RSU ALIYAH II KENDARI
ICRA HAIS
RSU ALIYAH II KENDARI
2018
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HAIs (Hospital-Acquired Infections) ini dikenal sebagai Infeksi Nosokomial atau disebut juga sebagai infeksi di rumah sakit yang merupakan komplikasi paling sering terjadi di pelayanan kesehatan. Infeksi merupakan efek yang paling sering didapatkan dari rumah sakit yang mempengaruhi sekitar 5 sampai 10% dari pasien rawat inap di Negara maju, dan menjadi beban besar di negara-negara yang berlatar belakang rendah. Dampak yang diakibatkan infeksi nosokomial (HAIs) sangat banyak diantaranya dapat menimbulkan risiko terpapar infeksi yang tidak hanya dialami oleh pasien tetapi juga untuk petugas kesehatan, keluarga, dan pengunjung. Menurut Weston (2013) bahwa HAIs juga berdampak pada pasien dan keluarga akan kehilangan pendapatan, bahaya, cacat atau kematian, peningkatan lama perawatan, pengeluaran tambahan bagi rumah sakit dan dapat menurunkan citra rumah sakit. Pencapaian keselamatan pasien adalah menurunkan risiko HAIs. Salah satu alat untuk mengelola risiko infeksi HAIs di rumah sakit dengan menggunakan ICRA (Infection Control Risk Assessment). ICRA merupakan salah satu program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dari standar akreditasi rumah sakit. Selain itu ICRA dapat mengurangi penularan melalui tindakan/prosedur invasif yang dilakukan baik melalui peralatan,tehnik pemasangan, ataupun perawatan terhadap risiko infeksi (HAIs). Menyusun penilaian risiko kontrol infeksi di rumah sakit di nilai penting sebagai upaya untuk mencegah potensi kejadian infeksi yang tidak diharapkan. ICRA merupakan salah satu kegiatan PPI yang dilakukan adalah untuk mencegah dan mengurangi risiko terjadinya HAIs pada pasien, petugas dan pengunjung di Rumah Sakit dengan cara mencegah dan mengontrol frekuensi dan dampak risiko terhadap paparan kuman patogen melalui petugas, pasien dan pengunjung. Selain itu, ICRA membantu dalam melakukan identifikasi praktikpraktik pengontrolan infeksi yang tidak aman dan beresiko, serta membuat rekomendasi tindakan pencegahan yang efektif biaya dan membantu fasilitas kesehatan untuk membuat prioritas.
2
B. Tujuan 1. Tujuan Umum Program kerja disusun bertujuan untuk mengidentifikasi dan mencegah risiko infeksi tejadinya HAIs di Rumah Sakit
2. Tujuan Khusus 1) Mengidentifikasi dan mencegah risiko infeksi terjadinya IDO di Rumah Sakit 2) Mengidentifikasi dan mencegah risiko infeksi terjadinya ISK di Rumah Sakit 3) Mengidentifikasi dan mencegah risiko infeksi terjadinya Plebitis di Rumah Sakit 4) Mengidentifikasi dan mencegah risiko infeksi terjadinya Dekubitus di Rumah Sakit
3
BAB II A. Hasil Pelaksanaan dari pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit ini masih dikatakan baru dibentuk sehingga untuk pelaksanaan program dan kegiatan masih ada yang belum berjalan optimal dan dirasa masih perlu belajar dan perbaikan. Peran serta pimpinan dalam pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian infeksi pun dirasakan penting, pimpinan ikut serta terlibat dan memberikan dukungan dalam kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi di RSU Aliyah II. Tabel 1.1 Identifikasi Resiko dalam manajemen risiko HAIs Kegiatan
Siapa
Apa
apa
yang
menjadi
na HAIs
nan
berisiko?
sumber
itu dapat
Penyebab
potensial dari
bertrans
agen
misi?
yang
terlibat ?
yang
Bagaima
Risiko
Kemungki
infeksius Penularan
Petugas
Kontaminasi
Transmi
Penularan
Hygiene
secara
kesehata
tangan
si kontak
penyakit
perseorang
langsung
n
petugas
secara
menular
an
kesehatan
langsung
melalui
petugas,
dan tidak
kontak kulit
pasien,
dengan kontak kulit
Pasien
Alat
atau
langsung Perpindahan
instrumen kesehatan
kuman
Pengunjung
seperti
atau
bakteri,
lingkungan
virus,
sekitar area
fungi/parasit
perawatan pasien
4
pengunjun g
Tindakan
Pasien
prosedur
Petugas kesehata n Area
Tangan
Penulara Terjadi
Hygiene
petugas
n kontak
infeksi
perseoran
kesehatan
secara
(IDO,ISK,pl
gan
langsung
ebitis,
dan tidak
dekubitus)
Alat
atau
instrumen
ruang
kesehatan
(
perawata
set medikasi,
n pasien
peralatan
langsung Lamanya perawatan Tertundanya
operasi darah
atau
cairan
lain
dari
Pelaksana an
SOP
yang kurang
pasien
tepat
ematian
tubuh
alat
kepulangan Kecacatan/k
yang berasal
Sterilisasi
Tidak menggun akan
pasien
APD. Keterbata san sarana Rs (APD)
Tindakan
Pasien
Tangan
prosedur
petugas
yang
kesehatan
menembus
Tehnik yang
kulit,
masih
membran
kurang
mukosa,
Peralatan
tindakan
yang
invasif
terkontamin
(Pemasang
asi
an
Kontak
infus,
pemberian cairan infus/transf usi darah)
5
Penggunaa
Petugas
Darah
n
kesehatan
Cairan atau
benda
Kontak
Tertusuk
Keselama
jarum
tan kerja
tajam dan
yang
zat lain dari
Penularan
objek yang
tertusuk
tubuh pasien
penyakit
dan
berpotensi
jarum
(pus,
menular
keselamat
(Hevatitis,
an pasien
terkontami
air
seni, saliva)
nasi
petugas
Infeksi
HIV AIDS)
Prosedur
Petugas
Sekret
Airbon
untuk
kesehata
mukosa
e (TB)
sistem
n
seperti
Droplet
Masuk
dan Hygiene
berkembang
perseoran
nya
gan
virus
pernafasan Area
droplet dari
(influen
dan bakteri
seperti
ruangan
batuk,
sa)
di
penggunaa
perawata
bersin
n suction,
n pasien
Kontak
Aerosol atau
petugas Pelaksana
benda/bahan
an
tidak
atau
yang
alat
SOP
nebulizer,
penyegar
langsun
yang
kurang
Pemberian
udara
g
tercemar
tepat
O2
dengan
Penularan
lingkun
penyakit
ganpera
TB,
yang
watan
Influensa
kurang
atau
Pengguna :
an
APD
optimal
bangsal yang terkont aminasi melalui drplet Kegiatan
Petugas
yang
kesehatan
Darah
dan
cairan
atau
berkaitan
zat lain yang
kontak
berasal dari
Kontak
Penularan penyakit Infeksi
Pengguna an
APD
yang kurang Tidak
fisik
Area
dengan
perawata
menggun
pengolaha
n pasien
akan
n
tubuh pasien
limbah
APD 6
Pengolah
atau pembersih
an
annya
sanitasi RS yang kurang optimal
Kegiatan
Petugas
yang
kesehatan
Darah
dan
cairan
atau
terlibat
zat lain yang
konta fisik
berasal dari
Kontak
Penularan penyakit
Pengguna an
Infeksi
APD
yang kurang Tidak
dengan
Area
limbah
perawata
menggun
pasien
n
akan
atau
atau
kontamina
rumah
si laundry,
sakit
ubuh pasien
pasien
APD Pengolah an
pakaian
sanitasi
atau
RS yang
peralatan
kurang
contoh
optimal
pengolaha n
linen,
cleaning service Penyegar
Airbone
Menghiru
Kurang
Apakah
Petugas
ada
kesehatan
udara
kegiatan
dan
pada
yang
orang-
umumnya
virus/bakteri
yang
melibatkan
orang
digunakan
yang
kurang
penggunaa
lainnya,
pada
didalam
n
staf,
membersihk
semprotan
pengunju
an ruangan
atau debu?
ng
seperti
berada di
kegiatan
area
yang
debu
ventilasi
Masuknya
saat
ada
udara
yang
Tidak menggun
Gangguan
akan
saluran
APD
pernafasan Infeksi 7
APD
Kebersih an
Dan
membersih
rumah
Sanitasi
kan,penye
sakit
Rumah
mprotan
Sakit Tingkat
atau menyapu
Kepadata n Ruangan Kontaminasi
Kurang
Pasien
kesehatan
dan
dalam
yang
petugas
perawatan
diberikan
kesehatan
pasien atau
virus/bakteri
an
rumah sakit
yang
sanitasi
selama di
Kontak
Menghirup
Pelayanan
area
tidak
debu
ventiasi
langsung Masuknya
ada
Kebersih
lingkunga
didalam
rumah
n klinis
udara
sakit
Gangguan
Tingkat
saluran
kepadata
pernafasan
n ruangan
Infeksi
8
dan
Tabel 1.2 Program Infection Control Risk Assesment (ICRA) HAIs
INFECTION CONTROL RISK ASSESMENT RSU ALIYAH II KENDARI PERIODE 2018
Risk/Impact (Health, Financial,
1
5
4
3
2
1
Solid
2
Good
3
Fair
4
Poor
Never
Rare
Maybe
Likely
Expect it
Potential Risk/ Problem
5
none
0
Minimal Clinical
1
Moderate Clinical/ Finansial
2
Prolonged length of stay
3
Serious Loss (function/financial/ legal)
4
Current Systems/Preparedness
Legal, Regulatory)
Loss of life/limbFunction/j financial
Probability / Frekuensi
Score
KEWASPADAAN STANDAR 1. Kepatuhan hand hygiene masih <85 %
4
3
9
2
24
2. Kepatuhan penggunaan APD belum maksimal
3
3. Praktek menyuntik yang aman dan pengelolaan benda tajam inadekuat : Angka kejadian tertusuk jarum masih tinggi ( 36 kejadian/ tahun 2015)
3
3
3
2
18
2
18
4. Pengelolaan linen : kepatuhan pemilahan linen di ruangan masih kurang
2
2
2
8
5. Pengelolaan sampah infeksius : pemilahan sampah di ruangan belum maksimal. Sampah infeksius dan non infeksius sering tercampur
2
2
2
8
2
24
6. Pengelolaan benda tajam dan jarum : Pembuangan benda tajam tidak adekuat. Tempat sampah benda tajam sering penuh melebihi 3/4. 7. Pengelolaan makanan : penggunaan APD belum maksimal.
4
3
3
2
2
12
Surveilans HAIs 1
IDO 2
ISK Plebitis Dekubitus
3 1
10
3
2
6
3
2
12
3
2
18
3
2
6
SKALA PRIORITAS ICRA No Jenis kelompok Risiko 1 Plebitis
Skor
Prioritas
Tujuan umum
18
1
Menurunkan inciden phlebitis di RSU Aliyah Kendari
Tujuan husus Inciden phlebitis turun
Strategi 1 2
3 4 5
2
Hand Hygiene
24
1
Meningkatkan kepatuhan Hand Hygiene
Kepatuhan hand hygiene menjadi >85%
Evaluasi
Edukasi staff terkait Laporan tri wulan Monitoring & audit pelaksanaan prosedur pemasangan IV cateter Monitoring & audit pelaksanaan HH kaji fasilitas alkes yg tersedia monitoring terapi cairan yg diberikan apakah jenis pekat atau tidak
1. Data triwulan insiden phlebitis berkurang. masih diatas target yang ditetapkan. 2. Pergantian alkes untuk pemasangan infuse baru diarea tertentu saja 3. Edukasi HH 85% kehadiran 4. SPO sudah selesai di revisi
diadakan Laporan triwulan Audit PPI setiap rungan atau
Laporan triwulan Audit PPI angka kepatuhan Hand Hygiene meningkat menjadi >85%
1. Handrub
paling kurang ada 2 buah yang mobile 2. Pengadaan
poster
kebersihan
tangan
pada setiap handrub 11
Progress/Analisis
3
Kepatuhan APD
24
1
Meningkatkan kepatuhan APD
Setiap unit menggunakan APD sesui indikasi
3. Pembinaan dan pengawasan secara berjenjang untuk melakukan kebersihan tangan - Sarung tangan rumah Laporan triwulan Audit PPI tangga, masker N95, Gaum pelindung harus diadakan. - Ada lemari
khusus
untuk tempat
APD
yang siap dipakai. - Pelindung menggunakan
kaki sepatu
masing-masing kariyawan,
jangan
menggunkan
sandal
jepit. - Pengawasan berjenjang
12
Laporan triwulan Audit PPI Kelengkapan APD setiap Unit Sarung tangan rumah tangga, masker N95, Gaum pelindung
Tabel 1.3 Prioritas Risiko HAIs di RSU Aliyah II Kendari Potensial Risiko HAIs
Skor 18 12 6 6
Plebitis ISK IDO Dekubitus B. Penilaian Risiko HAIs
Hasil tahap ini merupakan tahap untuk menilai analisa dari risiko HAIs dengan cara membandingkan kemungkinan terjadinya dan dampak yang ada dalam analisa risiko berdasarkan data yang ada di RSU Aliyah II Tabel 1.4 Risiko Matriks Assesment
Kemungkinan Sering kali 5 Sering 4 Mungkin 3 Jarang 2 Tidak Pernah 1 Keterangan :
Insignificant 1
Dampak Minor Moderate Mayor Calastrofic 2 3 4 5
Plebitis IDO, ISK, Dekubitus
: Risiko Rendah : Risiko Sedang : Risiko Tinggi : Risiko Sangat Tinggi (ekstrem)
C. Evaluasi Risiko Berdasarkan uraian penilaian risiko pada tabel di atas bahwa untuk tingkat risiko pada kategori sangat tinggi pada jenis HAIs yaitu Plebitis. Tabel 1.5 berikut akan menguraikan hasil evaluasi risiko HAIs : Risiko Plebitis
Deskripsi Risiko
Evaluasi Risiko
Identifikasi Plebitis
Pelaporan identifikasi dan kontrol plebitis
Pelaporan terkait plebitis masih kurang
mendalam
mengidentifikasi plebitis,
seperti kontrol
kapan
terjadinya,
lamanya infeksi, pengontrolan plebitis mulai dari prosedur tindakan, perawatan di rawat inap, yang belum terlaksana secara optimal. Pelaksanaan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi
Sumber daya manusia
a. Di ruang rawat inap b. Menjaga kebersihan tangan, kepatuhan cuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan perawatan/pemasan gan iv kateter dan penggunaan APD sebelum melakukan tindakan pemasanga kateter iv. c. Lakukan sekali usap pada saat skin antiseptik sebelum tindakan pemasangan kateter iv. d. Lakukan perawatan rutin pada pasien yang terpasang kateter iv
Sudah dilakukan pelaksanaan cuci tangan sebelum dan setelah tindakan perawatan/pemasangan kateter iv ke pasien namun kadang petugas kesehatan lupa dalam pelaksanaan
5
moment.
Penggunaan APD seperti sarung tangan saat melakukan tindakan sudah dilakukan oleh petugas kesehatan
infeksi luka Pengetahuan perawat Tanda-tanda seperti edema, kemerahan, ada terkait tanda-tanda nanah. infeksi Budaya sadar risiko infeksi
Sikap dari petugas kesehatan sudah sadar akan risiko infeksi penggunaan APD, memutuskan
rantai transmisi agen infeksi dengan
menjaga
kebersihan
tangan Manajemen risiko plebitis
Dukungan manajemen
Manajemen risiko dengan cuci Pelaksanaan manajemen risiko tangan, penggunaan APD plebitis di ruang rawat seperti sarung tangan, dan menggunakan teknik steril inap ketika melakukan tindakan. Adanya pengawasan yang Dukungan dilakukan oleh komite PPIRS manajemen dalam melalui IPCN ke IPCLN yang penurunan risiko kemudian melaporkan kegiatan plebitis pelaksanaan surveilans HAIs melalui SIMRS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit). Terkait monitoring dan sosialisasi dirasakan masih kurang oleh petugas kesehatan, evaluasi secara berkala belum terlaksana dengan baik. Pertemuan dan rapat berkala untuk membahas terkait plebitis masih belum terlaksana dengan optimal Peranan pimpinan diperlukan dalam mendukung program penurunan HAIs
Hand hygiene
Kepatuhan penggunaan APD
Menjaga kebersihan tangan, kepatuhan cuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan.
Telah dilakukan pelaksanaan cuci tangan sebelum dan setelah tindakan atau kepasien namun kadang petugas kesehatan lupa dalam pelaksanaan 5 moment.
Ketersediaan APD saat melakukan tindakan.
Penggunaan APD saat melakukan tindakan harus dioptimalkan untuk menghindari terjadinya infeksi plebitis.
D. Tindak Lanjut Tabel 1.5 Tindak Lanjut Risiko HAIs Jenis Plebitis HAIs Plebitis
Skor 18
Tujuan Umum Mengurang i angka kejadian plebitis
Tujuan Strategi Khusus Angka Diklat kejadian pelayanan PPI plebitis Pengadaan menurun fasilitas hand hygiene(wastaf el dan hand rub). Bahan edukasi dan stiker PPI (hand hygiene) Menjaga kebersihan tangan. Penggunaan APD Mengoptimalka n pelaporan surveilans HAIs Pelaksanaan pertemuan rutin, kerjasama dan dukungan manajemen
15
Evaluasi Risiko Sudah dilakukan diklat PPI, kepatuhan petugas dalam hand hygiene masih kurang, Penggunaa n APD petugas yang masih kurang.
Analisa Audit SPO Hand hygiene, monitorin g kepatuhan hand hygiene, lakukan surveilans plebitis
BAB III KESIMPULAN Manajemen risiko infeksi HAIs dalam pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi di RSU Aliyah melalui tahapan proses manajemen risiko: 1. Identifikasi HAIs di RSU
Al i ya h
II
bahwa risiko-risiko
yang
ditemukan dan di analisis antara lain penularan penyakit menular melalui kontak langsung dan tidak langsung, kebersihan tangan dan penggunaan APD, terjadinya infeksi plebitis, lama perawatan, tertundanya kepulangan pasien. Hal yang risiko untuk mendapatkan infeksi dari rumah sakit adalah petugas kesehatan, pasien, pengunjung dan area perawatan atau lingkungan rumah sakit. 2. Analisis dan penilaian risiko HAIs yaitu risiko tertinggi HAIs yaitu plebitis. 3. Evaluasi dan tindak lanjut risiko HAIs adalah ketidakpatuhan cuci tangan yang masih kurang pada petugas kesehatan, penggunaan APD yang belum optimal 4. Strategi penurunan infeksi HAIs di RSU Aliyah yaitu dengan pemutusan rantai infeksi (melalui menjaga kebersihan tangan, penggunaan APD), mengoptimalkan kegiatan surveilans HAIs, pelaksanaan pertemuan rutin dan berkala untuk membahas evaluasi,
sosialisasi
penyegaran
terkait HAIs, pelaporan,
kerjasama,
dan monitoring terkait HAIs serta pencegahannya,
kembali
SPO
16
untuk
jenis
HAIs.