Ikan endemik Indonesia di ambang kepunahan Kita terus kehilangan plasma nutfah berupa berbagai organisme akuatik, salah satunya adalah ikan. Ikan asli Indonesia dan hanya ada di negara kita (endemik) semakin banyak yang hilang dari perairan kita. Kepunahan ikan endemik semakin menjadi-jadi seiring dengan punahnya kepedulian masyarakat dan negara terhadap betapa pentingnya keberadaan ikan endemik bagi kehidupan kita. Ikan endemik yang punah sebelum dilakukan kajian terhadapnya adalah merupakan kerugian yang sangat besar bagi dunia ilmu pengetahuan. Kerugian tersebut adalah hilangnya kesempatan untuk menggali ilmu Allah yang belum sempat kita pelajari. Punahnya ikan endemik atau hewan endemik lainnya juga berarti terputusnya sebuah mata rantai ekologi dan pasti akan berpengaruh terhadap mata rantai ekologi lainnya. Terputusnya rantai ekologi akan menyebabkan ketidakseimbangan ekologi yang secara langsung akan berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Karena manusia juga merupakan salah satu mata rantai ekologi. Nilai seekor ikan atau biota lainnya sebenarnya bukanlah berapa harga jualnya di pasar, tetapi seberapa penting peranannya dalam suatu rantai ekologi. Kita sering berpikir picik dalam mengeksploitasi sumberdaya alam kita baik hayati maupun non-hayati, saat kita sadar, semuanya sudah terlambat. Butuh waktu bertahun-tahun bagi kita untuk merasaka dampak dari perusakan alam yang kita lakukan, dan butuh waktu lebih lama lagi bagi kita untuk mengatasi dan memperbaiki kerusakan yang kita lakukan secara langsung atau tidak langsung. Berikut ini akan kita bahas kepunahan beberapa ikan endemik Indonesia, semoga para pembaca tergeerak hatinya untuk berperan serta melestarikan sumberdaya alam kita. Kami akan sampaikan beberapa ikan endemik yang hampir punah dan tak akan kita lihat lagi di masa mendatang, mungkin kita hanya bisa melihatnya lewat foto dan mendengar ceritanya dari jurnal atau blog. Tapi, kita telah kehilangan salah satu harta bangsa yang takkan lagi kembali. Jika satu spesies flora dan fauna punah, maka bangsa ini berjalan satu langkah menuju kemiskinan. Kemiskinan yang takkan bisa dipulihkan, kemiskinan keanekaragaman hayati. Tebanglah hutan sesukamu, buanglah sampah sebanyak-banyaknya ke sungai dan lautmu, tangkaplah ikan dan binatang lainnya semaumu. Tapi ingatlah, suatu saat nanti akan datang suatu masa dimana mata air menjadi kering sehingga sungai-sungai berhenti mengalir dan air laut semakin asin. Dan kita pun akan terpaksa minum air limbah kita sendiri dan makan plastik yang telah didaur ulang menjadi daging dan ikan. Mengapa kita menjadi manusia yang serakah, bukanlah Rasululloh telah melarang kita menebang pohon bahkan di saat peperangan terjadi? Lalu, mengapa justeru di saat damai, kita menebang pohon sesuka hati? Penyebab kepunahan ikan endemik Ada beberapa hal yang menjadi penyebab utama terjadinya kepunahan ikan endemik, antara lain semakin banyaknya ikan dari luar daerah yang dimasukkan ke Danau Poso, baik dari segi jenis maupun jumlahnya, seperti ikan mas dan nila yang kemudian dibudidayakan. Kedua jenis ikan itu ternyata menjadi predator bagi ikan-ikan endemik Danau Poso. Adapun kelima jenis ikan yang terancam punah adalah anasa (Xenopoecillius oophorus), butingi (X poptae), padi (Oryzias nigrimas), rono danau (Oryzias ortognatus), dan sogili (Angguilla celebensis). Ikan bungu punah tahun 1983, hampir bersamaan dengan meletusnya Gunung Colo di Kabupaten Tojo Una-Una. 1. Ikan bungu
Satu jenis ikan endemik Danau Poso, Sulawesi Tengah, dinyatakan punah. Sementara lima jenis ikan endemik lainnya di danau tersebut terancam punah akibat perubahan ekosistem di danau itu. "Ikan endemik Danau Poso yang telah punah itu adalah ikan bungu atau Adrianictis kruity," kata Irwan Bauda, peneliti dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Poso,(kompas, Jumat (23/11)). 2. Ikan bada (Rasbora argyrotaenia) Nilai penting lainnya dari keberadaan Danau Maninjau adalah adanya jenis ikan endemik, yakni ikan bada (Rasbora argyrotaenia) yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Bahkan ikan bada yang sudah dikeringkan ("ikan bada masiak") harganya mencapai Rp 120.000,- per kg (Diliarosta, 2002). Keberadaan ikan-ikan tersebut sudah semakin terancam akibat semakin meningkatnya beban pencemaran yang masuk ke badan air danau, sehingga menyebabkan kualitas perairan danau semakin menurun (Syandri, 2002a). 33. Ikan haruan Ikan lokal endemis Kalimantan Selatan yang menduduki nilai ekonomi penting dalam kehidupan Kalimantan Selatan kini makin langka. Selain karena banyak air rawa yang kualitasnya buruk, ikan lokal juga tergusur spesies introduksi (pendatang). Kondisi itu diperparah dengan perburuan anakan ikan lokal untuk makanan ikan hias louhan. Akan tetapi sejak adanya perburuan anak ikan untuk umpan ikan louhan semakin marak, kini keberadaan ikan lokal, terutama haruan, makin langka. Ribuan benih ikan lokal tersebut disebar di kawasan yang dilindungi dan masyarakat harus menjaganya. Ikan lokal yang kini sedang menuju kepunahan, antara lain ikan papuyu, ikan haruan atau ikan gabus, ikan saluang, ikan lais, ikan patin rawa, ikan sepat siam, ikan baung, ikan bakut, dan ikan pauman adalah ikan khas Kalimantan Selatan yang menduduki nilai penting dalam hidangan makanan Kalimantan Selatan. Bahkan untuk ikan haruan berapa pun harganya di pasaran akan dibeli warga demi melengkapi hidangan makanan khas, terutama untuk hidangan ketupat kandangan.