Ilmu Kalam.docx

  • Uploaded by: Niss
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ilmu Kalam.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 697
  • Pages: 4
B. Pemikiran Teologi al-Asy’ari Formulasi pemikiran al-Asy’ari , secara esensial menmpilkan sebuah upaya sistensis antara formulasi ortodoks eksistem pada satu sisi dan M’tazilah lain. Dari segi etosnya, pergerakan tersebut memiliki semangat ortodoks. Aktualitas formulasinya jelas menappakan sifat yang reaksionis yang reaksionis terhadap Mu’tasilah, sebuah reaksi yang tidak bisa 100% menhindarinya. Corak pemikiran yang sistensis ini, nenurut watt dipengaruhi teologi kullabiah(teologi sunni yang dipelopori Ibnu Kullab).1 Pemikiran-pemikiran Al-Asy’ari yang terpenting adalah sebagai berikut: a. Tuhan dan sifat-sifat-Nya Perbedaan pendapat di kalangan mutakalimmin mengenai sifatsifat Allah tidak dapat dihindarkan meskipun mereka setuju bahwa mengesakan Allah adalah wajib, Al-Asy’ari dihadapkan pada dua pandangan yang ekstrem pada satu pihak, ia berhadapan dengan kelompok sifatiah(pemberi

sifat),

kelompok

mujassima9antarpomofis),

dan

kelompok musyabihah yang berpendapat bahwa Allah mempunyai semua sifat yang disebtkan dalam berpendapat bahwa Allah mempunya semua sifat yang disebutkan dalam Al-qur’an dan sunnah bahwa sifat-sifat itu harus dipahami menurut arti harfiahnya, tetapi harus dijelaskan dengan alegoris. Menghadapi dua kelompok yang berbeda tersebut, Al-asy’ari berpendapat bahwan Allah memiliki sifat-sifat, dan sifat-sifat itu memiliki tangan dan kaki yang tidak boleh diartikan secara harfiah ,tetapi secara simbolis berbeda dengan pendapat bkelompok safitiah, Selanjutnya , AlAsy’ari berpendapat bahwa sifat-sifat Allah unik dan tidak dapat dibandingkan dengan sifat-sifat manusia yang tampaknya mirip.

b. Kebebasan dalam berkehendak(free-will) Mu’tazilah yang mengant paham kebebasan mutlak dan berpendapat bahwa manusia Manusia memiliki kemampuan untuk memiliki dan menentukan 1

H. Abdul Rozak and H. rosihan Anwar, Ilmu Kalam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2018).

serta mengaktualisasikan perbuatannya. Al-Asy’ari mengambil pendapat menengah diantara dua pendapat yang ekstrem, yaitu jabariah yang fatalistik dan menganut paham pra-determinisme semata-semata, dan menciptakan perbuatannya sendiri. Untuk mengetahi dua pendapat d atas, Al-Asy’ari membedakan antara khaliq dan kasb. Menurutnya, Allah adalah pencipta(khalid) perbuatan maniusia, sedangkan manusia adalah yang mengupayakannya(muktasib).2

c. Akal dan wahyu yang kriteria baik dan buruk Meskipun Al-Asy’ari

dan orang-orang Mu’tazilah mengakui

pentingnya akal dan wahyu, tetapi berbeda dalam menhadapi persoalan yang memperoleh penjelasan kontradiktif dari akal dan wahyu.Al-Asy’ari mengutamakan wahyu, sementara Mu’tazilah mengutamakan akal. Dalam menentukan baik dan buruk pun terjadi perbedaan pendapat diantara wahyu, sedangkan Mu’tazilah mendasarkannya pada akal.

d. Qadimnya Al-Qur’an Al-Asy’ari dihadapkan pada dua pandangan ekstren dalam personal qadimnya al-Qr’an yang mengatakan bahwa Al-Qr’an diciptakan (makhluk ), dan tidak qadim, serta pandangan mazhab Hambali dan Zahirih yang menyatakan bahwa al-Qur’an adalah kalam Allah yang kadim yang tidak diciptakan. Bahkan, Zahiriah berpendapat bahwa semua huruf, kata-kata ,dan bunyi Al-Qur’an adalah qadim. Dalam rangka mendamaikan kedua pandangan yang saling bertentangan itu, Al-Asy ‘ari mengatakan walaupun Qur’an terdiri atas kata-kata,huruf, dan bunyi, tetapi hal itu tidak melekat pada esensi Allah dan tidak qadim. Nasution mengatakan bahwa Al-qur’an bagi al-Asy’ari tidak diciptakan sebeb apabila diciptakan, sesuai dengan ayat.(Q.S An-Nahl :40).3

e. Melihat Allah

2 3

Rozak and Anwar. Rozak and Anwar.

Al-Asy’ari tidak berpendapat dengan kelompok ortodks ekstrem, terutama Zahiriah, yang menyatakan bahwa Allah dapat dilihat di akhirat dan mempercayai bahwa Allah bersemayam di Ars. Selain itu, Al-asy’ari tidak sependapat dengan Mu’tazilah yang mengingkari ru’yatullah (melihat Allah) di akhirat. Al-Asy’ari yakin bahwa Allah dapat dilihat di akhirat tetapi tidak dapat digambarkan, kemungkinan ru’ya dapat terjadi ketika allah yang menyebabkan dapat dilihat atau Ia menciptakan kemampuan penglihatan manusia untuk melihat-Nya.

f. Keadilan Pada dasarnya Al-asy’ari dan Mu’tazilah setuju bahwa Allah itu adil, mereka hanya berbeda dalam cara pandang makna keadilan. AlAsy’ari tidak berpendapat dengan ajaran Mu’tazilah yang mengharuskan allah berbuat adil sehingga ia harus menyiksa orang yang salah dan memberi pahala kepada orang yang berbuat baik. Al-Asy’ari berpendapat bahwa allah tidak memiliki keharusan apa pun karna Ia adalah penguasa mutlak.

g. Kedudukan orang berdosa Al-asy’ari

menolak

ajaran

posisi

menengah

yang

dianut

Mu’tazilah, mengingat kenyataan bahwa iman merupakan lawan kufur, predikat bagi seseorang harus satu diantaranya. Jika tidak mungkin, ia kafir. Oleh karena itu, Al-Asy’ari b erpendapat bahwa mukmin

yang

berbuat dosa besar adalah mikmin yang fasik sebab iman tidak mungkin hilang karena dosa selain kufur.4

4

Rozak and Anwar.

DAFTAR PUSTAKA H. Abdul Rozak, and H. Rosihan Anwar, Ilmu Kalam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2018), hlm.147 H.Abdul Rozak,and H. Rosihan Anwar, Ilmu Kalam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2018), hlm.147-148 H. Abdul Rozak and H. Rosihan Anwar, Ilmu Kalam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2018), hlm.149 H. Abdul Rozak and H. Rosihan Anwar, Ilmu Kalam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2018), hlm.150

Related Documents

Ilmu-ilmu
August 2019 66
Ilmu
June 2020 33
Ilmu
May 2020 40
Ilmu-ilmu Kauniah
May 2020 29
Ilmu Kalam.docx
May 2020 2
Kode Ilmu
June 2020 4

More Documents from ""