JOURNAL READING SEMI-QUANTITATIVE EXPOSURE ASSESSMENT OF OCCUPATIONAL EXPOSURE TO WOOD DUST AND NASOPHRAYNGEAL CANCER RISK
DISUSUN OLEH
Ibnu Wadud Pujangga 1710221090
PEMBIMBING : dr. Ervin Yamani, Sp.THT-KL
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN THT RSUP PERSAHABATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat, hidayah, nikmat, serta kasih sayang-Nya kepada penulis sehingga journal reading yang berjudul “SEMI-QUANTITATIVE EXPOSURE ASSESSMENT OF OCCUPATIONAL EXPOSURE TO WOOD DUST AND NASOPHRAYNGEAL CANCER RISK” telah selesai tepat pada waktunya. Jornal reading ini merupakan salah satu tugas di Departemen THT RSUP PERSAHABATAN, diharapkan agar bermanfaat bagi yang membacanya. Penyusun mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan penulisan di masa yang akan datang. Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada: 1. dr. Ervin Yamani, Sp.THT-KL selaku pembimbing. 2. Orangtua serta keluarga penulis atas doa dan dukungan yang tidak pernah henti diberikan kepada penulis. 3. Rekan-rekan
co-assisten
Departemen
THT
RSUP
PERSAHABATAN atas motivasi dan dukungannya. Semoga journal reading ini bermanfaat bagi semua pihak yang ada di dalam maupun di luar lingkungan RSUP PERSAHABATAN.
Jakarta, Maret 2019
Penulis
PENGESAHAN
Journal reading diajukan oleh Nama
: Ibnu Wadud Pujangga
NRP
: 1710221090
Program studi : Kedokteran umum Judul
: Semi-Quantitative Exposure Assessment of Occupational Exposure to Wood Dust and Nasopharyngeal Cancer Risk Telah berhasil dipertahankan di hadapan pembimbing dan diterima sebagai
syarat yang diperlukan untuk ujian kepaniteraan klinik THT Program Studi Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta.
Pembimbing
dr. Ervin Yamani, Sp.THT-KL
Ditetapkan di : Jakarta Tanggal
:
Penilaian Semi Kuantitatif Paparan Pekerjaan Terhadap Debu Kayu dan Risiko Kanker Nasofaring
Abstrak Paparan pekerjaan terhadap debu kayu adalah salah satu penyebab kanker nasofaring (KNF); namun, penilaian paparan ini masih menjadi suatu problematika. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan metode penilaian paparan semi-kuantitatif dan kemudian menggunakannya untuk mengevaluasi hubungan antara paparan kerja terhadap debu kayu dan pembentukan KNF. Selain itu, variasi risiko secara histologi diperiksa. Studi kasus kontrol dilakukan dengan melibatkan 327 kasus KNF yang baru didiagnosis di Institut Kanker Nasional dan pusat kanker regional di Thailand dengan kontrol 1: 1 lalu dicocokan berdasarkan usia, jenis kelamin dan tempat tinggal geografis. Informasi pekerjaan diperoleh melalui wawancara pribadi. Kemungkinan potensial, frekuensi dan intensitas paparan debu kayu dinilai berdasarkan pekerjaan-demi-pekerjaan oleh para ahli yang berpengalaman. Analisis dilakukan dengan kondisional regresi logistik dan disajikan dalam perkiraan odds rasio (OR) dan 95% confidence interval (CI). Secara keseluruhan, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara paparan debu kayu dan risiko KNF untuk semua subjek yang diamati (OR = 1,61, 95% CI 0,99-2,59); Namun, risiko menjadi signifikan ketika analisis difokuskan pada tipe 2 dan 3 dari KNF (ORs = 1,62, 95% CI 1,03-2,74). Hubungan yang signifikan lebih kuat bagi mereka yang terpapar debu kayu selama > 10 tahun (OR = 2,26, 95% CI 1,10-4,63), bagi mereka yang pertama kali terpapar pada usia > 25 tahun (OR = 2,07, 95% CI 1,08- 3.94), dan bagi mereka yang memiliki eksposur kumulatif tinggi (OR = 2,17, 95% CI 1,03-4,58) bila dibandingkan dengan yang dianggap tidak terpapar. Kesimpulannya, serbuk kayu cenderung dikaitkan dengan peningkatan risiko KNF tipe 2 atau 3 pada populasi Thailand. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penilaian paparan semi-kuantitatif cocok untuk penilaian paparan kerja dalam studi kasus kontrol dan melengkapi informasi suatu laporan keterangan diri. Kata kunci: Paparan pekerjaan - penilaian paparan - debu kayu - kanker nasofaring
Pendahuluan Kanker nasofaring (KNF) memiliki insiden yang tinggi di beberapa wilayah dunia, misalnya China Selatan, Taiwan, Asia Tenggara, Afrika Utara dan Arktik (Parkin et al., 2002). Di Thailand, data dari laporan internasional menunjukkan bahwa perkiraan angka kejadian standar usia adalah 4,5 / 100.000 pada laki-laki dan 1,6 / 100.000 pada perempuan; ini dianggap sebagai tingkat insiden intermidiet dibandingkan dengan wilayah lain di dunia (Khuhaprema et al., 2007). WHO mengklasifikasikan KNF menjadi tiga jenis histologis: karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi (tipe 1) dan karsinoma nonkeratinisasi, yang lebih lanjut dicirikan sebagai berdiferensiasi (tipe 2) atau tidak berdiferensiasi (tipe 3). KNF tipe 3 mewakili lebih dari 95% KNF di daerah dengan insidensi tinggi. Sebaliknya, tipe 1 KNF dominan di daerah insiden rendah, dan mungkin memiliki etiologi yang berbeda dari dua tipe histologis lainnya (Vauhan et al., 1996). Banyak faktor lingkungan dan genetik telah terbukti berhubungan dengan perkembangan KNF. Faktor risiko terkuat untuk KNF yang diketahui saat ini adalah infeksi virus Epstein-Bar (EBV) (Raab-Traub, 2002; Zheng et al., 1994). Mengkonsumsi makanan asin, terutama, pada masa sapih (Ward et al., 2000), merokok tembakau (Chenet al., 1990), dan minum alkohol (Chen et al., 2009) juga ditemukan terkait dengan peningkatan risiko KNF. Penelitian lain secara tidak konsisten menghubungkan peningkatan risiko KNF dengan penyakit kronis THT (Yuan et al., 2000; Zou et al., 2000). Laporan sebelumnya berdasarkan subjek yang sangat sedikit dan kurangnya kontrol untuk faktor perancu menunjukkan bahwa risiko KNF dikaitkan dengan pekerjaan yang berhubungan dengan kayu yaitu pembuatan furnitur dan lemari (IARC, 1987). Hal ini kemudian menyebabkan paparan debu kayu sebagai salah satu faktor yang paling dicurigai dalam pengembangan KNF. Penelitian kohort berikutnya mengungkapkan peningkatan yang signifikan dalam rasio mortalitas standar dari pekerja debu kayu yang terpapar 5,3 kali lipat lebih banyak (95% CI = 1,7-12,4, n = 5) (IARC, 1995). Beberapa penelitian kohort lain menemukan jumlah kasus yang sangat kecil pada akhir periode tindak lanjut, yang mempertanyakan apakah pekerja yang berhubungan dengan kayu berada pada peningkatan risiko untuk KNF atau tidak (Innos et al., 2000; Siew et al. , 2012). Beberapa studi kasus-
kontrol menunjukkan hubungan yang signifikan antara paparan debu kayu dan KNF (Armstrong et al., 2000; Hildesheim et al., 2001); Namun, penelitian lain tidak menemukan hubungan (Vaughan, 2000). Pada tahun 2011, sebuah monografi IARC menyimpulkan bahwa debu kayu sangat menyebabkan kanker rongga hidung dan sinus paranasal, tetapi hubungan dengan KNF lemah, karena terbatasnya jumlah penelitian, khususnya, mereka yang menentukan tipe histologis (IARC, 2012). Di Thailand, yang terletak di Asia Tenggara, 37% dari luas lahan ditutupi oleh hutan tropis (Royal Forest Department, 2000), dengan kayu menjadi bahan baku utama untuk berbagai industri. Sejumlah besar debu kayu dihasilkan melalui proses-proses seperti pemotongan, pengeboran, perakitan dan finishing. Diperkirakan 226.060 pekerja Thailand secara rutin terkena debu kayu (Ekpanyaskul et al., 2008). Laporan sebelumnya tentang faktor risiko untuk KNF pada populasi Thailand menunjukkan hubungan antara debu kayu dan KNF (Ekburanawat et al., 2010). Namun, laporan-laporan tersebut memiliki penilaian terbatas dalam hal paparan untuk evaluasi diri dan mungkin terdapat bias informasi. Pengkajian paparan masih tetap bermasalah dalam penyelidikan epidemiologi untuk mengidentifikasi etiologi penyakit. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan metode penilaian paparan semi-kuantitatif dan kemudian menggunakannya untuk mengevaluasi kembali hubungan antara paparan pekerjaan terhadap debu kayu dan pengembangan KNF, dan untuk memeriksa variasi dalam risiko oleh histologi. Hasil ini dapat menunjukkan peran penting dalam pencegahan dan pengendalian kanker akibat kerja, dan metode penilaian paparan ini dapat digunakan dalam studi epidemiologi lainnya untuk mengidentifikasi penyebab kanker akibat kerja. Kemudian, dengan mengendalikan lingkungan kerja untuk mengurangi atau menghilangkan risiko kanker, penyakit ini dapat dicegah. Bahan dan Metode Populasi penelitian Studi ini adalah salah satu bagian dari proyek faktor risiko KNF Thailand, yang disetujui oleh komite peninjau etik untuk penelitian pada subyek manusia di Institut Kanker Nasional, Thailand. Metodologi telah dijelaskan di tempat lain (Ekburanawat et al., 2010). Singkatnya, desain proyek ini adalah studi kontrol kasus
1:1 yang dilakukan di Institut Kanker Nasional di Bangkok dan 5 pusat kanker regional. Kasus yang diambil adalah semua pasien KNF insiden baru, yang direkrut pada kunjungan pertama mereka ke pusat dan didiagnosis secara histologis selama periode 2007-2009. Kontrol dipilih secara acak dari orang sehat yang mengunjungi pasien non KNF yang dirawat di pusat yang sama. 327 kasus (tingkat partisipasi 99,6%) dan 327 kontrol (tingkat partisipasi 99,0%) direkrut dalam periode studi yang sama yang dicocokkan berdasarkan usia, jenis kelamin dan pusat. Distribusi dari 327 kasus dengan tipe histologis utama adalah sebagai berikut: tipe sel yang tidak berdiferensiasi atau WHO tipe 3 = 237 kasus (72,5%), tipe sel non keratinisasi atau WHO tipe 2 = 79 kasus (24,2%) dan tipe sel skuamosa atau WHO tipe 1 / tidak diketahui = 11 kasus (3,3%).
Pengumpulan data Informed consent diperoleh dari semua peserta. Wawancara tatap muka dilakukan oleh pewawancara perawat terlatih. Kuesioner yang sama digunakan untuk kedua kelompok tanpa mengetahui status kontrol kasus. Data usia, jenis kelamin, alamat, ras, agama, status perkawinan, tingkat pendidikan, merokok tembakau, konsumsi alkohol, mengunyah sirih, konsumsi ikan asin, riwayat keluarga KNF pada keluarga tingkat pertama dan riwayat pekerjaan yang lengkap dikumpulkan melalui wawancara. Tes darah untuk infeksi laten EBV juga dilakukan. Hasil faktor risiko pribadi dan perilaku dilaporkan dalam laporan sebelumnya (Ekburanawat et al., 2010). Untuk semua kasus, tanggal diagnosis dan hasil patologis dikumpulkan dari dokumen pengobatan.
Penilaian paparan Penelitian ini menggunakan metode penilaian semi kuantitatif. Para peserta diminta untuk melaporkan semua pekerjaan yang telah mereka lakukan selama lebih dari 1 tahun, untuk setiap pekerjaan yang ditentukan; jabatan pekerjaan, durasi kerja, nama tempat kerja, jenis dan ukuran tempat kerja, tugas dan uraian pekerjaan, dan kegiatan sehari-hari dan waktu untuk melakukan setiap kegiatan. Selain itu, data dikumpulkan dari tempat kerja masing-masing peserta tentang mesin,
peralatan, bahan kimia yang digunakan, ventilasi, alat pelindung diri yang digunakan, dan paparan yang dilaporkan sendiri. Riwayat pekerjaan dalam kuesioner semua peserta dikirim untuk mengevaluasi paparan potensial terhadap debu kayu secara pekerjaan-demi-pekerjaan oleh 3 ahli di Thailand yang sebelumnya melakukan penelitian di bidang kebersihan industri atau bidang terkait (A.T., N.S. dan T.R.). Kuesioner ditinjau dan dinilai tanpa mengetahui status kontrol kasus. Semua pekerjaan dinilai untuk paparan debu kayu atau tidak. Jika dianggap "terkena", seorang ahli akan menilai tiga aspek paparan: i) kemungkinan, ii) frekuensi dan iii) intensitas. Penilaian paparan dilakukan menggunakan manual coder dari studi Epilymph (Mannetje, 2001). Setiap indeks paparan disajikan dalam skala tiga langkah. Kriteria untuk (1) kemungkinan, (2) frekuensi, dan (3) intensitas pemaparan adalah sebagai berikut, masing-masing: paparan ‘possible’, paparan ‘probable’, dan keterpaparan yang pasti; frekuensi rendah dengan paparan 1-5% waktu kerja, frekuensi sedang dengan paparan 6-30% waktu kerja, dan frekuensi tinggi dengan pemaparan> 30% waktu kerja; serta intensitas rendah dengan paparan 0,02-1 mg / m3 dari total debu, intensitas sedang dengan paparan > 1-10 mg / m3 dari total debu, dan intensitas tinggi dengan paparan > 10 mg / m3 dari total debu. Untuk peserta yang terkena debu kayu di lebih dari 1 pekerjaan, skor tertinggi untuk setiap aspek paparan digunakan untuk analisis. Reliabilitas penilaian ahli dalam setiap dimensi adalah sebagai berikut: kepercayaan korelasi intraclass (ICC) = 0,79 (95% CI = 0,77-0,81), frekuensi ICC = 0,71 (95% CI = 0,69-0,73), dan intensitas ICC = 0,76 ( 95% CI = 0,74-0,78). Akhirnya, tiga ahli mendiskusikan dan menilai setiap pekerjaan berdasarkan konsensus kelompok. Hasil penilaian ahli digunakan untuk menganalisis hubungan antara debu kayu dan KNF.
Analisis statistik Semua analisis statistik dalam penelitian ini dilakukan dengan SPSS, versi 21.0 (IBM / SPSS Inc). Data deskriptif disajikan dengan jumlah, persentase, dan rasio untuk data kategori, dan rata-rata dengan standar deviasi untuk data kontinu. Perbedaan antara karakteristik kasus dan kontrol dinilai dengan uji chi-square atau uji Fisher’s exact. Tingkat signifikansi statistik adalah p-value <0,05. Semua
pekerjaan dikelompokkan dan dikodekan sesuai dengan Klasifikasi Pekerjaan Standar Internasional, menggunakan edisi revisi 1968 (ISCO 1968). Hubungan antara paparan debu kayu dan KNF dinilai dengan regresi logistik bersyarat untuk odds rasio mentah (OR) dan kemudian disesuaikan untuk pembaur. 95% confidence interval (95% CI) digunakan untuk menentukan signifikansi statistik (Chan, 2005). Karena> 90% dari kasus adalah seropositif untuk antibodi anti-EBV yang diukur, dan EBV dianggap oleh banyak orang sebagai faktor risiko yang diperlukan untuk pengembangan KNF (Jia et al., 2012), efek EBV seropositif pada risiko yang terkait dengan paparan kerja tidak termasuk dalam model penelitian ini. Akhirnya, penelitian ini dipilih tingkat pendidikan, status merokok, dan asupan alkohol disesuaikan dalam model akhir untuk analisis regresi. Hasil Usia rata-rata dari kasus adalah 48,3 ± 12,7 tahun sedangkan usia rata-rata kontrol adalah 47,9 ± 12,5 tahun. Rasio laki-laki dan perempuan adalah 3:1. Lebih dari 90% peserta kasus dan kontrol adalah penganut agama Buddha etnis Thailand. Tiga perempat dari kedua peserta kasus dan kontrol menikah. Peserta dalam kasus (86,5%) memiliki pendidikan tinggi yang signifikan secara statistik daripada di kontrol (70,3%) dengan nilai p <0,001. 37,9% kasus dan 26,0% dari peserta kontrol adalah perokok saat ini. 25,1% dari kasus dan 19,0% dari peserta kontrol adalah mantan perokok. Lebih dari 50% subjek memiliki riwayat asupan alkohol. 35,5% kasus dan 42,5% dari peserta kontrol adalah peminum alkohol saat ini. 25,1% dari kasus dan 12,8% dari peserta kontrol telah berhenti minum. Baik proporsi paparan asap dan asupan alkohol secara statistik berbeda antara kasus dan kelompok kontrol (nilai p <0,001) sementara faktor lain tidak berbeda secara statistik. Data pekerjaan tersedia untuk semua kasus dan kontrol. Secara keseluruhan, 654 subyek (327 kasus dan 327 kontrol) dilaporkan untuk total 1.216 pekerjaan (647 pekerjaan dari kasus dan 569 pekerjaan dari kontrol). Jumlah rata-rata pekerjaan adalah 1,86 per peserta (1,98 per kasus dan 1,74 per kontrol). Dari jumlah tersebut, 108 pekerjaan (8,9% dari total pekerjaan) dari 99 subjek (15,1% dari total subyek) dinilai oleh para ahli karena telah terkena debu kayu. Tiga teratas pekerjaan terkait kayu yang diklasifikasikan oleh ISCO 1968 dalam kasus dan kelompok kontrol yang ahli mengevaluasi sebagai paparan debu kayu adalah tukang kayu
(21,9% / 22,7%), pekerja konstruksi (18,8% /18,2%), dan pembuat lemari (15,6% / 9,1%). Hubungan antara paparan pekerjaan terhadap debu kayu dan KNF seperti yang disajikan oleh odds rasio yang disesuaikan ditunjukkan dalam tabel 1. Peserta yang "pernah terkena" debu kayu tidak berisiko tinggi untuk KNF (OR = 1,61, 95% CI 0,99- 2,59), tetapi itu berhubungan dengan tipe 2 dan 3 KNF (ORs = 1,68, 95% CI 1,03-2,74). Hubungan yang signifikan lebih kuat untuk mereka yang terpapar debu kayu selama ≥10 tahun (ORs = 2,26, 95% CI 1,10-4,63). Peserta yang pertama kali terkena debu kayu pada usia dini (<25 tahun) tidak menunjukkan hubungan yang signifikan, tetapi paparan pertama kali pada usia 25 tahun atau lebih tua menunjukkan hubungan yang signifikan dengan tipe 2 dan 3 KNF (ORs = 2,07, 95% CI 1,08- 3.94), serta untuk semua subjek (OR = 1,94, 95% CI 1,03-3,65). Sebuah latensi pemaparan selama lebih dari 10 tahun juga menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dengan peningkatan risiko tipe 2 dan 3 KNF (ORs = 1,71, 95% CI 0,99-2,96). Penilaian probabilitas paparan menunjukkan hasil hubungan yang signifikan dalam kelompok probabilitas pasti (ORs = 1,88, 95% CI 1,10-3,24). Aspek frekuensi menunjukkan hubungan yang signifikan dalam frekuensi moderat, terkena 6-30% waktu kerja dengan OR = 3,02 (95% CI 1,27-7,19) untuk tipe 2 dan 3 KNF dan OR = 2,73 (95% CI 1,20-6,23) untuk semua subjek. Tidak ada hubungan peningkatan risiko KNF dalam intensitas tinggi dan moderat kelompok paparan, tetapi hanya ada 2 kasus dan 1 kontrol dalam intensitas tinggi kelompok paparan. Individu dengan lebih dari median paparan kumulatif (≥ 70 tahun intens paparan) memiliki OR 2,17 (95% CI 1,03-4,53) dibandingkan dengan orang yang tidak terpapar.
Diskusi Partikel debu dari kayu sering terjadi di lingkungan kerja Thailand, dan jumlah industri pengolahan kayu telah meningkat selama dekade terakhir karena pertumbuhan sosioekonomi. Ada kontroversi mengenai apakah paparan pekerjaan terhadap debu kayu meningkatkan risiko untuk kanker pernapasan. Ada beberapa penelitian di negara-negara Asia mengenai risiko KNF oleh paparan debu kayu, di mana sebagian besar bahan baku dan produk kayu berasal dari kayu keras. Saat ini, kompensasi pekerja di Thailand menganggap kanker terkait debu kayu sebagai kanker di tempat kerja; dengan kata lain, pekerja harus dikompensasikan secara moneter (Ekpanyaskul et al., 2008). Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
mengembangkan ahli metode penilaian paparan semi-kuantitatif yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kembali hubungan antara paparan pekerjaan terhadap debu kayu dan pengembangan KNF, dan untuk memeriksa variasi dalam risiko berdasarkan tipe histologis. Dalam penelitian ini, riwayat pekerjaan lengkap diperoleh oleh pewawancara terlatih dan penilaian paparan dilakukan oleh 3 ahli. Studi ini menemukan profil faktor risiko yang cukup berbeda untuk KNF dengan tipe histologis. Potensi paparan kerja terhadap debu kayu dikaitkan dengan risiko karsinoma nonkeratinisasi berdiferensiasi dan karsinoma tidak berdiferensiasi (OR = 1,68, 95% CI 1,03-2,74), tetapi tampaknya tidak berhubungan dengan karsinoma sel skuamosa keratinisasi. Hasilnya konsisten dengan yang berasal dari studi kasus kontrol yang dilakukan di Taiwan di mana sebagian besar kasus didiagnosis sebagai karsinoma nonkeratinisasi dan karsinoma tidak berdiferensiasi (Hildesheim et al., 2001; Yang et al., 2005). Mereka juga menemukan bahwa individu yang memiliki lama paparan (≥10 tahun) atau pertama kali terkena debu kayu sebelum usia 25 tahun memiliki risiko KNF yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok tidak terpapar. Dalam penelitian kami, risiko meningkat secara signifikan pada KNF tipe 2 dan 3 untuk mereka yang terkena ≥10 tahun (ORs = 2,26, 95% CI 1,10-4,63); Namun, peningkatan risiko diamati di antara mereka yang pertama kali terkena debu kayu setelah usia 25 tahun (ORs 2,07, 95% CI 1,08-3,94). (ORs = 2.10, 95% CI 1.10-4.00). Hasil ini mendukung hipotesis KNF mungkin terkait dengan paparan debu kayu. Hipotesis dasar adalah bahwa paparan intensitas tinggi terhadap serbuk kayu diyakini mewakili aspek kunci dari karsinogenesis debu kayu. Dalam penelitian kami, secara mengejutkan, intensitas paparan yang tinggi ini tidak terkait dengan risiko KNF. Hasil yang tidak konsisten mungkin disebabkan oleh sejumlah kecil subjek dalam grup ini. Namun, kami menemukan peningkatan risiko di antara orang-orang dengan pemaparan kumulatif ≥70 tahun. Demikian pula, hasil dari studi sebelumnya di Taiwan menemukan bahwa risiko tertinggi dalam jenis paparan intensitas yang tinggi (Hildesheim et al., 2001). Saat ini, mekanisme debu kayu dan KNF masih belum jelas. Sebagian besar diskusi tentang karsinogenesis difokuskan pada proses peradangan. (IARC, 2012). Partikel debu di udara yang dihirup dapat terjebak di nasofaring, kemudian,
menyebabkan iritasi mekanis, peradangan, yang meningkatkan proliferasi sel dan transformasi pada sistem saluran pernapasan. (Liorente et al., 2008). Mekanisme lain juga telah diusulkan seperti memperbaiki kerusakan subletal dan menginduksi apoptosis (Cui et al., 2012) atau interleukin-18 promotor -607C> Polimorfisme berkontribusi terhadap risiko karsinoma nasofaring: bukti dari meta-analisis termasuk 1,886 subyek (Guo dan Xia, 2013). Jenis serbuk kayu (kayu lunak atau kayu keras) dianggap sebagai salah satu faktor yang berkaitan dengan karsinogenesis debu kayu (IARC, 2012). Tinjauan pustaka dalam penilaian paparan menunjukkan bahwa para ahli dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sama seperti subjek, yaitu, persepsi indera mempengaruhi penilaian, dan perkiraan lebih mudah untuk kelas bahaya papan seperti debu kayu daripada untuk jenis kayu tertentu. Peran jenis debu kayu masih kontroversial dalam studi epidemiologi. Dalam penelitian ini serta banyak lainnya, data riwayat pekerjaan hanya berasal dari wawancara, dengan sebagian besar peserta tidak dapat mengidentifikasi jenis debu kayu yang mereka hadapi. Di Thailand, selama 20 tahun terakhir, jenis kayu utama yang ditemukan di hutan dan digunakan dalam industri terutama adalah kayu keras seperti kayu jati dan rosewood. Namun demikian, paparan debu kayu lunak tidak dapat dikesampingkan. Zat kimia dalam pengawet kayu atau kayu yang sering muncul dengan serbuk kayu seperti formaldehida, klorofenol, kalium dikromat, racun jamur dan (1 -> 3) -beta-D-glukan masih belum jelas juga. Data sintesis barubaru ini oleh kelompok kerja IARC kemungkinan akan berbanding terbalik dengan agen-agen ini juga (IARC, 2012). Kurangnya laporan kanker di tempat kerja masih bermasalah di banyak negara. Dalam studi kasus kontrol yang cocok untuk mengidentifikasi hubungannya, masalah tetap dari studi kontrol kasus penilaian paparan. Karena kurangnya data jenis paparan, laporan pribadi dan penilaian semi-kuantitatif oleh perkiraan ahli paparan sering digunakan untuk mengukur tingkat paparan sebagai dasar evaluasi. Hasil yang diperoleh oleh pelaporan pribadi dari individu juga menunjukkan bahwa paparan debu kayu dikaitkan dengan peningkatan risiko KNF. Kualitas informasi dari paparan yang dilaporkan sendiri menunjukkan bahwa, meskipun subjek dapat secara andal dan akurat melaporkan keterpaparan dalam keadaan tertentu, juga dimungkinkan bagi subjek untuk memberikan data paparan kualitas rendah seperti
itu bahwa hubungan efek paparan akan diamati atau bahkan berbalik arah. Penilaian paparan semi kuantitatif dengan penilaian ahli adalah strategi yang dapat mengoptimalkan metode estimasi paparan. Bukti sampai saat ini penilaian ahli mendukung keyakinan bahwa para ahli lebih mampu memperkirakan paparan daripada subyek studi (Yang et al., 2005). Penggunaan metode ini telah ditingkatkan oleh para ahli seperti ahli kesehatan industri untuk menyimpulkan keterpaparan dari riwayat pekerjaan atau memperkirakannya berdasarkan tinjauan atas semua informasi yang dilaporkan subjek. Namun, metode ini masih memiliki beberapa hambatan. Para ahli mungkin tidak akrab dengan pekerjaan, industri, atau kondisi tertentu yang ada di tempat kerja atau diperkirakan bergantung pada detail pada subjek yang dilaporkan. Keterbatasan penilaian ahli masih merupakan faktor penting dalam memahami paparan, bukan pengetahuan yang mendalam tentang aktivitas kerja. Faktor yang terkait dengan paparan yang mudah dijawab seperti tugas dan bahan baku juga meningkatkan detail dan keakuratan perkiraan paparan ahli. Bertanya tentang masalah kesehatan subjek atau kolega meningkatkan ingatan ahli dan membuatnya lebih mudah untuk membuat perkiraan paparan. Jumlah ahli juga penting. Menggunakan dua atau lebih ahli untuk menemukan konsensus mengenai paparan debu kayu meningkatkan validitas pengukuran. Beberapa keterbatasan harus dipertimbangkan dalam menafsirkan hasil ini. Pertama, penilaian paparan debu kayu dalam penelitian ini didasarkan pada penilaian profesional para ahli. Tidak ada pengukuran debu kayu yang sebenarnya. Oleh karena itu kecenderungan untuk salah mengklasifikasikan paparan masih tetap ada. Dalam penelitian ini, para ahli kami menilai paparan tanpa mengetahui status kontrol kasus dan data lain yang relevan dari peserta, kecuali untuk riwayat pekerjaan. Untuk menghindari paparan jangka pendek, penelitian dilakukan selama paparan jangka panjang, setidaknya satu tahun. Oleh karena itu, jika salah mengklasifikasikan pemaparan terjadi cenderung menjadi kesalahan klasifikasi non-diferensial, bukan diferensial. Karena kesalahan klasifikasi non-diferensial akan lebih mungkin mengarah ke ringkasan hipotesis menuju tidak sah daripada menjauh dari tidak sah (Delgado-Rodriguez dan Llorca, 2004), hubungan paparan debu kayu dan KNF yang ditemukan dalam penelitian ini cenderung datang dari bias paparan yang salah dalam hal pengklasifikasian. Dengan menggunakan
keterbatasan desain penelitian ini, kami menunjukkan bahwa kontrol kunjungan kami tidak berbeda secara signifikan dari kasus dalam banyak kondisi umum seperti usia, jenis kelamin, ras, agama, status perkawinan dan pusat yang dikunjungi. Hasil yang sesuai dengan usia dan jenis kelamin membuat kontrol lebih cenderung mirip dengan kasus. Untuk data pekerjaan, kontrol kami berfungsi untuk merekrut secara acak pengunjung pusat kanker yang cenderung menjadi orang yang bekerja lebih dari pengasuh yang menganggur. Proporsi peserta yang menganggur seumur hidup dalam kontrol (3,1%) hampir sebanding dengan kasus (3,4%). Untuk semua alasan ini, kontrol dalam penelitian ini cukup cocok untuk dibandingkan dengan kasus. Kekuatan dari penelitian ini adalah sejumlah besar kasus dan kontrol, dan fakta bahwa riwayat pekerjaan lengkap dan terperinci dikumpulkan dari 654 subyek dengan tingkat tanggapan > 99%. Kasus yang baru didiagnosis digunakan untuk meminimalkan bias recall. Determinan paparan dalam penelitian ini lebih unggul dari metode laporan sebelumnya. Kuesioner penelitian ini dibangun dari studi epidemiologi kanker akibat kerja sebelumnya untuk memandu perumusan pertanyaan dan interpretasi tanggapan yang mengarah ke identifikasi determinan paparan dan meningkatkan validitas tingkat paparan. Data ini juga dihitung untuk intensitas, frekuensi, dan durasi paparan debu kayu berdasarkan data riwayat pekerjaan, yang memiliki lebih banyak informasi daripada laporan sebelumnya. Penilaian oleh para ahli hampir selalu mengandalkan laporan diri sebagai titik awal, memanfaatkan laporan paparan subjek untuk mengumpulkan informasi tentang tugas dan kondisi kerja. Hasil penilaian paparan semi-kuantitatif dengan metode penilaian ahli menegaskan hubungan antara debu kayu dan KNF, tetapi memiliki informasi lebih banyak dan menemukan kekuatan hubungan yang lebih tinggi daripada metode laporan pribadi. Kesimpulannya, penilaian paparan semi-kuantitatif dengan penilaian ahli adalah cara yang cocok untuk penilaian paparan dalam studi kasus-kontrol. Peningkatan kinerja dan teknik dalam kuesioner seperti faktor yang terkait dengan paparan dan mengidentifikasi determinan paparan ini sangat berguna. Studi ini mengungkapkan bahwa paparan pekerjaan terhadap debu kayu cenderung dikaitkan dengan peningkatan risiko KNF. Nilai paparan kumulatif yang tinggi juga menunjukkan adanya peningkatan risiko yang signifikan. Hasil ini mendukung
hipotesis bahwa debu kayu dapat meningkatkan faktor risiko KNF di antara populasi Thailand, di mana jenis histologis utama adalah nonkeratinisasi dan karsinoma yang tidak berdiferensiasi. Namun, menilai sifat kimia dan efek yang masuk akal dari paparan kompleks di tempat kerja diperlukan untuk lebih memahami karsinogenesis sebagai hasil dari paparan debu kayu. Pengukuran kebersihan rutin dan peningkatan data paparan berguna untuk mengidentifikasi lebih lanjut etiologi kanker. Ucapan terima kasih Karya ini didukung oleh Fakultas Kedokteran, Universitas Srinakharinwirot dan Institut Kanker Nasional Thailand. Para penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan dan ingin berterima kasih kepada IARC untuk dukungan teknis.