ANALISIS JURNAL DAMPAK HIV AIDS BAGI PASIEN, KELUARGA, KOMUNITAS, SOSIAL DAN EKONOMI
Oleh Neneng Dwi Saputri
NIM 142310101020
Selly Puspita Sary
NIM 142310101026
Reza Ramadhana T.F
NIM 142310101036
Vidya Fajrin Ningtyas
NIM 142310101038
Fitri Aditya Sari
NIM 142310101104
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2017
ANALISIS JURNAL DAMPAK HIV AIDS BAGI PASIEN, KELUARGA, KOMUNITAS, SOSIAL DAN EKONOMI
Diajukan untuk...................
Oleh Neneng Dwi Saputri
NIM 142310101020
Selly Puspita Sary
NIM 142310101026
Reza Ramadhana T.F
NIM 142310101036
Vidya Fajrin Ningtyas
NIM 142310101038
Fitri Aditya Sari
NIM 142310101104
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2017
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesi merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi kesehatan setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Menurut Mubarak (2008), pembangunan kesehatan dapat terhambat karena perkembangan zaman dengan munculnya berbagai macam penyakit. Kemajuan teknologi di bidang kesehatan tidak semuanya mampu memecahkan masalah ini, buktinya saja masih banyak penyakit yang tidak dapat disembuhkan karena belum ditemukan obatnya, salah satunya adalah penyakit HIV/AIDS. Penyakit HIV/AIDS menimbulkan stigma tersendiri bagi penderita dan masyarakat. Dampak sosial, ekonomi, dan psikologis dirasakan sangat mendalam seperti diungkapkan oleh Kemensos (2011) bahwa, seseorang yang terjangkit HIV/AIDS dapat berdampak sangat luas dalam hubungan sosial, dengan keluarga, hubungan dengan teman-teman, relasi dan jaringan kerja akan berubuah baik kuantitas maupun kualitas. Orang-orang yang terjakit HIV AIDS secara alamiah hubungan sosialnya akan teranggu. Hal ini dapat terjadi karena tergantung pada reaksi masing-masing orang tehadap penyakit HIV/AIDS. Latri Mumpuni (2001) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa perilaku sosial penderita menunjukkan perilaku yang berubah-bah dan sangat situasional, mengalami kesulitan melaksanakan adaptasi sosial terhadap lingkungannya. Selain itu, jika lingkungan di sekitar penderita tidak mendukung, maka penderita akan menarik diri, mengasingkan diri dan bahkan disertai dengan sikap menutup diri terhadap lingkungan sosialnya. Selain dampak sosial yang dialami penderita HIV/AIDS, dampak ekonomi juga terjadi. Menurut Carlos Avila-Figueroa dan Paul Delay (2009), yang menyatakan bahwa krisis ekonomi global yang terjadi diperparah dengan keadaan empat juta penderita berpenghasilan rendah dan menengah
menerima
pengobatan
meningkatnya
antiretroviral.
pengangguran,
Keadaan
mengurangi
ini
menyebabkan
kesejahteraan
penderita
HIV/AIDS, khususnya di negara-negara miskin dengan penderita HIV/AIDS yang tinggi. Dana yang diperlukan bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah untuk terapi bagi penderita HIV/AIDS diperkirakan akan terus bertambah walaupun mendapat bantuan bilateral dari negara lain atau dari IMF. Untuk dampak psikologis dari penderita HIV/AIDS sendiri yakni akan mengalami
kondisi
seperti
stress,
frustasi,
kecemasan,
kemarahan,
penyangkalan, berduka, dan rasa malu sebelum dan sesudah terkena penyakit HIV/AIDS. 1.2 Tujuan a. Mengetahui dampak penyakit HIV/AIDS bagi penderita b. Mengetahui dampak penyakit HIV/AIDS bagi keluarga c. Mengetahui dampak penyakit HIV/AIDS bagi komunitas d. Mengetahui dampak penyakit HIV/AIDS bagi sosial e. Mengetahui dampak penyakit HIV/AIDS bagi ekonomi 1.3 Manfaat a. Dapat dijadikan sarana untuk mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan HIV/AIDS sesuai dengan masalah yang dihadapinya b. Dapat memberikan informasi bagi penulis atau pembaca mengenai dampak-dampak HIV/AIDS
BAB 2. ANALISIS JURNAL
2.1 Dampak HIV AIDS bagi Pasien Seseorang yang pertama kali mengetahui dirinya mengalami HIV pasti akan mengalami masa denial atau penolakan dan penyesalan. Individu yang terkena HIV dan AIDS mereka akan mengalami berbagai masalah dalam dirinya seperti menurunnya daya tahan tubuh, gangguan psikis seperti rasa malu, bersalah, tidak menerima, dan gangguan sosial. Akibat buruknya stigma dimasyarakat mengenai HIV AIDS membuat ODHA semakin tertekan, apalagi jika tidak ada dukungan atau penguatan dari keluarga atau orangorang terdekat. Dalam Jurnal “Strategi coping Stress Perempuan dengan HIV/AIDS” disebutkan bahwa penyakit kronis dapat menimbulkan stress bagi penderitanya, tak terkecuali bagi penderita HIV/AIDS. Mekanisme koping setiap individu jelas berbeda-beda dalam mengatasi stressor mereka. Jurnal tersebut mengatakan bahwa perempuan lebih baik dalam bertahan terhadap penyakit HIV/AIDS, hal ini dipengaruhi oleh caranya bertahan terhadap psikologinya. Sedangkan pada pria banyak yang sampai mengalami kematian karena pria lebih cenderung fokus dengan rasa sakitnya. Di sisi lain pria yang menderita HIV/AIDS lebih menggunakan logika nya untuk berusaha menyelesaikan permasalahan HIV/AIDS nya tersebut tanpa menggunakan emosionalnya atau perasaannya sebagai hal yang dapat menguatkan psikis nya sehingga dapat menekan stres yang berkepanjangan. Sementara wanita yang mengidap HIV/AIDS lebih menggunakan emosional atau perasaannya, sehingga ketika wanita telah menerima keadaannya, maka kekuatan psikis nya lah yang dapat memperpanjang usia harapan hidupnya. Namun, terlepas dari perbandingan karakteristik pria dan wanita terhadap HIV AIDS, kondisi seperti ini tergantung pada sikap individunya masingmasing. Jika seorang ODHA hidup dalam kondisi yang penuh dengan dukungan dan kasih sayang pasti juga akan mempengaruhi kesejahteraan hidupnya, dan begitu sebaliknya.
2.2 Dampak HIV AIDS bagi Keluarga Stigmatisasi memperburuk dampak ini dan menghambat pencegahan, pengobatan HIV, menghambat dukungan sosial dan pengungkapan HIV. Shaila Parveen (2010), ancaman global bagi penderita HIV/AIDS adalah tanda-tanda tumbuh penolakan dan diskriminasi dari masayarakat terhadap penderita bahkan keluarga. Keluarga yang paling terpengaruh oleh HIV ditandai dengan status sosial ekonomi rendah, yang mencakup kelompokkelompok seperti masyarakat suku, pengguna narkoba, imigran dan pencari suaka. Anak yang terdampak HIV adalah anak dan remaja di bawah usia 18 tahun yang hidup dengan HIV (terinfeksi HIV), telah kehilangan salah satu atau kedua orang tua karena AIDS dan rentan kesejahteraan dan perkembangan karena HIV (Unicef, 2007). Pada rumah tangga yang merasakan dampak HIV dan AIDS, ibu atau bapak bisa kehilangan pasangannya karena AIDS. Mereka akan terbebani dengan kebutuhan ekonomi dan tanggung jawab mengasuh anak. Beberapa kasus, orang tua tersebut juga menjadi sakit dan meninggal. nak-anak sangat terkena dampaknya karena orang tua mereka yang sakit dan meninggal dunia (Unicef, 2004). 2.3 Dampak HIV AIDS bagi Komunitas Tren perkembangan kasus HIV/AIDS di Indonesia saat ini sudah mulai meluas ke beberapa kelompok masyarakat. Kelompok-kelompok ini disebut kelompok beresiko tertular HIV/AIDS. Pada awalnya HIV/AIDS hanya menyerang kelompok yang terlibat prostitusi dan pemakaian jarum suntik, tetapi sekarang sudah menyebar bahkan sampai kepada kelompok ibu rumah tangga. Hal ini akan lebih berisiko jika ibu mengandung bayi, atau sedang menyusui bayi. Jika HIV tidak dideteksi sejak awal maka, kemungkinan sang anak pun akan ikut tertular.
Penderita HIV AIDS yang tidak kalah penting nya dari perhatian saat ini yaitu dari kelompok gay dan waria. Di Indonesia sendiri LBT (Laki-laki Beresiko Tinggi) tidak hanya terbatas pada laki-laki pembeli dan penikmat seks namun sudah merambah pada fenomena kaum homoseksual-gay. Keberadaan komunitas gay yang belum trekspos di media dan masyarakat ternyata ikut memberikan kontribusi terhadap perkembangan kasus HIV/AIDS. Cara yang paling banyak menularkan HIV/AIDS dari komunitas gay adalah melalui aktivitas seksual. Minimnya pengetahuan komunitas gay mengenai seks yang aman dan sulitnya kontrol pemerintah atas aktivitas komunitas gay menjadi sebab mudahnya HIV/AIDS ini menyerang komunitas gay. Para gay dan waria yang mengidap penyakit tersebut rata-rata berusia produktif yakni antara 20 tahun hingga 23 tahun. Hal ini menimbulkan asumsi dari berbagai pihak bahwa hubungan seks sesama jenis mulai dilakukan ODHA sejak berumur di bawah 20 tahun. Kelompok beresiko HIV/AIDS yaitu komunitas gay belum dapat dikatakan memahami sepenuhnya tentang HIV/AIDS. Kebanyakan dari gay di Surakarta belum memahami sepenuhnya tentang HIV/AIDS seperti tes VCT, cara pencegahan, perilaku beresiko, cara penularan, dan ciri-ciri ODHA. Jadi bagi gay yang minim pengetahuan akan HIV AIDS, bisa saja suatu saat menjadi penular HIV itu sendiri terlebih bagi kelompok guy usia remaja. Keluwesan dan keaktifan mereka mengikuti tren saat ini menjadi faktor yang mempengaruhi gaya hidup mereka. Mereka menjadi sangat idealis dan susah diatur. Namun, dewasa ini LSM tidak hanya konsen kepada pekerja prostitusi saja, melainkan mulai mendekati kelompok gay dan waria untuk memberikan penyuluhan mengenai HIV AIDS yang tujuannya untuk menekan angka penyebaran HIV. Rentannya kehidupan gay dengan tertularnya HIV/AIDS membuat gay yang telah mengerti akan HIV AIDS di Surakarta ini sangat berhati-hati dalam memilih pasangan. Sebelum menjalin hubungan yang resmi dalam status berpacaran, para gay di Surakarta selalu menanyakan terlebih dahulu riwayat kesehatan dan kehidupan seksualnya sebelum menjalin hubungan yang serius dengan mereka. Diharapkan para
ODHA dari kelompok apapun memiliki kesadaran untuk berobat demi memperpanjang usia dan selalu berperilaku positif, dalam artian menjaga diri dan tidak berniat menyebarkan penyakit ini ke orang lain. 2.4 Dampak HIV AIDS bagi Sosial Dampak yang ditimbulkan adalah klien dengan HIV/AIDS akut dan kronis memiliki potensi untuk membawa berbagai tantangan psikososial tidak hanya untuk pasien, tetapi juga untuk anggota keluarga dan petugas kesehatan. Kondisi HIV / AIDS memungkinkan masalah psikososial yang paling kompleks daripada kondisi medis. Tumpang tindih sosial, individu, keluarga, keuangan, budaya, dan faktor penyakit merupakan tantangan bagi masyarakat dan tim kesehatan yang berusaha untuk menyediakan layanan yang komprehensif untuk populasi ini. Asha Hingar, PL Sharma dan Vismita Paliwal (2013), menyatakan bahwa virus Human immunodeficiency memiliki dampak fisik dan sosial psikologis yang besar pada individu yang terinfeksi dan keluarga mereka. Seseorang yang terkena HIV/AIDS, secara psikologi akan mengalami berbagai masalah, mulai dari kecemasan, keraguan, stress dan depresi. Tekanan lingkungan yang cenderung diskriminatif akan membuat perempuan kehilangan penghargaan terhadap dirinya. Bahaya yang ditimbulkan oleh HIV/AIDS akan menambah beban berat penderita akibat stigma masyarakat yang cenderung memojokkan dan mengucilkannya dari lingkungan (Azza, 2009). 2.5 Dampak HIV AIDS bagi Ekonomi HIV/AIDS telah menjadi pandemi pada skala global. Hal ini tidak lagi hanya masalah kesehatan tapi ancaman besar bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di suatu negara. Dampak dari pandemi sudah dirasakan di sebagian besar negara di dunia. Perkiraan 11 orang menjadi terinfeksi setiap menit yang mewakili sekitar 15.000 infeksi baru setiap hari atau lebih dari 5,4 juta untuk sepanjang tahun (WHO, 2000). Demikian pula, Program Bersama
PBB tentang HIV / AIDS (UNAIDS) memperkirakan bahwa pada tahun 2003, sekitar 38 juta orang yang HIV positif di seluruh dunia dan hampir 26 juta adalah pekerja antara 15 dan 49 tahun, dan dari 2,9 juta HIV / AIDS terkait kematian pada tahun 2003, 2,2 juta berasal dari Afrika Sub-Sahara. Sementara wilayah Afrika Sub-Sahara hanya berisi 10 persen dari populasi dunia, menyumbang 60 persen dari seluruh dunia kasus HIV / AIDS (UNAIDS Afrika LI, 2004). Hal ini menunjukkan bahwa kelompok usia yang banyak mengalami HIV AIDS di dunia adalah kelompok usia paling produktif. Kondisi ini jelas mempengaruhi kerugian ekonomi suatu negara. Pada negara berkembang pasti akan meningkatkan beban ekonomi terutama pengeluaran di bidang kesehatan untuk pemberian pengobatan ART. Hal ini juga berlaku pada negara maju, karena hampir disetiap negara selalu memiliki peningkatan beban ekonomi akibat pengeluaran dana pengobatan ODHA, dan penurunan pemasukkan dalam dunia kerja, akibat para pekerja produktif yang terjangkit HIV. Selain kerugian dalam setiap negara, korban dan keluarga korban pun akan mengalami kerugian ekonomi akibat kehilangan pekerjaan atau untuk pengobatan ODHA. Selain itu dampak ekononomi bagi penderita HIV AIDS yaitu melemahkan perlindungan dan dukungan orang tua terhadap anak, menurunkan pendapatan keluarga dan kemungkinan mendapatkan stigma dan diskriminasi. Anak akan kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian. Anak dapat berhenti sekolah. Anak mendapatkan tekanan psikologis akibat penyakit dan kematian orang tua serta keadaan sebagai anak yatim. Ini meningkatkan resiko anak-anak mengalami eksploitasi, kekerasan dan pengabaian (Unicef, 2007).
BAB 3. PENUTUP
3.1 KESIMPULAN HIV AIDS adalah kondisi yang masih menjadi stigma kuat di masyarakat. Dampak yang ditimbulkan tidak hanya bagi penderita saja, namun juga bagi keluarga yang meliputi kondisi fisik, psikis dan hubungan sosial spiritual. Selain itu HIV AIDS sangat mengancam para pengguna jasa layanan seksual seperti di tempat prostitusi maupun kelompok homoseksual seperti guy dan waria. HIV AIDS tidak hanya menjangkit pengguna aktif hubungan seksual di luar nikah, dan jarum suntik, namun penularan ini juga dapat menjangkit seseorang yang tidak bersalah seperti ibu rumah tangga, balita, dan tenaga kesehatan. selain berdampak pada diri sendiri, keluarga, komunitas
dan
masyarakat,
namun
kondisi
ini
telah
mengganggu
perekonomian di setiap negara. Dampak nya bagi negara yaitu meningkatnya beban tanggungan kesehatan ODHA, dan menurunnya pemasukkan dari ketenagakerjaan akibat banyak nya usia produktif yang terkena HIV AIDS. 3.2 Saran Pemerintah, masyarakat, keluarga penderita dan penderita HIV AIDS adalah suatu kekuatan yang utama untuk menekan angka penyebaran HIV dan menuntaskan stigma negatif yang masih ada. ODHA diharapkan tetap menjalani pengobatan dengan disiplin, dan menjalani kehidupannya dengan lebih ikhlas dan sejahtera bersama dukungan keluarga masyarakat maupun LSM.
DAFTAR PUSTAKA Azza, et al. 2015. Pemberdayaan Kesehatan dan Ekonomi Perempuan Penderita HIV/AIDS Melalui Life Skill Education. Jurnal Ners. 10(1): 183-188. http://e-journal.unair.ac.id/index.php/JNERS/article/download/2158/1594 [Diakses pada 12 Maret 2017] Hidayanti, Ema. 2013. Strategi Coping Stress Perempuan dengan HIV/AIDS. Sawwa. 9(1): 89-104. Kalpana & Iyer. 2013. Psycho-Social Problems of Women Living with HIV/AIDS and its Impact on Their Families in Andhra Pradesh, India. IOSR Journal Of Humanities And Social Science (IOSR-JHSS). 8(4): 29-36 https://www.google.com/url? sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ah UKEwiT1t6grtbSAhXBto8KHaHoAAwQFggZMAA&url=http%3A%2F %2Fwww.iosrjournals.org%2Fiosr-jhss%2Fpapers%2FVol8issue4%2FG0842936.pdf%3Fid %3D6072&usg=AFQjCNE0w9Ki6J3SFfDpeFgVmIAdhv4L0g&sig2=N JwrqKznO5hANpxV58H2gQ&bvm=bv.149397726,d.c2I
[Diakses
pada12 Maret 2017] Maijama’a, D & Mohammed, B.K. 2013. Impact of HIV / AIDS on Economic Growth and Development in Nigeria. International Journal of Basic and Applied Science. 1(4): 763-772. Pardita & Sudibia. 2014. Analisis Dampak Sosial, Ekonomi, dan Psikologis Penderita HIV AIDS di Kota Denpasar. Jurnal Buletin Studi Ekonomi. 19(2):
193-198
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=412222&val=951&title=ANALISIS%20DAMPAK%20SOSIAL, %20EKONOMI,%20DAN%20PSIKOLOGIS%20PENDERITA%20HIV %20AIDS%20DI%20KOTA%20DENPASAR [Diakses pada 14 Maret 2017] Winarsih. _____. The Relation of Sexual Behaviour Amongst Gay Community and The Outbreak of HIV/AIDS. http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sosant/article/download/3924/2766 [Diakses pada 14 Maret 2017]