I Gusti Ngurah Rai.docx

  • Uploaded by: Raden Bowo
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View I Gusti Ngurah Rai.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,641
  • Pages: 16
I Gusti Ngurah Rai Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

I Gusti Ngurah Rai

Nama lahir Lahir

I Gusti Ngurah Rai 30 Januari 1917 Desa Carangsari, Petang, Kabupaten Badung, Bali, Hindia Belanda

Meninggal

20 November 1946 (umur 29) Marga, Tabanan, Bali, Indonesia

Pengabdian

Indonesia

Dinas/cabang

Tentara

Pangkat

Kolonel

Perang/pertempuran Penghargaan Pasangan

Pertempuran Margarana Pahlawan Nasional Indonesia Desak Putu Kari

Brigadir

Jenderal TNI (Anumerta) I

Desa Carangsari, Petang, Kabupaten

Gusti

Badung, Bali, Hindia

Ngurah Belanda, 30

Rai (lahir

di

Januari 1917 –

meninggal di Marga, Tabanan, Bali, Indonesia, 20 November 1946 pada umur 29 tahun) adalah seorang pahlawan Indonesia dari Kabupaten Badung, Bali. Ngurah Rai memiliki pasukan yang bernama pasukan "Ciung Wanara" yang melakukan pertempuran terakhir yang dikenal dengan nama Puputan Margarana. (Puputan, dalam bahasa bali, berarti "habis-habisan", sedangkan Margarana berarti "Pertempuran di Marga"; Marga adalah sebuah desa ibukota kecamatan di pelosok Kabupaten Tabanan, Bali) Di tempat puputan tersebut lalu didirikan Taman Makam Pahlawan Margarana. Bersama 1.372 anggotanya pejuang MBO (Markas Besar Oemoem) Dewan Perjoeangan Republik Indonesia Sunda Kecil(DPRI SK) dibuatkan nisan di Kompleks Monumen de Kleine Sunda Eilanden, Candi Marga, Tabanan. Detil perjuangan I Gusti Ngurah Rai dan resimen CW dapat disimak dari beberapa buku, seperti "Bergerilya Bersama Ngurah Rai" (Denpasar: BP, 1994) kesaksian salah seorang staf MBO DPRI SK, I Gusti Bagus Meraku Tirtayasa peraih "Anugrah Jurnalistik Harkitnas 1993", buku "Orang-orang di Sekitar Pak Rai: Cerita Para Sahabat Pahlawan Nasional Brigjen TNI (anumerta) I Gusti Ngurah Rai" (Denpasar: Upada Sastra, 1995), atau buku "Puputan Margarana Tanggal 20 November 1946" yang disusun oleh Wayan Djegug A Giri (Denpasar: YKP, 1990). Pemerintah Indonesia menganugerahkan Bintang Mahaputra dan kenaikan pangkat menjadi Brigjen TNI (anumerta). Namanya kemudian diabadikan dalam nama bandar udara di Bali, Bandar Udara Internasional Ngurah Rai.

Profil Nyi Ageng Serang

Nama Lengkap

: Nyi Ageng Serang

Alias

: Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi

Profesi

: Pahlawan Nasional

Agama

: Islam

Tempat Lahir

: Serang, Jawa Tengah

Warga Negara

: Indonesia

Ayah

: Pangeran Natapraja

Biografi Nyi Ageng Serang Seorang wanita yang pemberani kelahiran Serang, Banten ini dulunya adalah wanita biasa yang spesial. Ia adalah keturunan dari Sunan Kalijaga, selain itu ia adalah panglima perang dari Sri Sultan hamengkubuwuno ke I bernama asli Raden Ajeng (RA) Kustiyah

Wulaningsih Retno Edhi atau sekarang lebih dikenal dengan Nyi Ageng Serang. Beliau memperoleh nama besarnya ketika beliau menjadi penguasa serang. Hal ini dipicu dari kegigihan beliau untuk melawan penjajah sejak kecil. Sejak anak anak beliau telah terbiasa dengan perang. Beliau selalu membantu dalam menyusun siasat perang melawan penjajah. Nyi Agen merupakan wanita yang istimewa yang membuat istimewa dan berbeda dari wanita kebanyakan pada waktu itu. Biografi Nyi Ageng Serang sangat berkesan. Pertama karena beliau pemberani. Beliau adalah wanita penguasa serang yang lalu disebut Nyi Ageng Serang. Beliau tak gentar melawan penjajah yang berusaha menguasai tanah kelahirannya di serang. Beliau selalu berusaha melawan para penjajah dengan penuh hati dengan mengorbankan jiwa serta raga untuk kemerdekaan bangsa utamanya tanah kelahirannya. Beliau bahkan terus menerus berjuang demi tanah kelahirannya sampai beliau wafat. Itulah mengapa biografi Nyi Ageng Serang dibuat. Di masa mendatang beliau juga punya keturunan bernama Ki hajar dewantara atau bapak pendidikan negara Indonesia. beliau adalah wanita dengan garis keturunan yang tak hanya baik namun juga keturunan yang semata mata hidup untuk kemajuan dan kemerdekaan bangsa dan negaranya. Beliau bahkan telah menjadi panglima perang dan tak gentar ikut berperang dengan prajurit prajurit pria yang waktu itu sama sama membela Indonesia dari serangan penjajahan asing. Beliau tak mala bahkan takut demi kemerdekaan tanah kelahirannya. Sungguh pantas biografi Nyi Ageng Serang ada untuk mengenang jas jasa beliau di tanah Jawa khususnya serang. Selanjutnya dari biografi Nyi Ageng Serang adalah kegigihan beliau hingga beliau lanjut usia. Tahukah bahwa Nyi Ageng Serang masih saja ikut berperang walau usianya sudah Menginjak 73 tahun. Beliau mengikuti perang Diponegoro pada waktu itu untuk melawan dan mengusir penjajah Belanda dari tanah kita ini. Beliau pada waktu itu sudah lebih lemah dari pada sewaktu beliau masih muda dulu. Akhirnya beliau pun ditandu dengan menggunakan tandu dalam memimpin perang besar tersebut. Beliau masih saja bersikeras untuk terus ikut perang. Hingga akhirnya ketika tubuh beliau makin lemah ia pun akhirnya mundur dari medan peperangan dan memilih untuk beristirahat. Pada tahun 1828 beliau menghembuskan nafas terakhirnya karena sakit di tanah kelahirannya. Beliau telah meninggalkan tanah serang dengan kemerdekaan dari penjajah waktu itu.

Wahid Hasjim K. H.

Abdul Wahid Hasjim

Menteri Agama Indonesia 1

Masa jabatan 30 September 1945 – 14 November 1945

Presiden

Soekarno

Pendahulu

Tidak ada, jabatan baru

Pengganti

Rasjidi

Masa jabatan 20 Desember 1949 – 3 April 1952

Presiden

Soekarno

Perdana

Mohammad Hatta Mohammad Natsir

Menteri

Soekiman Wirjosandjojo

Pendahulu

Masjkur

Pengganti

Fakih Usman

Informasi pribadi

Lahir

1 Juni 1914 Jombang, Jawa Timur, (Masa pendudukan Belanda)

Meninggal dunia

Anak

19 April 1953 (umur 38) Cimahi, Jawa Barat

K.H. Abdurrahman Wahid Aisyah Hamid Baidlowi K.H. Salahuddin Wahid dr. Umar Wahid, Sp.P Lily Chodijah Wahid Hasyim Wahid

Wahid Hasyim saat usianya 12 tahun.

K. H. Abdul Wahid Hasjim (EYD: Abdul Wahid Hasyim) (lahir di Jombang, Jawa Timur, 1 Juni 1914 – meninggal di Cimahi, Jawa Barat, 19 April 1953 pada umur 38 tahun) adalah pahlawan nasional Indonesia dan menteri negara dalam kabinet pertama Indonesia. Ia adalah

ayah

dari

presiden

keempat

Indonesia, Abdurrahman

Wahid dan

anak

dari Mohammad Hasyim Asy'ari, salah satu pahlawan nasional Indonesia. Wahid Hasjim dimakamkan di Tebuireng, Jombang. Pada tahun 1939, NU menjadi anggota MIAI (Majelis Islam A'la Indonesia), sebuah badan federasi partai dan ormas Islam pada zaman pendudukan Belanda. Saat pendudukan Jepang yaitu tepatnya pada tanggal 24 Oktober 1943 ia ditunjuk menjadi Ketua Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) menggantikan MIAI. Selaku pemimpin Masyumi ia merintis pembentukan Barisan Hizbullah yang membantu perjuangan umat Islam mewujudkan kemerdekaan. Selain terlibat dalam gerakan politik, tahun 1944 ia mendirikan Sekolah Tinggi Islam di Jakarta yang pengasuhannya ditangani oleh KH. A. Kahar Muzakkir. Menjelang kemerdekaan tahun 1945 ia menjadi anggota BPUPKI dan PPKI. Wahid Hasyim dengan segudang pemikiran tentang agama, negara, pendidikan, politik, kemasyarakatan, NU, dan pesantren, telah menjadi lapisan sejarah ke-Islaman dan keIndonesiaan yang tidak dapat tergantikan oleh siapapun. Wahid Hasjim adalah salah satu putra bangsa yang turut mengukir sejarah negeri ini pada masa awal kemerdekaan Republik Indonesia.Terlahir Jumat Legi, 5 Rabi’ul Awal 1333 Hijriyah atau 1 Juni 1914, Wahid mengawali kiprah kemasyarakatannya pada usia relatif muda. Setelah menimba ilmu agama ke berbagai pondok pesantren di Jawa Timur dan Mekah, pada usia 21 tahun Wahid membuat “gebrakan” baru dalam dunia pendidikan pada zamannya. Dengan semangat memajukan pesantren, Wahid memadukan pola pengajaran pesantren yang menitikberatkan pada ajaran agama dengan pelajaran ilmu umum.Sistem klasikal diubah menjadi sistem tutorial. Selain pelajaran Bahasa Arab, murid juga diajari Bahasa Inggris dan Belanda. Itulah madrasah nidzamiyah. Meskipun ayahandanya, hadratush syaikh Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama, butuh waktu beberapa tahun bagi Wahid Hasjim untuk menimbang berbagai hal sebelum akhirnya memutuskan aktif di NU. Pada usia 25 tahun Wahid bergabung dengan Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI), federasi organisasi massa dan partai Islam saat itu. Setahun kemudian Wahid menjadi ketua MIAI. Karier politiknya terus menanjak dengan cepat. Ketua PBNU, anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (PPKI), hingga Menteri Agama pada tiga kabinet (Hatta, Natsir, dan Sukiman). Banyak kontribusi penting yang diberikan Wahid bagi agama dan bangsa. Rumusan "Ketuhanan Yang Maha Esa" dalam Pancasila sebagai pengganti dari "Kewajiban Menjalankan Syariat Islam bagi Pemeluknya" tidak terlepas dari peran seorang Wahid Hasjim. Wahid dikenal sebagai tokoh yang moderat, substantif, dan inklusif. Wahid Hasjim meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan mobil di Kota Cimahi tanggal 19 April 1953. Setelah meninggalnya Wahid Hasjim, anak-anaknya diasuh oleh istrinya yang tengah hamil anak ke enam. Anak keduanya, Aisyah Hamid Baidlowi ikut membantu mengurus adik-adiknya disaat ibunya bekerja. Semua anak Wahid Hasjim tumbuh menjadi orang sukses yang berperan besar dalam kemajuan negara. Anak pertamanya Abdurrahman Wahid pernah menjadi Presiden RI yang ke 4, Aisyah Hamid Baidlowi dan Lily Chadijah Wahid merupakan mantan anggota DPR, Salahuddin Wahid pada masanya pernah menjadi Wakil Ketua Komnas HAM, Umar Wahid seorang dokter dan adiknya, Hasyim Wahid juga turut masuk ke dalam dunia politik.

Biografi K.H. Ahmad Dahlan Pendiri Muhammadiyah K.H. Ahmad Dahlan yang mempunyai nama kecil Muhammad Darwisy adalah seorang pahlawan nasional yang juga pendiri Persyarikatan Muhammadiyah. Ia bergabung sebagai anggota Boedi Oetomo yang merupakan organisasi kepemudaan pertama di Indonesia. Ia adalah sosok pemuda pembaharu yang sangat mengedapankan idealisme dalam hidupnya terutama dalam bidang pendidikan. Disamping aktif dalam menggulirkan gagasannya tentang gerakan dakwah Muhammadiyah, ia juga dikenal sebagai seorang wirausahawan yang cukup berhasil dengan berdagang batik yang saat itu merupakan profesi wiraswasta yang cukup menggejala di masyarakat. Sebagai seorang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat dan mempunyai gagasan-gagasan cemerlang, Dahlan juga dengan mudah diterima dan dihormati di tengah kalangan masyarakat, sehingga ia juga dengan cepat mendapatkan tempat di organisasi Jam’iyatul Khair, Budi Utomo, Syarikat Islam dan Comite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Biografi K.H. Ahmad Dahlan Pendiri Muhammadiyah Kyai Haji Ahmad Dahlan (lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868 – meninggal di Yogyakarta, 23 Februari 1923 pada umur 54 tahun) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah putera keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa itu. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Ia termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa. Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana ‘Ainul Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, KH. Abu Bakar, dan Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan).

Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta. Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah. Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta. KH. Ahmad Dahlan dimakamkan di KarangKajen, Yogyakarta.

Pengalaman Organisasi Ahmad Dahlan Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita pembaruan Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaruan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. la ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan alQur’an dan al-Hadits. Perkumpulan ini berdiri bertepatan pada tanggal 18 Nopember 1912. Dan sejak awal Dahlan telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan.

Bi Biografi R. Otto Iskandardinata - ografi R. Otto IBiografi R. Otto Iskandardinata

R. Otto Iskandardinata adalah salah seorang pahlawan yang berasal dari Bandung jawa barat nama beliau di abadikan menjadi nama salah satu nama jalan yang ada di kota Bandung sebgai bentuk penghargaan sekaligus untuk tetap bisa di kenang oleh bangsa indonesia umumnya khususnya untuk masyarakat jawa barat dan untuk mengenal tokoh yang satu ini di bawah ini akan saya jelaskan Biografi R. Otto Iskandardinata akan saya jelaskan secara singkat

Biodata 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Nama Lengkap : R. Otto Iskandardinata Alias : No Alias Profesi : Pahlawan Nasional Tempat Lahir : Bojongsoang, Kabupaten Bandung Tanggal Lahir : Rabu, 31 Maret 1897 Zodiac : Aries Hobby : Sepak Bola, Menari Sunda Warga Negara : Indonesia Ayah : Raden Haji Rachmat Adam Ibu : Nyi Raden Siti Hatijah Istri : Soekirah

Beliau salah satu keturunan bangsawan yang di turunkan dari ayahnya, Raden Otto Iskandardinata merupakan anak ke 3 dari 9 bersaudara, beliau memiliki hoby bermain Bola serta menari Sunda juga pandai menabuh gamelan. Menempuh pendidikan di Hollandsch-

Inlandsche School (HIS) Bandung dan melanjutkan pendidikan di Kweek-school Onderbouw (Sekolah Guru Bagian Pertama) yang merupakan sekolah berasrama di Bandung. Dari sinilah terlihat sifat dan kepintaran yang menonjol dari oto.suka berontak, tetapi selalu menunjukkan prestasinya.setelah lulus, Oto melanjutkan di Hogere Kweekschool (Sekolah Guru Atas) di Purworejo, Jawa Tengah.semakin matang pula pribadi Oto, dengan memiliki rasa keingin tahuan tentang bacaan koran De Expres yang isinya kebanyakan tentang kecaman kecaman terhadap Belanda,munculah sikap berontak Oto untuk memperjuangkan hak Bangsanya sendiri. Setelah lulus dari sekolah guru, Oto mendedikasikan diri sebagai Guru,yang mana memang menjadi cita cita Oto sejak kecil,dengan begitu,Oto bisa mewujudkan Bangsanya menjadi Bangsa yang berilmu dan bisa melestarikan tanah airnya dengan baik. Pernah masuk dalam daftar hitam dan membuat khawatir pemerintah Hindia Belanda, salah satunya dikarenakan nyali Oto dalam membongkar kasus bendungan kemuning yang bisa menyelamatkan Rakyat Indonesia dari penipuan yang di lakukan pengusaha Belanda. Tak bisa di pungkiri,Oto lah orang yang pertama mempopulerkan kata Indonesia Merdeka dan kemudian disingkat menjadi Merdeka karena kegigihan Oto dalam memperjuangkan Hak rakyatnya. R. Otto Iskandardinata Menikah dengan seorang gadis bernama Soekirah salah satu putri Asisten Wedana di Banjarnegara yang 10 tahun lebih muda darinya dan dikaruniai 12 Orang anak. Pada tanggal 20 Desember 1945 adalah hari di tetapkannya sebagai hari wafatnya Oto akibat dari korban "Laskar Hitam" di Pantai Mauk, Tangerang, dan tidak pernah ditemukan jenazahnya. setelah kematiannya, Oto ditetapkan pemerintah sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 088/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973.

PENDIDIKAN   

Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Bandung Kweekschool Onderbouw (Sekolah Guru Bagian Pertama) Bandung Hogere Kweekschool (Sekolah Guru Atas) di Purworejo, Jawa Tengah

KARIR • • • •

Ketua Organisasi Paguyuban Pasundan Anggota Volksraad (DPR pada masa Hindia Belanda) Ketua Umum Persib Bandung Menteri Negara Kabinet Presidensial (19 Agustus 1945 – 14 November 1945)

PENGHARGAAN Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 088/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973

Biografi W.R. Soepratman Lengkap

W.R. Soepratman dikenal sebagai seorang komponis yang menciptakan lagu kebangsaan Indonesia. Judul lagu kebangsaan tersebut adalah Indonesia Raya. Lagu tersebut berhasil membangkitkan semangat persatuan dari berbagai kalangan pejuang yang pada waktu itu masih belum benar-benar bersatu untuk meraih kemerdekaan.W.R Soepratman telah menjalani suka duka sebagai warga negara Hindia-Belanda. Sepanjang sejarah beliau, W.R Soepratman telah berjuang untuk kemerdekaan Indonesia dengan cara yang unik dan berbeda. Namun apa yang telah beliau berikan kepada negara ini sangat patut dihargai dan biografinya dapat diteladani. Keluarga Besar Jakarta yang ketika W.R Soepratman dilahirkan masih bernama Batavia menjadi kampung halaman pencipta lagu kebangsaan ini. Ia merupakan anak lelaki satu-satunya yang dimiliki oleh Siti Senen dan suaminya, Djumeno Senen Sastrosoehardjo. Kelima saudara kandungnya yang lain berjenis kelamin perempuan.W.R Soepratman dilahirkan dengan nama asli Wage Soepratman tepat pada jam 11 siang tanggal 09 Maret 1903 di kawasan Jatinegara, Batavia. Orangtuanya memberi nama Wage disebabkan waktu kelahirannya yang bertepatan dengan pasaran Wage -salah satu waktu pasaran dalam kepercayaan Jawa. Nasib menempa Soepratman kecil dengan cukup keras. Ia harus kehilangan ibundanya yang menjadi sumber semangat belajar di sekolah Boedi Oetomo Jakarta di usia 6 tahun. Setelah kepergian mendiang ibundanya, ayahnya yang merupakan Sersan di ketentaraan KNIL tidak cukup mampu membiayai kehidupan seluruh anaknya dan membesarkan mereka sendirian.

Ketepatan pada tahun yang menjadi ujian terberat dalam perjalanan seorang Wage kecil itu, kakak tertuanya yang bernama Roekiyem Soepratiyah telah dipinang oleh Willem Van Eldik. Nasib yang beruntung tersebut memboyong Soepratiyah ke luar Jawa mengikuti tempat tugas suaminya. Akhirnya pasangan suami istri tersebut membawa serta Wage Soepratman ke luar Jawa. Kehidupan di Makassar Wage di mata keluarga besarnya menjadi anak emas. Dialah keturunan keluarga Senen satu-satunya yang berjenis kelamin laki-laki. Kenyataan ini menjadikannya memikul banyak harapan keluarga. Suatu saat dia harus bisa mengangkat martabat keluarganya dengan cara melanjutkan sekolah hingga ke jenjang tinggi. Untuk bisa mewujudkan harapan keluarganya itu, Wage pun menurut saja dibawa kakak iparnya dan ikut hidup bersama mereka. Sebenarnya kakak iparnya yang bernama Belanda itu tidak memiliki darah Belanda sama sekali. Namun ia mendapatkan peruntungan nasib dengan menjabat sebagai petugas administrasi di kantor kepolisian Belanda. Karena pekerjaan inilah ia harus menurut saja perintah atasan yang mengharuskan ia pindah ke Makassar di Sulawesi Selatan. Willem Van Eldik bergabung dalam korps musik di kantornya. Ia sangat menyukai musik, begitu juga dengan istrinya yang selain bermain dan menikmati musik, ia juga menyukai sandiwara. Sandiwara dan beberapa karya seninya banyak yang dipentaskan di daerahnya sana. Selain mempelajari musik yang pada akhirnya menjadikan Soepratman seorang master biola dan gitar, Soepratman juga bersekolah. Hebatnya, ia bersekolah di sekolah Belanda. Hanya orang-orang pribumi tertentu sajalah yang boleh menduduki bangku ELS (Europe Large School). Soepratman berhasil menembus keketatan sekolah itu karena diakui sebagai anak oleh kakak iparnya. Untuk memperkuat pengakuan palsu tersebut, Eldik menambahkan nama ‘Rudolf’ di tengah nama asli Wage Supratman. Yang sampai saat ini, tiga kata namanya tersebut dianggap sebagai nama asli oleh sebagian besar masyarakat. Pada akhirnya nama tersebut disingkat menjadi W.R.Soepratman. Drop Out Sekolah Setelah menjalani sekolah selama beberapa waktu di ELS Makassar, pihak sekolah berhasil membuktikan bahwa Soepratman bukan anak Van Eldik. Karena kebohongan yang ditutupi itulah Soepratman harus mengalami drop out. Daripada menjadi pengangguran, akhirnya dengan sisa semangat sebagai pelajarnya, Soepratman muda masuk ke sekolah anak Melayu di Makassar dan mendapatkan ijazah resmi pada tahun 1917. Semangat belajar Soepratman memang tidak bisa diragukan. Kebanyakan anak pribumi sudah merasa sangat beruntung bisa menikmati sekolah dasar dan lanjutan lalu kembali ke rumah dan membantu orangtuanya menyelesaikan pekerjaan rumah. Namun bagi Soepratman, pendidikan adalah kehidupan. Dengan dukungan dari kakak kandung dan iparnya, ia berhasil melanjutkan pendidikan kursus bahasa Belanda. Soepratman menyelesaikan kursus langka tersebut dalam waktu 2 tahun saja. Kesuksesan tersebut membawanya menyabet gelar KAE (Klein Amtenaar Examen). Pada tahun 1920 setelah Wage sukses menjadi orang terpelajar yang dapat menguasai bahasa penjajah, ia melanjutkan ke Normaal School, sebuah sekolah keguruan yang dibuat untuk menyiapkan tenaga pendidikan dan kependidikan. Di tahun itu juga Wage menjadi founder sebuah grup musik beraliran jazz yang diberinya nama Black and White. Band jazz ini sempat menjadi trending di wilayah Makassar sampai-sampai Wage dan teman-temannya

kewalahan menerima job dari orang-orang yang memiliki hajatan atau pesta. Band ini juga yang melambungkan namanya di kalangan militer Makassar. Perjalanan Karir Dalam perjalanannya menjadi seorang guru, Wage sempat dipindah tugaskan ke kota Singkang yang keadaannya sangat berbeda dengan Makassar. Keamanan di Singkang tidak terjamin, kehidupannya pun amat berbeda. Karena itulah Wage kemudian ngotot kembali ke Makassar. Sesampainya di Makassar ia harus mencopot pekerjaannya sebagai guru. Kemudian ia beralih profesi di Firma Nedem dan menduduki posisi klerk. Di pekerjaannya yang kedua, ternyata Wage juga tidak dapat bertahan lama. Iapun kemudian berpindah menjadi pegawai advokat di kantor advokat milik rekan kakak iparnya. Namun rasa kangen pada keluarga besar yang ada di Jawa membuat Wage meninggalkan pekerjaannya yang ketiga. Ia pun memilih kembali ke rumah kakaknya yang kedua di Surabaya, Jawa Timur. R. Koesnendar Kartodiredjo adalah suami dari Roekinah Soepratirah, saudara perempuannya yang tertua kedua. Di Surabaya, Wage hanya mengunjungi keluarga kakaknya yang bekerja di kantor pelayaran saja. Hari-hari selanjutnya menyuruh Wage kembali ke Jawa bagian barat untuk bertemu dengan ayah kandungnya. Tidak ada yang menginginkan kehidupan sebagai pengangguran serabutan, namun itulah yang menimpa Wage Soepratman saat berada di kampong halamannya. Band tidak lagi menjanjikan di tanah ini. Wage mencoba peruntungan lain dengan cara melamar lowongan sebagai wartawan di sebuah surat kabar yang berkantor di Bandung, Jawa Barat. Di surat kabar ‘Kaum Muda’ inilah bakat musiknya kembali muncul. Ia kemudian memutuskan masuk keanggotaan sebuah grup musik. Di perjalanannya sebagai wartawan, ia bertemu dengan banyak orang. Setelah setahun menjadi wartawan, seorang rekan baru bernama Harun Harahap memiliki rencana membuat kantor berita baru yang akan bermarkas di Jakarta. Kembali ke Jakarta Kantor berita yang didirikan oleh Harahap dinamai ‘Alpena.’ Wage ikut bekerja di kantor berita tersebut. Karena tinggal di Jakarta yang saat itu sedang dilanda semangat kepemudaan dan kebangkitan, akhirnya tumbuh suburlah jiwa nasionalisme Wage Soepratman. Ia berkenalan dengan banyak tokoh pergerakan nasional dan mulai menyiapkan diri ikut berkontribusi untuk kemerdekaan Indonesia. Naluri kewartawanannya belum padam, malah semakin berkobar seiring ditutupnya surat kabar Alpena yang menjadi tempatnya bekerja. Wage kemudian pindah ke surat kabar Sin Po. Tugasnya sebagai wartawan Koran Sin Po menuntutnya untuk sanggup meliput segala perkembangan dalam setiap rapat pemuda pergerakan nasional. Dari sinilah kemudian ia mulai aktif terlibat dalam pergerakan nasional. Pada waktu itu usianya masih sekitar 23 tahun yang juga bisa digolongkan sebagai pemuda. Nasiblah yang mengharuskan Soepratman hidup melarat karena telah memilih menjadi pejuang pergerakan nasional. Jika dulu di Makassar ia dekat dengan orang-orang Belanda dan mendapatkan segala fasilitas yang terkesan berlebihan, sekarang ia harus bekerja mati-matian untuk sekedar hidup di bilangan Rawamangun. Tempat tinggalnya sangat kecil, kumuh dan bahkan dibuat dari bambu. Menjadi Buronan Meskipun harus menderita, entah mengapa hati kecil Soepratman sangat terikat dengan kondisi perjuangan di Jawa. Tulisan-tulisannya yang diterbitkan di Sin Po semakin hari semakin terang-terangan menyudutkan pemerintahan Hindia Belanda. Iapun mulai masuk ke daftar perhatian polisi Belanda. Namun Wage masih tenang saja, ia malah

menyamankan diri dengan berjualan buku-buku bekas untuk memenuhi kebutuhannya di kota besar itu. Sama sekali tidak ada rasa takut di hatinya karena menjadi perhatian Belanda. Akibat saking seringnya ia bersinggungan dengan tokoh-tokoh nasional, tulisan Soepratman semakin menggelisahkan. Pidato menggelora dari Sang Singa Podium dan kawan-kawannya semakin mengikhlaskan hati Wage melepaskan kehidupan gemerlapnya di Makassar. Keterlibatannya dalam dunia politik dan pergerakan nasional semakin keras menempanya. Kini Wage tidak lagi membatasi diri sebagai wartawan yang mencari berita, namun juga ikut memberi sumbangan pemikiran dan pendapat-pendapat untuk kemerdekaan Hindia Belanda.

Related Documents

I Gusti Ngurah Rai.docx
December 2019 7
Allah Gusti
June 2020 4
! I I ! I I
June 2020 67

More Documents from ""

Ahmad Yani.docx
December 2019 8
Tari Greget Padesan.docx
December 2019 4
I Gusti Ngurah Rai.docx
December 2019 7
Gambar Kiblat.docx
April 2020 7
Ppt Bph.pptx
May 2020 4
Contoh.pdf
November 2019 6