III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus sampai November 2008 di desa Tanjung Rejo, Kecamatan Pulau Pangung, Tanggamus pada ketinggian 283 m dpl. (International Geomagnetic Reference Field (IGRF)) dan Laboratorium Benih dan Pemulian Tanaman Universitas Lampung. 3.2 Alat dan Bahan Alat- alat yang digunakan berupa cangkul, sabit, meteran, pisau silet (cutter), lanjaran bambu, alat semprot punggung (knapsack sprayer), timbangan elektrik, alat penghitung benih Seed Counter automatik, alat tulis, millimeter blok, spidol, plastic klip, koran, nanpan, refraktometer, dan Microsof Office Excel. Bahan yang digunakan adalah benih galur—galur kacang panjang hasil pemulian Prof. Dr. Setyo Dwi Utomo, M.sc., Dr. Nyimas Sa’diyah, M.P., dan Ir. Tjipto Roso Basoeki, M.S. Benih- benih tersebut merupakan benih F5 yang merupakan hasil persilangan dari benih- benih landrace yang berasal dari Purbalingga, Jember, dan Banyuwangi. Persilangan dilakukan pada akhir tahun 2006 menghasilkan 5 populasi F1. benih F1 ditanam pada bulan Mei 2007 di Bandar Lampung dan di panen sebanyak 783 biji. Pada bulan September 2007, sebagian benih F2
15 genotipe Hitam-Putih (keturunan persilangan antara galur Cokelat putih dan Hitam ditanam (selfing) dan sudah di panen benih F3. Benih F3 sudah ditanam pada awal Januari 2008; dan benih F4 dipanen pada bulan Feb 2008. Dan benih F4 ditanam awal Maret 2008 dan benih F5 dipanen pada akhir Mei 2008. Genotipe yang akan di uji meliputi:
No. Genetik 1
H/CP—F5— 2
2 C/CP—F5—4 CP/H—F5— 3 3 4
H/CP—F5— 15
5 Parade
Testa benih Hitam putih
Deskripsi Polong muda hijau muda dan ada sebagian yang hijau keputihan, panjang polong cukup seragam, bentuk polong silindris
Cokelat bintik putih
Polong muda hijau tua serta cukup panjang 45-60 cm, umur genjah.
Cokelat putih
Polong muda hijau serta cukup panjang 45-60 cm, umur genjah, bentuk polong silindris.
Hitam
Polong muda hijau tua, polong lebih seragam.
Lurik
Warna polong hijau,panjang polong 67,76 cm, daya simpan 3hsp, berbunga 37hst, potensi 25-30 ton/ha
Pupuk NPK kujang (14-14-21) 15 gram pertanaman, 150 gram per guludan (10 tanaman), 600 gram per petak (40 tanaman), 9 kg per 15 petak. (20 m x10 m). insektisida (Klopindo 10 WP,) pupuk daun Gandasil D, pupuk buah gandasil B, dan Fungisida Lannate.
16 3.3 Metode Penelitian Perlakuan disusun dalam rancangan kelompok teracak sempurna, dengan tiga ulangan. Model linier aditif yang dipakai: Xij = µ + αi + βj +ij Keterangan: Xij = Setiap nilai pengamatan dari kelompok ke-I, genotipe ke-j µ
= Nilai tengah populasi
αi = Pengaruh kelompok ke-i βj = Pengaruh genotipe ke-j ij = Pengaruh galat percobaan pada kelompok ke-i, genotipe ke-j. Data di uji homogenitasnya dengan uji Barlett, selanjutnya dianalisis ragam, dari analisis ragam kita dapatkan KNTG. Dengan KNTG kita akan menghitung besarnya nilai LSI pada α = 5%, yang dilanjutkan dengan membandingkan semua genotipe yang di uji dengan kontrol dengan uji LSI (Least Significance Increase) .(Petersen, 1994). Tabel 1. Model analisis ragam dan penduga ragam Sumber Keragaman
dk
JK
KNT
Kelompok
(k-1)
JKk
KTk
Genotipe
(m-1)
JKm
KTm
Galat Total
(k-1) (m-1) JKg (km-1)
KTg JKT
Keterangan: k = jumlah kelompok m = jumlah genotype g = galat
Nilai Harapan 2 2 KTk/KTg σ e + m σ k 2 2 Ktm/KTg σ e + k σ g Fhit
σ e2
17 Uji LSI (Least Significance Increase) Uji LSI digunakan untuk membandinkan genotipe yang di uji dengan standar uji daya hasil. LSI = t
2 KNTG n
Keterangan: t
= nilai t-student pada pada derajat bebas dari MSE pada eka arah.
n
= jumlah ulangan genotipe/ kultivar yang di uji.
KNTG = Kaudrat nilai tengah galat percobaan dari analisis ragam. 3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Pengolahan tanah, pemberian pupuk kandang dan pembuatan petak percobaan Pengolahan lahan dilakukan dengan menggunakan traktor sebanyak 2 kali dengan kedalaman 15 – 20 cm. Pemberian pupuk kadang dicampur merata saat membuat guludan. Penelitian ini mengunakan lahan 20 m x 10 m yang dibagi menjadi 3 kelompok, setiap kelompok berukuran 2,5 m x 20 m, jarak antar kelompok 100 cm, masing- masing kelompok terdiri dari 5 genotipe dan setiap genotipe ditanam dipetak yang berukuran 2,5 m x 5,1 m, yang terdiri dari 4 guludan dengan tinggi guludan 30 cm, panjang 2,5 m, lebar 50 cm dan jarak antar guludan 50 cm. Dimana dalam satu guludan terdiri 2 baris tanaman dengan jarak tanaman antar baris 60 cm, dan jarak tanaman dalam satu baris ialah 50 cm, sehingga jarak tanam yang digunakan adalah 60 cm x 50 cm.
18 3.4.2 Penanaman dan penyulaman Sebelum penanaman, benih diberi perlakuan dengan insektisida Marshall 25 ST dengan dosis 5 g/kg benih. Penanaman benih dilakukan secara tugal sedalam 3–5 cm dengan jarak tanam 60 x 50 cm2. Setiap lubang tanam diisi dengan 2 butir benih dan diberi. Penyulaman dilakukan pada umur 7 hari setelah tanam (HST) untuk mengganti tanaman yang mati atau tidak tumbuh. 3.4.3 Pemasangan lanjaran Pemasangan lanjaran dilakukan dengan mengunakan belahan bambu dengan panjang 200 cm dan lebar 5 cm setelah satu minggu setelah tanam, saat tanaman mencapai ketinggian 20 cm, cara memasang lanjaran dilakukan dengan cara menancapkan kira- kira sedalam 20 cm berjarak 10 cm dekat bendengan. 3.4.4 Pemupukan Pemupukan dilakukan dengan cara tugal di samping lubang benih. Pupuk yang digunakan adalah pupuk NPK kujang dengan dosis 450 kg/ha dan pupuk daun serta pupuk buah Gandasil, yang diaplikasikan dengan cara disemprotkan dengan sprayer punggung. Pupuk NPK diberikan dua kali yaitu setengah dosis diberikan bersamaan dengan penanaman dan sisanya diberikan setelah tanaman berumur 15 HST.
19 3.4.5 Perawatan dan pemeliharaan Perawatan tanaman berupa penyiraman dilakukan dengan sistem leb yaitu air dialirkan melalui jaringan irigasi, lalau dibiarkan mengenang beberapa saat sampai bedengan tampak cukup basah (dalam keadaan kapasitas lapang). Pemeliharaan yang dilakukan ialah penyiangan gulma yang dilakukan setelah 3 minggu setelah tanam, dilakukan juga pengendalian hama penyakit tanaman dengan menggunakan insektisida (Klopindo 10 WP) dan fungisida (Lannate). 3.4.6 Pemanenan Pemanenan polong muda dilakukan ketika umur tanaman ± 45 hari dengan ciri – ciri ukuran polong telah maksimal, mudah dipatahkan, dan biji-bijinya dalam polong tidak menonjol. Untuk panen polong tua dilakukan pada umur ± 2-3 minggu dari panen polong muda. Ciri – ciri kacang siap panen tua adalah: polongpolongnya telah cukup tua, yakni sekitar 15- 20 hari setelah bunga mekar, biji- biji dalam polong telah kelihatan menonjol, kulit polong berwarna kuning kecokelatcokelatan, sebagian daun telah menguning dan luruh (gugur).(Rukmana, 1998). 3.5 Peubah yang diamati Untuk menguji kesahihan kerangka pemikiran dan hipotesis dilakukan pengamatan pada komponen pertumbuhan tanaman, produksi, dan mutu benih yang dihasilkan. Pengamatan indikator pertumbuhan dilakukan pada tanaman sampel sebanyak 5 tanaman pada setiap petak perlakuan yang diambil secara teracak.
20 Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah; a. Umur berbunga (hst) Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah hari sejak tanam sampai tanaman mulai berbunga, minimal 50% dari tanaman yang ada satu plot sudah berbunga atau tanaman memiliki satu bunga pada batang utama. b. Umur panen polong muda (hst) Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah hari sejak tanam sampai polong muda siap panen. Polong muda siap panen jika sudah terisi penuh dan rata, warna polong hijau merata sampai hijau keputihan mengkilap (tergantung varietasnya). c. Umur panen polong tua (hst) Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah hari sejak tanam sampai polong tua siap panen. Polong tua siap panen jika sudah mulai mengering, warna polong kecokelatan dan kisut. d. Jumlah bunga per tanaman Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah bunga majemuk yang muncul pada tanaman. e. Jumlah polong segar per tanaman Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah polong segar yang muncul pada setiap tanaman. f. Bobot polong segar pertanaman (gram) Pengamatan dilakukan dengan mengukur jumlah bobot polong muda pada tanaman dengan mengunakan timbangan, setiap kali pemetikan polong muda yaitu 2-3 hari sekali.
21 g. Jumlah tangkai bunga per tanaman Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah tangkai yang muncul pada tanaman. h. Rata-rata panjang polong pertanaman (cm), Pengamatan dilakukan dengan mengukur panjang polong muda dari pangkal sampai dengan ujung polong menggunakan mistar, 1 polong per tanaman untuk setiap kali pemetikan. i. Rata-rata jumlah lokul per polong, Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah lokul yang ada pada polong, 1 polong per tanaman untuk setiap kali pemetikan. j. Jumlah biji total, Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah biji total yang ada pada setiap tanaman yang di panen pada polong tua. k. Bobot biji per tanaman (gram) Pengamatan dilakukan dengan biji kering konstan yang ada pada setiap tanaman. l. Bobot 100 biji (gram) Pengamatan dilakukan dengan menimbang bobot 100 biji kering diambil secara acak. Untuk pengamatan data kualitataif: a. Warna polong b. Rasa manis (brix)