Hubungan Antara Beban Dan Depresi Pada Pasangan Dari Pasien Penyakit Ginjal Kronis.docx

  • Uploaded by: Zhafran Natsir
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hubungan Antara Beban Dan Depresi Pada Pasangan Dari Pasien Penyakit Ginjal Kronis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,832
  • Pages: 14
HUBUNGAN ANTARA BEBAN DAN DEPRESI PADA PASANGAN DARI PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS (The Relationship between Burden and Depression in Spouses of Chronic Kidney Disease Patients. Athina Paschou,, Dimitrios Damigos, Petros Skapinakis, and Kostas Siamopoulos.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki beban dan depresi pada pasangan dari pasien dengan penyakit ginjal kronis (CKD). Keterkaitan antara beban dan depresi pada suster/perawat keluarga telah dibuktikan oleh penelitian sebelumnya pada beberapa kasus penyakit kronis dan para peneliti sepakat bahwa kedua hal tersebut berjalan

bersamaan

dan

kita

tidak

dapat

membicarakan

satu

hal

tanpa

mempertimbangkan yang lain. Dalam penelitian ini, secara spesifik meneliti tentang beban suster/perawat, depresi, kegelisahan, dan juga kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan dan faktor-faktor demografis dari pasangan pasien CKD, menggunakan self-report kuesioner. Partisipan berjumlah 50 pasangan dari pasien CKD, 29 di antaranya pasien CKD yang menjalani dialisis dan 21 pasien tidak menjalani dialisis. Dilakukan pemeriksaan perbedaan kelompok pada para partisipan. Hasil penelitian mengkonfirmasi adanya keterkaitan antara beban suster/perawat dan depresi pada pasangan. Meningkatnya beban yang dirasakan terkait dengan tingkat depresi yang lebih tinggi. Tingkat beban suster/perawat yang rendah, depresi, kecemasan, dan kualitas hidup yang memuaskan ditemukan pada pasangan, dimana tidak ada perbedaan yang relevan di antara mereka terkait apakah pasien menjalani dialisis atau tidak. Semua parameter di atas saling terkait. Implikasi untuk temuan dan arah penelitian di masa depan juga dibahas.

1. Perkenalan Penyakit kronis mempengaruhi pasien dan keluarganya secara menyeluruh, karena keluarga dan terutama pasangannya merupakan unit perawatan utama, yang mana hal ini juga menjadi permasalahan di Yunani. Hidup dengan pasien penyakit kronis dan menjadi suster/perawat utama bisa sangat tertekan. Perasaan depresi, kecemasan, dan

1

beban sering dilaporkan dalam populasi ini dan mereka saling terkait serta status kesehatan yang lebih buruk juga telah ditemukan.

Beban suster/perawat mungkin lebih merupakan fenomena universal dan tidak terkait penyakit spesifik atau terkait dengan variabel pasien. Terlepas dari jenis penyakit, beban tersebut merupakan fenomena multidimensi yang mempengaruhi suster/perawat secara fisik, emosional, dan sosial. Temuan dari studi sebelumnya menyoroti kebutuhan untuk fokus pada kesehatan suster/perawat, karena ada kemungkinan bahwa mereka bahkan lebih terpengaruh secara emosional akibat penyakit kronis yang diderita pasien daripada pasien itu sendiri. Seperti yang ditunjukkan oleh Adelman et al., suster/perawat menjadi pasien yang tidak terlihat dan oleh karena itu dokter harus mengakui pentingnya suster/perawat keluarga karena kesehatan pasien mereka bergantung pada kualitas suster/perawat yang berada dirumah. Faktor yang terbukti memiliki kaitan dengan beban yang dialami suster/perawat adalah depresi. Selama dua dekade terakhir, depresi telah diidentifikasi sebagai faktor risiko dan outcome dari beban suster/perawat, sebuah pernyataan yang dikonfirmasi juga oleh penelitian yang lebih baru. Seperti yang telah ditunjukkan oleh para peneliti, beban dan depresi berjalan seiring dan mereka dianggap benar-benar identik atau konstruksi yang unik. Hubungan antara mereka telah diverifikasi dalam penelitian di lingkungan budaya yang berbeda dan dalam berbagai penyakit kronis, seperti kanker, Alzheimer, dan stroke, tidak terkait dengan karakteristik pasien atau perawat.Untuk mengembangkan strategi yang mungkin bermanfaat bagi suster/perawat pasangan yang terbebani, identifikasi karakteristik lain, seperti kualitas hidup (QOL) dan tingkat kepuasan pernikahan, adalah hal yang penting. Perkawinan terbukti berhubungan dengan kesehatan yang baik bagi anggota pasangan tetapi kepuasan hubungan adalah faktor kunci dalam efek positif ini. Tingkat kualitas perkawinan yang lebih tinggi telah dikaitkan dengan persepsi penyakit yang lebih adaptif dan perilaku manajemen penyakit, serta kesehatan dan kualitas hidup yang lebih baik bagi pasien dan pasangannya. Secara khusus, pada penyakit ginjal kronis (CKD) peneliti menunjukkan bahwa pasien CKD berfungsi dalam dua angka psikososial dengan pasangan mereka dan dalam beberapa kasus dalam dua angka depresi. Efek hubungan perkawinan pada status

2

kesehatan anggota pasangan telah dipelajari secara menyeluruh dalam kasus penyakit ginjal kronis (CKD). Sebagian besar penelitian mengenai beban suster/perawat keluarga pasien CKD yang fokus pada pasien yang berada pada tahap akhir penyakit ginjal dan pasien hemodialisis, tetapi mereka tidak berfokus pada pasangan sebagai suster/perawat. Telah ditemukan bahwa suster/perawat pasien hemodialisis memiliki beban, yang mempengaruhi kualitas hidup mereka secara negatif dan bahwa aspek emosional terutama pasangan wanita sekaligus perawat dan pasien dapat memprediksikan beban yang ada. Meskipun penelitian sebelumnya meneliti hubungan antara pasangan pada pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir atau transplantasi, intervensi pada tahap awal penyakit ini masih belum diselidiki. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki hubungan antara beban suster/perawat dan depresi pada pasangan pasien CKD dan untuk mengklarifikasi peran kecemasan, kualitas hidup, dan faktor demografis dalam hubungan ini. Secara khusus, menyelidiki apakah beban suster/perawat bergantung pada parameter tersebut di atas. Pemeriksaan dilakukan melalui pertanyaan penelitian berikut ini: (1) Seberapa besar tingkat beban, depresi, kecemasan, dan kualitas hidup pada pasangan pasien dengan CKD? (2) Apakah hubungan antara beban dan depresi diverifikasi dalam kelompok studi ini, terlepas dari faktor demografi dan karakteristik pasangan atau pasien?

2. Bahan-bahan dan metode-metode 2.1. Desain Studi dan Partisipan. Penelitian ini dilakukan antara September 2013 dan Juni 2015 di Departemen Nefrologi Rumah Sakit Universitas Ioannina, Yunani. Partisipan adalah pasangan pasien CKD yang menerima perawatan medis di unit Departemen Nefrologi Rumah Sakit Universitas Ioannina (Klinik Rawat Jalan, Bangsal Ginjal, Unit Hemodialisis, dan Unit Dialisis Peritoneal). Beban suster/perawat, depresi, kecemasan, kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan, dan faktor-faktor demografis penting seperti masalah kesehatan umum dievaluasi pada pasangan. Semua variabel diukur dengan self-report kuesioner, yang sering digunakan dalam praktik klinis untuk memperkirakan beban psikologis. Pasangan pasien CKD direkrut melalui tiga cara berbeda: (1) melalui pendekatan langsung, saat menemani pasangan mereka di rumah sakit, (2) melalui pasien CKD

3

selama janji temu reguler mereka, dan (3) melalui telepon. Perekrutan pasangan secara sengaja dilakukan dengan mengikutsertakan pasien dari semua unit Departemen Nefrologi. Partisipan berusia 18 tahun, (3) mampu memahami dan berkomunikasi dalam bahasa Yunani, dan (4) tanpa masalah kesehatan yang parah saat ini sehingga tidak menghalangi mereka dalam memahami dan menjawab kuesioner. Jika pasangan meminta bantuan untuk mengisi kuesioner, pengumpul data (penulis pertama) melakukan wawancara in vivo (di rumah sakit) atau melalui telepon (di Laboratorium Psikologi Medis, Fakultas Kedokteran, Universitas Ioannina). Wawancara dilakukan di ruang pribadi dan berlangsung antara 50-60 menit. Akhirnya, 33 pasangan menyelesaikan kuesioner secara mandiri dan 17 orang lainnya dengan bantuan pengumpul data. Dilakukan pendekatan terhadap semua pasangan pasien CKD untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipan yang memenuhi syarat, yang setuju untuk mengambil bagian dan menandatangani persetujuan tertulis, berjumlah 50 pasangan (12 laki-laki dan 38 perempuan). Mereka dibagi menjadi dua kelompok, pasangan pasien yang menjalani dialisis (𝑛 = 29) dan pasangan pasien yang menjalani dialisis (𝑛 = 21). Sebuah persetujuan etis untuk penelitian diperoleh dari komite ilmiah Rumah Sakit Universitas Ioannina.

2.2. Penilaian 2.2.1. Penilaian Kualitas Hidup dan Faktor Sosiodemografi Lainnya. Kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan dievaluasi menggunakan EuroQol EQ-5D. EQ-5D adalah kuesioner kualitas hidup yang berhubungan dengan standar kesehatan yang dikembangkan

oleh

Grup

EuroQol

dan

telah

divalidasi

di

Yunani

oleh

Kontodimopoulos dkk. Kuesioner terdiri dari 2 bagian: sistem deskriptif EQ-5D dan EQ VAS. EQ VAS mencatat kesehatan responden yang dinilai secara mandiri (self-rated) pada skala analog visual di mana titik akhir diberi label β€œkesehatan terbaik yang bisa dibayangkan” dan β€œkeadaan kesehatan terburuk yang bisa dibayangkan.” Informasi ini dapat digunakan sebagai ukuran kuantitatif hasil kesehatan sebagaimana dinilai oleh individu responden. Algoritma penilaian untuk sistem deskriptif indeks EQ-5D digunakan dalam penelitian di Yunani serta dalam penelitian ini. Selain itu, pasangan memeriksa daftar masalah kesehatan umum dan jika mereka memiliki penyakit tertentu,

4

mereka menjawab penrtanyaan dalam VAS tentang kepuasan pernikahan mereka pada kisaran 1 hingga 10 dan mereka mengisi kuesioner dengan faktor-faktor demografis yang penting.

2.2.2. Beban Suster/perawat. Beban suster/perawat dinilai menggunakan Zarit Burden Interview (ZBI). Skala ini dirancang untuk mengevaluasi tekanan yang dialami suster/perawat. Responden menjawab 22 pertanyaan yang relevan dengan efek ketidakmampuan pasien dalam hidup mereka. Respons item berkisar antara tidak pernah (0), jarang (1), kadang-kadang (2), relatif sering (3), dan hampir selalu (4). Skor Indeks Zarit berkisar dari 0 hingga 88 dan dihitung dengan menjumlahkan 22 item. Skor tersebut dapat dikategorikan ke dalam tingkat keparahan beban: sama sekali tidak sampai sedang (0-20), ringan hingga sedang (21-40), sedang hingga berat (41-60), dan parah (61-88). Terjemahan dan validasi theGreek diperkenalkan oleh Papastavrou et al. dan memiliki reliabilitas konsistensi internal yang tinggi (π‘Ž = 0, 93). Untuk menyesuaikannya dengan partisipan penelitian ini, item-item tersebut disesuaikan ulang untuk merujuk pada β€œpasangan” dari para pasien.

2.2.3. Penilaian Depresi. Depresi dinilai dengan kuesioner yang andal dan valid untuk penilaian depresi, yang berasal dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Edisi ke-4 dan Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9). PHQ-9 terdiri dari 9 item, dengan setiap item mengacu pada gejala depresi selama minggu-minggu sebelumnya. Respons item berkisar antara tidak sama sekali (0), pada beberapa hari (1), pada lebih dari setengah hari (2), dan hampir setiap hari (3). Skor PHQ-9 Severity Index berkisar dari 0 hingga 27 dan dihitung dengan menjumlahkan seluruh 9 item. Skor Indeks Keparahan PHQ-9 dapat dikategorikan ke dalam tingkat keparahan depresi: tidak ada (0–4), ringan (5-9), sedang (10–14), cukup parah (15–19), dan parah (20–27)). Alternatif lain, titik batas pada skor 10 juga dapat digunakan untuk membedakan keberadaan dan tidak adanya depresi.

2.2.4. Penilaian Kecemasan. Kecemasan dinilai dengan kuesioner Generalized Anxiety Disorder (GAD-2). Bentuk 2-item berasal dari GAD-7 dan memiliki kesamaan informatif dengan bentuk 7-item untuk GAD dan gangguan kecemasan lainnya.

5

Kroenke et al. berusaha membuat kuesioner deteksi gangguan kecemasan dengan dua pertanyaan (GAD-2). Pertanyaan-pertanyaan ini dipilih karena berhubungan dengan gejala inti dan lebih umum dibandingkan dengan kuesioner GAD-7. Jawabannya diberi skor dari 0 (tidak sama sekali) hingga 3 (hampir setiap hari). Ditemukan bahwa GAD-2 dengan skor β‰₯ 3 mendeteksi gangguan stres dengan sensitivitas tingkat yang dapat diterima (70-86%) dan spesifisitas (81-83%). Menurut Skapinakis, kesimpulan penulis bahwa skala 2-item dapat digunakan sebagai alat skrining singkat didukung dengan baik oleh data, terutama untuk kecemasan umum dan mungkin bisa juga untuk gangguan panik.

2.3. Analisis statistik. Kami menggunakan perintah survei di Stata versi 10.0 untuk menghitung perkiraan prevalensi dan interval kepercayaan 95%. Perintah-perintah ini memperhitungkan desain pengambilan sampel yang kompleks. Hubungan antara beban pasangan dan depresi, tahap penyakit ginjal kronis, usia, jenis kelamin, kepuasan perkawinan, pendidikan, dan pekerjaan dihitung pada interval kepercayaan 95% dengan model regresi linier berganda menggunakan perintah survei di Stata 10.0. Semua evaluasi signifikansi statistik didasarkan pada tes dua sisi menggunakan tingkat signifikansi 5%.

3. Hasil 3.1. Deskripsi Sampel. Untuk penelitian ini, 82 pasangan pasien penyakit ginjal kronis diminta untuk berpartisipasi. Diantaranya, 32 menolak untuk berpartisipasi atau tidak mengembalikan kuesioner. Pada akhirnya, 50 pasangan mengisi kuesioner. Pasangan dibagi menjadi dua kelompok, pasangan pasien yang menjalani dialisis (𝑛 = 29, usia rata-rata 60,69 tahun, dan SD 11,13) dan pasangan pasien yang tidak menjalani dialisis (𝑛 = 21, usia rata-rata 63,43 tahun, dan SD11,56). Para pasien telah menderita CKD selama 8,76 tahun (SD 7.26) dan usia mereka adalah 65,48 tahun, SD 10,54 (pasien yang tingkat keparahan CKD, 13 pasien menderita CKD stadium I-IV (perekrutan pasangan mereka dilakukan di Klinik Rawat Jalan), 8 pasien berada pada stadium V CKD (perekrutan pasangannya dilakukan di Bangsal Ginjal), dan 29 pasien menderita CKD pada tahap akhir (perekrutan pasangannya dilakukan di Unit Hemodialisis dan Unit Dialisis Peritoneal), 9 di antaranya menjalani hemodialisis dan 20 menjalani

6

dialisis peritoneum. Pasangan telah menikah dengan pasangannya selama 38,3 tahun, SD 11,7. Sebagian besar pasangan memiliki pendapatan bulanan antara 501 € dan 1000 € (𝑛 = 22, 44,0%) dan kategori berikutnya yang lebih besar adalah antara 1001 € dan 2000 € (𝑛 = 16, 32,0%). Sebagian besar pasangan melaporkan tidak ada atau beberapa kesulitan keuangan (𝑛 = 29, 58,0%). Berdasarkan VAS yang digunakan untuk menggambarkan kepuasan pernikahan mereka, pasangan melaporkan sangat puas (8,46, SD 1,51). Satusatunya parameter di mana kedua kelompok berbeda adalah tingkat pendidikan (Pr = 0,052). Pasangan pasien yang menjalani dialisis telah menerima pendidikan dasar (𝑛 = 19) sedangkan pasangan pasien yang tidak menjalani dialisis terbagi hampir sama rata dalam tiga kelompok pendidikan yang berbeda (pendidikan dasar, sekolah tinggi, dan pendidikan tinggi). Masalah kesehatan yang paling sering dilaporkan sendiri pada kelompok pasangan adalah kadar kolesterol tinggi (𝑛 = 23), hipertensi (𝑛 = 16), diabetes mellitus (𝑛 = 12), nyeri muskuloskeletal (𝑛 = 14, di mana 12 di antaranya adalah 12 pasangan pasien yang tidak menjalani dialisis), dan penyakit tiroid (𝑛 = 8). Hanya 8 partisipan yang melaporkan tidak ada masalah kesehatan, 5 di antaranya adalah pasangan pasien yang menjalani dialisis. Tabel 1 menggambarkan karakteristik demografi lengkap dari pasangan dibagi menjadi dua kelompok, berdasarkan jenis kelamin dan informasi dasar tentang pasien.

3.2. Tingkat Beban Suster/perawat, Depresi, dan Kecemasan pada Pasangan. Hasil penelitian ini tidak menunjukkan tingkat beban yang tinggi dan tekanan psikologis pada pasangan, terlepas dari apakah pasien menjalani dialisis atau tidak. Secara khusus, skor rata-rata (SD) dari beban suster/perawat dalam total sampel adalah 27, 26 (18,33), yang menunjukkan beban dalam skala sedang pada pasangan. Skor rata-rata (SD) dari depresi dalam sampel total adalah 5,64 (4,80), yang menunjukkan tidak ada depresi ringan dan terakhir skor kecemasan (SD) total sampel adalah 1,90 (1,64) yang tidak menunjukkan adanya gangguan stres. Terlepas dari kenyataan bahwa pasangan pasien yang menjalani dialisis dan pasangan dari pasien yang tidak menjalani dialisis tidak berbeda secara statistik dalam tingkat keparahan parameter di atas, pasangan pasien yang menjalani dialisis mendapat skor yang lebih tinggi di semua variabel. Tabel 2 menyajikan semua skor dalam total sampel dan dalam dua kelompok.

7

Tabel 3 menyajikan koefisien korelasi antara beban suster/perawat, depresi, kecemasan, dan juga kualitas hidup terkait kesehatan pada pasangan. Seperti yang diharapkan, parameter di atas sangat berkorelasi satu sama lain. Depresi dan beban suster/perawat berkorelasi signifikan (𝑝 ≀ 0,001). Tingkat depresi dan kecemasan yang lebih tinggi berhubungan dengan tingkat beban suster/perawat yang lebih tinggi.

3.3. Evaluasi Kualitas Hidup Terkait Kesehatan pada Pasangan. Kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan pada pasangan dalam penelitian ini, seperti yang ditunjukkan oleh indeks EQ5D, serupa dengan dan tidak lebih buruk dari pada populasi Yunani secara umum. Nilai rata-rata (SD) dalam total sampel adalah 0,747 (2,21). Kedua kelompok ditemukan memiliki perbedaan yang signifikan (𝑝 = 0,042) hanya pada evaluasi diri mengenai kondisi kesehatan, yang diukur dengan EQ5D-VAS, di mana pasangan dari pasien yang tidak menjalani dialisis daripada pasangan pasien yang tergantung pada dialisis, 66,72 (16,60). Temuan di atas disajikan pada Tabel 3. Seperti yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi, kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan memburuk ketika tingkat beban, depresi, dan kecemasan meningkat (Tabel 3). Mengenai lima dimensi EQ5D (mobilitas, perawatan diri, kegiatan biasa, rasa sakit/tidak nyaman, dan kecemasan/depresi), pasangan melaporkan tidak memiliki masalah (80% -100%) dalam tiga dimensi pertama. Dalam dimensi "sakit/tidak nyaman," 27 pasangan (54%) melaporkan nyeri/ketidaknyamanan sedang dan pada dimensi terakhir 29 pasangan (58%) melaporkan sedang cemas/tertekan. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menyelidiki asosiasi independen dari banyak variabel dengan beban suster/perawat pasangan. Variabel independen (tahap CKD, usia, jenis kelamin, kepuasan perkawinan, pendidikan, pekerjaan, dan depresi) mengalami regresi terhadap beban suster/perawat pasangan (Tabel 4). Depresi (𝐡 = 2, 57, 𝑝 ≀ 0,001) tetap dalam model regresi akhir sebagai prediktor beban suster/perawat pasangan. Skor beban suster/perawat pasangan yang lebih tinggi diprediksi oleh depresi, diukur dengan PHQ 9.

8

Tabel 1. Karakteristik demografis pengasuh pasien dan pasangan pasien dengan penyakit ginjal kronis. Karakteristik Demografis Jenis Kelamin Pasangan, (%) Pria Wanita Jenis kelamin pasien, (%) Pria Wanita Usia pasangan Mean (SD1) Min–max Usia pasien

Pada semua pasangan

Pasangan (Pasien yang menjalani dialisis)

Pasien (Pasien yang tidak Menjalani dialisis)

7 (24.14) 22 (75.8 )

5 (2 .81) 1 (7 .19)

22 (75.8 ) 7 (24.14)

1 (7 .19) 5 (2 .81)

0. 9 (11.1 ) 5–82

.4 (11.5 ) 4 –84

5.48 (10.54) 47–8

.09 (9. 2) 45–84

8.2 (11.70) 12–58

8.55 (11.78) 12–57

7.85 (11.87) 14–58

8.7 (7.2 )

8.59 (7.79) 1–40

9.00 ( . 5) 1–2

(10. 4) 1 (55.17) 7 (24.14) (10. 4)

2 (9.52) (28.57) 9 (42.8 ) 4 (19.05)

18 ( 2.07) 11 ( 7.9 )

11 (52. 8) 10 (47. 2)

19 ( 5.52) 8 (27.59) 2 ( .90)

9 (42.8 ) 5 (2 .81) 7( . )

Pr = 0.979

Pr = 0.979

1.84 (11.28) 5–84

Mean (SD) Min–max Years related Mean (SD) Min–max Years of CKD Mean (SD) Min–max Penghasilan perbulan ≀500 € 501–1000 € 1001–2000 € 2001– 000 € Masalah keuangan Tidak ada-sedikit Beberapa-banyak Pendidikan pengasuh Pendidikan dasar Pendidikan menengah Pendidikan tinggi Pekerjaan pengasuh Bekerja Tidak bekerja/pengurus rumah Pensiunan

Berbeda2 (Test Pearson)

Pr = 0.266

Pr = 0.493

Pr = 0.052

Pr = 0.855 7 (24.14)

4 (19.05)

9 ( 1.0 ) 1 (44.8 )

(28.57) 11 (52. 8)

Catatan. 1Standar Deviasi. 2Distribusi tes Pearson.

9

Tabel 2. Nilai rata-rata pasangan (SD) pada eban, depresi, kecemasan, dan kualitas hidup kuesioner dalam dua grup.

Total sampel Pasangan (pasien dialisis)

Kuesioner ZARIT2

27.2 (18. )

Mean (SD1) Pasangan (pasien yang tidak dialisis)

0. 2 (1.20)

Perbedaan cara7

22. 2 (1 . 9)

0.129

PHQ93

5. 4 (4.80)

.55 (5.50)

4. 8 ( . 5)

0.115

GAD24 EQ5D index5

1.90 (1. 4)

2.10 (1.74)

1. 2 (1.50)

0. 09

0.747 (0.21 )

0.7 9 (0.192)

0.71 (0.241)

0. 99

EQ5D VAS6

70.8 (1 .97)

.72 (1 . 0)

7 .57 (1 ,15)

0.042

Catatan. 1Standar deviasi. 2Zarit Burden Interview. 3Patient Health Questionnaire-9. 4

Generalized anxiety disorder 2. 5Health-Related Quality of Life Questionnaire Index.

6

Health-Related Quality of Life Questionnaire Visual Analogue Scale. 7Difference of

means was derived using t-test.

Tabel 3. Koefisien korelasi antara beban pasangan, depresi, kecemasan dan kualitas hidup Kuesioner ZBI1 GAD22 PHQ93 EQ5D VAS4

EQ5D index βˆ’0.177 βˆ—βˆ—βˆ—

βˆ’0.490

βˆ’0.2 8

EQ5D VAS

PHQ9

βˆ’0.482βˆ—βˆ—βˆ—

0.7 3βˆ—βˆ—βˆ—

βˆ— βˆ—

βˆ—βˆ—βˆ—

βˆ’0.405

0.7 3

GAD2 0.549βˆ—βˆ— βˆ—

βˆ— βˆ—

βˆ’0.417

0.2 1

Catatan. 1Zarit Burden Interview. 2Generalized anxiety disorder 2. 3Patient Health Questionnaire-9. 4Health-Related Quality of Life Questionnaire Visual Analogue Scale. βˆ—βˆ—βˆ—

≀ 0.001; βˆ—βˆ— ≀ 0.01.

Tabel 4. Analisis regresi linier berganda dari beban pasangan terhadap depresi (tergantung dialisis/tidak dialisis), usia, jenis kelamin, kepuasan pernikahan, pendidikan, dan pekerjaan (n=50). Variabel Independen

value

(St. errors) βˆ—βˆ—βˆ—

Depresi (PHQ9)

2.577

(0. 85)

0.000

Stadium (dialisis /tidak tidalisis

0.077 ( .715)

0.984

Usia

0.0 4 (0.208)

0.759

10

βˆ’2.044 (4.418) 2.584 (2. 9 ) βˆ’2. 84 (4.52 ) βˆ’11.909 (5.924) 0.8 0 (5.127) 9. 4 (5.2 5) .724

Jenis Kelamin VAS-Kepuasan Pernikahan Pendidikan Menengah Pendidikan tinggi Tidak bekerja Pensiunan Konstan

(14.571)

0. 4 0.287 0. 01 0.051 0.8 8 0.081 0. 47

R2 = 68.2%;βˆ—βˆ—βˆ—p < 0.001.

4. Diskusi Dalam studi ini dari 50 pasangan suster/perawat pasien penyakit ginjal kronis, diselidiki hubungan antara beban suster/perawat, depresi, kualitas hidup, kecemasan, dan kepuasan pernikahan pasangan. Kami mengkonfirmasi penelitian sebelumnya dengan temuan kami tentang hubungan antara beban suster/perawat dan depresi. Skor beban suster/perawat pasangan yang lebih tinggi dapat diprediksi oleh tingkagt depresi. Beban suster/perawat, depresi, kecemasan, dan kualitas hidup terkait kesehatan saling terkait tetapi skor rata-rata mereka relatif rendah pada pasangan. Keparahan penyakit ginjal kronis, menjalani dialisis versus tidak menjalani dialisis, tidak mempengaruhi hasil. Temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya. Dalam penelitian sebelumnya, pasien dan suster/perawat memiliki status kesehatan psikologis yang serupa dan meskipun total beban yang dirasakan kedua kelompok relatif rendah, persentase partisipan yang penting memenuhi kriteria untuk depresi. Tingkat rendahnya depresi pada pasangan dalam studi ini sesuai dengan rendahnya tingkat depresi pada pasien CKD dari Departemen Nefrologi yang sama (Rumah Sakit Universitas Ioannina), yang ditemukan dalam studi Ikonomou et al. Hal ini juga sejalan dengan pernyataan Khaira et al. bahwa pasien CKD yang menjalani dialisis dan pasangannya saling berkaitan dalam hal tingkat depresi. Penjelasan yang mungkin tentang citra yang baik yang diperlihatkan dari pasangan pasien CKD dalam penelitian ini relevan dengan durasi penyakit pasangan mereka yang tinggi. Karademas menunjukkan interaksi dinamis yang konstan antara pasien dan pasangannya dalam rangka memahami dan mengatasi penyakit kronis. Dapat

11

diasumsikan bahwa pasangan dan pasien CKD telah berhasil menemukan cara mereka dalam mengatasi implikasi penyakit kronis, dan menggabungkannya dalam kehidupan pribadi dan keluarga mereka. Penjelasan lain yang mungkin, dan didukung dari para peneliti dari penelitian ini berdasarkan pengalaman klinis, yaitu bisa jadi pasangan, seperti halnya pasien CKD sendiri, menggunakan mekanisme defensif untuk menangani kondisi kronis mereka. Penelitian sebelumnya memberikan bukti bahwa pasien CKD menggunakan pertahanan emosional sebagai cara untuk mengatasi beban yang mempengaruhi aspek mental dan fisik kualitas hidup mereka. Mungkin saja pasangan mereka, karena mereka hidup sebagai pasangan psikososial, menggunakan strategi koping/mengatasi masalah yang serupa. Dapat diasumsikan bahwa pasangan mempresentasikan citra ideal diri mereka dan juga pernikahan mereka, baik sebagai pertahanan psikologis yang memungkinkan mereka untuk menanggung semua implikasi kronis yang dihasilkan oleh CKD dalam hidup mereka atau sebagai upaya untuk menarik perhatian dari diri mereka sendiri dan mungkin lebih pada pasangan mereka. Pasangan melaporkan menjadi suster/perawat utama dan mereka tidak mudah meminta bantuan dari anggota keluarga mereka yang lain (anak-anak, saudara kandung). Mereka melaporkan kecenderungan untuk menunda pemeriksaan kesehatan mereka dan kunjungan rutin mereka ke dokter dan menunda operasi rutin yang disarankan. Pengamatan klinis ini cocok dengan pengamatan Butler et al. yang menunjukkan bahwa suster/perawat, kecuali untuk kasus-kasus yang memberatkan secara psikologis, juga dapat secara fisik memberatkan dan menyebabkan penurunan kemungkinan untuk terlibat dalam perilaku kesehatan preventif. Pasangan yang merasa tidak terlalu terbebani untuk merawat pasangannya, meskipun menghabiskan banyak waktu merawatnya, menganggapnya sebagai hutang dalam perkawinan, atau mereka hidup dengan pasangan mereka sebagai pasangan psikososial yang lebih tertutup bahkan sebelum CKD, jadi penyakitnya tidak mengubah gaya hidup mereka. Menurut Bialon dan Coke, ada empat domain utama yang harus dipelajari untuk mengevaluasi dan menggambarkan pengalaman suster/perawat: penurunan kesehatan secara keseluruhan, konflik peran, kurangnya dukungan fisik dan pendidikan, dan pentingnya iman. Semua hal di atas menunjukkan pengaruh bertingkat yang dialami suster/perawat, mendukung pernyataan banyak peneliti bahwa terdapat kebutuhan untuk

12

lebih banyak dukungan pendidikan, fisik, dan emosional untuk individu yang menyediakan perawatan untuk anggota keluarga yang sakit. Suster/perawat pada tahap awal dari pengalaman keperawatan mereka rentan terhadap beban dan depresi tetapi, meskipun depresi dan beban keduanya bisa menjadi bentuk dari tekanan dalam perawatan, intervensi yang ditujukan untuk mengurangi beban dan gejala depresi harus berbeda. Hasil dari penelitian Khalaila dan Cohen mengungkapkan hubungan langsung antara penekanan emosional dan gejala depresi, menunjukkan bahwa suster/perawat yang cenderung menekan emosi negatif mengalami kesehatan mental yang lebih buruk. Sesuai dengan temuan di atas, kunci untuk perlindungan terhadap gejala depresi yang lebih tinggi bisa menjadi penekanan emosi yang lebih rendah (ekspresifitas yang lebih tinggi). Studi di masa depan dapat menyelidiki implementasi mekanisme pertahanan seperti represi, penolakan, atau idealisasi dalam populasi ini. Pasangan tidak mudah berbicara tentang konsekuensi penyakit pasangan mereka dalam kehidupan pribadi mereka, yang merupakan tantangan bagi penelitian di masa depan dan profesional kesehatan. Karena mekanisme defensif atau penyesuaian terhadap penyakit, ini merupakan prognosis buruk untuk kemunduran status kesehatan mereka di masa depan. Dalam konteks perawatan kesehatan yang holistik dan efektif, penting untuk mengembangkan strategi dukungan yang sesuai yang akan menempatkan mereka di pusat perhatian, untuk memaksimalkan efek terapeutik dari perawatan pasien dan juga untuk menghindari kerusakan status kesehatan pasangannya. Dimana hal yang terakhir ini dapat memperburuk perjalanan penyakit pasien CKD dan juga membebani seluruh keluarga dan Sistem Perawatan Kesehatan (seperti kronis dan finansial). Penelitian di masa depan dapat berfokus pada merancang strategi intervensi pada lingkungan paten dan sebagian besar pada pasangan mereka juga dalam konteks Sistem Perawatan Kesehatan Utama. Juga hubungan antara beban dan depresi pada suster/perawat pasangan dapat dibandingkan antara CKD dan penyakit kronis lainnya dan juga dalam kelompok studi yang lebih besar. Mengenai keterbatasan dalam penelitian ini, harus disebutkan bahwa kausalitas antara depresi dan beban perawat tidak dapat ditentukan karena, meskipun depresi dipelajari sebagai outcome penelitian, depresi mungkin sudah ada sebelumnya dan dengan sendirinya dapat menentukan hasil. Juga, terbatasnya jumlah partisipan harus

13

dipertimbangkan sebelum mengeneralisasi hasil penelitian ini.

14

Related Documents


More Documents from "Afifah"