BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Seksualitas mengandung makna yang sangat luas karena mencakup aspek kehidupan yang menyeluruh, terkait dengan jenis kelamin biologis maupun sosial (gender), orientasi seksual, identitas gender, dan perilaku seksual. Seksualitas adalah sebuah proses sosial yang menciptakan dan mengarahkan hasrat atau birahi manusia (the socially constructed expression of erotic desire), dan dalam realitas sosial, seksualitas dipengaruhi oleh interaksi factorfaktor biologis, psikologis, sosial, ekonomi, politik, agama dan spiritual. (Siti Musdah Mulia dalam www.nusantara-online.com) Seksualitas sejatinya merupakan hal yang positif, selalu berhubungan dengan jati diri seseorang dan juga kejujuran seseorang terhadap dirinya. Sayangnya, masyarakat umumnya masih melihat seksualitas sebagai hal yang negatif, bahkan menjijikkan sehingga tidak pantas atau tabu dibicarakan. Studi tentang seksualitas memperkenalkan tiga terminologi penting menyangkut seksualitas manusia, yaitu: identitas gender, orientasi seksual, dan perilaku seksual. Dalam orientasi seksual, terdapat fenomena homoseksualitas yang akhirakhir ini digegerkan oleh kasus pembunuhan berantai oleh Ryan yang mana, pelaku mengaku seorang gay atau pecinta sesame jenis. Homoseksualitas bukan merupakan fenomena baru didunia ini. Sejak zaman dahulu, pada zaman Nabi Luth dalam kitab suci umat Islam, Al Quran, diceritakan telah ada manusia yang menjalin hubungan erotik dengan sesame jenis tersebut. Bahkan hal ini tercatat dalam kitab suci dikenal sejak dulu.
1
Homoseksual adalah perasaan tertarik, kasih sayang, dan hubungan emosional dan atau secara erotis terhadap orang yang berjenis kelamin sama, dengan atau tanpa hubungan fisik. Mimpi basah atau masturbasi dengan membayangkan pasangan seks berjenis kelamin sama sudah dapat dikatakan sebagai homoseks. Setengah (50%) laki-laki yang tetap single sampai usia 35 tahun mempunyai pengalaman homoseksual, sedangkan untuk wanita (lesbian) angkanya 1/3 dari laki-laki. Prevalensi homoseksual eksklusif 2 - 4% dan predominan 7-13%. Jadi dari populasi pria, ditemukan 10% mempunyai dimensi homoseksual. Homoseksual ada di semua budaya dan lapisan masyarakat serta di sepanjang sejarah. Selain itu, perilaku homoseksual juga terjadi pada mereka yang bukan homoseksual seperti di penjara atau pada masa pubertas. (pikiranrakyat-online.com accessed on 23 Pebruari 2009). Komunitas homoseksual memang sudah lama diketahui ada pada dunia manusia. Contohnya Leonardo da Vinci adalah salah satu tokoh besar yang disebut sebagai homoseksual. Walaupun hal ini diketahui keberadaannya di tengah sosial sejak lama, namun polemik dan kontroversi masih terus berkecamuk tiada akhir, khususnya di Negara dengan kultur budaya dan agama yang kuat seperti halnya di negara kita. Pada awalnya homoseksual memang digolongkan sebagai suatu bentuk deviasi seksual (penyimpangan) dalam bidang psikiatri. Namun seiring dengan waktu dan diikuti dengan kemajuan teknologi penelitian, dunia medis menyadari bahwa bukan faktor kehendak atau perilaku semata yang membuat seseorang itu menjadi seorang gay amupun lesbian, melainkan faktor genetik yang tidak dapat ditolak memiliki kontribusi yang lebih besar. Menyadari hasil objektif demikian, maka sejak 1973 Komite nomenklatur di USA sudah menyatakan bahwa homoseksual bukanlah suatu psikopatologi atau gangguan jiwa.
2
Dengan perubahan paradigma secara keilmuan ini tidaklah semudah itu dapat diterima masyarakat. Polemik dan pandangan kriteria tentang kaum ini masih terus berlanjut di masyarakat. (www.wikimu.com) Dunia kesehatan memilki concern tersendiri pada kaum ini, karena dilaporkan kaum ini berisiko untuk tertular penyakit HIV-AIDS. Untuk itu maka, perlu ada telaahan lebih lanjut pada homoseksual ini. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Memahami gambaran isu mengenai homoseksualitas pada kaum gay. 2. Tujuan Khusus Agar mahasiswa mengetahui a. Pengertian dari homoseksualitas b. Sejarah Homoseksual c. Kriteria dari homoseksual. d. Penyebab dari homoseksual e. Jenis dari homoseksual f. Coming out g. Seksualitas pada gay h. Gay dan HIV/ AIDS i. Terapi bagi kaum gay C. Metode Penulisan Penulis menggunakan metode penulisan deskriptif berbentuk studi pustaka melalui literatur.
3
D. Sistematika Penulisan Dalam
mempermudah
pemahaman
makalah
ini,
maka
disusun
sistematika penulisan sebagai berikut : 1. Bab I merupakan pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang masalah, tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisan. 2. Bab II merupakan laporan hasil kunjungan meliputi pengertian dari homoseksualitas, jenis homoseksual, criteria dari homoseksual, penyebab dari homoseksual, coming out, seksualitas pada gay, Gay dan HIV/ AIDS dan terapi bagi kaum gay. 3. Bab III merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari hasil kunjungan.
4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Homoseksualitas merupakan pengertian umum yang mencakup banyak macam kecenderungan seksual terhadap kelamin yang sama, atau lebih umum lagi: keterarahan kepada kelamin yang sama dan dapat disebut secara agak halus dan deskriptif “homotropie” (Yunani: homoios = sama, dan tropos = arah, haluan). Keadaan terarah kepada kelamin yang sama. (Piet Go, Seksualitas dan Perkawinan, Malang: STFT Widya Sasana, 1985, hlm. 328 seperti dikutip dalam darwanto.multiply.com). Orang homoseks adalah orang yang orientasi atau pilihan seks pokok atau dasarnya,entah diwujudkan atau tidak, diarahkan kepada 5riter jenis kelaminnya. (Dede Utomo: 2001) “homosexuality is not mental disorder and the APA oppose all portrayals of lesbian, gay and bisexual people as mentally ill and in need of treatment de to their sexual orientation” (APA dalam www.avert.org)
B. Sejarah
Tahun
Uraian
Awal
Manusia telah ada yang melakukan penyeberangan gender maupun
Sejarah
menjalin hubungan erotik romantik dan/atau ritual dengan sesama gender atau penyeberang gender dan gender. Dalam kebanyakan hal, hubungan itu berlangsung bersamaan dengan hubungan perkawinan atau sebelumnya.
5
Tahun
Uraian Homoseks eksklusif (gay/lesbian) baru meluas dalam jaman modern, terutama pada abad ke 20.
1869 1920-an ± 1968 1969
Juni 1969
Dr K.M. Kertbeny, seorang dokter Jerman-Hongaria, menciptakan istilah homoseks dan homoseksualitas. Komunitas homoseks mulai muncul di kota kota besar Hindia Belanda Istilah wadam diciptakan sebagal pengganti yang lebih positif bagi istilah banci atau bencong. Organisasi wadam pertama, Himpunan Wadam Djakarta (HIWAD) berdiri, A.I. difasilitasi oleh Gubernur DKI Jakarta Raya, Ali Sadikin. Di New York, Amerika Serikat, berlangsung Huru-Hara Stonewall, ketika kaum waria dan gay melawan represi polisi yang khususnya terjadi pada sebuah bar bernama Stonewall Inn. Peristiwa ini dianggap permulaan pergerakan gay yang terbuka dan militan di Barat, dan kini dirayakan dengan pawai dan acara-acara lain, termasuk di Israel, Amerika Latin, Jepang, Pilipina, India dan Indonesia. 1978 :International Lesbian and Gay Association OLGA)
± 1980
berdiri di Dublin, Irlandia Istilah wadam diganti menjadi waria karena keberatan sebagian pemimpin Islam, karena mengandung nama seorang nabi, yakni
1981
Adam a.s. Kumpulan gejala penyakit (sindrom) yang kemudian dinamakan AIDS ditemukan di kalangan gay di kota kota besar Amerika Serikat, Kemudian ternyata bahwa HIV, virus penyebab AIDS, tidak
1 Mar.
hanya ditularkan melalui hubungan seks anal antara laki laki saja. Organisasi gay terbuka pertama di Indonesia dan Asia, Lambda
1982
Indonesia, berdiri, dengan sekretariat di Solo. Segera terbentuk cabang-cabang di Yogyakarta, Surabaya, Jakarta dan tempat lain. Terbit buletin G: gaya hidup ceria (1982 1984).
6
Tahun
Uraian
1985
Kaum gay di Yogyakarta mendirikan Persaudaraan Gay Yogyakarta
1 Agu.
(PGY) dengan terbitan Jaka. Kelompok Kerja Lesbian dan Gay Nusantara (KKLGN, kemudian
1987
dipendekkan menjadi GAYa NUSANTARA (GN)) didirikan di Pasuruan-Surabaya
sebagai
penerus
Lambda
Indonesia.
1988
Menerbitkan majalah/buku seri GAYa NUSANTARA Persaudaraan Gay Yogyakarta diteruskan menjadi Indonesian Gay
1989
Society (IGS). Denmark menjadi negeri pertama di mana dua warga bergender sama dapat mencatatkan kemitraan (registered partnership) dengan
1990
hak-hak hampir sama dengan perkawinan International Gay and Lesbian Human Rights Commission
1992
(IGLHRC) berdiri di San Francisco, Amerika Serikat Berdiri organisasi-organisasi gay di Jakarta, Pekanbaru, Bandung
1993
dan Denpasar. Berdiri organisasi gay di Malang don Ujungpandang. Isu orientasi seksual masuk dalam agenda Konferensi PBB tentang Hak Asasi Manusia di Wina, Austria, tetapi ditentang oleh negara negara konservatif, termasuk Singapura. Desember : Kongres Lesbian & Gay Indonesia (KLGI) I diselenggarakan di Kaliurang, DIY. Diikuti sekitar 40 peserta dari Jakarta hingga Ujungpandang. Menghasilkan 6 butir ideologi pergerakan gay dan lesbian Indonesia. GAYa NUSANTARA mendapat mandat untuk mengkoordinasi Jaringan Lesbian & Gay
1994
Indonesia (JLGI). Afrika Selatan menjadi negara pertama dengan jaminan nondiskriminasi berdasarkan orientasi seksual dalam UUD-nya. Isu orientasi seksual kembali mewarnai perdebatan pada Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (ICPD, Kairo, Mesir), dan ditentang pihak pihak konservatif. Indonesia secara
1995
eksplisit menolak. Isu orientasi seksual, diperjuangkan oleh aktivis-aktivis lesbian,
7
Tahun
Uraian mencuat pada Konferensi Dunia tentang Perempuan ke-2 di Beijing, Tiongkok. Kembali pihak-pihak konservatif, termasuk Vatikan dan Iran, menentangnya. Indonesia juga termasuk yang menentang KLGI II diselenggarakan di Lembang, Jawa Barat. Diikuti makin
22 Juli 1996 1997
banyak peserta dari Jakarta hingga Ujungpandang. Partai Rakyat Demokratik (PRD) menjadi partai pertama dalam sejarah Indonesia yang mencantumkan "hak hak homoseksual dan transeksual" dalam manifestonya. KLGI III diselenggarakan di Denpasar. Pertama kali wartawan dapat meliput di luar sidang sidang. A,I, diputuskan untuk sementara diselenggarakan rapat kerja nasional karena
Nov.
dipertanyakan apakah kongres efektif. Gay Pride dirayakan di Surabaya, kerja sama antara GN, Persatuan
1999:
Waria Kota Surabaya (PERWAKOS) don Pusat Kebudayaan Prancis
Sep.
(CCCL). Rakernas JLGI di Solo diancam akan diserang oleh Front Pembela
1999: Okt.
Islam Surakarta (FPIS), sehingga dibatalkan Pada International Congress on AIDS in Asia and the Pacific
1999
(ICAAP) ke 5 di Kuala Lumpur, Malaysia, dibentuk jaringan lesbian, gay, biseks, waria, interseks dan queer se-Asia/Pasifik
Maret
bernama Asia/Pacific Rainbow (APR). GN ikut menjadi pendiri. IGS mendeklarasikan 1 Maret sebagai Hari Solidaritas Lesbian &
2000 2000
Gay Nasional Kerlap-Kerlip Warna Kedaton 2000, acara pendidikan HIV/AIDS melalui hiburan di Kaliurang, DIY, diserang oleh serombongan lakilaki yang menamakan dirinya Gerakan Anti-Maksiat (GAM). Sempat terbentuk front bersama berbagai organisasi yang menentang kekerasan, tetapi karena intimidasi pihak GAM lambat-
Apr.
laun mengecil dan bubar. Negeri Belanda menjadi negeri pertama yang mengesahkan
2001
perkawinan untuk semua orang (termasuk gay dan lesbian). Salah seorang dari pasangan yang kawin harus warga atau penduduk tetap
8
Tahun
Uraian
Juli
Belanda Perdebatan tentang orientasi seksual kembali hangat di Konferensi
2001 2003
Dunia Melawan Rasisme di Durban, Afrika Selatan. Brasil mengusulkan kepada Komisi Tinggi PBB untuk HAM agar orientasi seksual dimasukkan sebagai salah satu aspek HAM. Pengambilan keputusan ditunda. Dalam prosesnya, Vatikan mendesak pemerintah-pemerintah Amerika Latin lainnya untuk
Juni
menentang usulan in Pemerintah Canada dinyatakan inkonstitusional oleh Pengadilan
2003
Tinggi Ontario di Toronto ketika menolak pencatatan perkawinan antara dua orang bergender sama. Pengadilan Tinggi segera memerintahkan dimungkinkannya pencatatan sipil perkawinan homoseks, tanpa mensyaratkan pasangan warga negara atau penduduk tetap Canada.
Sumber : Gaya Nusantara Surabaya dalam www.abiasa.org
C. Kriteria Dalam menentukan individu homoseks atau tidak, dapat dilihat dalam 3 kriteria :
Mempunyai perasaan seksual (feeling seksual) pada orang dengan jenis kelamin yang sama
Perilaku seksual dengan jenis kelamin yang sama
Menggambarkan diri sendiri sebagai homoseksual (avert.org)
Dalam kriteria tersebut, tingkat/ derajat homoseks dapat dilihat dalam gamabar berikut :
9
Gambar 1
Sumber : (Avert.org)
Gambar 1 : individu mungkin tertarik pada jenis kelamin yang sama tanpa beraksi seperti itu atau sama seperti orang yang melakukan seks dengan jenis kelamin yg sama tetapi perasaan seksualnya tertuju pada jenis kelamin yang beda.
Gambar 2 : Perasaan seksual dan perilaku berlangsung sama. Jadi mereka tertarik dan melakukan seks dengan jenis kelamin yang sama.
Gambar 2
Sumber : avert.org
10
Gambar 1 : Ada perasaan terhadap sesama jenis tetapi tidak selalu menyebut dia homoseksual
Gambar 2 : Ada perasaan tertarik pada sesama dan mengakui bahwa dirinya sebagai homoseksual
D. Penyebab Homoseks 1. Faktor biologis Yakni ada kelainan di otak atau genetik. 2. Faktor psikodinamik Yakni adanya gangguan perkembangan psikososial pada masa anak-anak 3. Faktor Sosiokultural Yakni adat istiadat yang memberlakukan hubungan homoseksual dengan alasan tertentu yang tidak benar. 4. Faktor Lingkungan Yakni keadaan lingkungan yang memungkinkan dan mendorong pasangan sesama jenis menjadi erat.
E. Jenis Homoseksual 1. Homoseksualitas Pertumbuhan Homoseksualitas pertumbuhan merupakan homoseksualitas yang bersifat sementara. Homoseksualitas pertumbuhan hanyalah singkat, terjadi dalam tahap perkembangan anak. Di masa pubertas timbul desakan nafsu yang kuat. Anak mulai mengalihkan perhatiannya dari orang tua kepada orang lain. Namun, karena ia belum berani kepada gadis, ia mengarahkan perhatian
11
seksualnya kepada anak lelaki sebayanya. Di sini tak mesti terjadi perbuatan-perbuatan seksual, walaupun juga tak jarang terjadi, misalnya masturbasi berdua. 2. Homoseksualitas Darurat Homoseksualitas ini juga bersifat sementara. Timbul karena tak adanya kesempatan hubungan heteroseksual. Gejala ini akan berhenti jika ada kesempatan hubungan heteroseksual. Khayalan yang menyertai hubungan ini bersifat heteroseksual. 3. Pseudohomoseksualitas Homoseksualitas ini lebih bersifat melayani orang homoseksual karena alasan keuangan atau ketergantungan pada orang lain, misalnya karena membutuhkan seorang yang kebetulan homoseksual dan disalahgunakan olehnya. 4. Homoseksualitas Kecenderungan Homoseksualitas ini bersifat pembawaan. Menurut penyelidikan, terdapat keluarga – keluarga yang mempunyai banyak anggota homoseksual. Pembawaan homoseksual ini belum dapat dilokalisasi dalam faktor-faktor biologis. Banyak teori tentang hal ini, tetapi belum terbukti. F. Coming Out 1. Sensitisasi Pada tahap ini mulai merasa berbeda dari orang lain yang berjenis kelamin sama. 2. Kebingungan -
Merasa persepsi terhadap mereka berubah-ubah
12
-
Perasaan dan dorongan untuk bereksperimen terhadap homoseksual dan heteroseksual
-
Sensitif yang terkait homoseksual
-
Rendahnya pengetahuan terhadap homoseksual
3. Asumsi terhadap identitas Penerimaan terhadap identitas diri, dan dapat mengekspresikan diri. 4. Komitmen Langkah dari coming out menjadi LGBT terbuka dan menyadari bahwa menjadi aspek terhadap dirinya. (siapa saya, bagaimana menjalani hidup?)
G. Seksualitas Pada Gay Istilah gay menunjuk pada homophili laki-laki. Gay berarti orang yang meriah. Istilah gay ini mengacu pada gaya hidup, suatu sikap bangga, terbuka, dan kadang-kadang militan terhadap masyarakat. 1. Orientasi Seksual Seorang gay adalah seorang homoseksual karena ia adalah laki-laki, sedangkan pasangan erotis, cinta, ataupun afeksinya adalah juga laki-laki. Kecenderungan pada gay dialami semenjak pubertas, tetapi beberapa memiliki kecenderungan itu semenjak masih kanak-kanak dan orientasi seksual semakin stabil ketika memasuki usia matang. 2. Identitas Seksual Kaum gay masih tetap merasa dan menganggap dirinya sebagai lakilaki.
Dalam mewujudkan seksualitasnya, ada yang bertindak sebagai
pihak pasif (seperti peran perempuan dalam hubungan seksual) dan ada yang bertindak sebagai pihak aktif (seperti peran laki-laki), tetapi masing-
13
masing tetap menganggap diri sebagai laki-laki, baik secara fisik maupun psikis. 3. Kebutuhan Seksual Bagi seorang gay, dorongan seks yang sifatnya erotik dipuaskan melalui hubungan seks dengan relasi sejenisnya. Seperti layaknya manusia normal, secara batiniah kepuasan seksual tidak selamanya dilakukan dengan hubungan seks. Lebih dari itu, rasa sayang, rasa mencintai, rasa aman, dan rasa sependeritaan merupakan hal yang juga harus dipuaskan. Pemenuhan kebutuhan ini dapat dilakukan jika mereka mempunyai pasangan hidup. 4. Perilaku Seksual a. Pola Hubungan Relasi Sebagian besar kaum homoseksual cenderung menutup diri karena mereka takut terhadap penolakan dari lingkungannya. Ada juga kelompok kaum gay yang agak terbuka. Mereka cenderung terbuka hanya dalam kalangan tertentu saja,misalnya sesama homoseks, keluarga, atau kawan-kawan dekat. Di kota-kota besar terdapat wadah khusus untuk menyalurkan hasrat kaum homoseks seperti gaya nusantara dll. b. Pola Hubungan Seksual Seperti halnya perilaku seksual pada umumnya, semua tipe kontak langsung genital, didapati juga di kalangan kaum homoseksual. Pada kaum gay, dikenal teknik masturbasi mutual, fellatio (seks oral), koitus interfemoral dan “gesek-gesek” (frottage), serta koitus genito-anal (semburit). Perilaku anal seks ini berisiko untuk terjadinya penularan HIV.
14
H. Gay dan HIV/AIDS Kaum gay merupkan kaum berisiko terhadap HIV/ AIDS. Seperti yang diuraikan di sejarah homoseksual, pada tahun 1981 AIDS ditemukan di kalangan gay di kota kota besar Amerika Serikat. Selain perilaku ganti-ganti pasangan yang kerap terjadi pada kaum gay di Indonesia, anal seks meningkatkan resiko terjadinya penularan virus ini. Tetapi, tidak semua gay melakukan anal seks. 2/3 dari pria di UK yang mempunyai pengalaman seksual dengan pria tidak pernah melakukan anal seks dan 1/3 pria yang melakukan anal seks tidak terlindungi atau tidak memakai kondom. (Avert.org) Alasan tidak memakai kondom saat melakukan anal seks : -
Alasan membangun kepercayaan dan cinta
-
Penggunaan kondom dalam hubungan monogami menggambarkan ketidaksetiaan/ ketidakyakinan
-
Keduanya mengidap HIV + Tingginya angka HIV/AIDS ini, salah satunya dapat dilihat dari hasil
penelitian kasus baru HIV +
pada pemuda umur 13 – 24 tahun, seperti
ditampilkan diagram berikut: Diagram 1 2000
New HIV Diagnoses By Exposure Category – Young Men Aged 13-24 (33 Areas W/Nbr)
1800
Male-to- Male Sex
1600 1400
Heterosexual
1200 1000
IVDU
800 600
M2M+IVDU
400 Blood
200 0 1999
2000
2001
2002
2003
15
Sumber : Rangel, M.C., Gavin, L., Reed, C., Fowler, M.G., and Lee, L.M. (2006). Epidemiology of HIV and AIDS among adolescents and young adults in the United States. Journal of Adolescent Health, 39, 156-163 seperti dikutip dalam www.apa.org
Dari diagram 1 dapat dilihat bahwa kasus baru HIV + pada kelompok gay usia 13-24 tahun di Amerika Serikat lebih tinggi dari kelompok lainnya, dan angka ini terus meningkat dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2003. Adapun prevalensi dan insiden pada kelompok gay dibandingkan dengna kelompok lainnya dapat dilihat dalam table berikut :
Sumber : Rangel, M.C., Gavin, L., Reed, C., Fowler, M.G., and Lee, L.M. (2006). Epidemiology of HIV and AIDS among adolescents and young adults in the United States. Journal of Adolescent Health, 39, 156-163 seperti dikutip dalam www.apa.org
16
I. Terapi Bagi Kaum Gay Secara umum dibagi antara Psychological “reparative”
methods dan
Religious ‘healing’ methods. Kedua metode ini mempunyai sedikit data agar dapat dievaluasi, bahkan bisa disebutkan ineffective. Sebagian, seperti organisasi politik Kristen mendukung bahwa homosexuality dapat berubah.
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Homoseksualitas merupakan pengertian umum yang mencakup banyak macam kecenderungan seksual terhadap kelamin yang sama. Kriteria homoseksualitas meliputi 3 (tiga) hal yaitu perasaan seksual, perilaku seksual dan identitas seksual. Individu dapat menjadi homoseksual karena berbagai factor
diantaranya
factor
biologis,
psikodinamik,
sosialkultural
dan
lingkungan.
17
Pada kaum gay, seksualitas mengacu pada ketertarikan seorang laki-laki pada laki-laki. Kaum gay mempunyai kebutuhan seksual bukan hanya kebutuhan biologis tetapi juga rasa kasih sayang seperti heteroseksual umumnya. Kaum gay pada saat ini umumnya belum terpublikasi secara terangterangan, tetapi pada saat ini sudah memiliki wadah atau organisasi yang sudah dikenal di masyarakat. Kaum gay adalah kaum berisiko dalam penularan HIV/AIDS. Hal ini dapat dilihat bahwa kasus baru HIV + pada kaum ini semakin meningkat dan begitupun dengan insiden dan prevalen yang cukup tinggi. Hal ini menyebabkan bahwa kaum membutuhkan perhatian khusus dari sektor kesehatan.
B. Saran Homoseks bukan suatu keuntungan, tetapi sama sekali bukan sesuatu yang memalukan, bukan kejahatan, dan bukan pula degradasi atau penyakit. Oleh sebab sebaiknya masyarakat tidak memarginalkan kaum tersebut. Perlu dibutuhkan perhatian khusus bagi kaum Gay, karena merupakan kelompok yang berisiko dalam penularan HIV/AIDS. Perilaku seks yang aman seperti setia pada pasangan dan pemakaian kondom adalah hal penting yang perlu ditekankan dalam mencegah penularan HIV pada kaum gay.
18
DAFTAR PUSTAKA
Darmawanto,I.
Kaum
Gay
Fenomena
&
Moralitas.
Dalam
www.Darwanto_multiply.com accessed on February 26, 2009. Ihsan, Soffa. 2008. Save Our Sex. Jakarta : Pustaka Cendekiamuda. Tim Mitra Inti. 2008. Kesproholic. Jakarta : Yayasan Mitra Inti Tomlinson, Hank, PhD.2007. Population estimates for and HIV prevalence among LGBTQ youth: What are the numbers? Presented in DASH FPM – LGBTQ JWG Ancillary Meeting. In www.apa.org accessed on March 2, 2009.
19
www.avert.org. accessed on March 2, 2009. www.wikipedia.org accessed on February 26, 2009.
20