HUBUNGAN ILMU TASAWUF DENGAN ILMU KALAM DAN FILSAFAT Agama Islam III
Rochmad Afandi, M.Pd.I
Vebi Anggara Putra (16310730104) Riski Perdanawan Fauzi (16310730103) Universitas Islam Kadiri Teknik Elektro 2017
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG Ilmu kalam adalah disiplin ilmu keislaman yang banyak mengedepankan pembicaraan tentang persoalan-persoalan kalam Tuhan. Jika pembicaraan ilmu kalam yang berkisar pada keyakinankeyakinan yang harus dipegang oleh umat islam, tanpa argumentasi rasional (aqliyah) ilmu ini lebih spesifik mengambil bentuk sendiri dengan istilah ilmu tauhid atu ilmu aqaid. Pembicaraan materi-materi yang tercakup dalam ilmu kalam terkesan tidak menyentuh dzauq (rasa rohaniah). Ilmu kalam, filsafat maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran. Ilmu kalam, dengan metodenya berusaha mencari kebenaran tentang Tuhan yang berkaitan dengan-Nya. Perbedaannya terletak pada aspek metedologinya. Ilmu kalam menggunakan logika pada dasarnya ilmu ini menggunakan metode dialektika (dialog keagaman). Sementara itu, ilmu filsafat adalah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Ilmu tasawuf adalah ilmu yang menekankan pada rasa dari pada rasio. Sebagian pakar mengatakan bahwa metode ilmu tasawuf adalah intuisi atau ilham atau inspirasi yang dating dari Tuhan. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan menyampaikan tentang Hubungan Tasawuf Ilmu Kalam,Tasawuf Dan Filsafat. 2. RUMUSAN MASALAH 1. 2. 3. 4. 5.
Pengertian tasawuf, kalam dan filsafat? Bagaimana titik persamaan tasawuf, kalam dan filsafat? Bagaimana titik perbedaan tasawuf, kalam dan filsafat? Bagaimana hubungan tasawuf dengan ilmu kalam? Bagaimana hubungan tasawuf dengan filsafat?
BAB II PEMBAHASAN 1.
Pengertian Tasawuf, Kalam dan Filsafat Arti kata tasawuf dan asal katanya menjadi perdebatan para ahli bahasa. Ada yang mengatakan dari kata “shifa’’ artinya suci, bersih ibarat kilat kaca, sebagian ulama mengatakan dari kata“shuff”, artinya bulu domba sebab orang yang memasuki tasawuf itu memakai baju dari bulu domba, dan sebagian yang mengatakan diambil dari kata “shuffah”, ialah sekelompok sahabat nabi yang mengasingkan dirinya di suatu tempat terpencil di samping mesjid nabi. Dan menurut Ibnu khaldum ia mendefenisikan tasawuf adalah semacam ilmu syariat yang timbul didalam agama, asalnya adalah tekun ibadah dan memutuskan hubungan dengan segala sesuatu selain Allah, hanya menghadap Allah semata. Menolak hiasan-hiasan ,serta membenci perkara-perkara yang menipu orang banyak, kelezatan harta benda, kemegahan dan menyendiri menuju jalan tuhan dalam khalwat dan ibadah.( Moh. Toriquddin, UIN Malang Press: 15-16 ) Ilmu kalam biasa di sebut dengan beberapa nama, Antara lain: Ilmu Ushuluddin, Ilmu Tauhid, Fiqh Al-Akbar, dan Teologi islam.(Musthafa Abd ar-Raziq: 1955). Ilmu kalam juga disebut ilmu ushuluddin karena ilmu ini membahas pokok-pokok agama; disebut ilmu tauhid karena ilmu ini membahas keesaan Allah Swt. Di dalamnya di kaji pula tentang asma’ (nama-nama) dan af’al (perbuatanperbuatan) Allah yang wajib, mustahil dan ja’iz, sifat yang wajib, mustahil ,dan ja’iz, bagi Rasul-Nya. (Muhamad Abduh, 1965:25). Ilmu Tauhid sendiri sebenarnya membahas keesaan Allah Swt, dan hal-hal yang berkaitan dengannya, Ilmu kalam sama dengan ilmu tauhid, tetapi argumentasi ilmu kalam lebih dikonsentrasikan pada penguasaan logika. Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu Philos dan Sophia, Philos artinya cinta yang sangat mendalam dan Sophia artinya kebijaksanaan. Jadi arti filsafat secara harfiah adalah cinta yang sangat mendalam terhadap kearifan atau kebijakan. Filsafat dapat diartikan sebagai suatu pendirian hidup (individu) dan dapat juga disebut pandangan hidup (masyarakat). Menurut Al-Farabi (w.950),
filsafat yaitu ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakikatnya.1 1. Titik persamaan Ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf mempunyai kemiripan objek kajian. Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya, objek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan di samping masalah alam, manusia, dan segala sesuatu yang ada. Sementara itu objek kajian tasawuf adalah tuhan, yakni upayaupaya pendekatan terhadapnya.(Mustofa Abdul Raziq, 1995: 266). Jadi, dilihat dari aspek objeknya ketiga ilmu itu membahas masalah yang berkaitan dengan ketuhanan. Argumentasi filsafat, ilmu kalam di bangun di atas dasar logika. Oleh karena itu , hasil kajiannya bersipat spekulatif ( dugaan yang tak dapat di buktikan secara empiris, riset, dan eksperimental). (Endang Saifudin Anshari, 1990:174). Kerelatifan hasil karya logika itu menyebabkan beragamnya kebenaran yang di hasilkan. Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran tentang tuhan dan yang berkaitan dengannya. Filsafat dengan wataknya sendiri pula, berusaha menghampiri kebenaran , baik tentang alam maupun manusia (yang belum atau tidak dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan karena berada di luar atau di atas jangkauannya), atau tentang tuhan. Sementara itu tasawuf juga dengan metodenya yang tifikal berusaha menghampiri kebenaran yang berkaitan dengan perjalanan menuju tuhan. (Abdul Roziq, 1995: 43)2
1
Abd Ar-Raziq Musthafa, Tauhid Li Tarikh Al- Falsafah Al- Islamiyah (kairo: Pustaka Salman, 1959) 2
Anwar dan Mukhtar Solihin. 2004. Ilmu Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.
1. Titik Perbedaan Perbedaan diantara ketiga ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya. Ilmu kalam, sebagai ilmu yang menggunakan logika, disamping argumentasi-argumentasi naqliyah berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama, yang sangat tampak apologinya. Pada dasarnya ilmu ini menggunakan metode dialektika (jadaliyah) dikenal juga dengan istilah dialog keagamaan, ilmu kalam berisi keyakinan-keyakinan kebenaran agama yang dipertahankan melalui argumen-argemen rasional. Sebagian ilmuwan bahkan mengatakan bahwa ilmu ini berisi keyakinan-keyakinan kebenaran, praktek dan pelaksanaan ajaran agama, serta pengalaman keagamaan yang dijelaskan dengan pendekatan rasional. Sementara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memproleh kebenaran rasional. Metode yang digunakan pun adalah metode rasional. Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan (mengembarakan atau mengelanakan) akal budi secara radikal (mengakar) dan integral (menyeluruh) serta universal (mengalam) tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali ikatan tangannnya sendiri yang bernama logika. Peranan filsafat sebagaimana dikatakan Socrates adalah berpegang teguh pada ilmu pengetahuan melalui usaha menjelaskan konsep-konsep. Adapun ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa dari pada rasio. Oleh sebab itu, filsafat dan tasawuf sangat distingtif. Sebagai sebuah ilmu yang prosesnya diperoleh dari rasa, ilmu tasawuf bersifat sangat subjektif, yakni sangat berkaitan dengan pengalaman seseoarang. itulah sebabnya, bahasa tasawuf sering tanpak aneh bila dilihat dari aspek rasio. Hal ini karena pengalaman rasa sangat sulit dibahasakan. Pengalaman rasa lebih mudah dirasakan langsung oleh orang yang ingin memproleh kebenarannya dan mudah digambarkan dengan bahasa lambang, sehingga sangat interpretable (dapat diinterpretasikan bermacam-macam). Sebagian orang memandang bahwa ketiga ilmu itu memiliki jenjang tertentu. Jenjang pertama adalah ilmu kalam, kemudian filsafat dan yang terakhir adalah ilmu tasawuf. Oleh sebab itu, merupakan suatu kekeliruan apabila dialektika kefilsafatan atau tasawuf teoretis diperkenalkan kepada masyarakat awam karena akan berdampak pada
terjadinya rational jumping (lompatan pemikiran). (Abdul Raziq, 1955: 40-43).34 1.Hubungan Ilmu Tasawuf Dengan Ilmu Kalam Ilmu kalam merupakan disiplin ilmu keislaman yang banyak mengedepankan pembicaraan tentang persoalan-persoalan kalam Tuhan. Persoalan kalam ini biasanya mengarah pada perbincangan yang mendalam dengan dasar-dasar argumentasi, baik rasional (aqliyah) maupun naqliyah. Argumentasi rasional yang dimaksudkan adalah landasan pemahaman yang cenderung menggunakan metode berfikir filosopis. Adapun argumentasi naqliyahbiasanya bertendensi pada argumentasi dalil-dalil al-qur’an dan Hadis. Ilmu kalam sering menempatkan diri pada kedua pendekatan ini (aqli dan naqli), tetapi dengan metode argumentasi yang dialektik. Pembicaraan materi-materi yang tercakup dalam ilmu kalam terkesan tidak menyentuh dzauq (rasa rohaniah). Sebagai contoh ilmu tauhid menerangkan bahwa allah bersifat sama’(mendengar), bashar (melihat), kalam (berbicara), irada h (berkemauan), qudrah (kuasa), hayat (hidup), dan sebagainya. ketika membaca al-qur’an dan bagaimana seseorang merasa bahwa segala sesuatu yang tercipta merupakan pengaruh dari qudrah (kekuasaan) Allah SWT. Pada ilmu kalam ditemukan pembahasan iman dan definisinya, kekufuran dan manifestasinya, serta kemunafikan dan batasannya. Sementara pada ilmu tasawuf ditemukan pembahasan jalan atau metode praktis untuk merasakan keyakinan dan ketentraman, seperti dijelaskan juga tentang menyelamatkan diri dari kemunafikan.
3
Anwar dan Mukhtar Solihin. 2004. Ilmu Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia. 4
Abduh, Muhamad. 1965. Risalah tauhid. Jakarta: Bulan Bintang
Dalam kaitannya dengan ilmu kalam, ilmu tasawuf berfungsi sebagai pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman kalam. Penghayatan yang mendalam melalui hati (dzauq dan wijdan) tehadap ilmu tauhid atau ilmu kalam menjadikan ilmu tasawuf lebih terhayati atau teraplikasikan dalam perilaku. Dengan demikian, ilmu tasawuf merupakan penyempurna ilmu tauhid jika dilihat dari sudut pandang bahwa ilmu tasawuf merupakan sisi terapan rohaniah dari ilmu tauhid. Ilmu kalam berfungsi sebagai pengendali ilmu tasawuf. Oleh karena itu, jika timbul suatu aliran yang bertentangan dengan aqidah, atau lahir suatu kepercayaan baru yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunah, hal itu merupakan penyimpangan atau penyelewengan. Selain itu, ilmu tasawuf juga berfungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam pedebatan kalam. Sebagaimana disebutkan bahwa ilmu kalam dalam dunia islam cenderung menjadi sebuah ilmu yang mengandung muatan rasional dan muatan aqliyah. Jika tidak diimbangi oleh kesadaran rohaniah , ilmu kalam dapat bergerak ke arah yang lebih liberal dan bebas. Hubungan ilmu tasawuf dan ilmu tauhid dalam buku yang berjudul Asma Al-Husna , Al-Ghazali menjelaskan dengan baik mengenai persoalan tauhid kepada Allah SWT, terutama berkenaan dengan nama-nama Allah SWT yang merupakan materi pokok ilmu tauhid. Nama Tuhan Ar-Rahman dan Al-Rahim, pada aplikasi rohaniahnya merupakan sebuah sifat yang harus diteladani. Jika sifat Ar-Rahman diaplikasikan, seseorang akan memandang orang yang durhaka dengan kelembutan bukan kekasaran; melihat orang dengan mata rahim, bukan dengan mata yang menghina, bahkan ia mencurahkan ke-rahim-annya kepada orang yang durhaka agar orang tersebut dapat diselamatkan. (Rosihon Anwar dan Mukhtar Solihin, 2004: 88-89) Dengan ilmu tasawuf, semua persoalan yang berada dalam kajian ilmu tauhid terasa lebih bermakna , tidak kaku, bahkan akan lebih dinamis dan aplikatif. 2.Hubungan Ilmu Tasawuf dengan Ilmu Filsafat Ilmu tasawuf yang berkembang di dunia islam tidak dapat dinafikan sebagai sumbangan pemikiran kefilsafatan. Misalnya, dalam kajian-kajian tasawuf yang berbicara tentang jin itu harus diakui bahwa
5
terminologi jiwa dan roh banyak dikaji dalam pemikiran-pemikiran filsafat. Intelektual muslim banyak mengkaji tentang jiwa dan roh, di antaranya adalah Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Al-Ghazali.6 Pemahaman tentang jiwa dan roh itu pun menjadi hal yang esensial. Kajian-kajian kefilsafatan tentang hal tersebut banyak dikembangkan dalam tasawuf. Namun, perlu diketahui bahwa istilah yang lebih banyak dikembangkan dalam tasawuf adalah istilah qalb (hati). Istilah ini memang spesifik dikembangkan dalam tasawuf. Namun, tidak berarti bahwa istilah qalb tidak berpengaruh terhadap roh dan jiwa. (Anwar R., 2010:201) Menurut sebagian ahli tasawuf, an-nafs (jiwa) adalah roh setelah bersatu dengan jasad. Penyatuan roh dan jasad berpengaruh yang dapat ditimbulkan oleh jasad dan roh. Pengaruh-pengaruh ini akhirnya memunculkan kebutuhan-kebutuhan jasad yang dibangun roh. Jika jasad tidak memiliki tuntutan-tuntutan yang tidak sehat dan tidak terdapat pengekangan nafsu, sedangkan hati tetap sehat maka tuntutan jiwa terus berkembang dan jasad menjadi binasa karena melayani jiwa7
5
Saifuddin Endang Anshari. Agama. Surabaya: PT Bina Ilmu
1990. Ilmu
Filsafat
6
dan
Toriquddin, Moh. 2008. Skularitas tasawuf, Membumikan Tasawuf Dalam Dunia Modren. Malang: Uin Malang Press 7
Anwar R. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV. Pusstaka Setia
BAB III PENUTUP
Kesimpulan Ilmu kalam adalah ilmu yang membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan keagamaan dengan bukti-bukti yang meyakinkan, kemudian filsafat berasal dari kata philos (cinta) dan shopia (kebijaksanaan), dengan demikian filsafat adalah mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Sementara tasawuf adalah suci, atau keadaan yang selalu berorientasi kepada kesucian jiwa, mengutamakan panggilan Allah, berpola hidup sederhana, mengutamakan kebenaran, dan rela berkorban demi tujuan-tujuan yang lebih mulia disisi Allah. Ilmu kalam, filsafat dan tasawuf mempunyai kemiripan objek kajian. Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya. objek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan disamping masalah alam, manusia, dan segala sesuatu yang ada. Objek kajian tasawuf adalah tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan terhadapnya. Jadi, dilihat dari aspek objeknya, ketiga ilmu itu membahas masalah yang berkaitan dengan ketuhanan. Perbedaan diantara ketiga ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya. Ilmu kalam, sebagai ilmu yang menggunakan logika dan menggunakan metode dialektika (jadaliyah) yang di kenal juga dengan dialog keagamaan. Sementara filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Metode yang digunakan pun adalah metode rasional. Adapun ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa dari pada rasio metode yang digunakan menurut sebagian pakar adalah intuisi, atau ilham, atau inspirasi yang datang dari tuhan. Ilmu kalam berfungsi sebagai pengendali ilmu tasawuf, selain itu ilmu tasawuf juga mempunyai fungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan-perdebatan kalam.
DAFTAR PUSTAKA Abd Ar-Raziq Musthafa, Tauhid Li Tarikh Al- Falsafah Al- Islamiyah (kairo: Pustaka Salman, 1959) Anwar dan Mukhtar Solihin. 2004. Ilmu Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia. Abduh, Muhamad. 1965. Risalah tauhid. Jakarta: Bulan Bintang Saifuddin Endang Anshari. 1990. Ilmu Filsafat dan Agama. Surabaya: PT Bina Ilmu Toriquddin, Moh. 2008. Skularitas tasawuf, Membumikan Tasawuf Dalam Dunia Modren. Malang: Uin Malang Press Anwar R. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV. Pusstaka Setia