kompetensi Kunci Pada Keterampilan Teknis Label Konseptual Keterampilan Keterampilan Teknis Aspek
Deskripsi Mampu menggunakan fasilitas TIK beserta penerapannya. Mampu mengakses halaman web, seperti melakukan log in, menggunakan search engine, mencari informasi melalui kata kunci, dll.) Mampu menggunakan layanan internet, seperti membuat akun email, menulis email, melakukan attach and download files, berpartisipasi dalam diskusi dalam jejaring sosial, mampu membuat blog, dll. Mampu melakukan penyimpanan dan pemrosesan data elektronik, seperti membuat dan mengelola database. Mampu mengubah tampilan presentasi dalam format tampilan lainnya.
27 Menggunakan TIK untuk mendukung berpikir kritis, kreativitas, dan inovasi untuk pendidikan, kerjasama, dan keperluan lain seperti membuat suatu multimedia, mengelola informasi oleh beberapa pengguna melalui website, dan mampu mengatasi spam dan penipuan dalam internet. Mampu membedakan sebuah keadaan, seperti membedakan sesuatu yang relevan dan yang tidak relevan, subjektif dan objektif, nyata dan tidak nyata (virtual), mampu menyaring pornografi dan konten negative lainnya, memerangi plagiat, dll.)
Tabel 2.4. Kompetensi Kunci Pada Keterampilan Menilai Kritis Aspek Sikap
Label Konseptual Keterampilan Menilai Kritis
Deskripsi Mampu menggunakan TIK dalam bekerja secara individu maupun tim, membuat perjanjian, dan mampu membantu orang lain dalam mengatasi suatu permasalahan. Bijaksana dalam menggunakan TIK, peka terhadap keamanan dan tanggung jawab akan penggunaan internet. Bersikap kritis dan reflektif dalam mengakses informasi, seperti memahami motif-motif perusahaan yang bergerak di bidang teknologi, dan mampu menilai kebenaran dari sebuah iklan mengenai teknologi. Tertarik untuk menggunakan TIK memperluas jaringan. Memahami konsekuensi mengenai penggunaan teknologi. Mampu untuk mengkaji secara kritis dampak penggunaan TIK.
28 Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai tiga aspek literasi TIK meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap, pembelajaran TIK di Indonesia memiliki pengelolaan aspek-aspek literasi TIK tersendiri. Berdasarkan Rekomendasi Jangka Pendek Naskah Akademik Pusat Kurikulum KEMDIKBUD (2007), rasio persentase kompetensi TIK yang ideal adalah 20% ranah kognitif (pengetahuan), 60% psikomotorik (keterampilan), dan 20% ranah afektif (sikap). Upaya untuk meningkatkan literasi TIK di Indonesia, telah banyak dilaksanakan program-program pelatihan TIK oleh beberapa pihak, baik pemerintah ataupun swasta. Menurut Yuhetty (2002), upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan literasi TIK masyarakat Indonesia, antara lain: a. Pengembangan Perangkat Lunak dalam Bahasa Indonesia Salah satu penghambat penggunaan komputer oleh masyarakat Indonesia adalah rendahnya penguasaan bahasa inggris, sehingga enggan untuk mengoperasikan komputer. Untuk mengatasi kendala tersebut dan mendukung upaya untuk mewujudkan masyarakat ―melek IT‖, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penggunaan Komputer dan Perangkat Lunaknya dalam Bahasa Indonesia Melalui Pengembangan Perangkat Lunak Berbahasa Indonesia pada Sistem Operasi Open Source, LINUX. Sampai tahun 2002, sebanyak 2 program aplikasi telah dikembangkan, yaitu WinBI (Windows in Indonesian Language) dan Kantaya (Virtual Office) oleh Kementerian Riset dan Teknologi. b. APEC Cyber Education Network (ACEN) Secara umum, jejaring yang dikoordininir oleh Direktorat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan pada Kementerian Pendidikan Nasional bertujuan
untuk
mengurangi
dan
menghilangkan
kesenjangan
antara
kemampuan guru SMA di Indonesia dengan Negara-negara anggota APEC dalam menggunakan TIK, khususnya pada pendidikan berbasis multimedia
29 c. Pelatihan TIK di Sekolah-Sekolah Direktorat Pendidikan Kejuruan memulai program pelatihan TIK di sekolah-sekolah sejak tahun 2001. Tujuannya adalah untuk melatih guru dan siswa dalam menggunakan teknologi informasi, khususnya internet. Untuk melaksanakan program tersebut, Direktorat Pendidikan Kejuruan bekerjasama dengan Jejaring Informasi Sekolah. d. Sosialisasi Media Pembelajaran Berbantuan Komputer di Sekolah-Sekolah SMA Pada bulan September 2002, Direktorat Pendidikan SMP melakukan program pelatihan penggunaan media pembelajaran berbantuan komputer dengan bekerjasama dengan Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (Pustekkom) Program ini dilaksanakan dengan berinteraksi langsung dengan 800 guru SMA dari 200 sekolah dan juga dari 20 provinsi. e. Program Millenium Internet Roadshow 2001 (MIR 2001) Program ini diinisiasi oleh beberapa perusahaan pada tahun 2001. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kepedulian publik untuk menguasai TIK. Program ini dilaksanakan oleh Association of Indonesian Internet Service Providers yang mendukung penuh dari berbagai bagian seperti media masa, pemerintah daerah, jejaring informasi sekolah, dan lain-lain. Pada tahun 2001, program ini telah mengunjungi 15 provinsi di Indonesia. f. Internet Sehat Terdapat beberapa indikasi bahwa para pengguna internet di Indonesia didominasi oleh kaum remaja, yang menggunakan internet untuk mengakses konten negatif seperti pornografi, isu rasis, dan lain-lain. Agar pengguna internet terhindar dari beberapa konten negatif tersebut, ICT Watch, Association of Indonesian Internet Service Providers, dan Jejaring Informasi Sekolah telah mengkampanyekan internet sehat. Kegiatan ini meliputi kampanye, pelatihan, dan penyebaran informasi melalui media cetak.
BAB III PEMBAHASAN
Proses pembelajaran pada mata pelajaran TIK perlu dilaksanakan sesuai dengan standar agar dapat berjalan secara optimal guna mencapai tujuan pembelajaran. Adapun standar yang digunakan dalam melaksanakan pembelajaran TIK disebut standar proses. Menurut Amri (2013:49), standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hokum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Amri (2013:49) di atas, maka dapat digeneralisasikan bahwa standar proses pembelajaran meliputi, (1) perencanaan pembelajaran, (2) pelaksanaan pembelajaran, dan (3) evaluasi hasil pembelajaran. Bab ini akan membahas ketiga tahapan standar proses pembelajaran pada mata pelajaran TIK dengan menggunakan pembelajaran berbasis proyek sebagai model pembelajaran.
3.1. Perencanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi Amri (2013:49-50) mengemukakan bahwa perencanaan pembelajaran merupakan penyiapan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI, dalam kurikulum 2013), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. Silabus merupakan acuan untuk mengembangkan RPP. Sementara RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai kompetensi dasar.
30
31 Amri (2013:50) menambahkan bahwa untuk mewujudkan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan menantang, guru mata pelajaran perlu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara lengkap dan sistematis, dengan harapan pelaksanaan pembelajaran nantinya berjalan dengan lancer dan sukses sesuai dengan yang telah direncanakan. Berikut ini akan dipaparkan contoh perencanaan pembelajaran TIK untuk kelas XII SMA/MA pada materi pokok desain grafis.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Kelas Mata Pelajaran Pertemuan Ke Alokasi Waktu
: : : : :
SMA ………………………… XII Teknologi Informasi dan Komunikasi I s/d VI 6 x 1 Jam Pelajaran ( @ 45 Menit / Jam Pelajaran )
A. Standar Kompetensi Menggunakan perangkat lunak pembuat desain grafis. B. Kompetensi Dasar 1.1. Menunjukan menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak desain grafis. 1.2. Menggunakan menu ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat desain grafis. 1.3. Membuat grafis dengan berbagai variasi warna, bentuk dan ukuran. C. Indikator Pencapaian Kompetensi 1.1.1. Menjelaskan pengertian grafis berbasis vektor dan grafis berbasis bitmap 1.1.2. Mengetahui aplikasi yang digunakan untuk membuat grafis berbasis vektor dan grafis berbasis bitmap 1.1.3. Menjelaskan pengertian menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat grafis
32 1.1.4. Menerangkan fungsi menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat grafis 1.1.5. Mengidentikasi menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat grafis 1.1.6. Menampilkan menu dan ikon yang tersembunyi dan menyembunyikan ikon-ikon yang tidak diperlukan 1.2.1. Mendemonstrasikan pembuatan dokumen baru 1.2.2. Memodifikasi pengaturan dan pewarnaan halaman 1.2.3. Memodifikasi pengaturan dan pewarnaan teks 1.2.4. Memodifikasi pembuatan garis dan bentuk 1.2.5. Memodifikasi pewarnaan pada grafis 1.3.1. Membuat beberapa kreasi grafis, seperti peta, banner, poster, dll. D. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran ini, siswa dapat: 1.
Menjelaskan pengertian grafis berbasis vektor dan grafis berbasis bitmap dengan benar
2.
Mengetahui aplikasi yang digunakan untuk membuat grafis berbasis vektor dan grafis berbasis bitmap dengan tepat
3.
Menjelaskan pengertian menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat grafis secara menyeluruh.
4.
Menerangkan fungsi menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat grafis secara menyeluruh.
5.
Mengidentikasi menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat grafis secara menyeluruh
6.
Menampilkan menu dan ikon yang tersembunyi dan menyembunyikan ikon-ikon yang tidak diperlukan dengan benar.
7.
Mendemonstrasikan pembuatan dokumen baru dengan benar.
8.
Memodifikasi pengaturan dan pewarnaan halaman dengan benar.
9.
Memodifikasi pengaturan dan pewarnaan teks dengan benar.
33 10. Memodifikasi pembuatan garis dan bentuk dengan benar. 11. Memodifikasi pewarnaan pada grafis dengan benar. 12. Membuat beberapa kreasi grafis, seperti peta, banner, poster, dll. yang menarik E. Materi Pembelajaran Pertemuan KeI
II III IV V VI
Materi Pembelajaran 1. Grafis berbasis vektor dan bitmap 2. Aplikasi pembuat grafis vektor dan bitmap 3. Pemahaman menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat grafis 4. Pengaturan dan pewarnaan halaman 5. Memodifikasi pengaturan dan pewarnaan teks 6. Memodifikasi pembuatan garis dan bentuk 7. Memodifikasi pewarnaan pada grafis Membuat kreasi grafis objek tiga dimensi Membuat kreasi grafis logo Membuat kreasi grafis peta / denah Membuat kreasi grafis poster Membuat kreasi grafis poster
F. Pendekatan, Model dan Metode Pembelajaran Pendekatan
: Student Oriented Learning
Model
: Project Based Learning (PjBL)
Metode
: Demonstrasi, Diskusi, Praktik
G. Media/Alat dan Sumber Belajar 1.
Media / Alat
: Buku, Spidol, Penghapus Papan, PC / Laptop, LCD Proyektor
2.
Sumber Belajar
: Buku Sekolah Elektronik (BSE) Teknologi Informasi dan Komunikasi Untuk SMA/MA Kelas XII, Pusat Perbukuan Kemdikbud
34 3.2. Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi Pelaksanaan pembelajaran merupakan kegiatan melaksanakan aktivitas belajar mengajar di kelas. Pada pelaksanaan pembelajaran inilah, model, pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik pembelajaran diterapkan. Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya. Pada umumnya, pelaksanaan pembelajaran ini terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Amri (2013:54) mengemukakan bahwa pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan aktivitas-aktivitas sebagai berikut. a. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran. b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari, atau lebih dikenal dengan apersepsi. c. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai. d. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
Amri (2013:55) juga mengemukakan bahwa kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar. Pada kegiatan inti, suatu model, pendekatan, strategi, dan/atau metode pembelajaran diterapkan sesuai dengan karaktersitk peserta didik dan mata pelajaran. Keseluruhan sintak atau langkah-langkah penerapan model pembelajaran dilakukan pada kegiatan inti ini. Kegiatan terakhir pada pelaksanaan pembelajaran adalah kegiatan penutup. Menurut Amri (2013:57), adapun aktivitas-aktivitas guru yang dilakukan pada kegiatan penutup antara lain: 1.
Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman atau simpulan pelajaran;
2.
Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.
35 3.
Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, program pengayaan, layanan konseling, dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok.
4.
Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Adapun pelaksanaan pembelajaran TIK dengan model pembelajaran PjBL merupakan implementasi langkah-langkah penerapan model pembelajaran PjBL juga dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation (dalam Bender, 2012:17-20, 45-76), antara lain: a. Start with the essential question (penentuan proyek). b. Design a plan for the project (perancangan penyelesaian proyek).
c. Create a schedule (penyusunan jadwal). d. Monitor the student and the progress of the project (monitoring). e. Assess the outcome (menguji hasil dan presentasi). f.
Evaluate the experience (evaluasi proses dan hasil proyek).
Berikut ini disajikan gambaran pelaksanaan pembelajaran TIK dengan menerapkan model pembelajaran PjBL pada materi desain grafis. Tabel 3.1. Gambaran Pelaksanaan Pembelajaran TIK pada Pertemuan I Langkah Sintak Model Pembelajaran Pembelajaran Kegiatan Pra Pembelajaran Pendahuluan
Langkah-Langkah Pembelajaran 1. Guru mengkondisikan kelas dalam suasana kondusif untuk berlangsungnya pembelajaran 2. Guru menyampaikan salam 3. Guru mengajak semua siswa berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk mengawali kegiatan pembelajaran) 4. Guru melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa 5. Guru membacakan Kompetensi Dasar dan Tujuan Pembelajaran 6. Guru melakukan apersepsi
Alokasi Waktu 10 Menit
36 Kegiatan Inti
1. Start with the essential question (Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial)
2. Design a plan for the project (Merancang Perencanaan Proyek) 3. Create a schedule (Membuat jadwal)
1. Guru menjelaskan sekilas mengenai contoh grafis yang ada dalam kehidupan sehari-hari seperti logo, poster, banner, dan lain-lain, sekaligus menerangkan perbedaan grafis vektor dan grafis bitmap.
30 menit
2. Guru melakukan konfirmasi kepada siswa mengenai pengetahuan mereka mengenai cara mendesain dan membuat grafis vektor berupa logo instansi/perusahaan, poster, banner. 3. Guru memotivasi siswa agar tertarik untuk belajar membuat desain grafis vektor 4. Guru bersama siswa merencanakan sebuah proyek pembuatan desain grafis dengan membahas bentuk proyek, petunjuk teknis pengerjaan proyek, format penilaian proyek, serta membentuk kelompok kerja proyek siswa 5. Guru bersama siswa juga membuat jadwal pengerjaan proyek dari awal pengerjaan sampai dengan proyek selesai. 6. Guru menyampaikan materi dasar desain grafis meliputi menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat grafis, pengaturan dan pewarnaan halaman dan teks, pembuatan garis dan bentuk, serta pewarnaan pada grafis
Kegiatan Penutup
1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari 2. Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara autodidak di rumah 3. Guru mengumumkan materi pembelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. 4. Guru mengucapkan salam untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran)
5 menit
37 Tabel 3.2. Gambaran Pelaksanaan Pembelajaran TIK pada Pertemuan II dan Seterusnya Langkah Sintak Model Pembelajaran Pembelajaran Kegiatan Pra Pembelajaran Pendahuluan
Langkah-Langkah Pembelajaran 1. Guru mengkondisikan kelas dalam suasana kondusif untuk berlangsungnya pembelajaran
Alokasi Waktu 10 Menit
2. Guru menyampaikan salam 3. Guru mengajak semua siswa berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk mengawali kegiatan pembelajaran) 4. Guru melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa 5. Guru membacakan Kompetensi Dasar dan Tujuan Pembelajaran Kegiatan Inti
1. Start with the essential question (Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial)
6. Guru melakukan apersepsi 1. Guru menjelaskan sekilas mengenai proyek yang akan dikerjakan. 2. Guru melakukan konfirmasi kepada siswa mengenai pengetahuan mereka mengenai cara mendesain dan membuat objek tiga dimensi pada grafis vektor 3. Guru meminta siswa untuk memulai pengerjaan proyek bersama dengan kelompok masing-masing.
2. Monitor the 4. Guru memantau aktivitas belajar siswa dalam student and the mengerjakan proyek progress of the project (melakukan pemantauan terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek)
30 menit
38 3. Assess the outcome (Penilaian Hasil Proyek)
5. Guru menilai hasil proyek siswa berdasarkan pedoman penilaian hasil belajar
1. Evaluate the experience (Evaluasi)
6. Guru bersama siswa melakukan evaluasi terhadap pengerjaan proyek mulai dari awal pengerjaan sampai dengan proyek selesai dengan meminta tanggapan dari siswa mengenai kendala-kendala yang dihadapi dalam menyelesaikan proyek serta mencari solusi atas kendala-kendala yang ditemui.
Kegiatan Penutup
1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari 2. Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari desain grafis secara autodidak di rumah 3. Guru mengumumkan materi pembelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. 4. Guru mengucapkan salam untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran)
3.3. Evaluasi Hasil Pembelajaran Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi Evaluasi hasil pembelajaran merupakan penilaian untuk mengukur tingkat pencapaian peserta didik terhadap tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan (Amri, 2013:57). Hasil penilaian tersebut dapat digunakan guru untuk memperbaiki proses pembelajaran melalui perencanaan kembali program pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya serta digunakan sebagai bahan untuk menyusun laporan hasil belajar peserta didik. Evaluasi hasil pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofolio, serta penilaian diri.
5 menit
39 Evaluasi pembelajaran dapat dilakukan kapan saja sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang disusun oleh guru. Evaluasi pembelajaran dapat dilakukan setiap kali tatap muka berupa penugasan, pretest dan posttest atau berupa kuis. Evaluasi pembelajaran juga dapat dilakukan pada setiap akhir materi pembelajaran seperti ulangan harian. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan setiap 3 bulan sekali dapat berupa ulangan tengah semester, sedangkan yang dilakukan setiap 6 bulan sekali berupa ulangan akhir semester. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan di akhir tahun pelajaran berupa ujian kenaikan kelas. Dan yang terakhir, evaluasi pembelajaran di akhir jenjang pendidikan dapat disebut sebagai ujian kelulusan. Adapun ruang lingkup penilaian hasil belajar mencakup ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor (Wahidmurni, 2010:18). Ranah kognitif lebih dikenal dengan aspek pengetahuan, ranah afektif atau aspek sikap, dan ranah psikomotor dikenal dengan aspek keterampilan. Berdasarkan Rekomendasi Jangka Pendek Naskah Akademik Pusat Kurikulum KEMDIKBUD (2007), rasio persentase kompetensi (hasil belajar) TIK yang ideal adalah 20% ranah kognitif (pengetahuan), 60% psikomotorik (keterampilan), dan 20% ranah afektif (sikap). Dengan demikian, evaluasi hasil pembelajaran TIK lebih menekankan pada ranah psikomotor (keterampilan). Evaluasi hasil belajar ranah kognitif (pengetahuan) lazim dilakukan dengan menggunakan teknik penilaian tes. Walaupun terkadang terdapat hasil belajar kognitif yang dilakukan evaluasi dengan teknik penilaian non-tes. Sementara evaluasi hasil belajar ranah afektif (sikap) biasanya dilakukan dengan menggunakan teknik penilaian nontes berupa pengamatan (observasi) aktivitas belajar siswa menggunakan lembar observasi berbentuk checklist. Sedangkan hasil belajar ranah psikomotor (keterampilan) dapat dilakukan evaluasi dengan menggunakan teknik penilaian tes praktikum atau dengan menggunakan teknik penilaian non-tes berupa portofolio, penilaian proyek, penilaian kinerja, penilaian produk.
40 Menurut Wahidmurni (2010:62), penilaian kinerja merupakan penilaian yang meminta peserta didik untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam konteks yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Selain itu, penilaian proyek merupakan penilaian tugas (meliputi pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data) yang harus diselesaikan oleh peserta didik (individu/kelompok) dalam waktu tertentu. Sedangkan penilaian produk atau hasil karya merupakan penilaian keterampilan peserta didik dalam membuat suatu produk benda tertentu. Lampiran Permendikbud Nomor 104 Tahun 2013 tentang Penilaian menyatakan bahwa penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik sendiri. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus menerus
melakukan
perbaikan.
Dengan
demikian,
portofolio
dapat
memperlihatkan dinamika kemampuan belajar peserta didik melalui sekumpulan karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/literatur, laporan penelitian, sinopsis dan karya nyata individu peserta didik yang diperoleh dari pengalaman. Berikut ini dipaparkan contoh teknik penilaian hasil belajar ranah psikomotor (keterampilan) pada mata pelajaran TIK. a. Proyek Pengaturan dan pewarnaan halaman
(15 %)
Pengaturan dan pewarnaan teks
(15 %)
Pembuatan garis dan bentuk (shape)
(30 %)
Penggunaan teknik shaping
(40 %)
Total Skor
(100 %)
41 b. Portofolio Kelengkapan dan kejelasan laporan pengerjaan proyek
(70 %)
Urutan penyajian
(10 %)
Tata Bahasa
(10 %)
Estetika tulisan
(10 %)
Total Skor
(100 %)
Hasil belajar ranah psikomotor (keterampilan) yang dicapai oleh siswa dapat diinterpretasikan dalam beberapa kriteria. Menurut Khabibah (2006), hasil belajar berupa keterampilan atau kemampuan dapat diinterpretasikan atau ditafsirkan dalam beberapa kriteria di bawah ini. Tabel 3.3. Kriteria Hasil Belajar Kemampuan
3.4. Hasil
NILAI HASIL BELAJAR
KRITERIA
85 – 100
Sangat Mampu
70 – 84
Mampu
50 – 69
Kurang Mampu
0 – 49
Tidak Mampu
Penelitian
Sebelumnya
Mengenai
Penerapan
Model
Pembelajaran Project Based Learning Penelitian terkait penerapan model pembelajaran PjBL telah banyak dilakukan oleh para ahli. Salah satunya dilakukan oleh Fitrianingsih dkk (2015) yang menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar sejarah pada peserta didik kelas X – Sosial 2 SMA Negeri 4 Jember. Penelitian lain dilakukan oleh Lesmana dan Jaedun (2015) yang menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran PjBL lebih efektif dibanding model pembelajaran konvensional dengan metode tutorial. Sementara penelitian Eko Mulyadi (2015) menyatakan bahwa model pembelajaran PjBL dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada
42 mata pelajaran Fisika. Hasil penelitian Lestari dkk (2016) menyatakan bahwa model pembelajaran PjBL berbasis outdoor study dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu, Tafakur dan Suyanto (2015) dalam artikel penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan project based learning terhadap hasil belajar siswa.
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian teoretis dan kajian empiris yang telah dibahas pada
bab
sebelumnya,
dapat
disimpulkan
bahwa
implementasi
model
pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi Siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang juga menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
4.2. Saran Sebagai akhir dari penulisan makalah ini, penulis memberikan saran-saran sebagai berikut. a. Bagi guru, diharapkan dapat mengadaptasi perencanaan, langkah-langkah implementasi, beserta evaluasi pembelajaran dengan model PjBL yang telah dibahas dalam makalah ini dengan menyesuaikan karakteristik peserta didik dan materi pembelajaran. b. Bagi peneliti lain, makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas untuk membuktikan apakah penerapan model pembelajaran PjBL di lapangan benar-benar dapat meningkatkan hasil belajar siswa atau tidak. c. Bagi pembaca, apabila ingin mengutip sebagian atau seluruh isi dari makalah ini, harap dibandingkan dengan referensi lain terlebih dahulu, agar dihasilkan kutipan yang mutakhir.
43
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y. 2014. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: PT Refika Aditama. Ahira, A. 2011. Pengertian Prestasi Belajar Menurut Para Ahli. Tersedia pada http://www.anneahira.com/pengertian-prestasi-belajar-menurut-paraahli.htm. Diakses pada tanggal 18 November 2016. Amri, S. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Arends, R.I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: McGraw Hill Companies. Bender, W.N. (2012). Project-based Learning: DIFFERENTIATING instruction for the 21 Century. Thousand Oaks: Corwin. Buck Institute for Education (2009). PBL Tu-the-Point Advice. Tools and tips for Projects. Tersedia pada http://www.bie.orgltools. Diakses pada tanggal 20 Januari 2017. Council of the European Union. (2009). Council conclusions of 12 May 2009 on a strategic framework for European cooperation in education and training (ET 2020). Official Journal oftbe European Union 2009/C 119/02. Delise, R. 1997. Used Problem Based Learning in the Classroom. USA: Association for Supervision and Curriculum Development. Educational Testing Center (ETS). 2002. Digital Transformation; A Framework of ICT Literacy.Tersedia pada http://www.ets.org/research/ictliteracy. Diakses pada tanggal 16 Desember 2016. Mulyadi, E. 2015. Penerapan Model Project Based Learning Untuk Meningkatan Kinerja Dan Prestasi Belajar Fisika Siswa SMK. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, 22(4): 385-395. Eskrootchi, R. dan Oskrochi, G.R. 2010. A Study of the Efficacy of Project-based Learning Integrated with Computerbased Simulation – STELLA. Educational Technology & Society, 13(1): 236–245. Fitiraningsih, R., Umamah U., Na’im, M. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Sejarah Peserta Didik Kelas X SOS 2 di SMAN 4 Jember Tahun Ajaran 2014/2015. Jurnal Edukasi UNEJ, 2(1): 32-36.
44
Giantera, D.R. (2013). Pengaruh Fasilitas Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Mata pelajaran Peralatan Kantor pada Siswa Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Cokroaminoto 1 Banjarnegara. Skripsi Universitas Negeri Semarang. Grozdev dan E. Angelova. 2007. Word Processing as a Competence in Qualification of Teachers of Information Technologies in Science, Education and Time as Our Concern. Proceedings of the Jubilee Scientific Conference with International Participation, Bulgarian, November 30th – December 1st, 2007. Hiscocks, P.D. 2008. Project Based Learning: Outcomes, Descriptors, and Design. Tersedia pada http://www.syscompdesign.com/assets/images/AppNotes/pbl.pdf. Diakses pada tanggal 16 Desember 2016. Husamah. 2013. Pembelajaran Luar Kelas Outdoor Learning. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Jones, B.F., Rasmussen, Claudette M., & Moffitt, M.C. 1997. Real Life Problem Solving: A Collaborative Approach to Interdisciplinary Learning. Washington D.C.: American Psychological Association. Kamdi, W. 2008. PBL: Belajar dan Pembelajaran dalam Konteks Kerja. Jurnal Gentengkali, 3(3): 11-15. Khabibah, S. 2006. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika dengan Soal Terbuka Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar. Disertasi, tidak dipublikasikan. Surabaya: Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Kinardi, J. 2016. Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA): Meningkatkan Kualitas Diri di Pasar Internasional. Tersedia pada http://rubik.okezone.com/read/25125/menghadapi-masyarakat-ekonomiasean-mea-meningkatkan-kualitas-diri-di-pasar-internasional.html. Diakses pada tanggal 25 Januari 2017. Kurniawan. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Terkait Sains Siswa SMP. Jurnal Penelitian Pascasarjana Undiksha, 2(1): 5-11. Lesmana dan Jaedun, N. 2015. Efektivitas Model Project Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa STKIP PGRI Pontianak. Jurnal Pendidikan Vokasi, 5(2): 161-170.
45
Lestari, D.P., Fatchan, A., Ruja, I.N. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning Berbasis Outdoor Study Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa SMA. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 1(3), 475—479. Levin, B. (Ed.). 2001. Energizing Teacher Education and Professional Development with Problem‐Based Learning. Alexandria, VA: Association for Supervision and Curriculum Development. Mergendoller, J. R., Maxwell, N. L., & Bellisimo, Y. (2006). The Effectiveness of Problem-Based Instruction: A Comparative Study of Instructional Methods and Student Characteristics. The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning, 1(2), 49-69. Moerdiyanto. 2012. Perluasan Implementasi Pendidikan Kewirausahaan Model Project Based Learning Bagi Remaja Putus Sekolah Korban Gempa. Jurnal Economia, 8(1): 78-96. Muresan, M. 2014. Project Based Collaborative Learning For Adult Education. The 10th International Scientific Conference E-learning and Software for Education, Bucharest, April 24-25, 303-309. Neo, M. dan T.K. Neo. 2009. Engaging Students in Multimedia-Mediated Constructivist Learning - Students’ Perceptions. Educational Technology & Society, 12(2): 254–266. Noordin, M.K., Nasir, A.N.M., dan Nordin, M.S. 2011. Problem-Based Learning (PBL) and Project-Based Learning (PjBL) in Engineering Education: a Comparison. Proceedings of the IETEC’11 Conference, Kuala Lumpur, Malaysia, 2011. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 104 Tahun 2013 tentang Penilaian. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Sari, L.I., Satrijono, H., dan Sihono. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Keterampilan Berbicara Siswa Kelas VA SDN Ajung 03. Jurnal Edukasi UNEJ, 2(1): 11-14. Sepahkar, M., Hendessi, F., dan Nabiollahi, A. 2015. Defining Project Based Learning Steps and Evaluation Method for Software Engineering Students. International Journal of Computer Science and Information Security (IJCSIS), 13(10): 48-55.
46
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rhineka Cipta. Utami, S., dan Soenarto. (2015). Peningkatan Motivasi, Kemandirian, dan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Kooperatif pada Pembelajaran Dasar Sinyal Audio. Jurnal Pendidikan Vokasi, 5(1), 55-73. Tafakur dan Suyanto, W. 2015. Pengaruh Cooperative Project-Based Learning Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Praktik ―Perbaikan Motor Otomotif‖ Di Smkn 1 Seyegan. Jurnal Pendidikan Vokasi, 5(1): 117-131. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. UNESCO. 2008. Strategy Framework for Promoting ICT Literacy in the AsiaPasific Region. Bangkok: UNESCO Bangkok. Wahidmurni, Mustikawan A., dan Ridho A. (2010). Evaluasi pembelajaran, Kompetensi dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Litera. Wijaya Kusumah. 2016. Kembalikan Mata Pelajaran TIK di Kurikulum 2013. Tersedia pada http://www.kompasiana.com/wijayalabs/kembalikan-matapelajaran-tik-di-kurikulum-2013_5758dcce327a612b048b4574. Diakses pada tanggal 20 Januari 2017. Wena, M. 2012. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara. Yuhetty, H. 2002. ICT and Education in Indonesia. Tersedia pada http://gauge.ugakugei.ac.jp/10/2002. Diakses pada tanggal 16 Desember 2016.
47
LAMPIRAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SMA ………………………… XII Teknologi Informasi dan Komunikasi I s/d VI 6 x 1 Jam Pelajaran ( @ 45 Menit / Jam Pelajaran )
Satuan Pendidikan Kelas Mata Pelajaran Pertemuan Ke Alokasi Waktu
: : : : :
Materi Pokok
: 1. Indentifikasi Menu Desain Grafis Corel Draw 2. Fungsi Menu dan Ikon Aplikasi Pembuat Grafis 3. Membuat Desain Grafis Untuk Keperluan Cetak
A. Standar Kompetensi Menggunakan perangkat lunak pembuat desain grafis. B. KOMPETENSI DASAR 1.1. Menunjukan menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak desain grafis. 1.2. Menggunakan menu ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat desain grafis. 1.3. Membuat grafis dengan berbagai variasi warna, bentuk dan ukuran. C. Indikator Pencapaian Kompetensi 1.1.1. Menjelaskan pengertian grafis berbasis vektor dan grafis berbasis bitmap 1.1.2. Mengetahui aplikasi yang digunakan untuk membuat grafis berbasis vektor dan grafis berbasis bitmap 1.1.3. Menjelaskan pengertian menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat grafis 1.1.4. Menerangkan fungsi menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat grafis 1.1.5. Mengidentikasi menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat grafis 1.1.6. Menampilkan menu dan ikon yang tersembunyi dan menyembunyikan ikon-ikon yang tidak diperlukan 1.2.1. 1.2.2. 1.2.3. 1.2.4. 1.2.5.
Mendemonstrasikan pembuatan dokumen baru Memodifikasi pengaturan dan pewarnaan halaman Memodifikasi pengaturan dan pewarnaan teks Memodifikasi pembuatan garis dan bentuk Memodifikasi pewarnaan pada grafis
1.3.1. Membuat beberapa kreasi grafis, seperti peta, banner, poster, dll.
D. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran ini, siswa dapat: 1.
Menjelaskan pengertian grafis berbasis vektor dan grafis berbasis bitmap dengan benar 2. Mengetahui aplikasi yang digunakan untuk membuat grafis berbasis vektor dan grafis berbasis bitmap dengan tepat 3. Menjelaskan pengertian menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat grafis secara menyeluruh. 4. Menerangkan fungsi menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat grafis secara menyeluruh. 5. Mengidentikasi menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat grafis secara menyeluruh 6. Menampilkan menu dan ikon yang tersembunyi dan menyembunyikan ikon-ikon yang tidak diperlukan dengan benar. 7. Mendemonstrasikan pembuatan dokumen baru dengan benar. 8. Memodifikasi pengaturan dan pewarnaan halaman dengan benar. 9. Memodifikasi pengaturan dan pewarnaan teks dengan benar. 10. Memodifikasi pembuatan garis dan bentuk dengan benar. 11. Memodifikasi pewarnaan pada grafis dengan benar. 12. Membuat beberapa kreasi grafis, seperti peta, banner, poster, dll. yang menarik
E. Materi Pembelajaran Pertemuan Ke-
Materi Pembelajaran
I
1. Grafis berbasis vektor dan bitmap 2. Aplikasi pembuat grafis vektor dan bitmap 3. Pemahaman menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat grafis 4. Pengaturan dan pewarnaan halaman 5. Memodifikasi pengaturan dan pewarnaan teks 6. Memodifikasi pembuatan garis dan bentuk 7. Memodifikasi pewarnaan pada grafis
II
Membuat kreasi grafis objek tiga dimensi
III
Membuat kreasi grafis logo
IV
Membuat kreasi grafis peta / denah
V
Membuat kreasi grafis poster
VI
Membuat kreasi grafis poster
F. Pendekatan, Model dan Metode Pembelajaran Pendekatan Model Metode
: Student Oriented Learning : Project Based Learning (PjBL) : Demonstrasi, Diskusi, Praktik
G. Media/Alat dan Sumber Belajar 1.
Media / Alat
: Buku, Spidol, Penghapus Papan, PC / Laptop, LCD Proyektor
2.
Sumber Belajar
: Buku Sekolah Elektronik (BSE) Teknologi Informasi dan Komunikasi Untuk SMA/MA Kelas XII, Pusat Perbukuan Kemdikbud
H. Langkah – Langkah Pembelajaran Pertemuan Ke – I Langkah Sintak Model Pembelajaran Pembelajaran Kegiatan Pra Pembelajaran Pendahuluan
Langkah-Langkah Pembelajaran 1. Guru mengkondisikan kelas dalam suasana kondusif untuk berlangsungnya pembelajaran
Alokasi Waktu 10 Menit
2. Guru menyampaikan salam 3. Guru mengajak semua siswa berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk mengawali kegiatan pembelajaran) 4. Guru melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa 5. Guru membacakan Kompetensi Dasar dan Tujuan Pembelajaran 6. Guru melakukan apersepsi Kegiatan Inti
1. Start with the essential question (Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial)
1. Guru menjelaskan sekilas mengenai contoh grafis yang ada dalam kehidupan sehari-hari seperti logo, poster, banner, dan lain-lain, sekaligus menerangkan perbedaan grafis vektor dan grafis bitmap. 2. Guru melakukan konfirmasi kepada siswa mengenai pengetahuan mereka mengenai cara mendesain dan membuat grafis vektor berupa logo instansi/perusahaan, poster, banner. 3. Guru memotivasi siswa agar tertarik untuk belajar membuat desain grafis vektor
30 menit
2. Design a plan for the project (Merancang Perencanaan Proyek)
4. Guru bersama siswa merencanakan sebuah proyek pembuatan desain grafis dengan membahas bentuk proyek, petunjuk teknis pengerjaan proyek, format penilaian proyek, serta membentuk kelompok kerja proyek siswa
3. Create a schedule (Membuat jadwal)
5. Guru bersama siswa juga membuat jadwal pengerjaan proyek dari awal pengerjaan sampai dengan proyek selesai. 1. Guru menyampaikan materi dasar desain grafis meliputi menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat grafis, pengaturan dan pewarnaan halaman dan teks, pembuatan garis dan bentuk, serta pewarnaan pada grafis
Kegiatan Penutup
1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari
5 menit
2. Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara autodidak di rumah 3. Guru mengumumkan materi pembelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. 4. Guru mengucapkan salam untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran) Pertemuan Ke – II Langkah Sintak Model Pembelajaran Pembelajaran Kegiatan Pra Pembelajaran Pendahuluan
Langkah-Langkah Pembelajaran 1. Guru mengkondisikan kelas dalam suasana kondusif untuk berlangsungnya pembelajaran 2. Guru menyampaikan salam 3. Guru mengajak semua siswa berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk mengawali kegiatan pembelajaran) 4. Guru melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa 5. Guru membacakan Kompetensi Dasar dan Tujuan Pembelajaran 6. Guru melakukan apersepsi
Alokasi Waktu 10 Menit
Kegiatan Inti
1. Start with the essential question (Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial)
1. Guru menjelaskan sekilas mengenai proyek yang akan dikerjakan, yaitu membuat objek tiga dimensi pada grafis vektor
30 menit
2. Guru melakukan konfirmasi kepada siswa mengenai pengetahuan mereka mengenai cara mendesain dan membuat objek tiga dimensi pada grafis vektor 3. Guru meminta siswa untuk memulai pengerjaan proyek bersama dengan kelompok masing-masing.
2. Monitor the 6. Guru memantau aktivitas belajar siswa dalam student and the mengerjakan proyek progress of the project (melakukan pemantauan terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek)
Kegiatan Penutup
3. Assess the outcome (Penilaian Hasil Proyek)
7. Guru menilai hasil proyek siswa berdasarkan pedoman penilaian hasil belajar
4. Evaluate the experience (Evaluasi)
8. Guru bersama siswa melakukan evaluasi terhadap pengerjaan proyek mulai dari awal pengerjaan sampai dengan proyek selesai dengan meminta tanggapan dari siswa mengenai kendala-kendala yang dihadapi dalam menyelesaikan proyek serta mencari solusi atas kendala-kendala yang ditemui. 1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari 2. Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari desain grafis secara autodidak di rumah 3. Guru mengumumkan materi pembelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. 4. Guru mengucapkan salam untuk mengakhiri
kegiatan pembelajaran)
5 menit
Pertemuan Ke – III s/d VI Langkah Sintak Model Pembelajaran Pembelajaran Kegiatan Pra Pembelajaran Pendahuluan
Langkah-Langkah Pembelajaran 1. Guru mengkondisikan kelas dalam suasana kondusif untuk berlangsungnya pembelajaran
Alokasi Waktu 10 Menit
2. Guru menyampaikan salam 3. Guru mengajak semua siswa berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk mengawali kegiatan pembelajaran) 4. Guru melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa 5. Guru membacakan Kompetensi Dasar dan Tujuan Pembelajaran Kegiatan Inti
1. Start with the essential question (Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial)
2. Monitor the student and the progress of the project (melakukan pemantauan terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek) 3. Assess the outcome (Penilaian Hasil Proyek)
6. Guru melakukan apersepsi 1. Guru menjelaskan sekilas mengenai proyek yang akan dikerjakan. 2. Guru melakukan konfirmasi kepada siswa mengenai pengetahuan mereka mengenai cara mendesain dan membuat objek tiga dimensi pada grafis vektor 3. Guru meminta siswa untuk memulai pengerjaan proyek bersama dengan kelompok masing-masing. 4. Guru memantau aktivitas belajar siswa dalam mengerjakan proyek
5. Guru menilai hasil proyek siswa berdasarkan pedoman penilaian hasil belajar
6. Guru bersama siswa melakukan evaluasi
30 menit
4. Evaluate the experience (Evaluasi)
Kegiatan Penutup
terhadap pengerjaan proyek mulai dari awal pengerjaan sampai dengan proyek selesai dengan meminta tanggapan dari siswa mengenai kendala-kendala yang dihadapi dalam menyelesaikan proyek serta mencari solusi atas kendala-kendala yang ditemui. 1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari
5 menit
2. Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari desain grafis secara autodidak di rumah 3. Guru mengumumkan materi pembelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. 4. Guru mengucapkan salam untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran)
I.
PENILAIAN HASIL BELAJAR 1.
Teknik Penilaian a. Aspek pengetahuan b. Aspek keterampilan c. Aspek sikap
2.
: Tes (Ulangan Harian) : Penilaian proyek, portofolio : Lembar observasi aktivitas belajar siswa
Kriteria Penilaian a. Proyek Pengaturan dan pewarnaan halaman Pengaturan dan pewarnaan teks Pembuatan garis dan bentuk (shape) Penggunaan teknik shaping Total Skor
(15 %) (15 %) (30 %) (40 %) (100 %)
b. Portofolio Kelengkapan dan kejelasan laporan pengerjaan proyek Urutan penyajian Tata Bahasa Estetika tulisan Total Skor
(70 %) (10 %) (10 %) (10 %) (100 %)
c. Penilaian Sikap Nilai Sikap =
x 100
LEMBAR KERJA PROYEK Satuan Pendidikan Kelas Mata Pelajaran
: SMA ………………………… : XII : Teknologi Informasi dan Komunikasi
Pertemuan Ke -
: II
Kelompok ……
: 1. ………………………… 2. ………………………… 3. …………………………
4. ………………………… 5. …………………………
a. Buatlah sebuah desain grafis objek tiga dimensi berikut. b. Anda diperkenankan untuk menggunakan segala sumber belajar untuk mengerjakan proyek ini. c. Setelah proyek desain grafis selesai dikerjakan, buatlah laporan mengenai langkah-langkah pembuatannya.
LEMBAR KERJA PROYEK Satuan Pendidikan Kelas Mata Pelajaran
: SMA ………………………… : XII : Teknologi Informasi dan Komunikasi
Pertemuan Ke -
: III
Kelompok ……
: 1. ………………………… 2. ………………………… 3. …………………………
4. ………………………… 5. …………………………
a. Buatlah sebuah desain grafis logo beberapa perusahaan berikut. b. Anda diperkenankan untuk menggunakan segala sumber belajar untuk mengerjakan proyek ini. c. Setelah proyek desain grafis selesai dikerjakan, buatlah laporan mengenai langkah-langkah pembuatannya.
LEMBAR KERJA PROYEK Satuan Pendidikan Kelas Mata Pelajaran
: SMA ………………………… : XII : Teknologi Informasi dan Komunikasi
Pertemuan Ke -
: IV
Kelompok ……
: 1. ………………………… 2. ………………………… 3. …………………………
4. ………………………… 5. …………………………
a. Buatlah sebuah desain grafis berupa peta menuju suatu lokasi seperti pada gambar di bawah ini. b. Anda diperkenankan untuk menggunakan segala sumber belajar untuk mengerjakan proyek ini. c. Setelah proyek desain grafis selesai dikerjakan, buatlah laporan mengenai langkah-langkah pembuatannya.
LEMBAR KERJA PROYEK Satuan Pendidikan Kelas Mata Pelajaran
: SMA ………………………… : XII : Teknologi Informasi dan Komunikasi
Pertemuan Ke -
: V dan VI
Kelompok ……
: 1. ………………………… 2. ………………………… 3. …………………………
4. ………………………… 5. …………………………
a. Buatlah sebuah desain grafis berupa sebuah poster seperti pada gambar di bawah ini. b. Anda diperkenankan untuk menggunakan segala sumber belajar untuk mengerjakan proyek ini. d. Setelah proyek desain grafis selesai dikerjakan, buatlah laporan mengenai langkah-langkah pembuatannya.