I N B P Klenteng.docx

  • Uploaded by: vernanda
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View I N B P Klenteng.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,835
  • Pages: 14
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring berkembangnya zaman dan IPTEK. Banyak bidang bidang yang dituntut untuk melakukan berbagai perubahan untuk menyesuaikan dengan zaman. Bidang – bidang seperti bidang ekonomi, industri, sosial, budaya dan tidak terkecuali bidang arsitektur dan interior. Dalam bidang arsitektur dan interior mengalami perubahan yang sangat signifikan. Diawali dengan gaya tradisional yang sangat erat kaitannya dengan aspek budaya hingga sekarang gaya modern dan minimalis yang hanya mementingkan nilai estetika dan keuntungan semata. Pada era milenial ini gaya modern dan minimalis lebih sering dipakai untuk dijadikan referensi dalam pembuatan sebuah bangunan dan rumah. Banyak aspek budaya yang tidak dimasukkan ke dalam unsur – unsur arsitektur dan interiornya seperti, warna, konstruksi, ragam hias, ornamen, struktur hirearki, hingga penempatan ruang. Padahal pada setiap unsur tersebut memiliki makna dan filosofi yang sangat banyak. Makna dan filosofi tersebut erat kaitannya dengan kepercayaan dan adat istiadat. Salah satunya adalah pada unsur warna. Menurut Henry Dreyfuss (Sanyoto, 2005) warna adalah sebuah zat tertentu yang memberikan warna pada suatu objek tertentu, warna akan menjadi sebuah hal yang memperkuat akan kesan dan tujuan yang memperkuat aspek identitas pada suatu objek. Sedangkan menurut Albert H. Munsell. Warna adalah sebuah bentuk elemen penting dalam ruang lingkup seni rupa, bahkan warna tidak hanya berarti dalam ruang lingkup senirupa, namun juga berarti dalam sebuah kehidupan yang harus memiliki warna agar bahagia.

1

Warna tidak hanya sekedar untuk menambah nilai estetika tetapi juga menampilkan kesan budaya dan kepercayaan. Pada setiap warna memiliki makna dan fungsi

yang berbeda – beda. Fungsi yang dimaksud adalah

penempatan warna pada tempat yang tepat. Dalam pembahasan kali ini akan dibahas berbagai makna dan filosofi dari setiap warna di kepercayaan China pada bangunan peribadatan mereka yaitu klenteng. Salah satu klenteng yang memiliki banyak sejarah dan makna pada setiap bagiannya adalah Klenteng Tien Kok Sie, Pasar Gede, Surakarta.

1.2 RUMUSAN MASALAH Dari penjelasan latar belakang diatas, didapatkan beberapa rumusan masalah, antara lain : a. Sejarah Klenteng Tien Kok Sie b. Warna pada Klenteng Tien Kok Sie

1.3 TUJUAN Mengetahui bagaimana sejarah terbentuknya Klenteng Tien Kok Sie sampai dengan masa sekarang dan mengetahui lebih dalam tentang interior dan ornamen yang ada pada Klenteng Tien Kok Sie. 1.4 MANFAAT Memberikan penjelasan tentang sejarah terbentuknya Klenteng Tien Kok Sie serta arsitektur Klenteng Tien Kok Sie. 1.5 METODE PENELITIAN 1. Metode Studi Pustaka Merupakan metode pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan menggunakan semua bahan yang tertulis yang relevan dengan pembahasan karya tulis.

2

BAB II PEMBAHASAN 2.1 SEJARAH KLENTENG TIEN KOK SIE Klenteng adalah tempat ibadah bagi umat Tri dharma dan sebagai apresiasi bentuk budaya leluhur masyarakat Tionghoa memiliki keunikan dan seni arsitektur yang tinggi. Etnis Cina mulai merantau dan berdagang di Surakarta sebelum kota tersebut dibentuk. Para pedagang tersebut melakukan hubungan dagang dengan melakukan kontak sosial ekonomi dengan penduduk setempat. Barang dagangan yang dibawa adalah barang kelontong kebutuhan sehari-hari yang diangkut dari Tiongkok dengan mempergunakan kapal. Cina pedagang yang merantau ke Surakarta membawa berbagai kebudayaan nenek moyang. Salah satu bentuk kebudayaan itu adalah kepercayaan tradisional yang berupa agama. Etnis Cina membangun pula tempat ibadah yang disebut kelenteng yang dipergunakan pula sebagai tempat berkumpul. Di Surakarta, terdapat bangunan klenteng yang telah berdiri ratusan tahun yang lalu dan memiliki banyak nilai sejarah. Kelenteng Tien Kok Sie merupakah salah satu kelenteng tertua di Kota Surakarta yang dibangun pada 1745. Berdirinya kelenteng ini mengikuti berdirinya Keraton Surakarta Hadiningrat, dan letaknya pun di dekat keraton. Klenteng Tien Kok Sie berada di simpang empat jalan atau disebut “tusuk sate” yang arah hadapnya frontal terhadap jalan raya. Dalam kepercayaan masyarakat Cina letak ”tusuk sate” merupakan letak yang kurang baik untuk dihuni, sehingga perlu sarana untuk membersihkan energi (chi) buruk tersebut dengan cara mendirikan klenteng. Klenteng Tien Kok Sie memiliki arah hadap ke arah Utara. Wilayah Utara dianggap sebagai wilayah yang kurang menguntungkan karena darerah gurun yang gelap dan menghembuskan angin dingin (feng). Lahan klenteng berdiri berbentuk trapesium, bagian belakang klenteng melebar ke samping kanan. Bentuk lahan ini menurut fengshui baik karena melebar pada bagian belakang (ngantong) dipercaya melambangkan kemakmuran jangka panjang. Altar dewa utama ditempatkan pada bagian tengah ruangan di ruang suci utama. Altar pemujaan untuk Dewa/ Dewi yang lain ditempatkan pada sisi kiri. Posisi tengah dalam fengshui (posisi ular/tanah) adalah unsur yang mengandung yang-yin yang seimbang (netral). Maka penempatan altar dewa utama sudah sesuai dengan nilai fengshui. Pada kedua ruang suci utama klenteng terdapat pilar-pilar yang menopang berjumlah 8 buah. 8 buah pilar utama ini memiliki arti sebagai simbol kebangsawanan. Berjumlah 8 karena angka 8 dipercaya orang tionghoa sebagai angka keberuntungan. Penggunaan pilar

3

tersebut pada bangunan klenteng ini adalah sebagai penopang kehidupan dengan kekuasaan yang mulia. (Marcella 135). Bentuk formasi penyusunan pilar yang terbagi menjadi 4 dikanan dan 4 dikiri untuk menyangga bangunan utama agar kuat. Pada klenteng Tien Kok Sie peninggian lantai hanya terletak pada bagian tengah ruang Thia saja untuk melambangkan bahwa ruangan yang paling sakral. Pintu kedua klenteng terdiri dari 3 buah pintu. Pintu tengah untuk masuk Dewa, pintu kanan untuk masuk dan pintu kiri untuk keluar umat. Pintu terdiri dari satu panil yang berdaun ganda agar chi bisa masuk dan bersirkulasi secara leluasa. Pintu ini melambangkan keseimbangan. Kusen pintu bagian bawah dibuat menonjol dan menyebabkan orang mengangkat kakinya agak tinggi ketika masuk ke dalam klenteng. Hal ini sesuai dengan nilai fengshui. Ragam hias yang dimiliki klenteng Tien Kok Sie adalah naga, kilin, bambu, teratai, burung Phoenix, burung Bangau, kuda, rusa, kelelawar, kepiting, kupu-kupu, dan macan.

Dalam kebudayaan Tionghoa awal, yang membentuk falsafah hidup masyarakat Tionghoa adalah ajaran-ajaran yang diperkenalkan oleh Confucius, Laozi dan buddha (Kupier, 2011). Menurut Taylor (1982) dalam bukunya yang berjudul "Proposition and Praxis: The Dilemma of Neo-Confucian Syncretism", agamaagama di Tionghoa lebih beorientasi pada sistem kekeluargaan tanpa menuntut kepatuhan anggotanya secara eksklusif. Bahkan banyak peneliti yang meragukan istilah “agama” dalam referensi buddhisme atau Toisme, mereka lebih memilih istilah “cara berfikir”.

Lebih lanjut Kupier (2011) menuliskan ajaran filosof

Tionghoa yang cukup terkenal adalah Daoism atau lebih dikenal dengan Taoism yang sudah berkembang hampir lebih dari 2000 tahun yang lalu. Tao bermakna "cara" atau "jalan" untuk mencapai keharmonian dengan alam semesta. Ajaranajaran Taoisme adalah gabungan anarkisme dan kepercayaan bahwa kebenaran di luar pemahaman manusia dapat diperoleh dengan cara bersemadi atau tasawuf. Ada 3 konsep dasar ajaran Taoism yaitu; 1) hubungan antara alam dan manusia, interaksi antara lingkungan dan masyarakat, 2) siklus transformasi kehidupan di alam semesta dan 3) penyembahan terhadap nenek moyang.

4

Ajaran filosof masyarakat Tionghoa lainnya yang cukup terkenal adalah Confucianisme yang dibawa oleh pemikir Confucius. Ajaran tersebut mengajarkan tentang tata cara menjalani kehidupan dan bagaimana berfikir bijak. Confucianisme tidak dianggap sebagai satu agama yang berunsurkan ketuhanan tetapi merupakan ajaran yang mengajarkan tentang

prinsipprinsip hidup yang lebih baik.

Confucianisme berasaskan ajaran Confucius dapat dirumuskan dalam konsep Jen yang menekankan perasaan perikemanusiaan terhadap masyarakat lain dan harga diri. Ajaran Confucius lebih melihat ke masa lalu, bagaimana memahami kehidupan, mempelajari cara-cara hidup tradisional yang menurutnya akan mengurangi potensi regenerasi ke masa depan, berkenaan dengan Li atau rukun bangsa serta berkaitan dengan bagaimana keamanan dan kepatuhan menjadi bagian dari merupakan

negaranya. agama

yang

Taoisme dan Confucianisme bukan berunsurkan

kepercayaan

ketuhanan

melainkan adalah agama yang berkembang dari falsafah masyarakat yang menganutinya. Kepercayaan lainnya yang berkembang dan cukup memberi pengaruh pada kebudayaan Tionghoa adalah

ajaran

Buddhism atau dikenal dengan sebutan ajaran Buddha yang diperkenalkan India dimasa Dinasti Han. Berbeda dengan ajaran Confucianisme dan Taoisme, ajaran buddha menganut

prinsip

ketuhanan dengan Buddha sebagai Kekuasaan tuhan tertinggi. Ajaran tersebut merupakan ajaran yang berasal dari luar Tionghoa (india) namun karena cara berfikirnya sejalan dengan ajaran daoism, ajaran ini dapat

diterima

oleh

masyarakat

Kepercayaan-kepercayaan

yang

Tionghoa

berkembang

(Maspero, pada

1981).

masyarakat

Tionghoa membentuk identitas dan menjadi bagian dari budaya hidup mereka. Bahkan Agama Buddha dapat berkembang pesat karena memang ajarannya sejalan dengan ajaran daoism.

5

2.2 WARNA PADA KLENTENG TIEN KOK SIE Warna dalam budaya Cina mengacu pada berbagai warna yang dianggap menguntungkan atau tidak menguntungkan . Karakter Cina untuk warna . Di Cina kuno, karakter lebih akurat berarti warna di wajah. Selama Dinasti Tang, Yan Se mulai untuk merujuk kepada semua warna. Idiom Cina "Wu (lima) Yan Liu (enam) Se," yang digunakan untuk menggambarkan banyak warna, juga dapat menunjukkan warna pada umumnya.

Hitam I-Ching, atau Kitab Perubahan, menganggap hitam sebagai warna Surga. "Surga dan bumi hitam misterius" mengatakan berakar pada pengamatan bahwa langit utara hitam untuk waktu yang lama."Surga dan bumi hitam misterius" katakan adalah berakar pada pengamatan bahwa langit utara hitam untuk waktu yang lama. Pada Klenteng Tien Kok Sie warna hitam terdapat pada pintu dan altar dewa.

Gambar : dokumentasi Kelompok (2018)

6

Merah Merah, sesuai dengan api, melambangkan keberuntungan dan sukacita. Orangorang Cina, baik kuno dan modern, menghargai warna merah. Merah adalah warna selama Tahun Baru Cina dan hari libur lainnya dan pertemuan keluarga untuk itu melambangkan keberuntungan dan sukacita. Pada Klenteng Tien Kok Sie warna merah mendominasi pada bagian atap, tiang, seling, pagar, ragam hias, tempat ibadah.

7

Gambar : dokumentasi Kelompok (2018)

Biru Hijau Biru-hijau, sesuai dengan kayu, mewakili alam dan pembaruan dan sering menunjukkan musim semi ketika segalanya melimpah dengan semangat dan vitalitas. Warna menunjukkan kekuatan dan vitalitas.Warna dasarnya juga memiliki makna yang berbeda. Pada Klenteng Tien Kok Sie warna biru hijau terdapat pada seling, ornament dan relief.

Gambar : dokumentasi Kelompok (2018)

8

Hijau Umumnya hijau dikaitkan dengan kesehatan, kemakmuran, dan harmoni. Namun, topi hijau dikaitkan dengan perselingkuhan dan digunakan sebagai idiom untuk suami yang istrinya tidak setia satu. Pada Klenteng Tien Kok Sie warna hijau pada ornament.

Gambar : dokumentasi Kelompok (2018)

9

Biru atau biru tua Biru melambangkan keabadian. Biru tua juga merupakan warna untuk kesempatan muram seperti pemakaman dan kematian. Pada Klenteng Tien Kok Sie warna biru terdapat pada motif lukisan.

Gambar : dokumentasi Kelompok (2018)

10

Putih / Perak Putih mewakili emas dan kecerahan yang dilambangkan, kemurnian, dan pemenuhan. Putih juga merupakan warna berkabung. Berbeda dengan makna Barat kemurnian, kesucian kesucian, dan kebersihan, putih dikaitkan dengan kematian dan digunakan terutama di pemakaman dalam budaya Cina. Pada Klenteng Tien Kok Sie warna putih terdapat pada lantai dan dinding.

Gambar : dokumentasi Kelompok (2018)

11

Kuning / Emas Kuning, sesuai dengan bumi, dianggap warna yang paling indah. Pepatah Cina mengatakan, "Kuning menghasilkan Yin dan Yang," hal ini berarti bahwa kuning adalah pusat dari segala sesuatu. Pada Klenteng Tien Kok Sie warna emas terdapat pada tiang, dinding, patung dewa, dan tulisan nama.

Gambar : dokumentasi Kelompok (2018)

12

BAB III PENUTUP 2.2 SIMPULAN Sebagai generasi penerus bangsa kita harus menjaga dan melestarikan sejarah kenapa agar kita tau bagaimana sejarah itu dibuat dan bagaimana orang-orang jaman dahulu membuat bangunan tanpa adanya teknologi jaman sekarang. 2.3 SARAN Kami berharap semoga pembaca dapat memberikan masukan atau mengembangkan makalah kami ini.

13

DAFTAR PUSTAKA

Frick,Heinz.2001. Pola Struktural Dari Teknik Bangunan Di Indonesia. Yogyakarta: Kanisius Grace, M., Martino, D. N., Stephanie, C. S., (2015). “Studi Komparasi Pada Interior Klenteng Tien Kok Sie Di Surakarta Dan Klenteng Fuk Ling Miao Di Yogyakarta Ditinjau Dari Aspek Fengshui Dan Budaya Jawa”, Jurnal Intra, 3(2), 403-412. Moedjiono. “Ragam Hias dan Warna Sebagai Simbol dalam Arsitektur Cina”, dalam Modul, Vol. 11 No. 1 (Januari 2011): 17-22. Setiawan, Herry. 2013. Ragam Hias. Ac

14

Related Documents

I N B P Klenteng.docx
October 2019 27
B N P
November 2019 22
E P I B R I E F I N
June 2020 24
B I N G O.docx
April 2020 4
K L I P I N G.docx
May 2020 15
N P
June 2020 9

More Documents from ""

I N B P Klenteng.docx
October 2019 27
Sap 13.docx
April 2020 19
Rmk Fiks.docx
April 2020 24
Teori Akuntansi Bab 9
August 2019 37