DEPARTEMEN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN
BALAI PENELITIAN KEHUTANAN SOLO
LAPORAN HASIL PENELITIAN (LHP) TAHUN ANGGARAN 2008
MODEL REHABILITASI LAHAN DAN KONSERVASI TANAH PANTAI BERPASIR
Penanggung Jawab Kegiatan : Ir. Beny Harjadi, MSc.
SURAKARTA, DESEMBER 2008
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN HASIL PENELITIAN
MODEL REHABILITASI LAHAN DAN KONSERVASI TANAH PANTAI BERPASIR Tahun 2008 Surakarta, Desember 2008
Diperiksa oleh : Kepala Seksi EP,
Diperiksa oleh : Ketua Kelti KTA,
Disusun oleh, Ketua Tim Pelaksana
Ir. Sukresno, MSc NIP. 710 001 486
Ir. Beny Harjadi, MSc NIP. 710 017 594
Disahkan oleh : Kepala BPK Solo,
Ir. Edy Subagyo, MP. NIP. 710 008 439
ii
KATA PENGANTAR Laporan kegiatan penelitian lahan pantai berpasir tahun 2008 yang berjudul : Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir merupakan kegiatan pengembangan dan sosialisasi hasil penelitian yang pernah dilakukan di Samas, Yogyakarta. Judul tersebut merupakan bagian dari UKP Teknologi dan Kelembagaan Rehabilitasi Lahan Terdegradasi. Laporan ini berisikan informasi mengenai kegiatan pengembangan pada lahan pantai berpasir dengan mengembangkan berbagai macam tanaman tanggul angin yang terdiri dari cemara laut, tanaman buah-buahan dan tanaman kehutanan. Disamping itu juga dengan tanam tanaman semusim dan kelengkapan sarana dan prasarana untuk pengamatan berbagai macam fisik tanah dan iklim, meliputi evaporasi, kecepatan angin, erosi tanah, dan lain-lain.
Sehingga tujuan penelitian ini adalah : untuk menyediakan sarana
pengembangan teknologi rehabilitasi lahan pantai berpasir yang sesuai, berupa demplot yang representatif serta inovatif yang memuat kegiatan-kegiatan antara lain : 1) Mengembangkan jalur TA dengan tanaman Casuarina equisetifolia. 2) Mengembangkan sarana pengairan berupa sumur bak renteng. 3) Mengembangkan model pola tanam tanaman budidaya yang sesuai. 4) Meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat 5) Meningkatkan kenyamanan lingkungan sekitar wisata. Dengan selesainya laporan ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan acuan untuk penelitian yang sejenis baik di rumah kaca maupun di lapangan. Selanjutnya ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruh Tim Peneliti, Pemimpin Proyek serta rekan-rekan di BPK Solo yang telah memberikan saran dan kritik. Surakarta,
Desember 2008
Kepala Balai,
Ir. Edy Subagyo, MP NIP. 710 008 439
iii
Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir Oleh : Beny Harjadi, Purwanto, Arina Miardini, Gunawan, Aris Budiarto, dan Siswo ABSTRAK Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 10/Men/2002 tentang pedoman umum perencanaan pengelolaan pesisir terpadu; dan UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya; dan pentingnya pesisir pantai yang kaya akan SDA dan jasa lingkungan, hendaknya pemanfaatan lahan pantai berpasir dilakukan secara baik dan benar dan dapat berfungsi ganda, yaitu untuk mengendalikan erosi (angin) dan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat melalui usaha budidaya tanaman semusim dan tanaman keras. Pada wilayah pantai berpasir, dimana berlangsung erosi angin yang terjadi secara terus menerus, kondisi lahannya marginal dan cenderung diabaikan. Peristiwa tersebut menjadikan lahan pantai berpasir menjadi semakin kritis, baik untuk wilayah itu sendiri maupun wilayah di belakangnya. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menyediakan sarana pengembangan teknologi rehabilitasi lahan pantai berpasir yang sesuai. Pada wilayah pantai berpasir berlangsung erosi angin yang terjadi terus menerus, kondisi lahannya marginal dan tidak terurus. Peristiwa tersebut menjadikan lahan pantai berpasir menjadi semakin kritis. Metode penelitian meliputi : (a) Pemetaan lokasi (b) Kegiatan tanaman TA, antara lain : Casuarina equisetifolia (cemara laut). (c) Bibit tanaman budidaya semusim untuk ditanam di antara jalur tanaman TA antara lain : cabe merah (Capsicum annuum) dan jagung (Zea mays L.). (d) Kegiatan perbaikan tanah berupa pupuk kandang dengan dosis 20 ton/ha serta pupuk anorganik ZA, KCl, urea, TSP, insektisida, dan fungisida. (e) Kegiatan pengembangan sarana pengairan tanaman budidaya antara lain berupa bak renteng, pralon, gembor, selang, pompa air. (f) Kegiatan pengamatan perlakuan, antara lain: Sand trap, evaporimeter, ombrometer, anemometer, termometer udara, dan termometer tanah. tanaman tanggul angin yang dikembangkan di pantai berpasir yaitu cemara laut (Casuarina equisetifolia). Tinggi cemara laut tahun 2006 dari 185,2 – 226 cm dengan pertambahan tinggi 4 – 30,8 cm/tahun dan keliling cemara laut tanaman tahun 2006 dari 7,5 – 10,1 cm dengan pertambahan keliling 4 – 55,2 cm/tahun . Pengikisan pasir pada daerah lembah (-0,4 -- -38,4 cm/tahun) dan penimbunan erosi pasir pada gisik pasir (+0,4 -- +8,4 cm/tahun). Kecepatan angin tertinggi bulan Januari (9,3 m/det) dan terendah bulan Mei (3,8 m/det). Hampir sebagian unsur hara dalam ketersediaannya yang sangat rendah kecuali P total (270,51 – 445,94 ppm) dan Na tersedia (2,07 – 5,32 me/100 g) sangat tinggi. Suhu udara siang (38 oC) lebih tinggi dari suhu udara malam hari (22,9 oC), suhu udara minimal pada bulan Januari (24 oC) dan September (28 oC). Suhu tanah lebih tinggi dari suhu udara, suhu tanah malam hari (30 oC) lebih rendah suhu tanah siang hari (34 oC). Semakin ke lapisan dalam dari lapisan A ke C maka suhu tanah semakin menurun. Produksi tanaman cabe merah 4.000 – 70.000 kg/ha dengan harga jual Rp.141.000.000,-dan untuk semangka milik penduduk diperoleh keuntungan bersih Rp.23.696.500,-/ha. Curah hujan bulanan tertinggi 743 mm/bl Januari 2006, 547,6 mm/bl November 2007, dan 482,6 mm/bl Maret 2008. Musim kemarau pada bulan Mei sampai September dan musim penghujan pada bulan Oktober sampai April. Kunjungan wisata dari tahun 2006 – 2008 mengalami peningkatan 19 % ( 66.100 – 81.665 orang) dengan pendapatan Rp.161.227.250,-. Penanaman cemara laut sebaiknya bulan Januari dan September dimana pada saat itu suhu paling rendah, kecepatan angin paling tinggi dan curah hujan ada kecenderungan akan menaik di bulan berikutnya. Bibit hendaknya yang biasa tahan terhadap kekurangan hara dan air dengan diameter batang ½ cm dan tinggi kurang dari 1 m dengan umur 6 bulan.
Kata Kunci : Rehabilitasi, Konservasi Tanah, Pantai Berpasir, Erosi angin, Kebumen
iv
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii ABSTRAK......................................................................................................................... iv DAFTAR ISI....................................................................................................................... v DAFTAR TABEL............................................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................... ix I. PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1 A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2 C. Tujuan dan Sasaran UKP ........................................................................................... 2 D. Tujuan dan Sasaran PPTP .......................................................................................... 3 E. Tujuan dan Sasaran RPTP Tahun 2008..................................................................... 3 F. Luaran Tahun 2008.................................................................................................... 4 G. Ruang Lingkup Tahun 2008 ..................................................................................... 5 H. Hasil yang Telah Dicapai.......................................................................................... 5 II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................ 8 A. Lahan Kritis dan Upaya Rehabilitasi ......................................................................... 8 B. Erosi Angin ................................................................................................................ 9 1. Proses Erosi Angin...........................................................................................9 2. Faktor-faktor Penyebab Erosi Angin .............................................................10 3. Erosi Angin Pada Lahan Pantai Berpasir.......................................................10 C. Model Pengendalian Erosi Angin ............................................................................ 11 1. Metode Pengendalian Kecepatan Angin........................................................11 2. Metode Pengendalian Faktor Tanah ..............................................................12 D. Teknik Budidaya Tanaman yang Dikembangkan................................................... 14 1. Tanaman Tanggul Angin ...............................................................................14 1.1. Cemara Laut (Casuarina equisetifolia) ..................................................14 1.2. Pandan (Pandanus tectorius) ..................................................................15 2. Tanaman Tahunan..........................................................................................16 2.1. Keben (Barringtonia asiatica) = Lecythidaceae/Barringtoniaceae ........16 2.2. Bintangur (Calophyllum inophyllum) = Guttiferae.................................16 2.3. Waru (Hibiscus tilliaceus) = Malvaceae.................................................17 2.4. Ketapang (Terminalia catappa) = Combretaceae...................................18 3. Tanaman Budidaya ........................................................................................18 3.1. Semangka (Citrullus vulgaris)................................................................18 3.2. Terong Ungu (Solanum melongena).......................................................18 3.3. Bawang Merah (Allium cepa) .................................................................19 3.4. Cabe Merah Keriting (Capsicum annuum) .............................................19 3.5. Kacang Panjang (Vigna sinensis)............................................................20 E. Sosial, Ekonomi dan Budaya.................................................................................... 20 1. Adopsi ...........................................................................................................20
v
2. Pengertian Partisipasi....................................................................................22 3. Perencanaan Partisipatif................................................................................24 III. BAHAN DAN METODE .......................................................................................... 29 A.Lokasi Penelitian dan Tata Waktu ............................................................................ 29 B.Bahan dan Metode..................................................................................................... 32 1. Jenis Kegiatan ................................................................................................32 2. Tahapan Kegiatan ..........................................................................................32 2.1. Pemeliharaan jalur tanaman TA permanen Casuarina equisetifolia di Samas dan pengembangan jalur tanaman TA di Kebumen..............................32 2.2. Pemeliharaan sarana pengairan berupa sumur bak renteng ....................34 2.3. Pengembangan model pola tanam tanaman budidaya yang sesuai.........34 2.4. Peningkatkan tingkat pendapatan masyarakat ........................................34 2.5. Peningkatkan kenyamanan lingkungan sekitar wisata............................35 3. Parameter ......................................................................................................35 3.1. Tanaman TA sebagai Pengendali Erosi Pasir .........................................35 3.2. Pengembangan sarana pengairan berupa sumur bak renteng .................36 3.3. Pengembangan model pola tanam tanaman budidaya yang sesuai.........36 3.4. Peningkatan tingkat pendapatan masyarakat ..........................................37 3.5. Peningkatan kenyamanan lingkungan sekitar wisata..............................37 4. Pengambilan Data .........................................................................................38 4.1. Tanaman TA Casuarina equisetifolia.....................................................38 4.2. Sarana Pengairan....................................................................................38 4.3. Model Tanaman Budidaya.....................................................................38 4.4. Tingkat Pendapatan Masyarakat .............................................................39 4.5. Kenyamanan Lingkungan Wisata ..........................................................39 5. Pengolahan dan Analisa Data .......................................................................40 5.1. Tanaman TA Casuarina equisetifolia.....................................................40 5.2. Sarana pengairan berupa sumur bak renteng .........................................40 5.3. Model pola tanam tanaman budidaya yang sesuai.................................40 5.4. Tingkat pendapatan masyarakat.............................................................40 5.5. Kenyamanan lingkungan sekitar wisata..................................................41 IV. BIAYA DAN ORGANISASI PELAKSANA ............................................................ 42 V. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................... 44 A. Pengembangan Jalur TA dengan Tanaman Casuarina equisetifolia ...................... 44 B. Pengembangan Sarana Pengairan Berupa Sumur Bak Renteng............................... 47 C. Pengembangan Model Pola Tanam Tanaman Budidaya yang Sesuai .................... 59 D. Peningkatan Tingkat Pendapatan Masyarakat ......................................................... 63 E. Peningkatan Kenyamanan Lingkungan Sekitar Wisata .......................................... 65 VI. KESIMPULAN........................................................................................................... 68 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 70
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbandingan Evaluasi Konvensional dan Partisipatif ...........................................28 Tabel 2. Jadwal Kegiatan Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir 2008 .......................................................................................................................31 Tabel 3. Tim Pelaksana Kegiatan Tahun 2008 .....................................................................43 Tabel 4. Rata-rata Pertumbuhan Tingg, Kelilingi dan Diameter Cemara Laut ....................45 Tabel 5. Data Pengamatan Erosi Angin Pantai Berpasir dengan Stik .................................46 Tabel 6. Data Kecepatan Angin di Pantai Karanggadung, Petanahan Tahun 2006-2008 ....48 Tabel 7. Kriteria Kecukupan Hara Tanah dari Sangat Rendah sampai Sangat Tinggi........48 Tabel 8. Hasil Analisis Laboratorium Tanah Pantai Berpasir, Kondisi Penutupan Lahan Berbeda di Kebumen, Samas dan Pemalang .........................................................50 Tabel 9. Suhu Udara Maximum, Rerata, dan Minimum pada Malam dan Siang Hari........55 Tabel 10. Hasil Produksi Cabe untuk Kwalitas Baik (A) sampai Kurang (C) Tahun 2008 .59 Tabel 11. Produksi Semangka di Pantai Berpasir Tahun 2008, Karanggadung Petanahan.60 Tabel 12. Pengunjung di Obyek Wisata Karanggadung dari Tahun 2006--2008.................65 Tabel 13. Pendapatan Obyek Wisata Karanggadung dari Tahun 2006—2008 ...................66
vii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Proses Penyusunan Rencana Kegiatan Lapangan..................................................25 Gambar 2. Lokasi Penelitian Lahan Pantai Berpasir di Samas, Bantul sejak Tahun 1994 dan Karanggadung, Kebumen Sejak Tahun 2005...............................................29 Gambar 3. Areal Penelitian Lahan Pantai Berpasir di desa Karanggadung, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen, Sejak Tahun 2005 .........................................30 Gambar 4. Areal Penelitian Lahan Pantai Berpasir di desa Srigading, Kecamatan Samas, Kabupaten Bantul, Sejak Tahun 1994 ................................................................30 Gambar 5. Tata Letak Cemara Laut pada Berbagai Perlakuan...............................................33 Gambar 6. Tata Letak Stik Bambu untuk Pengamatan Erosi Angin di Pantai Berpasir......35 Gambar 7. Pertumbuhan Cemara Laut pada Berbagai Perlakuan............................................44 Gambar 8. Terjadinya Pengikisan (-) dan Penimbunan (+) Partikel Pasir di Pantai................45 Gambar 9, Rata-rata Perubahan Kecepatan Angin Tahun 2006, 2007 dan 2008 ....................47 Gambar 10. Tingkatan Kriteria Ketersediaan Unsur Hara dari Sangat Rendah sampai Sangat Tinggi ......................................................................................................51 Gambar 11. Perbedaan Kandungan Hara pada Cemara, Tanaman Semusim dan Bero ..........52 Gambar 12. Kandungan P di Pantai Berpasir Kebumen (K), Bantul (B) dan Pemalang (P)...52 Gambar 13. Kondisi pH, KPK dan Na Tersedia di Pantai Berpasir ........................................53 Gambar 14. Suhu Udara pada Malam (M) dan Siang (S) Hari Tahun 2008 ...........................54 Gambar 15. Suhu Tanah pada Malam Hari untuk Lapisan A, B, C dari Tahun 2006—2008 .56 Gambar 16. Suhu Tanah pada Siang Hari untuk Lapisan A, B, C dari Tahun 2006--2008.....58 Gambar 17. Fluktuasi Curah Hujan Bulanan dari Tahun 2006 -- 2008...................................61 Gambar 18. Fluktuasi Curah Hujan Harian Maximum dan Minimum, Tahun 2006—2008..62 Gambar 19. Kunjungan dan Pendapatan Wisata, Oktober dan Total Setahun 2006—2008 ...66 Gambar 20. Kunjungan dan Pendapatan Wisata Bulanan, Tahun 2006 – 2008 ......................67
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Kerangka Logis Kegiatan Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir (RPTP 2008) ..........................................................................72
ix
I. PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah pantai yang luas.
Bentuk lahan (landform) wilayah pantai secara umum dikelompokkan atas wilayah pantai berlumpur (muddy shores), pantai berpasir (sandy shores), dan pantai berbatu karang atau andesit (Bloom, 1979). Pada wilayah pantai berpasir (bergisik), pola penggunaan lahan yang umum merupakan pola berulang cekungan antara beting pantai (swale) dan punggung pantai (beach ridge) yang berupa lahan kosong (tanpa taaman), bertekstur tanah kasar (pasir), atau diusahakan untuk tegalan (Tim UGM, 1992). Wilayah ini bersifat dinamis dimana terdapat hubungan antara pasokan butir-butir pasir dari hasil abrasi pantai oleh ombak menuju pantai dan dari gisik yang merupakan hasil erosi angin kearah daratan, sehingga pasokan pasir terjadi terus-menerus. Peristiwa tersebut menyebabkan lahan pantai berpasir menjadi kritis, baik untuk wilayah itu sendiri maupun wilayah di belakangnya. Kondisi lahan yang kritis tersebut disebabkan tidak hanya oleh faktor biofisik semata yang secara alami telah kritis, tetapi juga upaya penanganan yang ada masih belum optimal, sehingga bila tidak segera ditangani, dampak negatif yang akan terjadi akan semakin luas. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 10/Men/2002 tentang pedoman umum perencanaan pengelolaan pesisir terpadu; UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya; dan pentingnya pesisir pantai yang kaya akan SDA dan jasa lingkungan, hendaknya pemanfaatan lahan pantai berpasir dilakukan secara baik dan benar dan dapat berfungsi ganda, yaitu untuk mengendalikan erosi (angin) dan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat melalui usaha budidaya tanaman semusim yang sesuai dan bernilai ekonomis. Dengan model pengelolaan tersebut dimana hasilnya dapat mengubah lahan yang tadinya terlantar menjadi lahan yang potensial untuk dapat diusahakan sebagai lahan budidaya, maka perlu dikembangkan dengan model demplot.
B.
Rumusan Masalah Pada wilayah pantai berpasir, biasanya berlangsung erosi angin yang terjadi secara
terus menerus, kondisi lahannya marginal, dan cenderung diabaikan. Peristiwa tersebut menjadikan lahan pantai berpasir menjadi semakin kritis, baik untuk wilayah itu sendiri maupun wilayah di belakangnya. Dampak peristiwa erosi pasir yang nyata antara lain : 1) tanah pada lahan pantai bertekstur kasar dan bersifat lepas sehingga sangat peka terhadap erosi angin, 2) hasil erosi berupa endapan pasir (sand dune) dapat menutup wilayah budidaya dan pemukiman di daerah di belakangnya, dan 3) butiran pasir bergaram yang dibawa dari proses erosi angin dapat merusak dan menurunkan produktivitas tanaman budidaya. Kondisi tersebut jika tidak segera ditangani dengan serius maka akan berdampak buruk pada lingkungan dan pengaruh negatif yang terjadi akan semakin meluas. Adanya pemanfaatan lahan pantai berpasir secara baik dan benar akan berfungsi ganda, yaitu untuk mengendalikan erosi (angin) dan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat melalui usaha budidaya tanaman semusim yang sesuai dan bernilai ekonomis. Dengan model pengelolaan tersebut diharapkan hasilnya dapat mengubah lahan yang tadinya terlantar menjadi lahan yang potensial sebagai lahan budidaya. C. Tujuan dan Sasaran UKP Kegiatan ini merupakan bagian dari UKP Teknologi dan Kelembagaan Lahan Terdegradasi yang bertujuan untuk menyediakan informasi dan teknologi tepat guna, kajian sosial ekonomi serta rekomendasi kebijakan/kelembagaan rehabilitasi lahan terdegradasi agar lahan terdegradasi dapat berfungsi kembali sebagai habitat flora, fauna, dan secara keseluruhan sebagai penyangga kehidupan, termasuk didalamnya dapat meningkatkan perekonomian rakyat dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dari mulai perencanaan, kegiatan pelaksanaan, dan pengelolaan pada pasca rehabilitasi lahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model-model rehabilitasi lahan terdegradasi yang tepat guna dengan pendekatan social forestry. Adapun sasaran kegiatan ini adalah pengembangan model rehabilitasi lahan pantai berpasir, dengan melibatkan peran masyarakat secara aktif.
Dampak yang
diharapkan yaitu masyarakat sekitar pantai berpasir tetap dapat melanjutkan secara
2
mandiri pemanfaatan lahan pantai untuk usaha produktif sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian alam dan konservasi tanah dan air. D. Tujuan dan Sasaran PPTP
Tujuan kegiatan pada Proposal Penelitian Tim Peneliti (PPTP) adalah untuk menyediakan sarana pengembangan teknologi rehabilitasi lahan pantai berpasir yang sesuai, berupa demplot yang representatif dan inovatif serta memuat kegiatan-kegiatan antara lain : 1)
Mengembangkan jalur tanaman tanggul angin
2)
Mengembangkan sarana pengairan air tawar
3)
Mengembangkan model pola tanam tanaman semusim dan tahunan
4)
Meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat
5)
Meningkatkan kenyamanan kawasan wisata dan sekitarnya.
Sasaran kegiatan adalah agar pelaksanaan Kepres No. 32 tahun 1990 tentang kawasan lindung sempadan pantai yang ditentukan minimal 100 m dari titik tertinggi pasang-surut kearah daratan maupun SKB Mentan dan Menhut No. 550/246/Kpts/4/1984 dan No. 082/Kpts-11/1984 tentang pengaturan penyediaan lahan kawasan hutan untuk pengembangan usaha budidaya pertanian dan jalur hijau hutan pantai yang dipertahankan lebarnya 200 m dapat terwujud, yaitu melalui pengembangan model tanaman tanggul angin Casuarina equisetifolia (pembiakan dan pola tanam), model pengelolaan tanaman budidaya (bawang merah, cabe, semangka, terong, dll) yang ditanam di antara tanaman tanggul angin. Keluaran yang diharapkan adalah berupa demplot sesuai petunjuk teknis seluas 1- 2 ha. Dampak yang diharapkan adalah masyarakat dapat menerima dan melaksanakan teknik konservasi lahan pantai berpasir dengan model pengendali erosi angin sehingga dapat meningkatkan produktivitas lahan terlantar.
E. Tujuan dan Sasaran RPTP Tahun 2008 Tujuan kegiatan dalam Rencana Penelitian Tim Peneliti (RPTP) adalah untuk menyediakan sarana pengembangan teknologi rehabilitasi lahan pantai berpasir yang sesuai, berupa demplot yang representatif serta inovatif.
3
Sasaran kegiatan tahun 2008 antara lain : 1)
Pemeliharaan jalur tanaman TA permanen di Samas dan pengembangan jalur tanaman TA di Kebumen.
2)
Pemeliharaan sarana pengairan berupa sumur bak renteng
3)
Pengembangkan model pola tanam tanaman budidaya yang sesuai.
4)
Peningkatkan tingkat pendapatan masyarakat
5)
Peningkatkan kenyamanan lingkungan sekitar wisata.
Kegiatan penelitian pantai berpasir ini sesuai pelaksanaan Kepres No. 32 tahun 1990 tentang kawasan lindung sempadan pantai yang ditentukan minimal 100 m dari titik tertinggi pasang-surut kearah daratan maupun SKB Mentan dan Menhut No. 550/246/Kpts/4/1984 dan No. 082/Kpts-11/1984 tentang pengaturan penyediaan lahan kawasan hutan untuk pengembangan jalur hijau hutan pantai, yaitu melalui pengembangan model tanaman tanggul angin Casuarina equisetifolia (pembiakan dan pola tanam) dan model pengelolaan tanaman budidaya yang ditanam di antara tanaman tanggul angin (bawang merah, cabe, semangka, terong, dll) yang dilakukan bersama masyarakat dan instansi terkait.
F.
Luaran Tahun 2008 Luaran yang diharapkan dapat dihasilkan antara lain : 1.
Tersedianya informasi pertumbuhan tanaman C. equisetifolia sebagai tanaman jalur TA dan informasi efektivitas jalur TA sebagai pengendali erosi pasir.
2.
Tersedianya informasi sistem pengairan yang sesuai untuk lahan pantai pasir.
3.
Tersedianya informasi pertumbuhan dan hasil jenis-jenis tanaman semusim yang sesuai untuk lahan pantai berpasir.
4.
Tersedianya analisis finansial model rehabilitasi lahan dan konservasi tanah yang dikembangkan pada lahan pantai berpasir.
5.
Tersedianya informasi kelembagaan, tingkat adopsi dan partisipasi masyarakat terhadap upaya RLKT (Reboisasi Lahan dan Konservasi Tanah) lahan pantai berpasir yang mendukung wisata lingkungan terpadu.
4
G.
Ruang Lingkup Tahun 2008 Ruang lingkup pengembangan meliputi : 1.
Rehabilitasi lahan melalui perbaikan beberapa sifat tanah yang dimungkinkan dicapai dalam waktu yang tidak terlalu lama.
2.
Rehabilitasi lahan melalui perbaikan sistem pola tanam pada lahan marginal pantai berpasir.
3.
Rehabilitasi lahan melalui perbaikan sistem pola tanam lahan pantai, dengan kombinasi antara tanaman TA: cemara laut, buah-buahan, dan kayu-kayuan dengan tanaman hortikultura bawang merah, cabe, jagung, semangka dll.
4.
Analisis biaya dan pendapatan usahatani dari perlakuan yang dicoba.
5.
Tingkat adopsi dan partisipasi masyarakat serta kelembagaan dalam kegiatan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah.
H.
Hasil yang Telah Dicapai Penanganan lahan pantai berpasir melalui upaya rehabilitasi lahan dan konservasi
tanah (RLKT) telah dilakukan uji coba oleh BP2TPDAS Surakarta (1997-2000), yaitu dengan menerapkan model tanam tanaman tanggul angin (windbreak) dengan tanaman budidaya (semusim) yang ditanam di antara jalur tanaman tanggul angin (TA). Hasil yang diperoleh berupa Pedoman Teknis Pemanfaatan Lahan Pantai Berpasir, yang memuat antara lain (Sukresno, 1996b) : 1) Jenis tanaman TA permanen yang sesuai adalah jenis tanaman-tanaman bergetah seperti cemara laut (Casuarina equisetifolia), Glirisidae, pandan, dan mete; 2) Jenis tanaman TA sementara yang sesuai adalah tanaman semusim seperti jagung, ketela pohon dan sorghum; 3) Jenis tanaman budidaya yang sesuai untuk ditanam di antara jalur tanaman TA adalah semangka, terong, bawang merah, cabe, dan kacang panjang; 4) Penggunaan pupuk kandang sebanyak 20 ton/ha telah memberikan hasil semangka sebanyak 20 ton/ha pada lahan pantai berpasir yang baru dibudidayakan, 21 ton/ha pada lahan tahun kedua, dan 25 ton/ha pada lahan tahun ketiga; 5) Lahan bekas tanaman semangka yang ditanami terong hasil produksinya sebesar 26 ton/ha; 6) Produksi bawang merah yang ditumpang gilirkan dengan cabe merah keriting dan kacang panjang, hasilnya masing-masing sebesar 7.5 ton/ha, 5 ton/ha, dan 26 ton/ha; 7) Hasil analisis input-
5
output atau benefit cost per satuan luas pada tanaman-tanaman budidaya yang dicobakan, pola bawang merah yang ditumpang gilirkan dengan kacang panjang dan cabe merah hasilnya lebih tinggi dibanding dengan pola semangka-terong. Teknik Rehabilitasi Lahan Pantai Berpasir di Desa Sri Gading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bagian Selatan, luas daerah pengembangan + 1-2 ha untuk tanaman semusim dan 500 m untuk tanaman tanggul angin dengan lebar jalur 15 m, yang dilaksanakan tahun 2003 antara lain : a. Tanaman Casuarina equisetifolia terbukti efektif sebagai tanaman tanggul angin permanen di lahan pantai berpasir, dimana bibitnya dapat dikembangkan sendiri oleh masyarakat (petani) setempat dengan cara pembiakan vegetatif metode merunduk (layering). b. Tanaman tanggul angin dan tanaman budidaya yang dikembangkan, sangat nyata dapat mengendalikan erosi pasir dan memperbaiki iklim mikro setempat (kecepatan angin, suhu tanah, dan laju evaporasi lebih rendah). Secara finansial, kombinasi tanaman budidaya yang paling layak dikembangkan adalah kombinasi bawang merah, terong dan ketimun. c. Teknik rehabilitasi lahan pantai berpasir ini akan sulit dikembangkan oleh masyarakat sekitar secara swadaya. Salah satu penyebabnya adalah tingginya biaya untuk pembangunan sarana pendukung (infrastruktur) bagi penerapan teknik rehabilitasi tersebut, sehingga perlu ada campur tangan pemerintah. Namun demikian, sampai saat ini belum terbangun suatu pola pengembangan lahan pantai berpasir yang komprehensif dari berbagai instansi terkait. Jalur tanaman tanggul angin yang dikembangkan di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen berupa Cemara laut cangkok (69,5% hidup) dan biji (98% hidup) serta Pandan (100% hidup), dan tanaman kehutanan Mahoni (100% hidup), Akasia (100% hidup), dan buah-buahan Rambutan (100% hidup), Mangga (100% hidup). Curah hujan rata-rata di pasir berpantai Karanggadung, Petanahan, Kebumen adalah 35 mm/hari. .Evaporasi berkisar antara 0,3 mm/hari (Desember) sampai 0,9 mm/hari (September). Suhu tanah semakin dalam maka semakin menurun, pada malam hari suhu tanah 33 oC dan pada siang hari 36 oC. Suhu udara siang hari antara 27 – 36 oC
6
dan pada malam hari 20 oC sampai 24 oC. Kecepatan angin antara 2 sampai 12 km/jam, dengan Erosi angin 0,5 sampai 3,5 g yang tertangkap pada diameter sandtrap 10 cm. Anggota kelompok tani yang sebagian besar bermata pencaharian utama petani mempunyai mata pencaharian sampingan sebagai penderes gula kelapa dan tukang. Mayoritas anggota kelompok tani adalah tenaga produktif, sehingga tidak selalu mempunyai banyak waktu untuk terlibat dalam kegiatan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah di lahan pantai bepasir. Pemahaman tentang konsep Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah di lahan pantai berpasir perlu ditingkatkan, pendampingan dari tenaga penyuluh maupun dari instansi pemerintah kabupaten yang terkait masih sangat diperlukan. Kerjasama Dinas Pariwisata dengan kelompok tani dalam pengelolaan lahan pantai berpasir yang berorientasi konservasi dan dapat meningkatan pendapatan masyarakat, tetap perlu dilaksanakan dan dibina khususnya di sekitar lokasi lahan pantai berpasir di desa Karanggadung, Petanahan.
7
II.
A.
TINJAUAN PUSTAKA
Lahan Kritis dan Upaya Rehabilitasi Lahan kritis menurut Departemen Kehutanan (2000) didefinisikan sebagai lahan yang tidak mampu lagi berperan menjadi unsur produksi pertanian baik sebagai media pengatur tata air maupun sebagai perlindungan alam lingkungan. Lahan kritis disebabkan oleh proses degradasi pada lahan. Degradasi lahan didefinisikan sebagai hilangnya atau berkurangnya kegunaan atau potensi kegunaan lahan untuk mendukung kehidupan. Kehilangan atau perubahan kenampakan tersebut menyebabkan fungsinya tidak dapat diganti oleh yang lain (Barrow,1991 dalam Widjajanto, 2003). Faktor-faktor utama penyebab degradasi lahan adalah: 1) bahaya alami, 2) perubahan jumlah populasi manusia, 3) marjinalisasi tanah, 4) kemiskinan, 5) status kepemilikan tanah, 6) ketidakstabilan politik dan masalah administrasi, 7) kondisi sosial ekonomi, 8) masalah kesehatan, 9) praktek pertanian yang tidak tepat, 10) aktifitas pertambangan dan industri. Erosi pantai yang merupakan salah satu penyebab terjadinya degradasi biofisik sumberdaya pesisir pantai disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya penambangan pasir, penebangan bakau, energi gelombang dan pola arus pasang, degradasi DAS, dan meluasnya DAS kritis. Rehabilitasi adalah proses pengembalian ekosistem atau populasi yang telah rusak ke kondisi yang tidak rusak, yang mungkin berbeda dari kondisi semula. Salah satu upaya rehabilitasi lahan kritis adalah revegetasi. Tujuan revegetasi adalah memperbaiki lahan yang labil, tidak produktif, dan mengurangi erosi. Dalam jangka panjang rehabilitasi lahan diharapkan dapat memperbaiki iklim mikro, meningkatkan biodiversitas dan memperbaiki lahan agar menjadi lebih produktif. Upaya dengan revegetasi antara lain dapat dilakukan melalui kegiatan reboisasi, penghijauan, dan pembangunan hutan rakyat. Selain itu, ada juga upaya peningkatan produktivitas lahan kritis melalui penambahan bahan organik berupa hijauan tanaman maupun pupuk kandang yang telah banyak diteliti oleh Puslit Tanah dan Agroklimat (Purnomo, dkk, 1992).
8
Menurut Setiadi dan Prematuri (1998), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rehabilitasi lahan kritis adalah : 1. Pemilihan jenis pohon, hendaknya dipilih jenis pohon dengan karakteristik: a. Adaptif (pohon sesuai dengan lingkungan setempat) b. Cepat tumbuh, cepat menutup tanah (tajuk melebar), perakaran intensif c. Teknik silvikultur diketahui d. Ketersediaan bahan tanaman e. Bersimbiosis dengan mikroba 2. Perbaikan kondisi tanah yang meliputi : a. Perbaikan ruang tumbuh b. Perbaikan top soil dan bahan organik Namun demikian, upaya rehabilitasi lahan ini seyogyanya dikombinasikan dengan penerapan teknik konservasi tanah dan air terutama di lahan-lahan berlereng curam, serta berbagai teknik tanam.
B. Erosi Angin 1. Proses Erosi Angin Angin, seperti halnya jatuhan hujan dan aliran air, memiliki gaya yang dapat melepaskan (detach) dan memindahkan (transport) butiran tanah dari satu tempat ke tempat lain yang baru untuk diendapkan (deposition). Kemampuan melepaskan butiran tanah oleh angin ini besarnya sangat dipengaruhi oleh kondisi kekasaran permukaan tanah dan besar butiran partikel tanahnya. Adapun kemampuan angin untuk memindahkan butiran tanah dipengaruhi oleh besarnya kecepatan angin, bentuk agregat, dan komposisi ukuran partikel tanah. Sedang jarak tempuh perpindahan partikel tanah hasil erosi tersebut besarnya dipengaruhi oleh kuat-lemahnya kecepatan angin, ukuran, dan berat partikel dan agregat tanah. Perpindahan partikel-partikel tanah oleh proses erosi angin secara prinsip adalah sama seperti pada proses erosi tanah oleh jatuhan hujan, yaitu: 1) merayap (creep) untuk partikel tanah berukuran 0,5 - 2,0 mm, 2) meloncat-loncat (saltation) untuk partikel tanah berukuran 0,05 - 0,50 mm atau lebih umum antara 0,10 - 0,15 mm, dan 3) dalam bentuk
9
suspensi partikel tanah halus dengan ukuran < 0,1 mm dan untuk beberapa waktu tetap dalam bentuk suspensi di udara karena aliran turbulen dan pusaran arus angin.
2. Faktor-faktor Penyebab Erosi Angin Seperti yang diperlihatkan dalam proses erosi tanah oleh gaya angin, maka beberapa faktor utama yang berpengaruh terhadap terjadinya erosi angin adalah: 1)
Faktor iklim, seperti: temperatur, distribusi hujan, kecepatan dan arah angin.
2)
Faktor tanah, seperti: ukuran butir, kelengasan, dan kekasaran permukaan.
3)
Faktor vegetasi, seperti: bentuk, tinggi, kerapatan, dan distribusi.
3. Erosi Angin Pada Lahan Pantai Berpasir Berdasarkan prinsip yang umumnya berlaku pada proses erosi angin dan faktorfaktor penyebabnya, maka proses erosi angin yang terjadi pada lahan pantai berpasir juga mengikuti prinsip-prinsip tersebut. Contoh kasus adalah endapan pasir yang terjadi di sepanjang pantai Kedu Bagian Selatan (Jawa Tengah) hingga pantai Parangtritis (DIY) berasal dari pasir volkanik Gunung Merapi yang terbawa melalui Sungai Progo (Tim UGM, 1992). Endapan pasir ini membentuk gisik dengan lebar antara 700 hingga 1500 meter yang diukur dari garis pantai. Hembusan angin laut di musim kemarau merubah posisi endapan pasir dari kedudukannya semula sehingga membentuk bukit-bukit pasir (sand dune). Daerah di belakang gisik biasanya berupa laguna, beting gisik dan dataran aluvial pantai. Oleh karena permeabilitas lahan pantai berpasir ini sangat tinggi sehingga seluruh air permukaan meresap ke dalam tanah, gisik dan bukit-bukit pasir pantai ini miskin akan tumbuhan. Sedang daerah di belakangnya dimana tanah dan airnya memungkinkan sebagai media tumbuh tanaman, banyak dimanfaatkan untuk tegal, sawah, dan pemukiman yang suatu ketika dapat terkena dampak hasil erosi angin berupa endapan pasir bersalinitas tinggi.
10
C. Model Pengendalian Erosi Angin Erosi angin berlangsung jika kondisinya memungkinkan untuk melepaskan dan memindahkan partikel tanah untuk selanjutnya pasir tersebut diendapkan di tempat lain. Besar erosi angin sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor erodibilitas tanah, kekasaran permukaan tanah, kondisi iklim (kecepatan angin dan kelembaban), panjang permukaan tanah terbuka, dan penutupan tanaman. Metode pengendalian erosi angin melalui upaya rehabilitasi lahan dan konservasi tanah (RLKT) di lahan pantai berpasir, secara umum yaitu: 1)
Menurunkan kecepatan angin di atas permukaan tanah.
2)
Menurunkan tingkat erodibilitas tanah.
3)
Melindungi tanah permukaan dengan tanaman, mulsa, dan bahan tidak mudah tererosi lainnya.
4)
Meningkatkan kekasaran tanah permukaan. Mengingat bahwa metode pengendalian erosi angin disini berkaitan dengan
permasalahan erosi angin di lahan pantai berpasir maka untuk selanjutnya yang dimaksud 'tanah' adalah lahan pantai berpasir (tanah berpasir).
1. Metode Pengendalian Kecepatan Angin Laju kecepatan angin untuk berbagai ketinggian di atas permukaan tanah yang homogen menunjukkan hubungan yang kwadratik. Dari persamaan ini dapat diketahui bahwa laju kecepatan angin akan bertambah besar seiring dengan peningkatan posisinya di atas permukaan tanah pada kondisi tanah yang homogen. Besar kecepatan angin yang tinggi pada posisi tertentu di atas permukaan tanah adalah berkaitan dengan kondisi kekasaran permukaan tanahnya. Upaya pengendalian kecepatan aliran angin prinsipnya membuat bangunan penahan aliran angin yang berupa tanggul angin (windbreak). Bentuk tanggul angin (TA), yaitu model mekanis dan model vegetatif. Pada model mekanis bentuknya dapat berupa anyaman bambu atau anyaman daun kelapa (perlindungan sementara). Pada model tanggul angin vegetatif dimana lebih murah dibanding model mekanis, secara alami akan lebih tahan. Ketahanan model vegetatif, efektivitasnya tergantung pada kondisi pertumbuhan tanaman yang diterapkan sebagai jalur tanggul angin. Bentuk TA vegetatif yang umum adalah berupa 11
kelompok jalur-jalur tanaman baik yang bersifat sementara (dengan tanaman semusim) maupun permanen (dengan tanaman pohon, semak atau perdu) harus sesuai dengan kondisi setempat. Untuk lahan pantai berpasir jenis tanaman TA sementara, yaitu jagung, ketela pohon, dan cantel. Sedang jenis yang permanen untuk tanaman pohon, antara lain., Casuarina equisetifolia (cemara laut), Calophyllum inophyllum (nyamplung), Terminalia catapa (ketapang), Barringtonia asiatica (rawang), Hibiscus tiliaceus (waru), Glirisidae; untuk tanaman semak dan perdu, antara lain.: Pandanun tectorius (pandan), Cyperus martima (teki laut), Crinum asiaticum (bakung), Scaevola taccada (gabusan), Thuarea involuta (rumput glinting), Ximenia americana (widuri) dan jenis-jenis tanaman bergetah lainnya (Kartawinata, 1979). Bentuk tanggul angin yang paling efektif dalam mengendalikan laju kecepatan angin adalah menggunakan model vegetatif yang tidak terlalu rapat. Tanggul angin model rapat menyebabkan arus balik (putar) di belakang tanggul angin dimana justru menimbulkan erosi pasir. Bila model mekanis yang akan digunakan, dalam praktek harus diupayakan agar bentuk tanggul angin (misal dengan anyaman bambu) harus diberi angin-angin (permeabilitas angin) sebesar 35-40 %. Disamping itu beberapa faktor lain yang juga berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian laju kecepatan angin ini, antara lain.: 1) lebar, 2) tinggi, dan 3) jarak antar tanggul angin.
2. Metode Pengendalian Faktor Tanah Prinsip pengendalian faktor tanah terhadap tekanan gaya erosif angin adalah: 1)
Menurunkan tingkat erodibilitas tanah.
2)
Melindungi tanah permukaan yang terbuka dengan tanaman, mulsa, dan bahan tidak mudah tererosi lainnya.
3)
Meningkatkan kekasaran tanah permukaan.
Upaya pengendalian faktor tanah dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu: metode konservasi lengas tanah dan metoda perbaikan agregat tanah lapisan atas (top soil). Pengendalian lengas tanah dapat dilakukan dengan melindungi tanah permukaan dengan penutupan oleh tanaman, mulsa, atau bahan tidak mudah tererosi lainnya. Agar pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik (mudah dan cepat tumbuh), sehingga lahan pantai 12
berpasir yang arealnya banyak terbuka dan peka erosi angin menjadi berkurang luasnya, dapat dilakukan dengan penerapan berbagai perlakuan ameliorasi tanah dan pemilihan jenisjenis tumbuhan yang sesuai dengan kondisi setempat (Sukresno, 1998). Dalam praktek usaha pengendalian kelengasan tanah ini, antara lain, dilakukan dengan usaha budidaya pada areal lahan di antara jalur tanggul angin (jalur tanaman cemara dan pandan) dengan menanami tanaman semusim bernilai ekonomi tinggi (semangka, mentimun, bawang merah, cabe keriting tampar, terong, dll). Upaya perbaikan agregat tanah pasiran lapisan permukaan (top soil) di lahan pantai berpasir dilakukan dengan metode pemberian ameliorat bahan organik (pupuk kandang) dan tanah liat ke areal budidaya yang letaknya berada di antara jalur tanggul angin (Sukresno, 1998). Secara teknis pemberian ameliorat pupuk organik dan tanah liat untuk perbaikan agregat adalah untuk meningkatkan kesuburan tanah, pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman. Pelaksanaannya dilakukan dengan cara membenamkan ameliorat tersebut ke tanah berpasir sedalam + 10 - 30 cm. Hal ini dimaksudkan agar kelengasannya tetap terjaga dan beratnya yang ringan bila kering tidak mudah tererosi (Sukresno, 1998). Berbagai upaya pengendalian erosi angin telah diuji oleh BTPDAS pada tahun 1997/1998 secara nyata hasilnya telah meningkatkan kondisi tanah dan produktivitas lahan pasir pantai menjadi lebih baik (Sukresno, 1998), antara lain.: 1) Pertumbuhan tanaman tanggul angin (Casuarina equisetifolia, Glirisidae dan Pandanun tectorius) mencapai > 60% sehingga bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas tanaman-tanaman budidaya (semangka, mentimun dan jagung), 2) Dampak penerapan jalur tanggul angin dan tanaman-tanaman budidaya secara positip memperbaiki iklim mikro setempat (suhu tanah dan laju evaporasi yang lebih rendah), 3) Perlakuan vegetatif yang diterapkan pada lahan pasir pantai memberikan dampak yang baik pada perbaikan sifat-sifat fisik dan kimia tanahnya, antara lain.: bahan organik tanah lebih tinggi, BV dan BJ lebih rendah, Na tersedia lebih tinggi sebagai akibat dari tertangkapnya pasir bergaram oleh tanaman, 4) Hasil produksi tanaman semangka (jenis New Dragon) yang ditanam di antara tanaman tanggul angin tertinggi sebesar 31,6 t/ha (perlakuan kombinasi tanah liat 45 t/ha dan pupuk kandang 36 t/ha) dengan rata-rata hasil antara 20-30 t/ha).
13
Dari kegiatan kajian tahun 1998/1999, hasil yang dicapai (Sukresno, 1999), antara lain.: 1) Tanaman Casuarina equisetifolia (cemara laut) sangat sesuai sebagai tanaman tanggul angin di lahan pantai berpasir serta dapat dikembangkan melalui pembiakan vegetatif cara merunduk. 2) Tanaman tanggul angin dan tanaman budidaya di antara jalur tanggul angin bermanfaat sangat nyata baik dalam mengendalikan erosi pasir maupun memperbaiki iklim mikro setempat. 3) Tanaman budidaya yang ditanam di antara jalur tanggul angin (semangka, terong, bawang merah, cabe merah keriting tampar dan kacang panjang) secara nyata dapat memberikan hasil seperti yang diharapkan bila beberapa perlakuan diterapkan, seperti: pemakaian tanah liat sebagai alternatif pengganti pupuk kandang, pengaturan jarak tanam, pengaturan waktu tanam yang sesuai, dan pengaturan pemberian air yang sesuai. 4) Di antara tanaman-tanaman budidaya yang dicobakan di lahan pantai berpasir, perlakuan model pertanaman bawang merah yang ditumpang gilirkan dengan cabe merah keriting tampar dan kacang panjang atau model pertanaman terong, memberikan prospek dampak yang positip baik pada aspek ekonomi (peningkatan hasil per satuan luas) maupun lingkungan (pengendalian erosi pasir (dipanen secara bertahap sampai 180-210 HST).
D. Teknik Budidaya Tanaman yang Dikembangkan 1. Tanaman Tanggul Angin 1.1. Cemara Laut (Casuarina equisetifolia) Tanaman cemara laut (Casuarina equisetifolia) merupakan tanaman berumah satu (monocious) yang dapat mencapai tinggi 50 m dan diameter batang 100 cm. Kulit kayu berwarna hijau kecoklatan-coklat gelap. Spesies ini banyak diketemukan dekat dengan wilayah pantai berpasir di Kalimantan. Kayunya sangat berat, sangat keras dengan BJ 1.041.18 g/cm3, kelas awet II-III, kelas kekuatan I-II, sehingga sesuai untuk bangunan, lantai, dinding, bantalan, tiang listrik, perkapalan, dan arang. tanaman cemara laut merupakan tanaman yang tahan terhadap garam, kekeringan, dan keasaman tanah. tanaman ini dapat 14
mengikat N dari udara sebanyak 50-80% sehingga akumulasi hara pada lantai hutan sangat tinggi, yaitu 1600 kg N/ha dan 85 kg P/ha. Untuk pemanfaatan Casuarina equisetifolia sebagai tanaman TA yang terbaik, tanaman cemara laut tersebut ditanam pada lahan pantai berpasir dengan jarak tanam 3 m x 3 m dengan sistem selang-seling (gigi belalang) dengan posisi tegak lurus menghadap arah angin. Untuk mengembangbiakan tanaman yang dapat dilakukan sebelum tanaman menghasilkan biji adalah melalui metode vegetatif, yaitu dengan cara merunduk (layering). Untuk memperoleh bibit yang lebih cepat terbentuk, pada bagian batang yang dirundukkan diberi perlakuan pengupasan secara melingkar, kemudian pada ujung kulit kayu terkupas bagian atas diberikan pasta zat perangsang pertumbuhan jenis rootone-F (Sukresno, 2000).
1.2. Pandan (Pandanus tectorius) Tanaman pandan adalah jenis perdu yang paling banyak tumbuh di daerah pantai berpasir. Akarnya berupa akar tunjang yang tumbuh lurus mengikuti pangkal batang sehingga bentuk tanaman seperti kerucut. Daunnya panjang-panjang dan berduri di tepi kedua sisinya. Buah berupa buah majemuk yang berbentuk seperti bola panjang berwarna kuning hingga merah jingga (Kartawinata, 1979). Sebagai tanaman perdu untuk mengendalikan erosi pasir, maka tanaman ini ditanam secara rapat menurut jalur yang tegak lurus arah angin. Untuk areal budidaya tanam tanaman ini dilakukan pada jalur yang merupakan batas antar pemilik penggarap (Sukresno, 1999b).
15
2. Tanaman Tahunan 2.1. Keben (Barringtonia asiatica) = Lecythidaceae/Barringtoniaceae Barringtonia asiatica KURZ (B. speciosa FORST.). Di Jawa dikenal dengan nama: Butun, Keben. Pohon dari Asia Tenggara,tinggi hingga 17 m dan gemangnya 50 cm, pada umumnya agak bengkok, bercabang-cabang rendah dekat tanah, tumbuhnya berpencarpencar di pantai-pantai yang berpasir dan berkarang, kadang-kadang ditanam karena daunnya yang bagus dan bunga-bunganya yang indah. Kayunya lunak dan tidak awet. Namun di Kediri menurut pemberitahuan secara lisan, kayu ini dapat digunakan untuk membangun rumah. Buah-buahnya yang persegi empat dan sebesar kepalan tangan itu terdiri atas kulit yang berserabut, dibawahnya yang tanpa tempurung terdapat sebutir biji yang juga sedikit banyak bersegi empat. Biji ini keras, di dalamnya putih dan agak berlendir. Biji ini, oleh masyarakat Ternate biasa digunakan untuk menangkap ikan-ikan di sungai. Di Ternate, biji yang dilumatkan ini dioleskan pada ruam seperti kudis guna membasmi parasit-parasit yang menjadi penyebabnya. Abu biji-bijinya yang dipirik menjadi serbuk dicampur dengan ramuan-ramuan lain, digunakan sebagai obat dalam maupun luar terhadap kolik/mulas (Rumphius dalam Heyne, 1987). Penemuan baru membuktikan biji keben berupa obat tetes dapat dipakai untuk mengobati penyakit katarak (Trubus No.434, Januari 2006 XXXVII). 2.2. Bintangur (Calophyllum inophyllum) = Guttiferae Calophyllum inophylum LINN., di Indonesia dikenal dengan nama Bintangur dan di Jawa dikenal dengan nama Nyamplung. Pohon agak tinggi mencapai 20 m dengan diameter batang yang besar hingga 1.50 m, dengan batangnya sangat pendek, bercabang rendah dekat permukaan tanah. Pohon ini tersebar di seluruh daerah tropis, hampir khusus di sepanjang pantai dan biasanya tumbuh sedikit mengelompok. Kayu memiliki berat agak ringan hingga sedang, tetapi padat dan agak halus struktumya, berurat kusut, sehingga tak dapat dibelah. Karena kayu ini tidak membelah maka baik digunakan untuk roda, poros dan alas meriam berat. Kayu juga dipakai untuk
16
memangkal perahu, karena bagian luarnya lebih awet di dalam air laut. Karena keawetannya yang tinggi, kekuatan serta lukisan kayunya yang indah maka di Jawa kayu ini bernilai tinggi. Gelam kayu berpotensi sebagai obat. Jika dihilangkan lapisan luarnya, direbus dalam air dengan gelam Intsia amboinensis, samama (Anthocephalus macrophyllus HAVIL.) dan gayang laut serta rebusannya diminum, mempunyai khasiat pembersih untuk wanita bersalin, mengobati kencing berdarah dan penyakit kencing nanah (Heyne, 1987). Pohon ini menghasilkan damar yang berguna mengobati rematik (encok), sendisendi kaku dan pereda kejang yang mujarab. Air rendaman daun dapat dipakai untuk mencuci mata yang meradang . Bijinya
setelah disalai juga dapat dipakai untuk
mengobati ruam seperti kudis.
2.3. Waru (Hibiscus tilliaceus) = Malvaceae Hibiscus tiliaceus LINN. Di Jawa dikenal dengan nama: Waru. Tumbuhan ini ditemukan di daerah-daerah tropis, terutama tumbuh di pantai-pantai berpasir atau di dekat pesisir, biasanya berkelompok. Di Jawa pohon ini ditanam di pekarangan dan di pinggir-pinggir jalan daerah pesisir, namun jarang sekali di daerah pedalaman. Tumbuhan ini dianjurkan agar dibudidayakan untuk menghasilkan kayu bakar pada tanah-tanah tak berguna yang berpasir, kering dan asin, terutama sekali di sekitar pantai. Rebusan akar Waru setelah dicampur dengan akar tapakliman (daun mangkokan) dapat digunakan sebagai obat dalam untuk penurun panas (demam). Di Madura, daun waru telah digunakan sebagai makanan ternak pada waktu kekurangan makanan lain, sakit panas pada saat demam. Daun waru yang dilumatkan dan ditaruh pada bisul menjadi obat pematang dan pemecah bisul tersebut. Kepala yang dicuci dengan air remasan daun waru muda akan mendatangkan rasa sejuk serta menambah kesuburan rambut. Rebusannya pun dianggap berkhasiat mengobati sulit kencing.
17
2.4. Ketapang (Terminalia catappa) = Combretaceae Terminalia cattapa LINN., di Jawa dikenal dengan nama Ketapang. Raksasa rimba memiliki tinggi hingga 40 m dan gemang batangnya 2 m; tingginya 20 m dan gemangnya 1 m, tumbuh liar di dataran rendah nusantara. Di Jawa hanya di pantai atau di tanah masin dekat pesisir; pohon ini ditanam hingga kurang lebih 800 m di atas permukaan laut, tetapi terutama sekali di daerah panas dan dekat pesisir. Kulit kayu yang kaya akan damar sering digunakan sebagai obat penutup luka sariawan dan dapat menyembuhkan radang selaput lendir usus. Biji buah ketapang yang dibudidayakan dapat dimakan mentah seperti biji kenari, lebih kering dan rasanya lebih enak.
3. Tanaman Budidaya 3.1. Semangka (Citrullus vulgaris) Tanaman semangka termasuk dalam keluarga buah labu-labuan (Cucurbitaceae) yang berasal dari Afrika tropika. Daya tarik budidaya semangka terletak pada nilai ekonominya yang tinggi, berumur relatif singkat (70-80 hari). Keuntungan yang dapat diperoleh dari budidaya semangka di lahan pantai berkisar antara 1-2 kali lipat dari investasinya. Hasil rata-rata semangka jenis New Dragon per hektar di lahan sawah mencapai 24 ton. Tanaman semangka yang ditanam di antara jalur tanaman TA di pantai berpasir Samas, DIY menggunakan bedengan dengan jarak tanam 4 m x 0.65 m dan jarak antar bedeng 0.6 m. Dengan pemberian pupuk kandang sebanyak 20 ton/ha, ZA 500 kg/ha, urea 150 kg/ha, KCl 350 kg/ha, dan TSP 500 kg/ha dapat memberikan hasil pada tahun I, II, dan III masing-masing sebesar 20 ton/ha, 21 ton/ha, dan 25 ton/ha (Sukresno, 1999a).
3.2. Terong Ungu (Solanum melongena) Tanaman terong sudah lama dikenal dan dibudidayakan baik untuk lalapan maupun sayuran karena banyak mengandung gizi, terutama vitamin A. Jenis dan varietas terong mempunyai aneka bentuk, ukuran, dan warna buah dengan varietas lokal maupun unggul. Varietas unggul yang banyak ditanam petani adalah jenis Farmers Long (Taiwan) dan
18
Money Maker No.2 (Jepang). Ciri-ciri jenis Farmer Long adalah umur tanaman pendek, pertumbuhannya tegak, tahan penyakit layu Fusarium, buahnya panjang-lurus, warna ungukemerah merahan, dan berserat halus. Produksi rata-rata terung hibrida adalah 30 ton/ha. Tanaman terong yang ditanam sebagai tanaman budidaya setelah semangka di antara jalur tanaman TA di pantai Samas, DIY adalah jenis hibrida (ungu), jarak tanam seperti semangka 4 m x 0.65 m dan jarak antar bedeng 0.6 m, hasil yang diperoleh 26.4 ton/ha (Sukresno, 1999a).
3.3. Bawang Merah (Allium cepa) Tanaman bawang merah termasuk keluarga Liliaceae dengan ciri berumbi lapis, berakar serabut, dan berdaun silindris. Umbi lapis tersebut berasal dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang-batang semu serta berubah bentuk dan fungsinya. Sebagai tanaman semusim berbentuk rumput yang tumbuh tegak, tingginya dapat mencapai 15-20 cm dan membentuk rumpun. Karena sifat perakaran yang berbentuk serabut maka bawang merah kurang tahan (peka) terhadap kekeringan. Dari satu umbi yang ditanam dapat membentuk tunas-tunas lateral sebanyak 2-20 tunas, yang akhirnya akan menjadi umbi sebagai hasil panennya. Hasil panen bawang merah yang pertumbuhannya baik dan ditanam dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm dapat mencapai 10-15 ton/ha. Tanaman bawang merah yang ditanam di lahan pantai berpasir di Samas, ditanam dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm, pupuk kandang 30 ton/ha memberikan hasil 7.5 ton/ha (Sutikno dkk., 1998).
3.4. Cabe Merah Keriting (Capsicum annuum) Tanaman cabe adalah tanaman hortikultur, mudah dikenal, banyak manfaat, dan merupakan tanaman semusim. tanaman berbentuk perdu dengan ketinggian antara 70-110 cm, memiliki banyak cabang dan pada setiap percabangan akan muncul buah cabe. Ukur dan bentuk buah tergantung dari jenis dan varietasnya. Untuk jenis cabe cerah dengan bentuk ramping-memanjang, umur dapat mencapai 115 HST, dan pedas adalah sesuai untuk ditanam dari dataran rendah-dataran tinggi. Produksi rata-rata dari cabe hibrida dengan pertumbuhan baik dapat mencapai 30 ton/ha dan untuk cabe lokal berkisar antara 10-15 ton/ha.
19
Pemanfaatan lahan pantai berpasir di Samas dengan tanaman cabe besar yang ditanam dengan jarak tanam 15 cm x 25 cm, pupuk kandang 36 ton/ha, dan diberi mulsa jerami 6 ton/ha, memberikan hasil sebesar 44.2 ton/ha (Sutikno dkk., 1998). Sedang pada tanam tumpang gilir cabe merah keriting dengan kacang panjang yang ditanaman setelah bawang merah dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm memberikan hasil 5 ton/ha (Sukresno, 1999a).
3.5. Kacang Panjang (Vigna sinensis) Tanaman kacang panjang sudah umum dibudidayakan di antara kacang tunggak, kacang uci dan kacang hibrida. Kacang panjang yang merupakan tanaman semusim jenis merambat dan setengah membelit memiliki batang yang panjang, liat dan sedikit berbulu serta berbuku-buku. Buah kacang panjang berbentuk polong dengan ukuran panjang dan ramping, berwarna hijau keputih-putihan (muda) atau kemerah-merahan, namun menjadi putih kekuning-kuningan atau hijau kekuning-kuningan (tua). Sistem perakaran Tanaman ini dapat menembus lapisan olah tanah hingga ke dalaman 60 cm. Tanaman kacang panjang termasuk jenis tanaman yang akar-akarnya dapat bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium untuk mengikat N dari udara. Unsur N terikat dari bintil-bintil akarnya dapat mencapai 198 kg bintil akar/tahun atau setara dengan 440 kg urea. Produksi polong muda kacang panjang dapat mencapai 20 ton/ha. Tanam tanaman kacang panjang yang ditanam dengan cabe merah keriting pada lahan pantai berpasir dengan jarak tanam 30 cm x 60 cm, memberikan hasil sebesar 19 ton/ha (Sukresno, 1999a).
E. Sosial, Ekonomi dan Budaya 1. Adopsi Adopsi dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun ketrampilan (psychomotoric) pada diri seseorang setelah menerima inovasi. Mengingat adopsi adalah suatu proses perubahan maka ada beberapa tahapan yang dilalui (Pusat Penyuluhan Kehutanan, 1997) yaitu : a) Awareness (kesadaran) yaitu sasaran mulai sadar tentang inovasi yang ditawarkan 20
b) Interest yaitu tumbuhnya minat yang ditandai oleh keinginan untuk mengetahui lebih banyak tentang hal-hal yang berkaitan dengan inovasi. c) Evaluation yaitu penilaian terhadap baik/buruk atau manfaat inovasi yang meliputi aspek teknis, ekonomi, sosial budaya dan kesesuaiannya dengan kebijaksanaan pembangunan. d) Trial yaitu masyarakat mulai mencoba dalam skala kecil untuk lebih meyakinkan penilaiannya. e) Adoption yaitu menerima/menerapkan dengan penuh keyakinan berdasarkan penilaian dan uji coba yang telah dilakukan sendiri. Menurut
Pusat
Penyuluhan
Kehutanan
(1997),
kecepatan
masyarakat
mengadopsi suatu teknologi dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu : a. Sifat inovasi yang ditawarkan yaitu sifat intrinsik (yang melekat pada inovasinya) antara
lain
keunggulan
teknis,
ekonomis
dan
budaya,
mudah
tidaknya
dikomunikasikan dan diamati, serta sifat ekstrinsik yang mencakup kesesuaian lingkungan setempat dan tingkat keunggulan relatif dibanding teknologi yang sudah ada. b. Sifat sasaran yaitu cepat atau tidaknya sasaran mengadopsi suatu inovasi yang menurut dibagi dalam 5 kelompok yaitu : (a) Golongan perintis; (b) Golongan penerap dini/pelopor; (c) Golongan penganut dini; (d) Golongan penganut lambat dan (e) Golongan kolot/penolak. c. Cara pengambilan keputusan, dimana secara individu lebih cepat dibandingkan secara kelompok. d. Saluran komunikasi yang digunakan dapat berupa media masa, kelompok atau media antar pribadi. e. Keadaan penyuluh yaitu tergantung bagaimana kegigihan dan kerajinan penyuluh dalam menyampaikan inovasi. f. Sumber informasi yang antara lain media masa, penyuluh, teman, tetangga, serta pedagang.
21
2. Pengertian Partisipasi Secara harfiah, partisipasi berarti turut berperan serta dalam suatu kegiatan; keikutsertaaan atau peran serta dalam suatu kegiatan; peran serta secara aktif atau proaktif dalam suatu kegiatan. Partisipasi dapat didefinisikan secara luas sebagai bentuk keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukarela, baik karena alasanalasan dari dalam dirinya (intrinsik) maupun dari luar dirinya (ekstrinsik) dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan (Irfani, 2004). Sedang menurut Keith Davis (1962) dalam Karyana (2004), participation can be defined as mental and emotional involvement of a person in group situation which encourages to contribute to group goals and share responsibility in them. Dalam definisi tersebut terdapat tiga gagasan yang penting yaitu : a) Dalam partisipasi bukan semata-mata keterlibatan secara jasmaniah, tetapi juga keterlibatan mental dan perasaan. b) Adanya kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha untuk mencapai tujuan kelompok. c) Adanya tanggung jawab bersama. Partisipasi sebagai suatu proses dimana seluruh pihak terkait (stakeholder) secara aktif terlibat dalam rangkaian kegiatan, mulai dari perencanaan sampai pada pelaksanaan. Pelibatan semua kelompok tidak selalu berarti secara fisik terlibat, tetapi yang penting adalah prosedur pelibatan menjamin seluruh pihak dapat terwakili kepentingannya. Partisipasi harus sudah dimulai sejak evaluasi sumberdaya yang ada sebelum perencanaan disusun. Menurut Irfani (2004), pendekatan partisipatif lahir sebagai kritik terhadap metode penelitian konvensional antara lain penelitian yang banyak menggunakan logika sains dan penelitian etnometodologis. Penelitian konvensional dirasa mengandung beberapa kelemahan antara lain : 1) hanya menghasilkan pengetahuan yang empirisanalitis dan cenderung tidak mendatangkan manfaat bagi obyek (masyarakat) dan 2) banyak bermuatan kepentingan teknis untuk melakukan rekayasa sosial (social enginering). Sebagai alternatif muncul pendekatan partisipatif. Kepentingan pendekatan ini adalah pelibatan masyarakat. Metode yang menggunakan pendekatan partisipatif antara lain Participatory Rural Appraisal (RRA) dan Participatory Action Research 22
(PAR). Pendekatan ini menekankan pentingnya proses sharing of knowledge antara peneliti dengan masyarakat di lokasi penelitian. Proses analisa dilakukan bersama peneliti dan masyarakat. Hasil analisa langsung dikembalikan kepada masyarakat untuk disusun rencana tindakan bersama. Oleh karena itu, pendekatan ini juga disebut riset aksi, dimana ukuran dari pendekatan adalah terjadinya perubahan sosial. Melalui PAR, pihak terkait menarik pelajaran dan pengalaman melalui observasi, perencanaan, aksi dan refleksi secara bersama dan terus-menerus. Proses interaksi antara pihak terkait melalui siklus belajar PAR dijadikan dasar observasi. Dalam hal ini, alat bantu observasi utama adalah dokumentasi proses (Kusumanto, 2002). Partisipasi dalam pembuatan keputusan berarti mendefinisikan permasalahan, memilih alternatif pemecahan masalah yang memuaskan bagi masyarakat dan menetapkan bagaimana melaksanakan keputusan tersebut. Pelibatan masyarakat dalam suatu proses perencanaan perlu menganut prinsip dasar proses partisipatif, yaitu : 1. Partisipasi penuh (Full Participation), dimana proses pengambilan keputusan melibatkan seluruh pihak terkait dan terkena program, termasuk pihak-pihak yang selama ini diabaikan. 2. Saling pengertian ( Mutual Understanding) dimana kesepakatan kegiatan harus bersifat awet. Para pihak yang terlibat dalam kegiatan perlu menerima secara terbuka pikiran dan harapan yang berkembang dalam proses pengambilan keputusan. 3. Solusi yang diterima semua pihak (Inclusive Solution) dimana solusi yang diciptakan berangkat dari proses integrasi antara perspektif dan kebutuhan semua pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan. Dengan demikian solusi yang diciptakan bisa sesuai dengan visi dan karakteristik yang terlibat dalam kegiatan.
23
3. Perencanaan Partisipatif Perencanaan adalah suatu proses menyusun langkah-langkah untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam konsteks suatu komunitas (masyarakat), perencanaan berarti himpunan langkah untuk memecahkan persoalan dan kebutuhan komunitas tersebut, guna mencapai maksud dan tujuan tertentu yang bisa diidentifikasikan sebagai keadaan yang lebih baik. Sedang perencanaan partisipatif adalah perencanaan yang dalam tujuannya melibatkan kepentingan rakyat dan dalam prosesnya melibatkan rakyat (Abe, 2002). Menurut Abe (2002), tahap-tahap untuk menyusun perencanaan dari bawah adalah
penyelidikan,
perumusan
masalah,
menentukan
tujuan
dan
target,
mengidentifikasi sumberdaya (daya dukung), merumuskan rencana kerja, dan menentukan anggaran yang hendak digunakan dalam realisasi rencana. 1. Penyelidikan Penyelidikan adalah sebuah proses untuk mengetahui, menggali dan mengumpulkan persoalan-persoalan yang berkembang di masyarakat. Dalam proses ini, keterlibatan masyarakat menjadi faktor kunci. Melalui proses ini, masyarakat diajak untuk mengenali secara seksama problem-problem yang mereka hadapi. 2. Perumusan masalah Perumusan masalah adalah tahap lanjut dari hasil penyelidikan. Untuk mencapai perumusan perlu dilakukan suatu proses analisis atas informasi yang ada, untuk menemukan keterkaitan antara satu fakta dengan fakta yang lain. Masyarakat harus terlibat dalam proses, agar rumusan masalah dapat mencerminkan kebutuhan dari komunitas dan bukan sekedar keinginan. (catatan : pendamping/petugas diharapkan mampu menjadi teman diskusi/fasilitator yang baik sehingga perumusan masalah yang
diperoleh
merupakan
hal
yang
dapat
dicarikan
jalan
keluarnya).
Pengorganisasian masalah perlu juga dilakukan untuk menyusun kembali masalah, menyeleksi masalah, melihat hubungan sebab-akibat dari masalah tersebut, mendiskusikan
prioritas
masalah
dan
menggalinya,
menganalisis
alternatif
pemecahan masalah, dan pengembangan potensi sosial. Pengorganisasian masalah merupakan tahapan yang sangat kritis dalam proses pembangunan masyarakat, karena
24
apabila terjadi kesalahan dalam menganalisis dapat mengakibatkan kebutuhan riil masyarakat tidak dapat diketahui (Hikmat, 2001). 3. Identifikasi daya dukung Daya dukung bukan hanya sekedar dana konkrit, tetapi keseluruhan aspek yang memungkinkan terselenggaranya aktivitas dalam mencapai tujuan dan target yang telah ditetapkan. Daya dukung ini bisa merupakan daya dukung konkrit, aktual, ada tersedia dan daya dukung yang merupakan potensi (akan ada atau bisa diusahakan). Pemahaman mengenai daya dukung ini diperlukan agar rencana kerja yang disusun tidak bersifat asal-asalan tetapi merupakan hasil perhitungan yang masak (Gambar 1).
Proses Perencanaan - Mendefinisikan masalah - Menetapkan tujuan dan target - Identifikasi sumberdaya pendukung - Merumuskan rencana tindakan - Menyusun anggaran
Diskusi intensif yang melibatkan masyarakat
Rumusan Rencana - Situasi, kondisi dan kebutuhan - Perubahan yang diinginkan - Peluang dan sumberdaya yang tersedia - Rincian rencana kerja - Anggaran
Gambar 1. Proses Penyusunan Rencana Kegiatan Lapangan 4. Perumusan tujuan Tujuan adalah kondisi yang hendak dicapai (suatu keadaan yang diinginkan) dan karenanya dilakukan sejumlah upaya untuk mencapainya. 5. Menetapkan langkah-langkah Proses membuat rumusan yang lebih utuh perencanaan dalam sebuah rencana tindakan. Umumnya suatu rencana tindakan akan memuat : 1) apa yang hendak dicapai; 2) kegiatan yang hendak dilakukan; 3) pembagian tugas atau pembagian tanggung jawab; dan 4) waktu (kapan dan berapa lama kegiatan akan dilakukan).
25
6. Anggaran Perencanaan anggaran bukan berarti menghitung uang, melainkan suatu usaha untuk menyusun alokasi anggaran atau sumber daya yang tersedia. Hal ini sangat menentukan berhasil tidaknya sebuah perencanaan. Dalam konteks perencanaan partisipatif (Abe, 2002), tahapan tersebut bisa dikembangkan menjadi tahap-tahap berikut : 1) Melakukan identifikasi peserta, sehinga ada pengenalan yang lebih seksama terhadap mereka yang ingin dilibatkan dalam proses perencanaan. 2) Melakukan identifikasi persoalan-persoalan desa, potensi dan masa depan yang hendak dicapai. Sebaiknya tim awal telah mempersiapkan suatu penyelidikan. 3) Setelah bahan terkumpul dan dipilah-pilah bersama, apa yang menjadi masalah terutama untuk keperluan menemukan sebab dasar dan kaitan antara satu masalah dengan masalah lain. 4) Melakukan analisis tujuan. Disebut analisis karena dalam proses ini dilakukan penggalian mengenai apa yang hendak dituju dengan menggunakan pohon masalah. Tujuan bisa bermakna penyelesaian masalah atau rumusan yang ingin dicapai. 5) Memilih tujuan untuk persoalan yang komplek sehingga diperlukan langkahlangkah sistematik agar tujuan utama dapat tercapai. Memilih tujuan mengandung maksud
menetapkan
apa
yang
paling
mungkin
dilakukan,
dengan
mempertimbangkan sumberdaya. 6) Menganalisis kekuatan dan kelemahan. 7) Melakukan perumusan hasil-hasil dalam sebuah matrik program. Dalam matriks telah disusun dengan lebih seksama yakni tujuan, target, jenis aktivitas, waktu, tahap kerja, penanggung jawab, sampai pada biaya yang dibutuhkan. Matriks sebaiknya juga dilengkapi dengan detail kegiatan yang akan dilakukan. 8) Menyiapkan organisasi kerja. Rumusan perencananan hanya akan menjadi sekedar rencana bila tidak diikuti dengan kejelasan organisasi kerja. Untuk itu, semua potensi yang terlibat diharapkan bisa menjadi bagian dari organisasi kerja.
26
Partisipasi warga masyarakat dalam melaksanakan gerakan pembangunan harus selalu didorong dan ditumbuhkembangkan secara bertahap, ajeg dan berkelanjutan. Prinsip-prinsip penerapan partisipasi (Hikmat, 2001) yang harus dilakukan adalah : 1) Masyarakat dipandang sebagai subyek dan bukan obyek 2) Praktisi berusaha menempatkan diri sebagai insider bukan outsider 3) Praktisi
berperan
sebagai
fasilitator,
sedang
masyarakat
yang
harus
mengidentifikasi masalah, mendiskusikan, menganalisis, menyeleksi prioritas masalah, menyajikan hasil dan merencanakan kegiatan aksi. 4) Pelaksanaan evaluasi termasuk penentuan indikator keberhasilan dilakukan secara partisipatif. Perencanaan partisipatif dapat dilaksanakan jika praktisi pembangunan tidak berperan sebagai perencana untuk masyarakat tetapi sebagai pendamping dalam proses perencanaan yang dilakukan oleh masyarakat. Masyarakat yang mempunyai peran utama sebagai pengelola perencanaan dari mulai tahap identifikasi masalah dan kebutuhan, identifikasi potensi lokal, pendayagunaan sumber-sumber lokal, penyusunan dan pengusulan rencana hingga evaluasi dari mekanisme perencanaan. Menurut Hikmat (2001), untuk menjadi pendamping yang baik, ada beberapa ketrampilan dasar yang harus dimiliki dalam rangka untuk menciptakan kemampuan internal masyarakat antara lain : 1) Kemampuan melakukan diskusi kelompok yang terarah 2) Kemampuan memfasilitasi analisis pola keputusan yang dilakukan masyarakat dalam proses perencanaan. 3) Negosiasi yaitu keahlian meningkatkan kemampuan masyarakat dalam penawaran program, proyek dan kegiatan yang diusulkan kepada sumber-sumber lokal. 4) Pengambilan keputusan yaitu keahlian meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengambil keputusan secara demokratis, transparan dan memperhatikan akuntabilitas masyarakat. 5) Pelibatan berbagai pihak (stakeholders) di tingkat lokal, yaitu keahlian meningkatkan kemampuan mengidentifikasi semua untur masyarakat yang seharusnya memiliki peran yang optimal dalam pembangunan. Stakeholders ini
27
harus diidentifikasi bersama masyarakat (siapa, apa perannya dan apa kontribusinya terhadap pembangunan). Dalam fungsi manajemen, monitoring dan evaluasi harus dilakukan dari mulai penyusunan rencana sampai ke pelaksanaan kegiatan untuk memberi masukan pada setiap tahap kegiatan. Ada beberapa perbedaan antara evaluasi konvensional dan partisipatif (Tabel 1).
Tabel 1. Perbandingan Evaluasi Konvensional dan Partisipatif Aspek Evaluasi Konvensional Evaluasi Partisipatif Siapa Apa
Ahli dari luar
Anggota masyarakat, staf proyek, fasilitator Masyarakat mengidentifikasi sendiri indikator keberhasilan termasuk hasil yang dicapai Evaluasi sendiri, metode sederhana yang diadaptasi dengan budaya lokal, terbuka, ada diskusi hasil dengan melibatkan partisipan dalam proses evaluasi
Indikator keberhasilan, efisiensi biaya dan keluaran hasil/produk yang telah ditentukan Bagaimana Fokus pada ”obyektivitas ilmiah”, ada jarak antara evaluator dan partisipan, ada pola seragam, prosedur kompleks, akses terbatas pada hasil Kapan Biasanya tergantung jadwal, Bergantung pada proses kadangkala juga ada evaluasi perkembangan masyarakat dan midterm intensitas relatif sering Mengapa Pertanggungjawaban biasanya Pemberdayaan masyarakat lokal sumatif, menentukan biaya untuk inisiasi, mengontrol, selanjutnya melakukan tindakan koreksi. Sumber : Narayan, Deepa. 1993. Participation Evaluation. World Bank Technical Paper Number 207. Washington, D. : The World Bank dalam Hikmat, H. 2001. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Humaniora Utama Press. Bandung.
28
III.
BAHAN DAN METODE
A. Lokasi Penelitian dan Tata Waktu Lokasi pengembangan adalah lahan pantai berpasir yang secara administratif terletak di Desa Petanahan, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa Tengah. Secara geografi berdasarkan peta topografi skala 1 : 25.000 terletak pada 109o 35’ 01,9” BT , 07o 46’ 31,3” LS sampai 109o 35’ 34,9” BT , 07o 46’ 39,1” LS (lihat Gambar 2 sampai Gambar 4).. Kondisi Geologi berupa endapan alluvium pasiran dan jenis tanah yang terbentuk adalah jenis tanah regosol yang berasal dari endapan pasiran dengan topografi umumnya berombak. Puncak hujan pada bulan Oktober dan November dengan curah hujan rata-rata 3378 mm, bulan basah 8.3 bulan dan bulan kering (hujan < 50 mm/bl) selama 3 bulan. Bulan kering pada bulan Juli, Agustus dan September, bulan lembab Mei dan Juni, sedangkan lainnya adalah bulan basah mulai dari Oktober. Untuk kegiatan pengembangan dipilih pantai berpasir yang letaknya berdekatan dengan garis pantai pada areal seluas ± 11 Ha.
Gambar 2. Lokasi Penelitian Lahan Pantai Berpasir di Samas, Bantul sejak Tahun 1994 dan Karanggadung, Kebumen Sejak Tahun 2005
29
Gambar 3. Areal Penelitian Lahan Pantai Berpasir di desa Karanggadung, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen, Sejak Tahun 2005
Gambar 4. Areal Penelitian Lahan Pantai Berpasir di desa Srigading, Kecamatan Samas, Kabupaten Bantul, Sejak Tahun 1994
30
Kegiatan Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir tahun 2008 dilaksanakan dengan tata waktu sebagaimana disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Jadwal Kegiatan Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir 2008 No KEGIATAN BULAN PELAKSANAAN 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
A. KEGIATAN KANTOR 1 Persiapan - Pengadaan ATK dan Opers. Komputer - Bahan perlengkapan lapangan - Bahan penelitian B. KEGIATAN LAPANGAN 2. Perjalanan Dinas - Konsultasi/Koordinasi - Orientasi lapangan - Pelaksanaan lapangan 3. Pengamatan & Pengukuran - Pengumpulan data tanm - Data erosi pasir dll C. KEGIATAN LABORAT 4. Analisa data - Analisa data 5. Penyusunan laporan - Ft.copy/penggandaan - Rapat intern
31
B. Bahan dan Metode Bahan dan peralatan kegiatan pengembangan meliputi : a. Kegiatan penetapan lokasi, pembuatan rancangan, dan pemetaan lokasi antara lain : patok, meteran, kompas, peta dasar. b. Kegiatan pembuatan sarana penahan erosi pasir tanaman TA, antara lain : Casuarina equisetifolia (camara laut) dan jagung (Zea mays L.). Bibit tanaman budidaya semusim untuk ditanam di antara jalur tanaman TA antara lain : terong, bawang merah, cabe merah, dan ketimun, dll. d. Kegiatan perbaikan tanah berupa pupuk kandang dengan dosis 20 ton/ha serta pupuk anorganik ZA, KCl, urea, TSP, insektisida, dan fungisida. e. Kegiatan pengembangan sarana pengairan tanaman budidaya antara lain berupa bak renteng, pralon, gembor, selang, pompa air. f.
Kegiatan pengamatan perlakuan, antara lain: Sand trap, evaporimeter, ombrometer, anemometer, termometer udara, dan termometer tanah.
g. Kegiatan sosialisasi masyarakat berupa blanko/kuisioner yang relevan.
1. Jenis Kegiatan Kegiatan ini merupakan pengembangan dari hasil penelitian lahan pantai di Samas yang berlangsung sejak tahun 1997.
Disamping itu juga merupakan sarana
sosialisasi pada masyarakat di Kebumen dan juga dicobakan tanam tanaman kehutanan yang berfungsi sebagai tanggul angin sekaligus juga sebagai tanaman permanen yang membuat kondisi lingkungan semakin nyaman dan iklim mikro semakin baik.
2. Tahapan Kegiatan 2.1. Pemeliharaan jalur tanaman TA permanen Casuarina equisetifolia di Samas dan pengembangan jalur tanaman TA di Kebumen Pemeliharaan dan pengamatan tanaman TA permanen cemara laut di Samas. Sedangkan untuk kegiatan di Kebumen rancangan demplot pengembangan yang akan dilakukan pada tahun dinas 2008. Upaya rehabilitasi lahan pantai berpasir dilakukan
32
untuk mengendalikan erosi angin, memperbaiki iklim mikro dan meningkatkan produktivitas lahan. Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan pada lahan pantai berpasir di Desa Karanggadung, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen tanaman yang tepat sebagai tanggul angin permanen adalah cemara laut (Casuarina equisetifolia), lihat Gambar 5. Tanam tanaman Casuarina equisetifolia sebagai tanaman tanggul angin permanen sepanjang 500 m searah garis pantai selebar 15 m. tanaman tersebut berfungsi sebagai tanaman penghijauan untuk melindungi tanaman budidaya yang ditanam di antara jalur tanaman tanggul dari pengaruh erosi pasir, tiupan angin dan kadar garam. Metode tanam tanaman tanggul tersebut dilakukan dengan jarak tanam 5 m x 5 m setiap jalurnya, dengan model ‘gigi belalang’ dengan 3 jalur tanam.
Gambar 5. Tata Letak Cemara Laut pada Berbagai Perlakuan
33
2.2. Pemeliharaan sarana pengairan berupa sumur bak renteng Pemeliharaan sarana pengairan dengan menggunakan bak tampung dari buis beton yang dipasang secara berentengan.
Sumur renteng tersebut dipakai untuk persediaan
cadangan air tawar sepanjang waktu.
Khususnya pada masa pertumbuhan tanaman
diperlukan penyiraman air tawar rutin sehari dua kali pagi dan sore.
2.3. Pengembangan model pola tanam tanaman budidaya yang sesuai Sedang tanaman budidaya terdiri dari bawang merah, terong, cabe merah, kacang panjang, ketimun, dan semangka dengan beberapa kombinasi. Oleh karena itu, pola yang diterapkan dalam pembuatan demplot untuk upaya pengembangan rehabilitasi lahan pantai berpasir di Desa Patanahan akan mengacu pada hasil uji coba yang telah dilakukan. Tanaman budidaya di antara jalur tanaman tanggul angin untuk sementara adalah : bawang merah, terong, cabe merah, kacang panjang, ketimun, dan semangka. Adapun kebutuhan bibit per hektar dari masing-masing tanaman budidaya tersebut, yaitu: a) Terong sebanyak 10 bungkus (2 kg), b) Bawang merah sebanyak 200 kg, c) Cabe merah keriting sebanyak 50 pak (5 kg), benih jagung 20 kg. Dosis ameliorat pupuk kandang untuk meningkatkan produktivitas tanamantanaman budidaya tersebut sebanyak 20 t/ha untuk MT I. Sedang dosis pupuk kimia per hektar seperti ZA, urea, KCl, dan TSP masing-masing sebanyak 200kg.
2.4. Peningkatkan tingkat pendapatan masyarakat Untuk tanaman budidaya terlebih dahulu akan dilakukan identifikasi untuk mengetahui jenis yang relatif sesuai dengan kondisi fisik, minat masyarakat dan kebutuhan pasar. Demplot akan dibangun pada lahan seluas ± 1 Ha yang akan dibagi dalam blok-blok yang merupakan petak milik petani penggarap dengan luas masing-masing 1.000 m2.
34
2.5. Peningkatkan kenyamanan lingkungan sekitar wisata Menyediakan sarana terpadu dalam bentuk tempat-tempat berteduh para wisatawan yang nyaman untuk menikmati pemandangan pantai dan juga hasil tanaman yang dibudidayakan di sekitar pantai berpasir.
3. Parameter 3.1. Tanaman TA sebagai Pengendali Erosi Pasir Pengembangkan jalur TA antara lain dengan tanaman Casuarina equisetifolia dimaksudkan untuk mengendalikan erosi angin. Parameter biofisik yang dikumpulkan adalah curah hujan, kecepatan angin, erosi pasir (Gambar 6), evaporasi, kandungan garam, suhu tanah, pertumbuhan dan daya tumbuh tanaman cemara laut, serta input dan produksi tanaman budidaya.
Gambar 6. Tata Letak Stik Bambu untuk Pengamatan Erosi Angin di Pantai Berpasir
35
3.2. Pengembangan sarana pengairan berupa sumur bak renteng Agar perawatan tanaman dapat berjalan dengan baik perlu disediakan sarana penyediaan air antara lain dalam bentuk pengembangkan sarana pengairan berupa sumur bak renteng. Setiap tandon air dari bius beton akan diamati berapa kali sehari air harus dipompa untuk mengisi bak-bak penampung, dan berapa volume air yang diperlukan untuk menyirami tanaman tanggul angin, tanaman semusim dan tanaman kehutanan serta buahbuahan setiap harinya. Kebutuhan air tersebut dibandingkan pada saat musim kemarau (tidak ada hujan) dengan musim penghujan (ada tambahan air dari air hujan). Sehingga perlu diketahui tinggi hujan setiap hari dengan memasang penakar hujan ombrometer (manual).
3.3. Pengembangan model pola tanam tanaman budidaya yang sesuai Pengembangkan model pola tanam tanaman budidaya yang sesuai dan untuk meningkatakan produktivitas lahan. Parameter data yang dikumpulkan dari lapangan tentang tanaman budidaya sebagai indikator perubahan tingkat produktivitas lahan, antara lain dengan melakukan pengamatan baik secara : a). vegetatif pertumbuhan tanaman dan 2). generatif dengan perhitungan dan penimbangan hasil panen.
36
3.4. Peningkatan tingkat pendapatan masyarakat Peningkatkan tingkat pendapatan masyarakat lahan pantai berpasir antara lain juga diamati perubahan kondisi ekonomi masyarakat, yaitu : Investasi awal pengembangan lahan pantai berpasir, jaringan irigasi sumur renteng, pembangunan tanggul angin permanen dan sementara, pembangunan site budidaya pertanian dan buah-buahan. Input output usahatani (tenaga kerja, bibit, pupuk, racun hama penyakit, output usahatani pokok dan sampingan) dalam volume dan harganya. Kondisi ekonomi masyarakat pantai dan kondisi ekonomi rumah tangga petani pelaksana plot pengembangan. Pemanfaatan lahan pantai selama ini. Minat masyarakat terhadap upaya rehabilitasi dan pemanfaatan lahan pantai berpasir untuk usaha tani. Minat masyarakat terhadap jenis-jenis tanaman budidaya yang akan ditanam dan potensi pasar bagi jenis-jenis tanaman budidaya tersebut.
3.5. Peningkatan kenyamanan lingkungan sekitar wisata Peningkatan kenyamanan lingkungan sekitar wisata antara lain dapat ditinjau dari iklim mikro, keberadaan kelembagaan dan kebijakan yang berlaku : Perubahan kondisi iklim mikro sekitar lokasi pengembangan Akses jalan menuju ke lokasi dalam bentuk sarana dan prasarana yang memadai untuk memudahkan pengunjung wisata Institusi yang terlibat dalam pengembangan lahan pantai selama ini dan peranannya dalam pengembangan lahan pantai. Potensi dan kendala yang dihadapi dalam pengembangan pantai berpasir. Rencana pengembangan lahan pantai berpasir yang ada. Peraturan perundangan dan kebijakan pemerintah daerah dalam pengembangan lahan pantai berpasir. Status lahan pantai berpasir yang akan dikembangkan dan prediksi persoalan yang timbul kedepan. Respon pemerintah daerah dalam pengembangan lahan pantai berpasir.
37
4. Pengambilan Data Data yang diambil berupa data primer dengan cara pengamatan langsung di lapangan dan wawancara. 4.1. Tanaman TA Casuarina equisetifolia - Prosentase daya tumbuh pembibitan tanaman tanggul angin, kayu-kayuan, dan buah-buahan - Prosentase daya tumbuh, pertumbuhan dan perkembangan tinggi tanaman tanggul angin, kayu-kayuan, buah-buahan dan tanaman semusim. - Produksi hasil tanaman semusim dengan cara ubinan ukuran 1 m2 diulang masingmasing 3 kali. - Pengamatan dilakukan selama lima tahun
4.2. Sarana Pengairan - Pengukuran tinggi hujan (mm) harian melalui penakar hujan manual (ombrometer) dan diamati pada setiap jam 07.00 pagi. - kebutuhan air setiap jenis tanaman dalam satuan volume air cm3 (cc). - Kecepatan angin, erosi angin, evaporasi, dan suhu tanah, kandungan garam dan lain-lain faktor iklim diukur pada pagi dan sore setiap hari.
4.3. Model Tanaman Budidaya - Pengamatan pertumbuhan tanaman semusim selama lima tahun. -
Produksi tanaman budidaya dikumpulkan setiap panen, dalam hal ini juga dilakukan pemantauan terhadap volume dan frekuensi pemanenan dari masingmasing jenis tanaman budidaya.
- Input tanaman budidaya dikumpulkan mulai tanam sampai dengan panen. Selain itu, juga dihitung input untuk tanam tanaman TA.
38
4.4. Tingkat Pendapatan Masyarakat Peningkatkan tingkat pendapatan masyarakat dengan mengamati kondisi sosial dan budaya masyarakat. Data sosial budaya yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan survei, observasi, diskusi mendalam, dan pendampingan/pengamatan terhadap kelompok tani. Survei dilakukan dengan bantuan kuisioner pada masyarakat sekitar pantai dan petani plot.
Pencatatan input output
usahatani dan investasi pengembangan lahan pantai dilakukan secara rutin pada petani contoh. Data sekunder dilakukan dengan pengumpulan data, informasi, perundangan dan sebagainya pada instansi terkait seperti BPS, pemerintah daerah, intansi terkait dan sebagainya.
4.5. Kenyamanan Lingkungan Wisata Peningkatkan kenyamanan lingkungan sekitar wisata dengan mengamati kondisi ekonomi dan kelembagaan di masyarakat. Data ekonomi yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan survei, observasi, diskusi mendalam, dan pendampingan/pengamatan terhadap kelompok tani. Survei dilakukan dengan bantuan kuisioner pada masyarakat sekitar pantai dan petani plot. Harga input dan output dilakukan dengan observasi dan wawancara di lapangan. Minat masyarakat terhadap upaya rehabilitasi dan pemanfaatan lahan pantai serta jenis yang akan ditanam dilakukan melalui focus group discussion dan wawancara mendalam dengan masyarakat yang akan menjadi peserta dalam pembuatan demplot. Pemantauan terhadap: -
dinamika kelompok tani (kehadiran, keaktifan, inisiatif)
-
institusi yang terlibat dalam pengembangan lahan pantai selama ini dan peranannya dalam pengembangan lahan pantai.
-
Potensi dan kendala yang dihadapi dalam pengembangan lahan pantai berpasir
-
Peraturan dan kebijakan pemerintah dalam pengembangan lahan pantai berpasir.
-
Status lahan pantai berpasir yang akan dikembangkan dan prediksi persoalan yang timbul kedepan.
-
Respon pemerintah daerah dalam pengembangan lahan pantai berpasir.
39
5. Pengolahan dan Analisa Data 5.1. Tanaman TA Casuarina equisetifolia Data biofisik akan dianalisis secara deskriptif untuk menunjukkan perlakuan yang paling efektif. Dengan mengamati prosentase tumbuh tanaman TA cemara laut (Casuarina equisetifolia) dan mengamati pertumbuhan setiap bulannya.
5.2. Sarana pengairan berupa sumur bak renteng Menyiapkan instalasi saluran irigasi dalam bentuk sumur bak renteng untuk mengairi tanaman semusim, tahunan dan tanaman TA dengan air tawar. Menyediakan sarana penampungan air dan melengkapi peralatan penyiraman tanaman dengan gembor, atau dengan selang plastik.
5.3. Model pola tanam tanaman budidaya yang sesuai Pengembangan pola tanam tanaman budidaya dengan tanam tanaman semusim antara lain Semangka (Citrullus vulgaris), Terong Ungu (Solanum melongena), Bawang Merah (Allium cepa), Cabe Merah Keriting (Capsicum annuum), Kacang Panjang (Vigna sinensis) dan tanaman tahunan antara lain : Keben (Barringtonia asiatica), Bintangur (Calophyllum inophyllum), Waru (Hibiscus tilliaceus), Ketapang (Terminalia catappa). Mengamati prosentase tanaman yang tumbuh, dan pengamatan pertumbuhan tanaman setiap bulannya. Setiap masa panen dilakukan pengkuran hasil produksi dengan cara melakukan pengubinan yang berukuran 1 m2 dan diulang 3 kali.
5.4. Tingkat pendapatan masyarakat Data sosial ekonomi dan budaya dianalisis secara deskriptif, sedang data input dan output untuk sementara hanya akan dilakukan analisis biaya pendapatan. Data sosek yang terkumpul selanjutnya ditabulasi dan dianalisis. Data disajikan dalam bentuk tabel dan grafis. Data dianalisis secara kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Analisis yang dilakukan antara lain analisis finansial, analisis kependudukan.
40
5.5. Kenyamanan lingkungan sekitar wisata Menyediakan kenyamanan rekreasi di sekitar lingkungan pengembangan tanaman sekitar pantai berpasir sebagai sarana informasi kepada khalayak ramai yang berkunjung ke pantai. Penyediaan sarana dengan melibatkan masyarakat sekitar pantai berpasir, dinas pariwisata dan pemerintah daerah.
Data yang dikumpulkan berupa tingkat frekuensi
kunjungan masyarakat ke tempat wisata dan lingkungan sekitarnya.
41
IV. BIAYA DAN ORGANISASI PELAKSANA Biaya penelitian tahun 2008 sebesar Rp. 82.750.000,- (Delapan Puluh Dua Juta Tujuh Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah) dengan perincian biaya penelitian tahun 2008 sebagai berikut :
A. Belanja Bahan (Rp. 14.500.000,-) No
Jenis Kegiatan
Satuan
1
Foto copy dan dokumentasi
Paket
Vol. Kebt 1
Biaya Jumlah Satuan Biaya (Rp) 1.000.000 1.000.000
2.
ATK dan Operasional komputer
Paket
1
1.500.000
1.500.000
3
Bahan perlengkapan lapangan
Paket
1
2.000.000
2.000.000
4
Bahan penelitian
Paket
1
10.000..000 10.000..000
B. Belanja Barang Non Operasional Lainnya (Rp. 6.000.000,-) No
Jenis Kegiatan
1
Analisa data
2
Kerjantara di Lapangan
3
Rapat intern
Satuan OH
Volume Kebthn 1
Biaya Satuan 1.000.000
Jumlah Biaya (Rp) 1.000.000
HOK
90
4.500.000
4.500.000
OH
20
25.000
500.000
OT
Vol. Kebt 2
Biaya Satuan 3.500.000
Jumlah Biaya (Rp) 7.000.000
OT
17
3.250.000
55.250.000
C. Belanja Perjalanan Lainnya (Rp. 62.250.000,-) No 1
Jenis Kegiatan Perjalanan dalam rangka
Satuan
konsultasi dan koordinasi ke Bogor 2
Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegaitan ke Kebumen & ke Samas
42
Susunan organisasi pelaksana tugas dalam rangka menyelesaikan kajian tentang Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Tim Pelaksana Kegiatan Tahun 2008 No. Nama Jabatan Pendidikan
Bidang Keahlian
Kedudukan dalam TIM
1.
Ir. Beny Harjadi,MSc
Peneliti Madya
S2Penginderaan Jauh
Pedologi dan Penginderaan Jauh
Ketua Tim/ Peneliti
2.
Ir. Purwanto
Peneliti Madya
S1Kehutanan
Ekonomi Sumberdaya
Anggota/ Peneliti
2.
Arina Miardini, S.Hut
Calon Peneliti
S1 – Kehutanan
Silvikultur
Anggota/ Peneliti
3.
Gunawan
Tek Litkayasa
STM Pertanian
Pertanian
Anggota
Pelaksana 4.
Aris Budiono
Calon Teknisi
SKMA Kehutanan
Pertanian
Anggota
5.
Siswo
Calon Teknisi
SKMA Kehutanan
Kehutanan
Anggota
43
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengembangan Jalur TA dengan Tanaman Casuarina equisetifolia T10 Ǿ10
K7
K10
250,0
25,0
200,0
20,0
150,0
15,0
100,0
10,0
50,0
5,0
0,0
0,0 Biru
Hijau
Hitam
Kuning
Merah
A
B
C
D
K
keliling (K) dan Diameter (D), cm
Tinggi Cemara Laut (cm)
T7 Ǿ7
Perlakuan Cemara Laut
Gambar 7. Pertumbuhan Cemara Laut pada Berbagai Perlakuan Rata-rata pertumbuhan cemara laut untuk penanaman tahun 2006 sekitar 200 cm, yaitu dari 185,2 cm sampai 226 cm. Perkembangan keliling tanaman cemara laut mengikuti tinggi, yaitu dengan semakin bertambah tinggi maka kelilingnya juga bertambah yaitu dari 7,5 cm sampai 22,3 cm. Pertambahan tinggi tanaman dari 1 cm sampai 7,7 cm selama tiga bulan pengamatan, sedangkan pertambahan keliling batang dari 0,5 sampai 11,8 cm (Gambar 7). Selama satu tahun pengamatan atau empat kali triwulan maka diperkirakan pertambahan tinggi tanaman 4 cm sampai 30,8 cm dan pertamabahan keliling batang dari 2 cm sampai 47,2 cm.
44
Tabel 4. Rata-rata Pertumbuhan Tingg, Kelilingi dan Diameter Cemara Laut Bulan Pengamatan
Parameter Cemara Laut Tinggi
Juli 2008 Oktober 2008 Juli 2008 Oktober 2008 Juli 2008 Oktober 2008
Keliling Diameter
A Biru Air 204,8 210,4 9,3 8,8 3,0 2,9
B Hijau Kompos 179,6 185,2 7,6 7,5 2,5 2,5
C Hitam NPK 182,0 189,7 9,1 8,8 2,9 2,8
D Kuning Tanah 223,6 224,6 10,5 22,3 3,1 6,0
K Merah Kontrol 219,3 226,0 9,8 10,1 3,1 3,2
Pemberian perlakuan pada cemara laut untuk melihat pengaruh terhadap pertumbuhan tinggi, keliling dan diameter tanaman. Pemberian perlakuan dengan air, pemberian kompos pupuk kandang, pemberian komposit pupuk NPK, pemberian ameliorat tanah mineral, dan control tanpa pemberian perlakuan (Tabel 4). Dengan pertambahan tinggi tanaman cemara laut diharapkan pengaruh buruk tanaman dibelakangnya akan berkurang. Pengaruh buruk yang terjadi di lahan pantai berpasir antara lain adanya angin laut yang mengandung garam-garaman yang tinggi dan erosi angin yang berasal dari angin laut menuju darat pada siang hari. Pengaruh erosi angin akan menyebabkan terjadinya penggerusan partikel pasir di daerah lembah atau dataran, sebaliknya akan terjadi penimbunan partikel pasir di daerah gisik/bukit pasir.
2
-4 -6
JT 27
JT 25
JP 23
21 JB
19 JB
G T1 7
G P1 5
G P1 3
11 G B
DT 09
DT 07
03
DP 05
-2
DB
01
0 DB
Pengikisan (-) atau Penimbunan (+), cm
4
U T S B
-8 -10
Sampel Pengamatan Erosi Stik
-12
Gambar 8. Terjadinya Pengikisan (-) dan Penimbunan (+) Partikel Pasir di Pantai
45
Pada Gambar 8 dan Tabel 5 dapat dilihat bahwa pada tempat tertentu akan terjadi penimbunan (+) dan pada tempat lain akan terjadi pengikisan (-) yang ketebalannya bervariasi. Pengikisan tertinggi – 9,6 cm (DT) yaitu dekat dengan pantai yang terletak di timur, sebaliknya terendah – 0,1 cm (JB) yaitu jauh dari pantai sebelah barat pada tanaman semusim. Penimbunan partikel pasir akibat erosi angin tertinggi +2,1 cm (GB) yaitu pada gisik sebelah barat dan terendah = +0,1 cm (GP) yaitu pada gisik ditengah. Tabel 5. Data Pengamatan Erosi Angin Pantai Berpasir dengan Stik
DEKAT (D)
BARAT (B)
PUSAT (P)
TIMUR (T)
GISIK (G)
BARAT (B)
PUSAT (P)
TIMUR (T)
JAUH (J)
BARAT (B)
PUSAT (P)
TIMUR (T)
DB DB DB DP DP DP DT DT DT GB GB GB GP GP GP GT GT GT JB JB JB JP JP JP JT JT JT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
U -0,2 1,6 -0,2 -0,5 1 -0,2 -9,6 0,6 0,5 1 2,1 0 0,5 -0,6 0,8 -0,4 0,2 1,7 0,1 0 -0,1 -0,1 0 1 0,3 0,7 0,2
T 0 0,5 -0,4 0 -0,5 0,5 -9 0,4 0,5 1 -1,1 -0,1 0,6 0,1 0,4 -1,3 -0,4 1 0,2 -0,1 0 -0,2 0 0,6 0,5 0,7 -0,8
S 0,5 1,8 -0,3 0,4 0,2 -1,8 -9 0,6 1,4 2 0,8 0,2 -0,4 -0,6 0,9 -0,2 -0,4 0,8 0,1 0 0,2 1 -0,8 0,3 0,4 -0,2 0,6
B 0 1 -0,1 0,8 0 1 -8,7 0,5 0,5 2,1 0,5 0 0 0,3 0,5 0,3 -0,3 0 0 0,1 0 0,6 -0,4 0,5 0,5 1,5 0
46
B. Pengembangan Sarana Pengairan Berupa Sumur Bak Renteng
Rerata Kecepatan Angin (m/det)
10,0
2006 2007 2008
9,0 8,0 7,0 6,0 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0 Jan
Feb
Mrt
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Spt
Okt
Nov Des
Bulan Pengamatan 2006, 2007, 2008
Gambar 9, Rata-rata Perubahan Kecepatan Angin Tahun 2006, 2007 dan 2008 Kecepatan angin tertinggi bulan Januari 2008 yaitu 9,3 m/det dan terendah pada bulan Mei 2006 yaitu sebesar 3,8 m/det.
Kecenderungan hampir sama rata-rata
kecepatan angin setiap bulannya, yaitu pada bulan Januari dan September kecepaatn angin relatif kencang yaitu berkisar 9 m/det (lihat Gambar 9). Dengan kecepatan angin yang tinggi maka suhu udara sekitar pantai akan menjadi dingin dan cocok untuk memulai penanaman cemara laut, tapi berpotensi terjadinya tsunami. Musim penghujan kecepatan angin angin akan meningkat dan berakibat air laut akan mengalami pasang yang meningkat pula yang berakibat garis pantai atau daratan akan berkurang.
Sebaliknya pada musim kemarau kecepatan angin akan menurun
sehingga air laut pasang pun akan menurun jga yang berakibat garis pantai atau daratan akan bertambah atau menjorok ke laut (Tabel 6). Penanaman cemara laut sebaiknya sore hari (jam 15.00- 18.00), agar tidak terjadi layu akibat pengeringan mendadak setelah ditanam, dan pagi hari petani sebagian besar sibuk dibidang pertanian, dan ada sebagian sebagai pegawai di pemerintahan
47
Tabel 6. Data Kecepatan Angin di Pantai Karanggadung, Petanahan Tahun 2006-2008 2006 Max Rrt Hari Min 2007 Max Rrt Hari Min 2008 Max Rrt Hari Min
Jan Feb Mrt Apr Mei Jun 20 10 8 5 5 8 7,7 5,9 4,6 4,5 3,8 4,9 31 28 31 30 31 30 5 3 3 4 3 3 Jan Feb Mrt Apr Mei Jun 21 9 9 7 6 9 8,2 5,6 5,4 4,5 4,0 5,0 31 28 31 30 31 30 5 3 3 4 3 3 Jan Feb Mrt Apr Mei Jun 21 12 10 8 7 10 9,3 6,3 5,3 4,6 4,0 5,0 31 29 31 30 31 30 5 3 3 4 3 3
Jul Ags 10 9 6,0 5,6 31 31 3 3 Jul Ags 11 12 5,8 6,0 31 31 3 3 Jul Ags 12 9 6,1 5,8 31 31 3 3
Spt Okt Nov 12 12 9 8,4 7,9 5,9 30 31 30 5 6 5 Spt Okt Nov 14 12 10 8,8 8,2 5,5 30 31 30 5 7 5 Spt Okt Nov 14 15 10 8,8 8,2 7,0 30 31 30 5 7 5
Des 10 4,8 31 2 Des 12 6,5 31 2 Des 10 6,2 31 3
Tabel 7. Kriteria Kecukupan Hara Tanah dari Sangat Rendah sampai Sangat Tinggi
1
UNSUR HARA TINGKATAN pH
SR 1 5
R 2 6
S 3 7
T 4 8
ST 5 9
2
N total (%)
<0,1
0,1-0,2
0,21-0,5
0,51-0,75
>0,75
3
P total (ppm)
< 50
51 - 100
101 -150
151 - 250
> 250
4
K total (%)
< 10
10 - 20
21 - 40
41 - 60
> 60
5
K ttk (me/100 g)
< 0,1
0,1 - 0,3
0,4 - 0,5
0,6 - 1
>1
6
Ca ttk (me/100 g)
<2
2-5
6 - 10
11 - 20
> 20
7
Na ttk (me/100 g)
<0,1
0,1 - 0,3
0,4 - 0,7
0,8 - 1
>1
8
Mg (me/100 g)
< 0,4
0,4 - 1
1,1 - 2
2,1 - 6
>6
9
KB (%)
<20
20 - 35
36 - 50
51 - 70
> 70
10
KPK (me/100 gr)
<5
5 - 16
17 - 24
25 - 40
> 40
11
DHL (mS)
<2
2-4
4-8
8 - 15
> 15
12
Air Tersedia
<0,1
0,1-0,2
0,2-0,3
0,3-0,4
>0,4
13
BO (%)
<1
1-2
2-3
3-5
>5
14
C (%)
< 0,5
0,5-1,2
1,2-2
2-2,9
>2,9
48
Kriteria kecukupan unsure hara dari tingkatan sangat rendah (SR) sampai sangat tinggi (ST), dengan kisaran sedang (S) untuk beberapa sifat kimia tanah antara lain (Tabel 7) : -
kemasaman tanah (pH) = 7
-
Nitrogen total (N total) = 0,21 – 0,5%
-
Posfor total (P total) = 101 – 150 ppm
-
Kalium total (K total) = 21 – 405
-
Kalium tertukar (K ttk) = 0,4 – 0,5 me/100 g tanah
-
Kalsium tertukar (Ca ttk) = 6 – 10 me/100 g tanah
-
Natrium tertukar (Na ttk) = 0,4 – 0,7 me/100 g tanah
-
Magnesium (Mg) = 1,1 – 2 me/100 g
-
Kejenuhan basa (KB) = 36 – 50%
-
Kapasitas Pertukaran Kation (KPK) = 17 – 24 me/100 g
-
Daya Hantar Listrik (DHL) = 4 – 8 mS
-
Air tersedia (AT) = 0,2 – 0,3 = 20 – 30%
-
Bahan organik (BO) = 2 – 3%
-
Karbon (C) = 1,2 – 2%
Ketersediaan unsur hara di pantai berpasir sebagian besar sangat rendah (SR) dan hanya sebagian kecil yang sangat tinggi (ST) yaitu untuk P total (270,51 – 445,94 ppm) dan Na tersedia (2,11 – 5,32 me/100 g), lihat Tabel 8. Kemasaman tanah bervariasi tergantung tempat , yaitu untuk lahan pasir pantai dekat dengan air laut maka pengaruh garam-garaman sangat tinggi sehingga pH tinggi, sedangkan untuk lahan yang ada tanaman cemara laut maka garam-garaman dari laut mulai berkurang karena tertangkap oleh daun-daun cemara maka pH pun sedang. Kemasaman terendah pada lahan pasir yang ada tanaman semusim karena pengaruh pemupukan maka lama-kelamaan ph akan menurun sehingga pH nya rendah.
49
Tabel 8. Hasil Analisis Laboratorium Tanah Pantai Berpasir, Kondisi Penutupan Lahan Berbeda di Kebumen, Samas dan Pemalang ANALISIS LABORAT 2008 Kadar air %
SATUAN 0,5 mm/TLP 2 mm/KL
Air Tsd
Cemara Laut KC 0,31 0,24
KEBUMEN Pantai KP 0,43 0,36
Semusim KS 2,09
BANTUL/SAMAS Cemara Laut Pantai Semusim BC BP BS 0,22 0,14 0,55
PEMALANG Pantura PM 1,81
2,21
0,25
0,19
0,58
1,99
-0,07 SR
-0,07 SR
0,12 R
0,03 SR
0,05 SR
0,03 SR
0,18 R
pH
H2O
7,92 S
8,40 T
6,48 R
8,06 T
7,52 S
6,46 R
9,24 ST
DHL
mS
0,17 SR
0,20 SR
0,20 SR
0,20 SR
0,92 SR
0,22 SR
0,24 SR
C
%
0,27 SR
0,19 SR
2,15 T
0,23 SR
0,16 SR
0,67 R
0,24 SR
BO
%
0,47 SR
0,34 SR
3,71 T
0,40 SR
0,27 SR
1,15 R
0,41 SR
N tot
%
0,013 SR
0,011 SR
0,121 R
0,017 SR
0,004 SR
0,041 SR
0,016 SR
P tot
ppm
272,43 ST
270,51 ST
390,42 ST
272,19 ST
382,96 ST
445,94 ST
435,41 ST
K tot
%
0,02 SR
0,03 SR
0,02 SR
0,02 SR
0,02 SR
0,03 SR
0,08 SR
KPK
me/100g
5,81 R
4,02 SR
5,42 R
2,40 SR
Na tsd
me/100g
2,27 ST
2,43 ST
2,07 ST
5,32 ST
11,65 R 2,19 ST
11,87 R 2,11 ST
22,24 S 3,66 ST
50
Gambar 10. Tingkatan Kriteria Ketersediaan Unsur Hara dari Sangat Rendah sampai Sangat Tinggi Dari Gambar 10 nampak bahwa hampir sebagian besar unsur hara pantai berpasir baik yang ada di kebumen (KC, KP, KS), Bantul (BC, BP, BS) dan Pemalanag (PM) semua dalam ketersediaan yang rendah. Namun demikian lahan pantai berpasir dapat produktivitas lahan pantai berpasir dapat ditingkatkan dengan cara mengurangi faktor penghambat antara lain ; unsur hara rendah, kadar garam tinggi, angin yang kencang dari lautan, dan ketersediaan air tanah yang rendah. Produktivitas lahan berpasir dapat ditingkatkan mengingat sifat fisik lahan pantai yang baik antara lain : aerasi yang baik, drainase sangat cepat, porositas tinggi, struktur tanah lepas dan tekstur tanah yang ringan yaitu sand (S) dan loamy sand (LS). Kondisi tanah tersebut sangat sesuai untuk tanaman sayur-sayuran dan hortikultura lainnya yang memiliki nilai komoditi yang tinggi.
Kandungan Hara
4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 -0,50
Air Tsd DHL C BO N tot K tot
KC
KP
KS
BC
BP
BS
PM
Lokasi : K=Kebumen, B=Bantul, P=Pemalang
Gambar 11. Perbedaan Kandungan Hara pada Cemara, Tanaman Semusim dan Bero Bahan organik atau kandungan karbon (C) untuk tanaman semusim paling tinggi di Kebumen dibandingkan lahan pantai berpasir di Bantul maupun di Pemalang (Gambar 11). Perbedaan yang menyolok tersebut kemungkinan disebabkan di Kebumen ada tanaman kelapa disekitar tanaman semusim, sehingga timbunan dari daun kelapa ditambah banyak semak belukar yang menutupi lahan pantai berpasir menyebabkan
Kandungan Total P (ppm)
kandungan karbon lebih tinggi.
450 400 350 300 250 200 150 100 50 0
KC
KP
KS
BC
BP
BS
PM
Lokasi : K=Kebumen, B=Bantul, P=Pemalang
Gambar 12. Kandungan P di Pantai Berpasir Kebumen (K), Bantul (B) dan Pemalang (P). Kandungan Fosfor (P) sangat tinggi (ST) yaitu dari kisaran 250 sampai 450 ppm, dengan kandungan fosfor di Bantul dan Pemalang lebih tinggi dibandingkan yang
52
ada di Kebumen (Gambar 12). Kandungan Fosfor akan meningkat pada lahan yang sering diolah atau ada tanaman budidaya seperti tanaman semusim yang ada di Kebumen dan Bantul. Semakin lahan terbukar maka kandungan fsfor dalam tanah berpasir akan semakin menurun karena banyak yang terjadi pengauapan evaporasi dan terurai oleh desintegrasi karena suhu yang panas sebagai katalis. Urutan kandungan fosfor dari yang tertinggi ke terendah di lahan pantai yaitu lahan dengan tanaman semusim, lahan pasir, tanaman cemara. Pada tanaman cemara selain ada evaporasi juga transpirasi dari cemara laut, sehingga kehilangan fosfor akan meningkat dn kandungan fosfor dalam tanah menurun. 25,00 pH
Kadar Hara
20,00
KPK
15,00
Na tsd
10,00 5,00 0,00
KC
KP
KS
BC
BP
BS
PM
LOKASI:K=Kebumen, B=Bantul, P=Pemalang
Gambar 13. Kondisi pH, KPK dan Na Tersedia di Pantai Berpasir
Kapasitas Pertukaran Kation (KPK) semakin meningkat pada lahan pasir yang populasi tanaman meningkat yaitu berurutan dari yang tertinggi dari tanaman semusim, cemara laut dan lahan pasir terbuka dengan kecenderungan yang sama antara Kebumen dan Bantul (Gambar 13). KPK di Pemalang memiliki tingkat yang jauh lebih tinggi karena pasir di pantai utara lebih banyak bercampur dengan Lumpur atau tanah ameliorat, sedangkan di pantai selatan dominasi tekstur pasir (sand). Natrium tersedia atau garam-garaman akan meningkat pada lahan yang dekat pantai dan kondisi terbuka, sebaliknya semakin jauh dari garis pantai maka kandungan Natrium (Na) akan semakin menurun.
53
Suhu udara di pantai berpasir untuk siang hari selalu lebih dari pada suhu malam hari. Suhu siang hari berkisar dari 24 oC sampai 38 oC, sedangakn malam hari berkisar dari 20 oC sampai 24 oC (Gambar 14). Fluktuasi suhu baik suhu udara pada malam hari maupun siang hari tidak terlalu beda jauh untuk perubahan suhu bulanan. 40
Suhu Malam dan Siang (oC)
35 30 25 20 15 10
MMax
MRrt
MMin
Smax
SRrt
SMin
5 0 JAN
FEB
MRT
APR MEI JUN JUL AGS SPT Bulan pengamatan Tahun 2008
OKT
NOV
DES
Gambar 14. Suhu Udara pada Malam (M) dan Siang (S) Hari Tahun 2008 Suhu udara siang minimal terendah terjadi pada bulan Januari (24 oC) dan pada bulan September (28 oC), hal tersebut sebagai dimulainya penanaman tanaman keras cemara laut maupun tanaman semusim di pantai berpasir. Suhu udara siang maksimum terendah pada bulan Oktober, November dan Desember (30 oC) disaat musim penghujan (Tabel 9). Penanaman cemara laut paling cocok ditanam pada bulan Januari dan september dimana suhu udara pada siang hari turun paling rendah mencapai 24 oC. Pada kedua bulan tersebut juga ditunjang kondisi kecepatan angin tertinggi yang menyebabkan suhu menurun yaitu pada bulan Januari 21 m/det dan bulan September 14 m/det. Musim penghujan juga merupakan faktor pendukung penanaman dilakukan pada kedua bulan tersebut yaitu bulan-bulan setelah penanaman curah hujan mengalami peningkatan. Pada bulan Januari maka curah hujan akan mulai meningkat di bulan Februari yang seblumnya pada saat awal tanaman stres kekurangan air. Begitu juga pada bulan September akan
54
diikuti bulan-bulan berikutnya dengan curah hujan yang semakin meningkat sampai bulan Desember. Penanaman yang dilakukan pada saat curah hujan tinggi akan menyebabkan tanaman akan mati karena pada awalnya tanaman mendapatakn air yang cukup berlimpah tapi selanjutnya mengalami kekurangan air sehingga akan mengalami layu yang berlanjut sampai mati. Sebaliknya penanaman yang dilakukan pada musim kemarau atau curah hujan tidak dalam keadaan puncak maka pada awalnya akan mengalami stres karena kekurangan air, tetapi tanaman tersebut akan tahan dengan kondisi yang stres, sehingga pada saat curah hujan maka tanaman cemara laut akan tumbuh dengan baik. Begitu juga pada bibit cemara laut yang pada saat persemaiannya kecukupan air karena dsirami terus dan kecukupn hara karena dipupuk, maka bibit akan cemara akan cepat tumbuh besar dan vigor tanaman hijau dengan daun yang lebat. Tetapi pada saat bibit akan ditanam dia termasuk kategori bibit yang manja yaitu air cukup, makanan cukup dan teduh, maka pada saat ditanam dengan kondisi yang ekstrim seperti di pantai berpasir maka bibit tersebut tidak tahan lama dan tahan beradaptasi dengan lingkungannya sehinga mati.
Tabel 9. Suhu Udara Maximum, Rerata, dan Minimum pada Malam dan Siang Hari 2008
JAN
FEB
MRT
APR
MEI
JUN
JUL
AGS
SPT
OKT
NOV
DES
23
23
23
22
23
24
24
24
24
23
24
24
22,5 22,3 22,2
22
22 22,8 22,7 22,5 22,5 22,0 22,9 22,9
MALAM
Max Rerata Min
20
22
22
22
22
21
21
22
20
22
20
22
36
35
34
38
38
37
38
38
34
34
36
35
SIANG
Max Rerata Min
32,1 31,9 32,8 35,2 24
27
31
34
36 35,5
36 35,7 32,1 31,0 32,8 33,7
32
34
33
34
28
30
30
55
32
Suhu Tanah Malam, Lapisan A ( o C)
32,4
MA2006
32,2
MA2007 MA2008
32,0 31,8 31,6 31,4 31,2 31,0 30,8 30,6 30,4
JAN
FEB
MRT
APR
MEI
JUN
JUL
AGS
SPT
OKT
NOV
DES
NOV
DES
NOV
DES
Suhu Tanah Malam, Lapisan B ( o C)
Bulan Pengamatan 2006, 2007, 2008 32,4
MB2006
32,2
MB2007
32,0
MB2008
31,8 31,6 31,4 31,2 31,0 30,8 30,6 30,4
JAN
FEB
MRT
APR
MEI
JUN
JUL
AGS
SPT
OKT
Bulan Pengamatan 2006, 2007, 2008 MC2006
Suhu Tanah Malam, Lapisan C ( o C)
31,0
MC2007
30,8
MC2008
30,6 30,4 30,2 30,0 29,8 29,6 29,4
JAN
FEB
MRT
APR
MEI
JUN
JUL
AGS
SPT
OKT
Bulan Pengamatan 2006, 2007, 2008
Gambar 15. Suhu Tanah pada Malam Hari untuk Lapisan A, B, C dari Tahun 2006— 2008
56
Suhu tanah lapiasan top soil (A), sub soil (B) dan bahan induk (C) pada malam hari minimal 30 oC pada bulan Januari dan September (Gambar 15). Suhu tanah pada malam hari lebih dari suhu udara berkisar dari 30 oC sampai 33 o
C, dengan fluktuasi perbedaan antara suhu tanah malam minimal dan maksimal
tidak berbeda tidak seperti pada suhu udara. Begitu juga fluktuasi suhu tanah pada malam hari untuk lapisan top soil (A), sub soil (B) dan bahan induk (C) tidak berbeda jauh, dan semakin kedalam maka ada kecenderungan suhu tanah semakin menurun. Suhu tanah siang hari juga lebih tinggi dibandingkan suhu tanah pada malam hari seperti pada suhu udara yang lebih tinggi pada siang hari (Gambar 16). Suhu tanah siang hari berkisar 32 oC sampai 35 oC, dengan fluktuasi yang tidak terlalu tinggi seperti suhu udara yang perbedaan antara suhu udara terendah dengan tertinggi cukup besar.
Rata-rata suhu tanah selama tiga tahun
pengamatan relatif sama yaitu berkisar 34 oC. Seperti halnya pada malam hari suhu tanah pada siang hari semakin ke lapisan lebih dalam maka suhu akan semakin menurun, hal tersebut karena selain tidak kena langsung sinar matahari juga kondisi dibawah selalu lembab air.
57
Suhu Tanah Siang, Lapisan A ( o C)
35,4 35,2 35,0 34,8 34,6 34,4
SA2006 SA2007
34,2 34,0
SA2008 JAN
FEB
MRT
APR
MEI
JUN
JUL
AGS
SPT
OKT
NOV
DES
NOV
DES
Bulan Pengamatan 2006, 2007, 2008
Suhu Tanah Siang, Lapisan B ( o C)
35,0 34,8 34,6 34,4 34,2 34,0 33,8 SB2006
33,6
SB2007
33,4
SB2008
33,2 33,0
JAN
FEB
MRT
APR
MEI
JUN
JUL
AGS
SPT
OKT
Bulan Pengamatan 2006, 2007, 2008
Suhu Tanah Siang, Lapisan C ( o C)
34,0 33,8 33,6 33,4 33,2 SC2006
33,0
SC2007 SC2008
32,8 32,6
JAN
FEB
MRT
APR
MEI
JUN
JUL
AGS
SPT
OKT
NOV
DES
Bulan Pengamatan 2006, 2007, 2008
Gambar 16. Suhu Tanah pada Siang Hari untuk Lapisan A, B, C dari Tahun 2006--2008
58
C. Pengembangan Model Pola Tanam Tanaman Budidaya yang Sesuai Pengembangan model penanaman budidaya yang sesuai untuk lahan pantai dengan melakukan penanaman cabe besar dengan hasil yang bervariasi dari yang berkualitas rendah sampai yang berkualitas baik yaitu menghasilkan 4.000 kg/ha sampai 70.000 kg/ha (Tabel 10). Tabel 10. Hasil Produksi Cabe untuk Kwalitas Baik (A) sampai Kurang (C) Tahun 2008 Kwalitas CABE
Ubinan
Hasil per Hektar
Harga Jula (Rp.)
Rendah
4 ons/m2
4000 kg/ha
20.000.000
Sedang
11 ons/m2
11000 kg/ha
55.000.000
Baik
70 ons/m2
70000 kg/ha
350.000.000
Sebelum ditanam benih cabe dijemur selama satu hari atau setengah hari jika suhu udara cukup panas yaitu pada pukul 09.00 pagi, selanjutnya disemaikan ditempat yang sudah diberi tanah.
Persemaian dpat dilakukan
dengan mengecambahkan bibit cabe yang digulung dengan kain basah atau kertas basah. Dari benih cabe yang berkecambah baru dipindahkan ditempat persemaian. Setelah 20 hari disemaikan maka cabe sudah siap untuk ditanam pada lahan pasir yang sudah disiapkan dalam bentuk bedengan per ubinan ukuran 1 x 14 m dari arah timur ke barat atau arah utara selatan lebih baik. Untuk membuat semangat kerja anggota kelompok tani sebaiknya dibuat regu kerja, untuk kompetitif bersaing saling memberi semangat satu sama lain, sebab kalau hanya satu regu dengan jumlah anggota 30 orang ternyata yang kerja tidak lebih dari 10 orang saja. Lahan milik petani dengan swadaya dan swasembada mengupayakan lahan pantai berpasir didekat tanaman semusim dengan tanaman semangka ternyata hasilnya lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang samapada tanah biasa. Penanaman semangka dilakukan setahun 3 kali dengan hasil bersih setiap kali panen yaitu sebesar Rp23.696.500,000,-/ha (Tabel 11). Panen dilakukan pada malam hari dengan selain alasan keamanan juga alasan kalau siang hari sangat panas.
59
Tabel 11. Produksi Semangka di Pantai Berpasir Tahun 2008, Karanggadung Petanahan
60
Fluktuasi hujan memiliki kecenderungan grafik berbentuk U yaitu rendah di bulan Mei sampai dengan Agustus (Gambar 17). Pada tahun 2007 terjadi curah hujan yang berbeda yaitu selain curah hujan rendah di bulan tersebut juga pada bulan Januari mengalami penurunan yaitu hampir tidak ada hujan sama sekali. Kondisi tersebut merupakan kelanjutan dari curah hujan yang rendah di tahun 2006 dari bulan Mei sampai Desember, sebaliknya awal tahun atau Januari 2006 curah hujan tertinggi sampai 743 mm/bulan.
800
Tinggi Hujan Bulanan (mm)
700
743
600 500
547,6
482,6
400
CH2006 CH2007
300
CH2008
200 100 0 Jan Feb Mrt
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Spt
Okt Nov Des
Bulan Pengamatan 2006, 2007, 2008
Gambar 17. Fluktuasi Curah Hujan Bulanan dari Tahun 2006 -- 2008 Curah hujan yang tinggi awal tahun 2006 ternyata sebagai awal penyebab terjadinya tsunami dengan adanya air laut yang kencang dan air laut meluap sampai ke daratan, sehingga sepanjang pantai selatan di jawa tengah kena tsunami. Korban tsunami terbesar di pantai pengandaran selain merusak rumahrumah warga juga memakan korban manusia.
61
Curah hujan harian tertinggi setiap tahunnya berbeda, yaitu untuk tahun 2006 di bulan Februari 80 mm/hr, tahun 2007 di bulan November 78 mm/hr, dan tahun 2008 di bulan Desember 100 mm/hr (Gambar 18). Hujan maksimum harian dan fluktuasi hujan yang variasinya berbeda setiap tahunnya menunjukkan bahwa kondisi iklim di lokasi pantai berpasir berubah-ubah setiap saat. Walaupun demikian kecenderungan fluktuasi curah hujan relative sama dan musim yang cocok untuk penanaman tanaman kehutanan juga sama yaitu bulan Januari dan September. Sedangkan untuk tanaman semusim sekali bisa tanam tiga kali dengan pola tanam dari Februari – April, Agustus – Oktober, November – Desember. Lahan pantai berpasir diberokan pada saat tidak turun hujan sama
Tinggi Hujan Max dan Min (mm)
sekali yaitu pada bulan Mei sampai Agustus.
MX2006
120
MX2007
100
MX2008 Mn2006
80
Mn2007 Mn2008
60 40 20 0 Jan Feb Mrt Apr Mei Jun
Jul Ags Spt Okt Nov Des
Bulan Pengamatan 2006, 2007, 2008
Gambar 18. Fluktuasi Curah Hujan Harian Maximum dan Minimum, Tahun 2006—2008
62
D. Peningkatan Tingkat Pendapatan Masyarakat Peningkatan pendapatan masyarakat ini merupakan target yang harus dipenuhi jika ada suatu kegiatan baru diperkenalkan kepada masyarakat. Untuk memudahkan mereka untuk percaya bahwa lahan pasir yang selama ini dianggap tanah marjinal karena banyaknya keterbatasan yang ada maka kegiatan studi banding yang serupa sangat penting.
Pada tahun 2007 Kelompok Tani Pasir
Makmur mengadakan studi banding ke samas kabupaten Bantul yang sudah lebih dulu melakukan usahatani tanaman semusim di lahan berpantai.
Dengan
membandingkan hasil usahatani lahan pantai dengan lahan mineral biasa ternyata hasilnya sangat mencengangkan yaitu bisa lipat dua bahkan sampai tiga kalinya. Keberhasilan kegiatan di lapangan tidak hanya ditunjukkan dari penampakan riil fisik di lapangan saja yang telah sesuai dengan yang dirancang sebelumnya dari kantor. Pengalaman beberapa tempat membuktikan segala bentuk kegiatan yang dilakukan di lapangan setelah ditinggalkan maka tamatlah sudah atau terbengkalai rusak dan ditinggalkan oleh masyarakat juga karena mereka merasa tidak ada rasa kepedulian untuk memiliki kegiatan tersebut. Lebih parahnya lagi kalau masyarakat hanya memandang kegiatan proyek tersebut hanya permainan sesaat belaka, sehingga setelah ditinggalkan tanaman kayu akan ditebang, begitu juga green belt dianggap mengganggu tanaman semusim juga akan dihabiskan. Dengan demikian sebagus apapun pernecanaan kita tanpa melibatkan masyarakat secara intensif dengan membangun dan upaya memberdayakan masyarakat dengan peran aktifnya maka kegiatan tersebut akan terputus ditengah jalan. Padahal target untuk tanaman kehutanan atau tanaman keras butuh pemantauan puluhan tahun 30 – 50 tahun, sedangkan kegiatan penelitian hanya berkahir selama lima tahun disuatu lokasi. Berkenaan dengan pemantapan konsep rancangan untuk diterapkan di lapangan perlu ada langkah-langkah dengan selalu melibatkan dengan masyarakat secara penuh, karena memang nantinya yang merawat dan menjaga tanaman tersebut adalah masyarakat. Adapun beberapa hal yang harus dilakukan pada saat memberdayakan masyarakat untuk partisipatif aktif dari perencanaan sampai pelaksanaan dan evaluasi, antara lain :
63
a. Pemantapan Kelompok Tani (KT) dengan mengadakan pertemuan rutin dengan program yang jelas untuk menyatukan rencana kantor dengan rencana
masyarakat
setempat
dan
sekaligus
mengajak
praktek
melaksanakan kegiatan di lapangan. b.
Merubah persepsi masyarakat bahwa lahan yang dulu dianggap lahan marjinal dan tidak akan menghasilkan apa-apa, maka dengan sentuhan teknologi lahan pantai berpasir dapat menghasilkan sesuatu yang memiliki nilai komoditi yang tinggi.
c. Pendekatan dengan masyarakat atau grounded dengan terjun langsung dan berinteraksi secara intensif dengan petani atau penduduk setempat dan sering tinggal di lokasi sehingga akan terjalin silaturahmi dan kerjasama yang harmonis. d. Sering beradaptasi dan sosialisasi dengan masyarakat baik yang masuk sebagai anggota kelompok tani maupun yang bukan anggota kelompok tani dengan selalu menceritakan tentang pentingnya melestarikan lingkungan dan sama-sama mencari terobosan untuk mengangkat kesejahteraan masyarakat. e. Penggalian potensi masyarakat dan potensi lahan dengan mengumpulkan data primer setiap tahunnya, kalau untuk social ekonomi dan udaya (soseklembud) masyarakat dengan pendepakatan bincang-bincang, wawancara maupun dengan bertanya menggunkan kuisioner. f. Pendekatan dengan tokoh kunci di masyarakat maupun tokoh-tokoh yang berpengaruh baik tokoh agama (TOGA) maupun tokoh masyarakat (TOMAS), aparat dan semua lembaga yang ada di desa.
64
E. Peningkatan Kenyamanan Lingkungan Sekitar Wisata Selama tiga tahun ada kegiatan penanaman tanaman cemara laut di dekat lokasi wisata sudah mulai menampakkan peningkatan jumlah pengunjung dari tahun ke tahun sejak tahun 2006 sampai 2008 (Tabel 12). Faktor tersebut mungkin tidak hanya karena adanya kegiatan penelitian tapi bisa juga oleh sebab lain, tapi kalau dilihat kejadian tsunami pada tahun 2006 sempat menurunkan jumlah pengunjung sepanjang pantai selatan. Tabel 12. Pengunjung di Obyek Wisata Karanggadung dari Tahun 2006--2008 Pengunjung Wisata Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember TOTAL
Pengunjung 2006 Orang % 4000 6,1 500 0,8 1000 1,5 1300 2,0 1500 2,3 1200 1,8 1100 1,7 300 0,5 400 0,6 50000 75,6 3000 4,5 1800 2,7 66100 100,0
Pengunjung 2007 Orang % 2568 3,7 731 1,1 1145 1,6 1267 1,8 1260 1,8 2439 3,5 2310 3,3 828 1,2 705 1,0 52830 76,1 736 1,1 2645 3,8 69464 100,0
Pengunjung 2008 Orang % 2642 3,2 1455 1,8 2467 3,0 1014 1,2 1485 1,8 1801 2,2 1632 2,0 1314 1,6 950 1,2 62122 76,1 842 1,0 3941 4,8 81665 100,0
Total pengunjung wisata setiap tahunnya dari tahun 2006 sebanyak 66.100 orang dan semakin tahun meningkat yaitu di tahun 2007 sebanyak 69.464 orang dan tahun 2008 menjadi 81.665 orang. Kenaikan jumlah pengunjung tentunya
akan
diikuti
kenaikan
pendapatan
wisata
juga
yaitu
dari
Rp.136.550.000,- di tahun 2006 menjadi Rp. 161.227.250,- pada tahun 2008 (Tabel 13). Puncak kunjungan wisata 76% terjadi pada bulan Oktober sejak tahun 2006 sampai 2008 yaitu bertepatan dengan hari raya Idul Fitri karena anak-anak sekolah libur satu minggu sebelun hari raya dan satu minggu setelah hari raya (Gambar 19). Diluar bulan Oktober kunjungan wisata hanya berlangsung pada hari Minggu saja, sehingga setiap bulannya hanya dipadati pengunjung empat
65
kali saja. Sedangkan pada bulan Oktober selain 4 hari juga dipadati pengunjung 10 hari pada hari raya Idul Fitri. Tabel 13. Pendapatan Obyek Wisata Karanggadung dari Tahun 2006—2008
90000
Jumlah Pengunjung (Jiwa)
80000 70000 60000
Pendapatan 2006 Pendapatan 2007 Pendapatan 2008 Rp. % Rp. % Rp. % 6.000.000 4,4 5.187.500 3,7 4.623.500 2,9 750.000 0,5 1.478.500 1,1 2.546.250 1,6 2.000.000 1,5 2.099.500 1,5 4.317.250 2,7 2.600.000 1,9 2.437.500 1,8 2.028.000 1,3 3.000.000 2,2 2.545.000 1,8 2.508.250 1,6 2.400.000 1,8 5.322.500 3,8 3.602.000 2,2 2.200.000 1,6 4.502.000 3,3 3.264.000 2,0 600.000 0,4 1.667.000 1,2 2.628.000 1,6 .800.000 0,6 3.624.500 2,6 1.900.000 1,2 100.000.000 73,2 102.714.750 74,2 124.244.000 77,1 9.000.000 6,6 1.513.000 1,1 1.684.000 1,0 7.200.000 5,3 5.412.500 3,9 7.882.000 4,9 136.550.000 100,0 138.504.250 100,0 161.227.250 100,0
J2006
180000000
J2007 J2008 Rp2.006
160000000 140000000
Rp2.007 Rp2.008
120000000
50000
100000000
40000
80000000
30000
60000000
20000
40000000
10000
20000000
0
0
OKT
TOTAL
Pengunjung Bulan Oktober dibanding Total Setahun
Gambar 19. Kunjungan dan Pendapatan Wisata, Oktober dan Total Setahun 2006—2008
66
Pendapatan Wisata (Rp.)
Pendapatan Wisata Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember TOTAL
Pada Gambar 20 dapat dilihat selain bulan Oktober atau hari raya Idul Fitri kunjungan wisata tertinggi pada bulan Januari 2006 dan Desember 2008. Kunjungan wisata pada bulan Januari 2006 bertepatan dengan tahun baru dan saat awal pergantian tahun tersebut justru musibah datang yaitu adanya tsunami. Tahun 2008 puncak kunjungan jatuh pada bulan Desember 2008 bersamaan dengan hari natal dan menjelang pergantian tahun baru. Begitu juga pada tahun 2007 terjadi puncak kunjungan pada saat hari Natal bulan Desember dan tahun baru bulan Januari. Pada tahun 2007 pengunjung juga banyak pada bulan Juni dan Juli, walaupun musim panas atau kemarau tetapi pada saat itu ada liburan anak sekolah untuk kenaikan tingkat atau kelulusan.
3500
J2007 J2008 Rp2.006
3000
Rp2.007 Rp2.008
4000
Jumlah Pengunjung (Jiwa)
10000000
J2006
9000000 8000000 7000000 6000000
2500 5000000 2000 4000000 1500
3000000
1000
2000000
500
1000000
0
0 JAN
FEB
MRT
APR
MEI
JUN
JUL
AGS
SPT
NOV
DES
Bulan Kunjungan Wisata
Gambar 20. Kunjungan dan Pendapatan Wisata Bulanan, Tahun 2006 – 2008 Pengunjung wisata akan meningkat jika ada liburan panjang anak-anak sekolah, yang terjadi pada liburan hari raya idul Fitri karena merayakan satu bulan penuh berpuasa, hari Natal dan tahun baru karena bersuka ria menyambut pergantian tahun, dan liburan sekolah kenaikan kelas atau kelulusan yaitu bulan Juni dan Juli.
67
Pendapatan Wisata (Rp)
4500
VI. KESIMPULAN Pengembangan jalur TA (Tanggul Angin) dengan tanaman Cemara laut (Casuarina equisetifolia) setiap tahunnya ditanam pada lahan seluas satu hektar pada seluruh areal penelitian sebelas hektar. Pengembangan tanaman cemara laut tahun 2008 sudah memasuki tahun keempat sejak tahun 2005 yang ditanam sepanjang pantai Karanggadung 100 m dari puncak pasang air laut tertinggi dengan jarak tanam 5 m x 5 m. Penananaman cemara laut hendaknya menggunakan bibit yang sudah tahan dengan ciri-ciri batang coklat , daun hijau gelap dan ukuran diameter batang ½ cm atau keliling batang sekitar 2 cm dengan umur bibit sekitar 6 sampai satu tahun. Rata-rata pertumbuhan tinggi cemara laut yang ditanam tahun 2006 dari 185,2 cm sampai 226 cm dengan keliling batang 7,5 sampai 22,3 cm dengan pertambahan tinggi 30,8 cm/tahun dan keliling 47,2 cm/tahun. Pengembangan sarana pengairan berupa sumur bak renteng dengan selalu menginventarisasi adanya kerusakan instalasi dan memperbaikinya untuk keperluan pengembangan tanaman semusim Cabe merah. Beberapa data iklim juga diamati seperti erosi angin pada lahan berpasir, kecepatan angin serta suhu udara dan suhu tanah.
Erosi angin akan menyebabkan terjadinya pengikisan (-) pada daerah
lembah atau dekat dengan pantai dan terjadi penimbunan (+) di daerah gisik atau bukit pasir. Pengikisan tertinggi di daerah dekat pantai setinggi – 9,6 cm dan penimbunan tertinggi +2,1 cm di Gisik pasir sebelah barat. Kecepatan angin tertinggi pada bulan Januari 2008 sebesar 9,3 m/det dan kecepatan angin terendah bulan Mei 2006 sebesar 3,8 m/det. Suhu udara di pantai berpasir rata-rata berkisar dari 24 oC sampai 38 oC, Suhu udara siang minimal terendah terjadi pada bulan Januari (24 oC) dan pada bulan September (28 oC),. Suhu tanah semakin ke lapisan dalam dari lapisan A ke C suhu tanah akan semakin menurun. Suhu tanah siang hari lebih tinggi (32 oC -- 35 oC) dari pada malam hari seperti suhu udara. Lahan pantai berpasir beberapa kandungan unsur hara sangat rendah yaitu antara lain Air tersedia, karbon (C), bahan organik (BO), Nitrogen (N), Kalium (K) dan Kapasitas Pertukaran Kation (KPK), hanya 2 unsur hara pada kondisi sangat tinggi yaitu Posfor (P) berkisar 270,51 – 445,94 ppm dan Natrium (Na) berkisar 2,19 – 5,32 me/100 g.
68
Pengembangan model pola tanam tanaman budidaya yang sesuai dengan penanaman cabe merah dengan hasil dari yang kualitas jelek sampai yang baik berkisar 4.000 kg/ha sampai 70.000 kg/ha. Untuk semangka yang dikembangkan oleh petani setempat bisa mencapai keuntungan Rp.23.696.500,-/ha selama 2,5 bulan. Kondisi curah hujan dengan fluktuasi umum yiatu berbentuk U dengan terendah pada bulan Mei sampai Agustus dan saat itu lahan kebanyakan diberokan. Sehingga pola tanam di lahan pantai berpasir adalah dari Februari – April, Agustus – Oktober, November – Desember. Peningkatan tingkat pendapatan masyarakat dengan pengembangan lahan pantai berpasir semaksimal mungkin dengan perbaikan lingkungan lahan berpasir. Keberhasilan kegiatan di lapangan harus banyak ditunjang partisipasi aktif dari anggota kelompok tani dan masyarakat yang bukan anggota dengan merubah persepsi bahan lahan berpasir yang dianggap lahan marjinal menjadi lahan yang memiliki produktivitas tinggi. Peningkatan kenyamanan lingkungan sekitar wisata dengan menciptakan suasana sejuk dan tiduh dengan tanaman cemara laut sehingga tercipta iklim mikro yang baik, dan diharapkan para pengunjung wisata dapat tinggal berlama-lama disana.
Dari data pengunjung sejak tahun 2006 sampai 2007 mengalami
peningkatan yaitu 66.100 orang menjadi 81.665 orang dengan kenaikan pendapatan sebesar Rp.24.677.250,- dari Rp.136.550.000,- di tahun 2006 menjadi Rp. 161.227.250,- pada tahun 2008.
69
DAFTAR PUSTAKA
Abe, A. 2002. Perencanaan Daerah Partisipatif. Pondok Edukasi. Solo. Bloom, A. L. 1979. Geomorphology: A Systematic Analysis of Late Cenozoic Landforms. Prentice-Hall of India, ND 110001. Departemen Kehutanan. 2000. Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Ditjen RLPS, Dep. Kehutanan, Jakarta Heyne, K., 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan . Jakarta. Hikmat, H. 2001. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Humaniora Utama Press. Bandung. Irfani, R. 2004. Partisipasi Manipulatif : Catatan Refleksi tentang Pendekatan PRA dalam Pembangunan Masyarakat. Kartawinata, K. 1979. The Classification and Utilization of Forests in Indonesia. Dalam Capenter, R. A. (ed). Assessing Tropical Forest Lands: Their Suitability for Sustainable Uses. Tycooly Int. Pub. Ltd., Dublin, Ireland. Karyana, A. 2004. Pembangunan Partisipatoris dalam Pengelolaan DAS.
[email protected] Kusumanto, Y. 2002. Sebuah Perjalanan Bersama dalam Pengelolaan Hutan : Konsep, Penelitian Partisipatoris dan Praksis. Langkah. Warta Penelitian Aksi Bersama ACM CIFOR. Bungo-Jambi. Purnomo. Y., Mulyadi. I., Amien dan H. Suwardjo. 1992. Pengaruh Berbagai Bahan Hijau Tanaman Kacang-Kacangan terhadap Produktivitas Tanah Rusak. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk No. 10 : 61 – 64. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. Pusat Penyuluhan Kehutanan. 1997. Buku Pintar Penyuluhan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Setiadi, Y dan R. Prematori. 1998. Prospek Pengembangan Cendawan Mikoriza Arbuskula untuk Rehabilitasi Lahan Kritis. Kumpulan Makalah
70
Ekspose Hasil Penelitian Teknik Rehabilitasi dan Reboisasi Lahan Kritis, Wanariset II Kuok, Balai Penelitian Pematang Siantar. Sukresno, dkk. 2000. Kajian Pengembangan Pemanfaatan Lahan Pantai Berpasir dalam Rangka Peningkatan Produksi Tanaman Pangan di Pantai Selatan DIY. Laporan Penelitian BTP-DAS Surakarta. Badan Litbang Kehutanan. Sukresno. 1998. Pemanfaatan Lahan Terlantar di Pantai Berpasir Samas-Bantul DIY dengan Budidaya Semangka. Prosiding. Seminar Nasional dan Pertemuan Tahunan Komisariat Daerah Himpunan Ilmu Tanah Indonesia, HITI Komda Jawa Timur, Malang. Sukresno. 1999a. Model Pemanfaatan Lahan Tidur Berkelanjutan Melalui Pengembangan Beberapa Tanaman Konservasi dan Tanaman Budidaya di Lahan Berpasir Pantai Selatan DIY. Prosiding Seminar Sehari Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional VII: Teknologi Pengembangan Lahan dan Air untuk Peningkatan Produktivitas Pertanian. HATTA dan FOPI, Puspitek Serpong, Serpong. Sukresno. 1999b. Kajian Konservasi Tanah dan Air pada Kawasan Pantai Berpasir di DIY, Proyek P2TPDAS KBI, BTPDAS, Badan Litbang Kehutanan, Surakarta. Sutikno, S. Padmowiyoto, dan Sukresno. 1998. Model Konservasi Terpadu dan Pemanfaatan Mikorisa sebagai Upaya Pengamanan dan Peningkatan Produktivitas Lahan Berpasir di Wilayah Pantai Selatan DIY. Laporan Riset, Riset Unggulan Terpadu (RUT) III, Bidang Teknologi Perlindungan Lingkungan (1994-1997). Kantor Menristek, DRN, Serpong. Tim UGM. 1992. Rencana Pengembangan Wilayah Pantai Jawa Tengah. F. Geografi UGM Yogyakarta-BRLKT Wilayah V, Ditjen RRL, Dephut, Semarang. Trubus, 2006. Karena Keben Sembuh Katarak. Trubus No.434 Januari, XXXVII. Widjajanto, D. 2003. Degradasi Lahan di Kawasan Taman Nasional Lore-Lindu dan Sekitarnya. rudyct.tripod.com/sem2_023/danang_widjajanto.pdf
71
KERANGKA LOGIS PENELITIAN Tabel Lampiran 1. Kerangka Logis Kegiatan Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir (RPTP 2008) NARASI
INDIKATOR-INDIKATOR SASARAN
CARA VERIFIKASI
ASUMSI
Tujuan : Untuk menyediakan sarana pengembangan teknologi rehabilitasi lahan pantai berpasir yang sesuai, berupa demplot yang representatif serta inovatif
Tersedianya demplot teknik rehabilitasi lahan terdegradasi lahan pantai berpasir yang tepat guna dan dapat diadopsi oleh masyarakat.
Sasaran :
Tersedianya :
1
1. Informasi kondisi tanaman TA dan pembibitan tanaman TA 2. Sarana pengairan air tawar untuk penyiraman tanaman pagi dan sore 3. Informasi model pola tanaman budidaya yang sesuai 4. Informasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat 5. Informasi sarana untuk wisata dan lingkungan secara terpadu
Mengembangkan jalur TA dengan tanaman equisetifolia. 2 Mengembangkan sarana pengairan berupa sumur bak renteng 3 Mengembangkan model pola tanam tanaman budidaya yang sesuai. 4 Meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat 5 Meningkatkan kenyamanan lingkungan sekitar wisata. Output :
1. Tersedianya informasi pertumbuhan 1. tanaman C. equisetifolia sebagai tanaman jalur TA dan informasi efektivitas jalur TA sebagai pengendali erosi pasir . 2. 2. Tersedianya informasi sistem pengairan yang sesuai untuk lahan pantai pasir. 3.
Rehabilitasi lahan melalui perbaikan beberapa sifat tanah dalam waktu yang tidak lama. Rehabilitasi lahan melalui perbaikan sistem pola tanam Rehabilitasi lahan dengan
Kenampakan di lapangan
Sumber dana tersedia, ada pertisipasi masyarakat
1. Plot-Plot Pengembangan 2. Pengukuran dan Pengamatan lapangan 3. Survey dan evaluasi terhadap masyarakat dan lembaga terkait
Perlakuan pengembangan yang dicobakan berhasil dan sesuai dengan kondisi setempat
1. Plot-Plot Pengembangan 2. Evaluasi kondisi lapangan
1. Dana dan tenaga tersedia 2. Koordinasi berjalan baik
72
3. Tersedianya informasi pertumbuhan dan hasil jenis-jenis tanaman semusim yang sesuai untuk lahan pantai berpasir. 4. Tersedianya informasi kondisi sosial budaya masyarakat pantai berpasir 5. Tersedianya analisis finansial model rehabilitasi lahan dan konservasi tanah yang dikembangkan pada lahan pantai. 6. Tersedianya informasi kelembagaan, tingkat adopsi dan partisipasi masyarakat terhadap upaya RLKT lahan pantai berpasir yang mendukung wisata lingkungan terpadu. Aktivitas : 1.1. Pengembangkan model rehabilitasi lahan 1.2. Pengamatan prosen tumbuh dan pengukuran pertumbuhan tanaman TA 2.1. Penyediaan air tawar untuk perawatan tanaman dengan penyiraman 2.2. Pengumpulan data iklim 3.1. Pengukuran pertumbuhan tanaman kayukayuan dan buah-buahan 3.2. Pengukuran produksi tanaman semusim 4.1. Data primer dan sekunder kondisi sosial ekonomi masyarakat 5.1. Melakukan wawancara, kuisioner, dll 6.2. Pengumpulan data partisipasi masyarakat dalam rahabilitasi lahan 6.3. Pengumpulan data kelembagaan upaya rehabilitasi lahan
4.
5.
tanaman hortikultura bawang merah, cabe, dll. Analisis biaya dan pendapatan usahatani dari perlakuan yang dicoba. Tingkat adopsi dan partisipasi masyarakat serta kelembagaan dalam kegiatan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah.
1. Perlakuan Rehabilitasi lahan pantai berpasir 2. Data kecepatan angin & erosi angin 3. Data evapotranspirasi 4. Data curah hujan & kadar garam 5. Data pertumbuhan tanaman 6. Data produksi tanaman 7. Analisa biaya dan pendapatan
1. Plot Rehabilitasi lahan 2. Pengukuran dan Pengamatan lapangan
Data, dana dan tenaga tersedia
3. Survey terhadap masyarakat dan lembaga terkait 4. Diskusi kelompok 5. Temu lapang dengan petani
8. Data tingkat adopsi masyarakat 9. Data partisipasi masyarakat 10. Kelembagaan rehabilitasi lahan
73
74