Ii. Tinjauan

  • Uploaded by: Anton Pamungkas
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ii. Tinjauan as PDF for free.

More details

  • Words: 994
  • Pages: 5
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kacang Panjang Sumber genetik (plasma nutfah) tanaman kacang panjang diduga berasal dari India atau Cina. Namun beberapa literatur menduga bahwa asal- usul tanaman ini berasal dari kawasan benua Afrika. (Rukmana, 1998). Kacang panjang yaitu tergolong pada divisi Spermatophyta, kelas Angiospermae, subkelas Dicotyledone, ordo Leguminales, famili Papilinoceae/ Leguminoseae, genus Vigna, Spesies Vigna sinensis [l.] Savi ex Hassk. Kacang panjang merupakan tanaman semusim (annual) yang bersifat membelit (merambat) dan setengah membelit. Daun kacang panjang merupakan daun majemuk yang tersusun tiga helaian dan melekat pada tangkai daun yang agak panjang serta berwarna hijau sampai hijau tua. Bunga berbentuk seperti kupu- kupu (papiliona cues), terletak pada ujung tangkai yang panjang dan warna bunga bervariasi putih, kuning, atau biru. Bunga tanaman kacang panjang tergolong bunga sempurna, yakni dalam satu bunga terdapat alat kelamin betina (putik) dan alat kelamin jantan (benang sari).(Cahyono, 2006).

10 Tiap tanaman kacang panjang dapat menghasilkan 20—40 klaster, tiap klaster dapat menghasilkan 5—8 kuntum bunga dan biasanya dari bunga yang terbentuk yang menjadi buah antara 3—5 polong (tergantung jenisnya. Waktu mekar bunga sangat cepat (kurang lebih 2 jam) dan terbentuknya polong sejak mulai terjadinya fertilisasi juga berlangsung cepat (10—14) dibanding jenis sayuran polong lainya. (Soedomo, 1998 yang dikutip oleh Ulum, 2007) Buah tanaman kacang panjang berbentuk bulat panjang dan ramping. Buah kacang panjang ini disebut polong, panjang polong dari kacang panjang bervariasi 30- 100 cm bergantung pada jenis dan varietasnya. Warna polong juga bervariasi hijau keputih- putihan, hijau, dan hijau muda namun setelah tua menjadi putih kekuning- kuningan atau hijau kekuning- kuningan. Polong kacang panjang mengandung biji yang tersusun bersegmen- segmen. Polong kacang panjang yang muda bersifat renyah atau mudah dipatahkan. Biji kacang panjang berbentuk bulat panjang agak pipih, tetapi terkadang kadang sedikit melengkung. Biji yang telah tua memiliki warna yang beragam, yaitu kuning, cokelat, kuning kemerahmerahan, putih hitam dan merah putih bergantung pada jenis dan varietasnya. (Cahyono, 2006) 2.2 Syarat Tumbuh Tanaman tumbuh baik pada tanah Latosol / lempung berpasir, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan drainasenya baik, pH sekitar 5,5-6,5. Suhu antara 20-30 derajat Celcius, iklimnya kering, curah hujan antara 600-1.500 mm/tahun dan ketinggian optimum kurang dari 800 m dpl.(Teknaphotos Agrosite)

11 Menurut Rukmana tanaman kacang panjang yang ditanam pada daerah yang ketinggiannya kurang dari 800 dpl, kadang- kadang panen pertama lebih awal di bandingkan dengan kacang panjang yang ditanam didataran tinggi. Begitu pula tanaman yang terlindung (teduh) menyebabkan pertumbuhan tanaman kacang agak lambat dan kurus serta buahnya kurang. Sedangkan untuk tanah yang pHnya terlalu basa (lebih dari 6,5) menyebabkan mudah pecahnya nodul- nodul (bintil-bintil) akar dan gejala menguningnya daun. Hal ini mengingatkan tanaman kacang yang ditanam pada tanah basa akan sulit menyerap unsure hara seperti Nitrogen, Besi, Mangan, Seng, Borium dan lain- lain. Pada tanah- tanah yang kondisi yang jelek, tanaman kacang panjang sering kali mudah diserang penyakit layu oleh cendawan Fusarium phaseoli. (Suprapto, 1997 yang dikutip oleh Antoro, 2007) menyatakan bahwa tanah yang memiliki drainase buruk akan mengakibatkan tanaman kacang- kacangan tumbuh kerdil, daunnya menguning serta menyembabkan perakaran membusuk. 2.3 Pemuliaan Kacang Panjang Varietas unggul kacang panjang pada umumnya berupa varietas unggul galur murni. Perakitan varietas unggul galur murni tanaman menyerbuk sendiri antara lain dapat ditempuh melalui penciptaan populasi secara genetik beragam, silang dalam, seleksi, uji daya hasil dan pelepasan varietas. (Mc Kenzie, et al. 1987) Seleksi merupakan prosedur pemulian tanaman yang paling tua dan merupakan dasar untuk perbaikan tanaman. Seleksi dapat berlangsung secara alami atau buatan dan dapat dilakukan bila terdapat keragaman yang besar dalam suatu populasi. Menurut Sa’diyah (2007) seleksi dapat dilakukan dengan menggunakan

12 metode curah (bulk), silsilah (pedigree), penurunan satu biji (single seed descent), atau silang balik (backcross). Tanaman kacang panjang merupakan tanaman self. Pada tanaman self yang berkelanjutan dengan pembuahan terus menerus, populasi generasi- generasi berikutnya cenderung mempunyai homozigot yang cenderung lebih besar. Menurut Hikam (2006), selfing menurunkan frekuensi heterozigot sebesar 50% dan menaikan frekuensi homozigot sebesar yang sama. Sehingga akan tampak bahwa proposi yang homozigot akan bertambah dan yang heterozigot akan turun. Semakin banyak jumlah generasi self, tingkat kehomozigotan dan keseragaman di dalam lini turunanya akan semakin tinggi. Kehomozigotan lini inbred dicapai melalui polinasi self selama 6—9 generasi, dihitung dengan menggunakan rumus {1-(1/2)n} x 100% dengan n adalah banyaknya generasi self. Berdasarkan rumus tersebut, tanaman homozigot dapat dicapai pada generasi ke-9 dengan frekuensi homozigot sebesar {1-(1/2)9} x 100% = 99.8%. Keefektifan seleksi dipengaruhi oleh tersedianya keragaman dalam populasi yang akan diseleksi. Makin besar tingkatan keragaman dalam populasi efektifitas dalam seleksi untuk memilih suatu karakter yang seseaui dengan keinginan makin besar. Menurut (Amerianadan Soetiarso, 1998 yang dikutip oleh Ulum, 2007) karakter kacang panjang yang diingkan konsumen adalah warna polong yang hijau, tingkat kematangan sedang, bentuk polong bulat dengan panjang sedang (40 —60 cm) dan diameter polong 90,5—1 cm) permukaan polong halus mengkilat, rasanya renyah dan manis, jumlah biji serta ketebalan daging sedang. Keragaman dibedakan menjadi keragaman genetik dan keragaman fenotipe. Keragaman

13 genetik terjadi pengaruh gen dan interaksi gen- gen yang berbeda-beda dalam suatu populasi (Crowder, 1997 yang dikutip oleh Sa’diyah 2007) 2.4 Uji LSI (Least Significance Increase) Dalam penelitian pemuliaan, para pemulia sering dihadapkan pada jumlah materi yang harus diseleksi dalam jumlah besar, dan jumlah benih yang tersedia terbatas. Dalam keadaan demikian pengulangan tidak mungkin dilakukan. Selain itu pemulia harus membandingkan genotipe baru tersebut dengan genotipe pembanding. Pembanding dapat kultivar lokal atau kultivar unggulan terbaik yang lama maupun yang baru. Dan mengikut sertakan pembanding dalam penelitian pemulian tanaman merupakan suatu keharusan. Penggunaan statistika dalam kegiatan penelitian pada dasarnya dimaksudkan agar penelitian sebagai suatu proses belajar menjadi lebih efisien. Untuk menguji perbedaan perlakuan yang dicobakan antara lain digunakan uji F. Apabila ada bedanyata antar perlakuan, maka dilakukan uji lanjutan. LSD (Least Significance Difference) adalah salah satu uji lanjutan. Akan tetapi uji LSD digunakan untuk tidak lebih dari lima perlakuan dan yang akan dibandingkan sudah terencana sebelumnya. Untuk mengatasi kekurangan uji LSD, dalam Pemuliaan dikenal uji LSI (Least Significance Increase). Dengan uji LSi dapat dibandingkan kontrol (kultivar pembanding) dengan banyak perlakuan (genotipe) dan tidak harus dilakukan uji F terdahulu.(Petersen, 1994)

Related Documents


More Documents from "Juwita Juju"

Kusus Pembahasan
May 2020 23
Iii.metode
May 2020 22
Abstrak
May 2020 34
I.pendahuluan
May 2020 17