Ii. Penentuan Parameter Mutu Ekstrak Kaempferia Galanga.docx

  • Uploaded by: Sukmawansyah
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ii. Penentuan Parameter Mutu Ekstrak Kaempferia Galanga.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,868
  • Pages: 17
PRAKTIKUM II JURNAL FITOFARMAKA “Penentuan Parameter Mutu Ekstrak Kaempferia galanga”

Disusun oleh : Nama

: Yudha Rizki Wahyudi

NIM

: 201410410311157

Kelas

: Farmasi E

Kelompok

:2

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADITAH MALANG

I.

TUJUAN UMUM Mahasiswa mampu melakukan penentuan standarisasi parameter spesifik dan parameter non-spesifik dan ekstrak kencur.

II.

TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman (Kaempferia galanga) Kencur (Kaempferia galanga L.) adalah salah satu jenis empon-empon atau tanaman obat yang tergolong dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Rimpang atau rizoma tanaman ini mengandung minyak atsiri dan alkaloid yang dimanfaatkan sebagai stimulan. Klasifikasi : Kingdom

: Plantae

Divisi

: Magnolyophyta

Kelas

: Liliopsida

Ordo

: Zingiberales

Famili

: Zingiberaceae

Genus

: Kaempferia

Spesies

: Kaempferia galanga

Kencur (Kaempferia galanga L) merupakan tanaman tropis yang banyak tumbuh diberbagai daerah di Indonesia sebagai tanaman yang dipelihara. Tanaman ini banyak digunakan sebagai ramuan obat tradisional dan sebagai bumbu dalam masakan sehingga para petani banyak yang membudidayakan tanaman kencur sebagai hasil pertanian yang diperdagangkan dalam jumlah yang besar. Bagian dari tanaman kencur yang diperdagangkan adalah buah akar yang tinggal didalam tanah yang disebut dengan rimpang kencur atau rizoma (Soeprapto,1986). Kencur merupakan temu kecil yang tumbuh subur di daerah dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air. Jumlah helaian daun kencur tidak lebih dari 2-3 lembar (jarang 5) dengan susunan berhadapan, tumbuh menggeletak di atas permukaan tanah. Bunga majemuk tersusun setengah duduk dengan kuntum bunga berjumlah antara 4 sampai 12 buah, bibir bunga (labellum) berwarna lembayung dengan warna putih lebih dominan. Tumbuhan ini tumbuh baik pada musim penghujan.

Kencur dapat ditanam dalam pot atau di kebun yang cukup sinar matahari, tidak terlalu basah dan setengah ternaungi. Kencur (Kamferia galanga L) adalah salah satu jenis temu-temuan yang banyak dimanfaatkan oleh rumah tangga dan industri obat maupun makanan serta minuman dan industri rokok kretek yang memiliki prospek pasar cukup baik. Kandungan etil p-metoksisinamat (EPMS) didalam rimpang kencur menjadi bagian yang penting didalam industri kosmetik karena bermanfaat sebagai bahan pemutih dan juga anti eging atau penuaan jaringan kulit (Rosita,2007). B. Ekstraksi Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Ekstrak

sendiri

merupakan

sediaan

kental

yang

diperoleh

dengan

mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak atsiri, alkaloida, flavonoid, dll. Dengan diketahui senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. (Dirjen POM, 2003) Ekstraksi adalah sediaan kering, kental cair dibuat dengan penyari simplisia menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. (BPOM RI, 2010)

III.

STANDARISASI EKSTRAK Standarisasi ekstrak adalah penentuan parameter kualitatif dan kuantitatif baik terhadap senyawa aktif maupun senyawa khas lainnya dan sifat kimianya. Tujuan dari standarisasi ekstrak antara lain mempertahankan konsistensi kandungan senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak. Parameter yang ditetapkan dalam standarisasi ekstrak antara lain : A. Parameter Spesifik Penentuan parameter spesifik adalah aspek kandungan kimia kualitatif dan kuantitatif kadar senyawa kimia yang bertanggung jawab langsung terhadap aktivitas farmakologi tertentu. Parameter spesifik ekstrak menurut buku “Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat” (Depkes RI, 2000), meliputi : 1. Identitas a. Deskripsi tata nama : 

Nama ekstrak (generik, dagang, paten)



Nama latin tumbuhan (sistematika botani)



Bagian yang digunakan (rimpang, daun, dsb)



Nama Indonesia tumbuhan

b. Senyawa identitas, senyawa tertentu yang menjadi petunjuk spesifik dengan metode tertentu. 2. Organoleptik Penggunaan pancaindra mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa : a. Bentuk

: padat, serbuk kering, kental, cair

b. Warna

: kuning, cokelat, dll

c. Bau

: aromatik, tidak berbau, dll

d. Rasa

: pahit, manis, kelat, dll

3. Senyawa Terlarut dalam Pelarut Tertentu Prinsip : Melarutkan ekstrak dengan pelarut (alkohol atau air) untuk ditentukan jumlah solut yang identik dengan jumlah senyawa kandungan secara gravimetri. Dalam hal tertentu dapat diukur senyawa terlarut dalam pelarut lain misalnya heksana, diklorometan, atau metanol.

a. Kadar senyawa larut air Penetapan kadar senyawa larut air untuk mengetahui kandungan terendah zat/senyawa yang larut dalam air. Pada penentuannya, simplisia terlebih dahulu dimaserasi selama ± 24 jam dengan air. Ketika penentuan kadar larut air, simplisia ditambahkan kloroform terlebih dahulu, penambahan kloroform bertujuan sebagai zat antimikroba atau pengawet, karena apabila dalam maserasi hanya air saja, kemungkinan ekstrak akan rusak karena air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroba atau dikhawatirkan terjadi proses hidrolisis yang akan merusak ekstrak sehingga menurunkan mutu dan kualitas dari ekstrak tersebut. b. Kadar senyawa larut etanol Penetapan kadar senyawa larut alkohol dilakukan untuk mengetahui kandungan terendah zat/senyawa yang larut dalam etanol tetapi mungkin tidak larut dalam air. Sampel serbuk sebanyak 5,0 gram dengan 100 ml etanol 96% ekstraksi terdestruksi dan menguap sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik.

B. Parameter Non-Spesifik Penentuan parameter non-spesifik ekstrak yaitu penentuan aspek kimia, mikrobiologis dan fisis yang akan mempengaruhi keamanan konsumen dan stabilitas. Parameter non-spesifik ekstrak menurut buku “Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat” (Depkes RI, 2000), meliputi :

1. Susut Pengeringan Prinsipnya adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105oC selama 30 menit atau sampai berat konstan yang dinyatakan dalam persen. Tujuannya adalah untuk menjaga kualitas simplisia,

karena

susut

pengeringan

mempunyai

kaitan

dengan

kemungkinan pertumbuhan jamur. Pemeriksaan susut pengeringan dilakukan terhadap simplisia yang tidak mengandung minyak atsiri.

2. Kadar air Prinsipnya adalah pengukuran kandungan air yang berbeda dalam bahan, dilakukan dengan cara titrasi, destilasi, dan gravimetri. Tujuannya untuk memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan. 3. Kadar Abu Prinsipnya adalah bahan dipanaskan pada temperatur dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap. Sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik. Tujuannya untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Penentuan kadar abu ini terkait dengan kemurnian dan kontaminasi suatu ekstrak.

IV.

-

Penetapan kadar abu total

-

Penetapan kadar abu tidak larut asam

ALAT DAN BAHAN Alat-alat yang digunakan : -

Labu bersumbat

-

Kertas saring

-

Kertas saring bebas abu

-

Cawan penguap

-

Timbangan digital

-

Analytical balance

-

Lemari pengering (oven)

Bahan-bahan yang digunakan :

V.

-

Ekstrak kental rimpang kencur

-

Air kloroform LP

-

Etanol 95%

PROSEDUR KERJA A. Parameter Spesifik 1. Identitas c. Deskripsi tata nama : 

Nama ekstrak (generik, dagang, paten)



Nama latin tumbuhan (sistematika botani)



Bagian yang digunakan (rimpang, daun, dsb)



Nama Indonesia tumbuhan

d. Senyawa identitas, senyawa tertentu yang menjadi petunjuk spesifik dengan metode tertentu. 2. Organoleptik Penggunaan pancaindra mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa : e. Bentuk

: padat, serbuk kering, kental, cair

f. Warna

: kuning, cokelat, dll

g. Bau

: aromatik, tidak berbau, dll

h. Rasa

: pahit, manis, kelat, dll

3. Senyawa Terlarut dalam Pelarut Tertentu Prinsip : Melarutkan ekstrak dengan pelarut (alkohol atau air) untuk ditentukan jumlah solut yang identik dengan jumlah senyawa kandungan secara gravimetri. Dalam hal tertentu dapat diukur senyawa terlarut dalam pelarut lain misalnya heksana, diklorometan, atau metanol. a. Kadar senyawa larut air Maserasi 5,0 gram ekstrak dengan 100 ml air kloroform LP selama 24 jam dengan labu bersumbat.

Dikocok berkali-kali selama 6 jam pertama.

Biarkan selama 18 jam.

Saring, uapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara.

Panaskan residu pada suhu 105oC hingga bobot tetap.

Percobaan dilakukan 3 kali

b. Kadar senyawa larut etanol Maserasi 5,0 gram ekstrak dengan 100 ml etanol 95% selama 24 jam menggunakan labu bersumbat.

Dikocok berkali-kali selama 6 jam pertama.

Biarkan selama 18 jam.

Saring cepat untuk menghindari penguapan etanol

Uapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara.

Panaskan residu pada suhu 105oC hingga bobot tetap.

Percobaan dilakukan 3 kali

4. Uji kandungan kimia ekstrak Prinsip : ekstrak ditimbang, diekstraksi dengan pelarut dan cara tertentu, kemudian

dilakukan

analisis

kromatografi

sehingga

memberikan pola kromatografi yang khas. Ekstrak ditimbang dan diekstraksi berturut-turut dengan pelarut hexane, etil asetat, etanol, air.

Ekstraksi dilakukan dengan pengocokan selama 15 menit atau dengan getaran ultrasonik atau dengan pemanasan kemudian disaring untuk mendapatkan larutan uji.

B. Parameter Non-Spesifik 1. Susut pengeringan Prinsip : Pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105oC selama 30 menit atau sampai berat konstan yang dinyatakan dalam persen. Panaskan botol timbang dan tutup pada suhu 105oC selama 30 menit.

Timbang ekstrak 1-2 gram dalam botol timbang dan ratakan.

Dinginkan ekstrak dan botol timbang dalam eksikator hingga suhu kamar.

Keringkan dalam ruang pegering pada suhu 105oC dengan tutup terbuka hingga bobot tetap.

2. Kadar air Prinsip : Pengukuran kandungan air yang berbeda dalam bahan, dilakukan dengan cara titrasi, destilasi, dan gravimetri. Tabung penerima dan pendingi dibersihkan dengan asam pencuci, bilas dengan air, dikeringkan dalam lemari pengering.

Ekstrak herba sambiloto dimasukkan ke dalam labu kering yang telah ditimbang seksama.

Masukkan 200 ml Toluen P ke dalam labu

Alat dihubungkan

Toluen dituangkan ke dalam tabung penerima melalui alat pendingin.

Labu dipanaskan selama 15 menit

Setelah toluen mulai mendidih, disuling dengan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes tiap detik.

Setelah semua air tersuling, bagian dalam pendingin dicuci dengan toluen, sambil dibersihkan dengan sikat tabung yang disambungkan pada sebuah kawat tembaga yang telah dibasahi dengan toluen.

Penyulingan dilanjutkan selama 5 menit

Tabung penerima dibiarkan hingga suhu kamar

Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air dibaca. Dihitung kadar air dalam %.

3. Kadar abu Prinsip : Bahan dipanaskan pada temperatur dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap. Sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik. a. Penetapan kadar abu total Timbang lebih kurang 2-3 gram ekstrak yang telah digerus

Masukkan dalam krus yang telah dipijarkan dan ditara, ratakan.

Dipijar perlahan hingga arang habis, didinginkan, dan ditimbang

Jika arang tidak dapat hilang, tambahkan air panas, saring menggunakan kertas saring bebas abu

Sisa kertas saring dipijarkan dalam krus yang sama

Filtrat dimasukkan dalam krus, diuapkan, dipijar hingga bobot tetap, kemudian ditimbang.

Dihitung kadar terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. b. Penetapan kadar abu tidak larut asam Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, dididihkan dengan 25 ml asam sulfat encer selama 5 menit.

Bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan

Saring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu

Dicuci dengan air panas

Dipijarkan hingga bobot tetap, ditimbang

Hitung kadar abu yang tidak larut asam terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.

VI.

PERHITUNGAN

VII.

HASIL PENGAMATAN

VIII. PEMBAHASAN

IX.

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA Afriastini, J.J., 2002. Bertanam Kencur. Edisi Revisi. Penerbit Penebar Swadaya. hal 1-33. Backer, C. A. R. C. B. Van den Briak, 1986. “Flora of Java”. Vol 2 Walters Noordhoff. N. V. Groningen. P. 33. Ditjen POM, 1992, Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta. Ditjen POM, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 10-12. InfoPOM, 2005. Standarisasi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, Salah Satu Tahapan Penting dalam Pengembangan Obat Asli Indonesia. Badan Pengawas Obat dan MAkanan Republik Indonesia, Vol 6, No. 4, Juli 2005. Sarker SD, Latif Z, & Gray AI. 2006. Natural products isolation. In: Sarker SD, Latif Z, & Gray AI, editors. Natural Products Isolation. 2nd ed. Totowa (New Jersey). Humana Press Inc. hal. 6-10, 18. Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Handa, S.S., Sukhdev, S.H., Suman, P.S.K., Gennaro, L., and Dev Dutt, R., 2008. Extraction Technologies for Medicinal and Aromatic Plants. Trieste:International Centre for Science and High Technology. Penyakit. Jakarta: PT Agro Media Pustaka.

Related Documents


More Documents from "Vishal4u"