IDENTITAS NASIONAL DAN GLOBALISASI A. Pendahuluan Indonesia adalah Bangsa yang kaya akan nilai-nilai budaya dan sejarah. Nilai-nilai dan budaya tersebutlah yang mempengaruhi semua aspek kehidupan baik dalam pola pikir maupun paradigma masyarakat dalam bernegara dan bertanah air. Dengan adanya gelombang demokratis dan globalisasi yang memudahkan untuk mengakses segala jaringan informasi dimanapun dan kapanpun, memciptakan perubahan di segala sektor dan pemahaman baru tentang budaya serta pola pikir masyarakat. Perbedaan maupun perubahan pola pikir terhadap budaya dan aspek negara maupun sosial menjadi ancaman besar bagi identitas nasional Indonesia. Seluruh negara tidak luput dari dampak globalisasi yang didukung oleh teknologi informasi yang sangat cepat mengakibatkan dunia seperti perkampungan global tanpa pemisah. Sehingga menyebabkan suatu bangsa kehilangan identitas nasionalnya. Indonesia adalah negara berkembang dan memiliki tingkat populasi yang tinggi serta selalu meningkat dengan fasilitas yang sangat memungkinkan untuk mengakses informasi baik informasi data maupun global yang tak luput dari budaya asing dan yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Globalisasi dapat membantu suatu bangsa untuk memajukan dan meningkatkan taraf hidup maupun kemajuan sistem pemerintahan, tetapi juga berdampak pada memudarnya nilai-nilai budaya. maka dari itu kita sebagai masyarakat Indonesia harus terus melestarikan budaya-budaya Indonesia yang mulai terkontaminasi dengan efek globaliasi seperti budayabudaya asing yang negatif dan merusak karakteristik negara Indonesia.
B. Pembahasan 1. PENGERTIAN IDENTITAS NASIONAL DAN GLOBALISASI Identitas adalah ungkapan nilai-nilai budaya suatu bangsa yang bersifat khas dan membedakannya dengan bangsa yang lain. Kekhasan yang melekat pada sebuah bangsa banyak dikaitkan dengan sebutan “identitas nasional”. Identitas saling dihubungkan dengan atribut yang disematkan kepada individu yang sebenarnya memilki sifat majemuk. Identitas nasional seperti atribut kelamin (pria atau wanita) yang hadir secara kodrati pada seseorang bisa bergandeng dengan atribut-atribut kodrati lainnya yang tidak bisa ditolak seseorang sejak ia lahir, seperti agama, suku, ras, kasta maupun kebangsaan. Identitas bisa berdampak positif juga bisa berdampak negatif. Jika identitas tersebut dapat menimbulkan rasa bangga, baik bagi dirinya maupun komunitasnya, maka identitas bernilai positif. Sebaliknya identitas dapat menimbulkan masalah manakala ia menjadi alasan untuk berkonflik bahkan berperang. Banyak contoh konflik yang tidak lepas dari persoalan identitas kelompok, seperti konflik suku, ras, dan agama yang sering terjadi di berbagai belahan dunia. Contohnya konflik suku di Rwanda (suku Tutsi dan Hutsi), konflik agama di India (HinduMuslim), di Serbia (Katolik dan Islam) dan Palestina (Islam dan Yahudi)
Sedangkan pengertian globalisasi secara umum adalah seuah gambaran tentang semakin tinggi ketergantungan diantara sesama masyarakat dunia, baik budaya maupun ekonomi. Globalisasi juga sering diidentikkan dengan: 1. Internasionalisasi, yaitu hubungan antar negara, meluasnya arus perdagangan dan penanaman modal. 2. Liberalisasi, yaitu pencabutan pembatasan-pembatasan pemerintah untuk membuka ekonomi tanpa pagar (border-less world) dalam hambataan perdagangan, pembatasan keluar masuk mata uang, kendali devisa, dan izin masuk suatu negara (visa). 3. Universalisasi, yaitu ragam selera atau gaya hidup seperti pakaian, makanan, kendaraan, diseluruh pelosok penjuru dunia. 4. Westernisasi atau Amerikanisasi, yaitu perubahan-perubahan geografis sehingga ruang sosial dalam perbatasna, tempat, dan jarak menjadi berubah. 2. FAKTOR PEMBENTUK IDENTITAS NASIONAL Salah satu identitas yang melekat pada bangsa Indonesia adlaah sebutan sebagai sebuah bangsa yang majemuk. Kemajemukan bangsa Indonesia ini tercermin pada ungkapan Bhinneka Tunggal Ika yang terdapat pada simbol nasional burung garuda. Kemajemukan ini merupakan perpaduan dari unsur-unsur yang menjadi inti identitas: sejarah, kebudayaan, suku bangsa, agama, dan bahasa. 1. Sejarah Menurut catatan sejarah, sebelum menjadi sebuah negara, bangsa Indonesia mengalami masa kejayaan yang gemilang. Dua kerajaan Nusantara, Majapahit dan Sriwijaya misalnya, dikenal sebagai pusat-pusat kerajaan Nusantara, yang pengaruhnya menembus batas-batas teritorial dimana dua kerajana ini berdiri. Kebesaran dua kerajana Nusantara tersebut telah membekas pada semangat perjuangan bangsa Indoseia. Semangat juang bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah telah menjadi ciri khas tersendiri bagi bangsa Indonesia. 2. Kebudayaan Aspek kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional meliputi tiga unsur, yaitu akal budi, peradaban, dan pengetahuan. Akal budi bangsa Indonesia dapat dilhat pada sikap ramah dan santun kepada sesama. Adapun unsur identitas peradapannya tercermin dari keberadaan dasar negara Panasila. Sebagai bangsa maritim, keandalan bangsa Indonesia dalam pembuatan kapal Pinisi di masa lalu merupakan identitas pengetahuan bangsa Indonesia lainnya yang tidak dimiliki oleh bangsa lain di dunia. 3. Suku Bangsa Kemajemukan merupakan identitas lain bangsa Indonesia. Namun demikian, lebih dari sekadar kemajemukan yang bersifat alamiah tersebut, tradisi bangsa Indonesia untuk hidup bersama dalam kemajemukan merupakan unsur lain pembentuk identitasnya yang harus terus
dikembangkan dan dibudayakan. Kemajemukan alamiah bangsa Indonesia dapat dilihat pada keberadaan ribuan suku, bahasa, dan budaya. 4. Agama Keanekaragaman agama merupakan identitas lain dari kemajemukan alamiah Indonesia. Kergaman agama dan keyakinan di Indonesia tidak hanya dijamin oleh konstitusi negara, tapi juga merupakan suatu rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang harus tetap dipelihara dan disyukuri bangsa Indonesia. 5. Bahasa Bahasa Indonesia adalah salah satu identitas nasional Indonesia yang penting. Sekalipun Indonesia memiliki ribuan bahasa daerah, kedudukan bahasa Indonesia (bahasa yang digunakan bangsa Melayu) sebagai bahasa penghubung (linwa franka) berbagai kelompok etnis yang mendiami Kepulauan Nusantara memberikan nilai identitas tersendiri bagi bangsa Indonesia. Peristiwa Sumpah Pemuda 1928 yang menyatakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan Indonesia, telah memberikan nilai tersendiri bagi pembentukan identitas nasional Indonesia. 3. ANCAMAN GLOBALISASI TERHADAP IDENTITAS NASIONAL Indonesia memiliki identitas nasional yang sangat dalam, tetapi seiring dengan perkembangan globalisasi mulcul beberapa ancaman bagi identisan nasional Indonesia, diantaranya adalah: 1. Radikalisme Radikalisme adalah paham atau ideologi yang menunduk perubahan dan pembaruan sistem sosial dan politik dengan cara kekerasan. Secara bahasa radikalisme berasal dari bahasa Latin, yaiut kata Radix yang artinya akar. Ensensi dari radikalisme adalah sikap jiwa dalam mengusung perubahan. Radikalisme sering dikaitkan dengan terorisme, karena mereka akan melakukan apasaj untuk menghabisi musuhnya. 2. Westernisasi Westernisasi adalah suatu perbuatan seseorang yang mulai kehilangan jiwa nasionalismenya, yang meniru atau melakukan aktifita sbersifat kebarat-baratan (budaya bangsa lain). Contoh dari westernisasi adalah: a. Gaya hidup seakan-akan bebas tanpa mengenal nilai dan norma sosial dalam masyarakat b. Gaya hidup konsumerisme (boros) c. Suka kegiatan yang bersifat seremonial yang disertai pesta, minuman keras, dan sa di bar, dan sebagainya d. Terjadi kawin kontrak tanpa ikatan yang sah e. Kegiatan hidup yang terprogram, misal wisata keluar negri, makan dengan menu teratur, belanja ke swalayan dan lain-lain 3. Budaya Universal Budaya universal merupakan elemen, pola, sifat, atau lembaga yang umum bagi semua budaya manusia diseluruh dunia. Secara bersama-sama seluruh tubuh budaya uiversal dikenal sebagai kondisi manusia. Diantara budaya universal terdaftar oleh
Dolald Brown (1991) antara lain bahasa kiasan, perbedaan kognitif biner (dua), istilah warna, keompok kerabat, peran gender, ritus peralihan, pencagahan atau penghindaran inses, dan pembuatan alat. 4. Hedonisme dan Konsumerisme Hedonisme berasal dari kata Hedone (bahasa Yunani) yang berarti kenikmatan atau kesenangan. Hedonisme adalah ajaran yang menganggap kenikmatan sebagai tujuan hidup. Penganut hedonisme adalah orang-orang yang hidup hanya untuk mengejar kenikmatan. Sedangkan konsumerisme berasal dari kata Consumere atau Consumo, Sumpsi, Sumptum (bahasa Latin) yang berarti menghabiskan, memakai sampai habis, memboroskan, menghambur-hamburkan. Kata itu menurunkan kata konsumen (pemakai, orang yang menghabiskan), konsumsi (sesuatu yang dimakan habis), dan konsumerisme (pikiran atau mentalitas mau menghabiskan atau memboroskan). Konsumerisme adalah mentalitas dan gaya hidup yang boros. Disana orang mneghabiskna barang dan jasa yang tersedia secara berlebih-lebihan. Akibatnya, alam dan manusia terganggu, bahkan rusak dan hancur. 4. WAWASAN NUSANTARA Melalui konsep wawasan nusantara ini, bangsa Indonesia memiliki ukuran dan ketegori siapa dirinya dan bagaimana berbuat dan memandang dunia luar. Jika konsep Wawasan Kebangsaan banyak menekankan aspek nilai yang terkandung pada empat konsensus dasar bangsa Indonesia, bagian ini akan menjelaskan sekilas tentang konsep Wawasan Nusantara yang lebih besifat teritorial. Namun demikian, terdapat kesamaan tujuan essensial dari kedua wawasan nasional ini: adalah untuk mewujudkan rasa persatuan dan kesatuan serta bangga dan cinta negri di alangan warga negara Indoneisa. Dalam Desain induk pemantapan wawasan kebangsaan tahun 2012-2024 yang disusun oleh Kementrian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan keamanan (Menko Polhukam) dijelaskan bahwa Wawasan Nusantara adalah kesamaan persepsi pada segenap komponen bangsa Indonesia sebagai dasar bagi terbangunnya rasa dan semangat nasional yang tinggi dalam semua aspek kehidupan nasional, sebagai faktor pendorong untuk berbuat dan berprestasi bagi kejayaan negara dan bangsa. Dalam Wawasan Nusantara terkandung empat konsepsi pokok, yaitu: 1. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan politik: a. Bahwa kebulatan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaan yang terkandung di dalamnya merupakan satu kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup, dan kesatuan matra seluruh bangsa, serta menjadi modaldan milik bersama bangsa; b. Bahwa bangsa Indonesia yang terdiri dari beragam suku, agama, bahasa daerah, afiliasi politik, dan sebagainya merupakan satu kesatuan bangsa yang solid; c. Keanekaragaman Indonesia ini secara psikologis bersatu, senasib, sepenanggungan, sebangsa dan setanah air, dan memiliki satu visi dalam mewujudkan cita-cita bangsa;
d. Pancasila adalah satu-satunya falsafah serta ideologi bangsa dan negarayang melandasi, membimbing, dan mengarahkan bangsa menuju tujuannya; e. Kehidupan politik di seluruh wilayah NKRI merupakan kesatuan politik yang diselenggaraan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945; f. Seluruh kepulauan Nusantara merupakan satu kesatuan hukum dalam arti hanya ada satu sistem hukum yang mengabdi kepada kepentingan nasional; g. Bangsa Indonesia yang hidup berdampingan dengan negara lain ikut menciptakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial yang diabdikan kepada kepentingan nasional. 2. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan ekonomi: a. Kekayaan Nusantara, baik potensial maupun efektif adalah modal dan milik bersama bangsa, dan keperluan hidup sehari-hari harus tersedia di seluruh wilayah NKRI; b. Perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah tanpa meinggalkan ciri khas yang dimiliki oleh daerah dalam pengembangan kehidupan ekonominya; c. Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah NKRI merupakan satu kesatuan ekonomi yang diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan ditujukan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 3. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan sosial dan budaya: a. Masyarakat Indonesia adalah satu,perikehidupan bangsa harus merupakan kehidupan yang serasi dengan tingkat kemajuan masyarakat yang sama, merata dan seimbang serta adanya keselarasan kehidupan yang sesuai dengan tingkat kemajuan bangsa; b. Budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu, sedsngkan keragaman budaya yang ada merupakan kekayaan budaya bangsa dengan tidak menolak nilai-nilai budaya lain yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh komponen bangsa. 4. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan pertahanan dan keamanan: a. Bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah pada hakikatnya merupakan ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara Indonesia; b. Bahwa tiap-tiap negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam rangka pembelaan negara dan bangsa; c. Sistem pertahanan dan keamanan negara Indonesia adalah sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta, yaitu seluruh komponen bangsa terlibat dan memiliki peranan: rakyat sebagai kekuatan pendukung sedangkan TNI dan Kepolisian sebagai kekuatan utama. Keterlibatan seluruh rakyat, wilayah dan sumber daya nasional secara aktif, terpadu, terarah, dan berkelanjutan menunjukkan sifat semesta tersebut. 5. KETAHANAN DAN KEWASPADAAN NASIONAL Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan , yang mengandug kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, serta gangguan, baik yang satang dari luar maupun dalam negri, yang langsung maupun tidak lansung membahayakan
integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mengejar tujuan nasional. Dalam rangka ketahanan nasional peluang dan tantangan bangsa Indonesia dalam era Globalisasi dapapt dijumpai dalam beberapa unsur yang meliputi bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya. Kestabilan antara unsur-unsur ini akan sangat berpengaruh kepada kekuatan ketahanan nasional. Ketahanan Nasional Indonesia dikelola berdasarkan delapan zona (gatra), yang biasa disebut dengan istilah Asta Gatra, yang terdiri dari tiga zona alamiah (Tri Gatra) dan lima zona (Panca gatra) sosial. Tri Gatra alamiah yang dimaksud adalah meliputi geografi, kekayaan alam (SDA), dan kependudukan Indonesia, sedangkan Panca Gatra meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, dan pertahanan keamanan (Ipoleksosbudhankam). Ketahanan nasional pada hakikatnya sangat tergantung pada kemampuan dan profesionalitas bangsa Indonesia (khususnya negara) dalam mengelola, memanfaatkan, dan megatur komponen-komponen Tri Gatra dalam rangka menopang ketahanan (stabilitas dan kualitas). Di era demokrasi ini kewaspadaan nasional seharusnya diorientasikan bagi peningkatan peran serta masyarakat dalam proses pembangunan yang tercermin pada peningkatan budaya berdemorasi secara bermartabat untuk mewujudkan masyarakat madani di Indonesia yang egaliter, toleran, tanpa diskriminasi dengan konsestensi negara menjalankan prinsip-prinsis demokrasi, deliberasi, dan ham. Kebijakan tentang kewaspadaan nasional di masa lalu yang lebih berorientasi mengontrol warga negara demi keamanan negara harus ditinggalkan, dan digantikan dnegan menjadikan warna negara Indonesia sebagai mitra sejajar dalam mempertahankan dan meningkatkan kualitas ketahanan nasional. 6. GLOBALISASI DAN KETAHANAN NASIONAL Beberapa pengertian globalisasi: 1. Globalisasi sebagai transformasi kondisi spasial-temporal kehidupan 2. Globalisasi sebagai transformasi lingkup cara pandang 3. Globalisasi sebagai transformasi modus tindakan da praktik Dengan demikian, peningkatan saling keterkaitan antara seseorang atau satu bangsa dengan bangsa lainnya telah menggiring dunia ke arah pembentukan sebuah perkampungan global. Perkampungan global merupakan kenyataan sosial yang saling terpisah secara fisik tetapi saling berhubungan dan memengaruhi secara nonfisik. Terdapat banyak faktor yang mendorong terjadinya globalisasi antara lain pertumbuhan kapitalisme, maraknya inovasi teknologi komnikasi dan informasi serta diciptakannya regulasi-regulasi yang meningkatkan persaingan dalam skala besar dan luas seperti hak cipta, standardisasi teknis dan prosedural dalam produk dan sistem produksi serta penghapusan hambatan perdagangan. Ketahanan nasional adalah kondisi dinamik suatu bangsa yang beriis keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan baik dari luar maupun dari dalam.
Ketahanan nasional Indonesia pada hakikatnya sebagai suatu kondisi dinamis bangsa dalam menghadapi dan mengatasi ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (AGHT) dari luar maupun dari dalam yang dapat membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup sebagai bangsa dan negara, dapat menjadi rujukan bersama dalam menangkal hal-hal negatif dan mengambil manfaat sebesar-besarnya dari globalisasi. Dalam konteks ini globalisasi tidak harus dibenci dan dijauhi, tetapi harus digali manfaatnya untuk kesejahtaraan bersama, dan pada saat yang sama diminimalisasi mudaratnya. Peluang dan tantangan yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Bidang politik a. Demokrasi menjadi sistem politik di Indonesia yang berintikan kebebasan mengemukakan pendapat. b. Politik luar negri yang bebas aktif c. Melaksanakan sistem pemerintahan yang baik dengan prinsip partisipasi, transparasi, responsif, serta efektif dan efisien. 2. Ekonomi a. Menjaga kestabilan ekonomi makro dengan menstabilkan nilai tukar rupiah dalam suku bunga b. Menyediakan lembaga-lembaga ekonomi yang modern (perbankan, pasar modal, dll) c. Mengeksploitasi sumber daya alam secara proporsional. 3. Bidang sosial-budaya a. Meningkatkan sumber daya manusia, yaitu kompetensi dan komitmen melalui demokratisasi pendidikan. b. Penguasaan ilmu dan teknologi serta mengaplikansikannya dalam kehidupan masyarakat. c. Menyusun kode etik profesi yang sesuai dengan karakter dan budaya bangsa. 7. MULTIKULTURAISME Multikulturalisme adalah sebuah kebijakan atau realitas yang menekankan pada keunikan karakteristik dari keragaman budaya di dunia, terutama pada kalangan imgran yang ada di suatu negara. Istilah multikulturalisme pertama kali digunakan pada tahun 1957 untuk menggambarkan fenomena keragaman budaya imigran di negara Swift. Kemudian konsep ini digunkana di Kanada pada tahun 190-an sebelum akhirnya menyebar di negara-negara berbahasa inggris. Ada beberapa istilah yang secara konseptual tampak mirip dengan terminologi multikulturalisme namun sebenarnya berbeda, misalnya pluralisme, difersitas, heterogenitas, atau yang sering disebut dengan istilah “masyarakat majemuk”. Karakter masyarakat multikultural adalah toleran. Mereka hidup dalam semangat, hidup berdampingan secara damai. Multikulturalisme di antara nasionalisme dan globalisasi Dalam sejarahnya, nasionalisme Indonesia melalui beberapa tahap perkembangan. Tahap pertama ditandai dengan tumbuhnya perasaan kebangsaan dan persamaan nasib yang diikuti dengan perlawanan terhadap penjajahan baik sebelum maupun sesudah proklamasi
kemerdekaan. Tahap yang kedua adalah bentuk nasionalisme Indonesia yang merupakan kelanjutan dari semagat revolusioner pada masa perjuangan kemerdekaan, dengan para pemimpin nasional yang lebih besar. Nasionalisme pada era ini mengandaikan adanya ancaman musuh dari luar terus-menerus terhadap kemerdekaan Indonesia. Tahap ketiga adalah nasionalisme persatuan dan kesatuan. Di era orde baru, misalnya, kelompok aposisi atau mereka yang tidak sejalan dengan pemerintah disingkirkan karena dianggap akan mengancam persatuan dan stabilitas. Tahap leempat adalah nasionalisme kosmopolitan. Dengan bergabungnya Indonesia dalam sistem global internasional, nasionalisme Indonesia yang dibangun adalah nasionalisme kosmopolitan yang menandaskan bahwa Indonesia sebagai bangsa tidak dapat menghindari dari bangsa lain, namun dengan tetap memiliki nesionalisme kultural keIndonesiaan denga memberikan kesempatan kepada aktor-aktor di daerah secara langsung untuk menjadi aktor kosmopolit.
C. Penutup 1. Kesimpulan Identitas nasional merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek-aspek suatu bangsa yang memiliki ciri khas tersendiri dengan bangsa lainnya. Identitas nasional juga memiliki berbagai macam faktor pembentukan salah satunya : sejarah, kebudayaan, suku bangsa, dan bahasa. Sedangkan globalisasi merupakan suatu perubahan sosial yang menyebabkan bertambahnya keterkaitan antara masyarakat dengan berbagai faktor yang terjadi akibat transkulturasi dan perkembangan ternologi modern. Istilah globalisasi juga dapat diterapkan dalam berbagai konteks, salah satunya konteks sosial, budaya, ekonomi, dan sebagainya. 2. Saran Diera globalisasi yang mengancam identitas nasional, maka warna negara Indonesia terutama generasi muda harus dapat meningkatkan dan menjadi pelopor untuk mencintai budaya bangsa dan tetap mengingat serta mempelajari sejarah bangsa Indonesia agar dapat meningkatkan rasa cinta tanah air yang tinggi dan dapat menyaring segala pengaruh globalisasi yang masuk ke tanah air.
DAFTAR PUSTAKA Ubaedillah.A., 2015. Pancasila Demokrasi dan Pencegahan Korupsi. Jakarta: Prenadamedia Group. Ubaedillah.A, Abdul Rozak, Dkk., 2008. Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.