Hukum Gambar

  • Uploaded by: zuhadisaarani
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hukum Gambar as PDF for free.

More details

  • Words: 2,291
  • Pages: 6
HUKUM GAMBAR "Umar bin Syibh mengeluarkannya dari Jalan Thariq bin Abdurrahman bin Mahran dari Umair maula Ibnu Abbas dari Usamah: "Nabi shallallahu alaihi wa sallam masuk ke Ka'bah Ialu memerintahkan saya (mengambil air), maka saya bawakan seember air, lalu beliau mulai membasahi pakaian dan memukulkannya ke atas gambar-gambar (untuk menghapusnya), dan bersabda: 'Semoga Allah membinasakan kaum yang menggambar apa-apa yang mereka tidak (mampu) menciptakan(nya).' (HR. Ibnu Abi Syaibah) "Dari Aisyah: Bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah membiarkan dalam rumahnya sesuatu yang padanya ada salib-salib melainkan beliau mematahkannya.' (HR. Bukkari) Dan Al-Kasymihani dengan lafadz: 'gambar-gambar ' dan Bukbari menerangkannya dengan bab Naqdhi Shuwar dan menguraikan hadits itu. "Dari Busr bin Said dari Zaid bin Khalid dari Abu Thalhah: Babwasanya Nabl shallallabu alat'hi wa sallam bersabda: "sesunggubnya malaikat tidak akan masuk rumah yang di dalamnya ada gambar.' (HR. Bukhari Muslim) Busr berkata: "Kemudian Zaid mengeluh, maka kami kembalikan dia. Ternyata dipintunya ada tirai bergambar. Maka saya berkata kepada Ubaidillah Al khulany, anak tiri Maimunah, istri Nabi shallallahu alalhi wa sallam: "Tidakkah kau dengar ketika dia mengatakan kecuali gambar pada pakaian? " (dalam satu riwayat dari jalan Umair bin AI-Harits dari Bukair AI Asyaj dari Busr: Maka saya katakan kepada Ubaidillah AIKhulani: "tldakkah dia menyampaikan kepada kita tentang hal membuat gambar?" Katanya: "Sesungguhnya la mengatakan: kecuali gambar pada pakaian, apakah kamu tidak mendengarnya? Saya katakan: "Tldak." Ubaidillah berkata: "Bahkan dia telah menyebutkan hal itu " (HR. Bukhari & Muslim) "Dari Ubaidillah bin Abdillah: babwasanya ia menemui Abl Thalhah AlAnshart (yang) mengunjunginya, ia mendapatkan di samping Abl Thalhah ada Sahl bin Hanif, kemudian Abu Thalhah menyuruh orang untuk melepas permadani yang ada dibawahnya. Berkatalah Sahl kepadanya: 'Mengapa anda lepas?' Abi Thalhah berkata: 'Sesunggubnya padanya ada gambar dan Rasulullah telah mengatakan sesuatu yang aku sunggub mengetabuinya.' Sahl berkata: 'Bukankah beliau mengatakan kecuall gambar pada pakaian?' Kata Abu Thalhah: 'Betul, tapi lebib balk buat jiwaku.'- (HR. An-Nasa'i dengan sanad jayyid, dikeluarkan pula oleb Tirmidzi dengan lafadz ini dan berkata: HASAN SHAHIH, dan Ibnu Hibban menshahihkannya). "Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: 'Jibril mendatangi saya dan berkata: 'Tadi malam saya mendatangi anda, maka tidak ada yang menghalanglku untuk masuk, hanya saja pintu itu tidak ada gambargambar dan di dalam rumah ada seekor anjing. Maka perintahkanlah agar memotong kepala gambar-gambar di dalam rumah menjadi bentuk Pohon.

dan perintahkanlah untuk memotong tirai itu, dan buatlah jadi dua bantal untuk sandaranmu, dan perintahkan untuk mengeluarkan anjing itu.' Lalu beliau melakukannya, dan ternyata anjing itu milik Hasan dan Husain yang ada di bawah tempat tidur mereka. Maka anjing itu dikeluarkan.' (HR. Abu Dawud dengan sanad jayyid (hasan) dan Tirmidzi semisalnya). Sedang Imam Nasa'i meriwayatkan dengan lafaz: 'Jibril minta ijin kepada Nabl shallallabu alaihi wa sallam, bellau berkata: 'Masuklah.' kata jibril: 'Bagaimana saya akan masuk sedangkan dalam rumah anda ada tirai bergambar-gambar? Maka ]ika anda potong kepala-kepalanya, atau anda jadikan sebagal hamparan yang dipijak (saya akan masuk). Karena sesungguhnya kami -para malaikattidak akan masuk rumah yang di dalamnya ada gambar-gambar.' (HR. Abdur Razaq, Abmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan dia mengatakan: HASAN SHAHIH, dan Ibnu Hibban menshahihkannya) Dan maslh banyak lagi hadits-hadits tentang masalah ini. Hadits-hadits ini adalah dalil yang nyata tentang haramnya membuat gambar sesuatu yang bernyawa dan termasuk dosa besar yang diancam dengan neraka bagi pelakunya. Hadits ini juga menunjukkan keumuman segala jenis gambar, baik itu di dinding, tirai, kemeja, kaca, kertas dan sebagainya, karena Rasulullah shallallahu alalhi wa sallam tidak membedakannya, balk itu yang berbayangan bejasad/tiga dimensi) atau tidak. Rasulullah shallallahu alalhi wa sallam bahkan melaknat pembuatnya dan mengabarkan bahwa mereka termasuk yang paling keras disiksa di hari klamat, dan semuanya di neraka. Yang menguatkan keumuman ini adalah bahwa ketika bellau mellhatnya di tempat Aisyah bellau merobeknya. Wajahnya merah padam serta bersabda: "Sesungguhnya manusia yang paling keras disiksa di hari Klamat adalah mercka yang meniru ciptaan Allah" dalam riwayat lain sabda beliau ketika mellhat bergambar itu-: "Sesungguhnya pemilik (pembuat) gambar-gambar ini akan disiksa hari klamat, dan dikatakan kepada mereka, 'hldupkanlah apa yang telah kallan buat!"' Maka ini adalah perkataan yang jelas tentang umumnya ancaman bagi pembuat gambar di tiral atau lainnya. Adapun ucapan bellau dalam hadits Abl Thalhah dan Sahl bin Hanif (kecuali gambar pada pakaian), maka ini adalah pengecualian tentang gambar yang menghalangi masuknya malaikat, bukan masalah pembuatannya. Ini dapat dillhat dari susunan hadits tersebut. Yang dimaksud ialah jlka gambar itu pada pakalan dan sejenisnya yang dihamparkan dan dihinakan, misalnya menj'adikannya bantal sandaran sebagaimana ditunjukkan dalam hadits Alsyah yang memotong tirai dan menjadikannya satu atau dua bantal. Juga sebagaimana hadits Abi Hurairah dan' ucapan jibril kepada Nabi shallallahu alalhi wa sallam: beliau memerintahkan untuk memotong kepala gambar yang ada di rumah bellau hingga berbentuk pohon, dan memotong tiral serta menjadikannya bantal yang disandarl, yang kemudian bellau mengerjakannya. Jadi tidak boleh membawakan pengecuallan mengenal gambar pada pakalan yang tergantung atau terpancang di pintu atau di dinding dan sebagainya, sebab sudah jelas ada larangannya dan wajib melenyapkan (menghapusnya). Ini sebagaimana disebutkan dalam hadits Aisyah dan hadits Abl Hurairah yang menyebutkan terhalangnya malaikat masuk ke

dalam rumah, sampal tirai-tiral bergambar itu dlhamparkan atau dipotong (gambar) kepalanya supaya berbentuk pohon. Hadits-hadits shahlh Rasulullah shallallahu alalhi Ini sama sekali tidak bertentangan bahkan saling membenarkan dan dapat pula digabungkan, sebagaimana disebutkan oleh AI-Hafidz Ibnu Haj'ar AIAsqalani dalam Fathul Bari. Al-Hafidz mengatakan: "Kata AI-Khaththabi: 'Dan gambar yang menghalangi masuknya (malaikat) ke dalam rumah adalah gambar yang padanya terpenuhi hal~hal yang haram, yakni gambar-gambar yang bernyawa yang tidak terpotong kepalanya atau tidak dihinakan. Dan bahwasanya dosa tukang gambar itu besar karena gambar-gambar itu ada yang diibadahi di samping Allah, selain gambar itu mudah menimbulkan fitnah bagi yang memandangnya." Imam An-Nawawl mengatakan (dalam Syarah Muslim): "Shahabat-shahabat kami dan para ulama selain mereka mengatakan bahwa haramnya membuat gambar hewan adalah sekeras-keras pengharaman. Ini termasuk dosa besar karena ancamannya juga amat besar, sama saja apakah dibuat untuk dihinakan atau tidak. Bahkan membuatnya jelas sekali haram karena meniru ciptaan Allah. Sama saja apakah itu dilukis pada pakalan, permadani, mata uang, be'ana, dinding atau lainnya. Adapun menggambar pepohonan dan sesuatu yang tidak bernyawa, tidak diharamkan. Inilah hakikat hukum menggambar. Sedangkan gambar hewan (yang bernyawa), jika digantung (ditempel) di dinding, sorban, dan apa-apa yang tidak termasuk tindakan menghinakannya, maka jelas itu haram. Sebaliknya bila dibentangkan dan dipijak sebagal alas kaki atau sebagal sandaran dan sebagainya, maka tidaklah haram (sampai ia katakan) dan tidak ada bedanya dalam hal ini apakah bejasad (bayangan/tiga dimensi) atau tidak. Ini adalah kesimpulan madzab kami dalam masalah ini yang semakna dengan perkataan jumhur ulama dari kalangan para shahabat, tabi'in dan orang-orang sesudah mereka (tabl'ut tabl'ln). Ini pula yang merupakan madzabnya Imam Ats-Tsauri, Malik bin Anas, dan Abu Hanifah serta ulama selain mereka. Sebaglan salaf ada yang mengatakan bahwa pelarangan itu Jika la (gambar) mempunyal bayangan, sedangkan selain itu tidak apa-apa. lnl adalah madzab yang bathil, sebab sesungguhnya tiral yang dlingkari Nabl Muhammad shallallahu alalhi wa sallam itu ada gambarnya (yang tidak diragukan lagi bahwa itu tercela), dan gambar di tiral itu bukanlah gambar yang ' bayangan (tiga dimensi). AI-Hafidz berkata: "Setelah meringkas ucapan An Nawawl, saya katakan: keumuman hadits tentang larangan menggambar (termasuk berbayang atau tidak) dikuatkan pula oleh hadits yang dikeluarkan oleh Ahmad dari Ali bin Abi Thalib (ia mengatakan) bahwa Nabi shallallahu alalhi wa sallam bersabda: "Siapa saja dari kamu yang pergi ke Madinah maka janganlah membiarkan patung-patung berhala melainkan menghancurkannya, dan tidak pula satu gambar melainkan menghapusnya.' (Berkata Syaikh Ahmad Syakir dalam tahqiq Musnad Imam Abmad: sanadnya HASAN). Pada hadits itu (ada tambahan dari Ibnu Hajar AI Asqalani): "Dan slapa yang kembali berbuat demikian maka la telah kafir kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu alalhi wa sallam."

Saya (Syaikh bin Baz) mengatakan: "Bagi yang memperhatikan haditshadits tersebut akan (mellhat) jelas keumuman haramnya gambar (dan membuatnya) tanpa kecuall." Jika dikatakan: (bukankah) telah lewat hadits Zaid bin Khalid dari Abl Thalhah bahwa Busr bin Sa'id yang merlwayatkan dari Zaid berkata: "Kemudian Zaid mengeluh, Ialu kami mengembalikannya. Ternyata di pintunya ada tiral bergambar. Maka (bukankah) jelas bahwa hadits ini menunjukkan Zaid membolehkan menggantung tiral-tiral bergambar? Maka jawabnya: "Sesungguhnya hadits-hadits Aisyah yang sebelumnya dan yang semakna dengannya telah menunjukkan haramnya menggantungkan tirai-tirai bergambar dan wajib merobeknya, karena menghalangi masuknya malaikat. Apabila hadits ini shahih, maka tidak boleh seorangpun menyanggahnya dengan ucapan atau perbuatan seseorang (selain Rasulullah shallallahu alalhi wa sallam). Dan wajib bagi seorang mukmin untuk menglkuti dan berpegang teguh dengannya serta menolak segala pendapat yang menyelisihinya. Allah Ta'ala berfirman: "Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu maka ambillah, dan apa yang kamu dilarangnya maka tinggalkanlah.'' (Al-Hasyr: 7). Allah berfirman pula dalam surat An-Nuur 54: "Katakanlah: taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada RasulNya. maka jika kamu berpaling, maka sesungguhnya baginya apa yang dibebankan kepadanya dan bagimu apa yang dibebankan kepada kamu. Dan jika kamu mentaatinya, maka kamu akan mendapat petunjuk. Dan tidak lain tugas Rasul itu kecuali menyampaikan (Dien ini) dengan terang." (An-Nuur: 54). Dalam ayat ini Allah telah menjamin hidayah bagi yang mentaati RasulNya shallallahu alaihi wa sallam. Allah Ta'ala berfirman: "Maka (hendaklah) orang-orang yang menyelisihi perintah Rasul itu takut untuk ditimpa fitnah atau ditimpa siksa yang pedih." (An-Nuur: 63). Dalam hal ini, bisa jadi Zaid belum tahu masalah gambar pada tiral yang disebutkan itu, atau ia sudah tahu namun membolehkannya karena belum sampal padanya hadits-hadits tentang haramnya menggantungkan tirai-tirai bergambar, Ialu ia mengambil dzahir ucapan Nabl Muhammad shallallahu alalhi wa sallam (kecuali gambar pada pakaian). Maka yang demikian adalah uzur bagi Zaid karena ketidaktahuannya. Sedang bagi yang sudah mengetahul hal ini, tidak ada uzur lagi untuk menyelisihi hadits-hadits itu. Dan apabila seorang hamba menyelisihi hadits yang jelas-jelas shahih karena mengikuti hawa nafsu atau taqlid kepada seseorang (selain Rasulullah shallallahu alalhi wa sallam), maka dia pantas menerima kemarahan dan murka Allah, dan dikhawatirkan dia termasuk orang yang hatinya condong pada kesesatan dan fitnah, sebagaimana firman Allah (surat An-Nuur 63) di atas, dan dalam surat Ash-Shaf ayat 5: "Maka ketika mereka condong kepada kesesatan, maka Allah palingkan hati-bati mereka." (Ash-Sbaf:5). Dan firman Allah Ta'ala: "Maka Allah jadikan nifaq dalam hati-hati mereka. (At-Taubab: 77).

Hadits Abu Hurairah yang telah lewat menunjukkan pula bahwa gambar tersebut, Jika dipotong kepalanya, boleh diblarkan tetap ada di dalam rumah karena bentuknya sudah berubah seperti pohon. Ini menunjukkan bahwa menggambar sesuatu yang tidak bernyawa (pohon dan lain-lain) dibolehkan seperti disebutkan dalam hadits Ibnu Abbas yang diriwayatkan Bukhari Muslim. Dengan dalil hadits ini, J'ika yang dipotong bukan kepala gambar (separuh bagian bawah, atau baglan samping), ini tidaklah cukup untuk dibolehkan meninggalkannya di dalam rumah, dan gambar itu akan tetap menghalangi masuknya malaikat. Sebabnya, karena Rasulullah shallallahu alalhi wa sallam telah memerintahkan merobek tirai bergambar dan menghapus gambarnya, sehingga jelaslah bahwa yang dermikian menghalangi masuknya malaikat, kecuall bila dihinakan, atau dipotong kepalanya. Oleh sebab itu, Jika masih ada yang membolehkan, hendaknya ia mendatangkan dalil dari AI-Qur'an dan As-Sunnah Rasulullah shallallahu alalhi wa sallam yang shahih. Jadi, telah jelas bahwa menggambar kepala dan yang lainnya dari sesuatu yang bernyawa termasuk dalam perkara yang diharamkan dan terlarang, dan tidak pantas seseorang membuat pengkhususan dari keumuman yang ditunjukkan oleh dalil-dalil itu kecuall bila Allah memberi pengecualian. Dalam hadits-hadits itu tampak jelas tidak ada perbedaan apakah yang diharamkan itu gambar bejasad atau bukan, dilukis di atas kertas atau di tirai dan sebagainya. Bahkan tidak pula ada perbedaan apakah itu gambar tokoh, ulama atau pembesar. Haramnya pembuatan dan pemasangan gambar tokoh-tokoh ini termasuk yang paling keras, karena fitnah yang ditimbulkannya leblh besar. Pemasangannya di majels-majelis dan sebagai-nya serta penghormatan, (pengagungannya), termasuk sebesar-besar jalan yang membawa kepada syirik pengibadahan kepada pemilik gambar itu, sebagaimana yang telah terjadi pada ummat Nabi Nuh alalhis salam. Di zaman jahiliyyah gambar-gambar itu sangat banyak, bahkan sampal diagungkan dan dilbadahl di samping Allah sehingga Allah mengutus Nabi-Nya Muhammad shallallahu alalhi wa sallam. Bellau pun kemudian memecahkan berhala-berhala itu dan menghapus gambar-gambar. Dengan cara demikian Allah melenyapkan syirik dan jalan-jalannya. Oleh sebab itu,. semua yang membuat gambar dan pemajangnya atau menghormatinya (Mengaggungkannya) berarti la telah menyerupakan diri dengan orangorang kafir yang juga berbuat demikian. Dia Juga telah membuka kembal pintu syirik dan membentangkan jalan-jalannya. Barangsiapa yang memerintahkan pembuatan gambar dan meridhainya, maka dia mendapat hukuman yang sama dengan pembuatnya berdasarkan ketetapan Allah dalam AI-Qur'an dan As-Sunnah serta penjelasan para ulama tentang haramnya memerintahkan kemaksiatan dan meridhainya.

Memerintah dan, merldhai kemaksiatan sama haramnya dengan mengerjakannya. Firman Allah Ta'ala: "Dan telah Allah turunkan bagi kamu dalam Al-Qur'an ini bahwa jika kamu mendengar ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkkan, maka janganlah kamu duduk bersama mereka sampai mereka memasuki pembicaraan yang lain, (kalau kamu berbuat demikian) maka sesungguhnya tentulah kamu serupa (seperti) mereka." (An-Nisaa: 140). Ayat ini adalah dalil yang menyatakan bahwa siapa yang mendatangi kemunkaran dan tidak menentang pelakunya maka dia sama seperti mereka. Apabila seseorang diam terhadap kemunkaran sementara la mampu untuk menolak atau memisahkannya, maka ia (pun) sama seperti mereka. Tentu saja yang menganjurkan kemunkaran itu leblh Jahat dan leblh jelek keadaanya dari yang diam, dan dia leblh berhak mendapatkan apa yang (layak) didapatkan bagi pelaku kemunkaran (yaitu siksa). Dengan jawaban yang bersumber dari hadits-hadits serta keterangan para ulama tersebut jelaslah bahwa tindakan berlapang-lapang dalam membuat gambar-gambar di koran, majalah, ataupun selebaran adalah kesalahan yang terang dan makslat yang nyata. Wajib bagi orang yang ingin memperbaiki diri untuk menghindari hal ini dan mengingatkan saudaranya agar bertaubat dari perbuatannya yang telah Ialu. Adapun mengenal permainan yang dibuat olch tukang gambar dalam bentuk sesuatu yang bernyawa (orang-orangan, kuda-kudaan dan sebagainya ' ), maka ulama berselisih dalam menetapkan boleh tidaknya mengambil sebagai mainan. Ini terlihat dalam hadits Alsyah radhiallahu anha, ia berkata: "Saya biasa bermain boneka di sisi Nabi shallallabu alalbi wa sallam dan saya punya beberapa orang teman yang bermain bersama saya. Maka jika Rasulullah sballallahu alalhi wa sallam masuk, mereka menutupinya dari beliau lalu berjalan sembuny-sembunyi dan bermain bersama saya. '(HR. Bukhari Kitab AI-Adab bab Al-Inbisaath ilaa anNaas [Fath 10/526] dan Muslim kitab Fadhail Ash-Shahabah bab fii Fadhail Aisyah [An-Nawawi 15/203 dan 2041])

Related Documents

Hukum Gambar
November 2019 15
Gambar
December 2019 76
Gambar
December 2019 76
Gambar
August 2019 75

More Documents from ""

Hadiah Malam Jumaat
November 2019 37
Dalmation Dots
November 2019 41
Keistimewaan Wanita
November 2019 41
November 2019 31