Hiv Aids.docx

  • Uploaded by: Ellindt AdhiAdmaja
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hiv Aids.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,837
  • Pages: 18
KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulillah senantiasa Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan HIV pada cairan ” dengan baik dan lancar. Laporan ini Penulis sajikan secara sistematis agar mudah dipahami oleh pembaca. Dengan penyusunan laporan ini, Penulis berharap dapat membantu pembaca untuk mempermudah dalam mempelajari materi ini sesuai dengan judul laporan yang telah ditentukan. Penulis menyadari benar bahwa masih terdapat kekurangan-kekurangan di dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari setiap pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan pada pembuatan laporan kelompok selanjutnya. Semoga laporan yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jombang 2 maret 2018

penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Asuhan keperawatan adalah suatu proses keperawatan dalam mengasuh klien untuk memaksimalkan kesehatan klien. Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu infeksi oleh salah satu dari 2 jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit, menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) dan penyakit lainnya sebagai akibat dari gangguan kekebalan tubuh. (Medicastore, 2004). HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol) (KPA, 2007). Maka pada laporan kelompok ini, penulis akan menjelaskan secara keseluruhan mengenai asuhan kperawatan pada klien dengan hiv. 1. 2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat beberapa batasan topik sebagai berikut : 1. Bagaiman definisi penyakit HIV? 2. Bagaimana konsep penyakit hiv itu sendiri ? 3. Bagaimana konsep anatomi fisiologi system imunologi dan hematologi ? 4. Bagaimana patofisiolgi atau perjalanan penyakit hiv itu tejadi pada tubuh ? 5. Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien hiv beserta analisa data dari kasus ? 1.3 TUJUAN

1. Utuk mengetahui definisi penyakit HIV 2. Untuk mengetahui konsep penyakit hiv itu sendiri 3. Untuk mengetahui konsep anatomi fisiologi system imunologi dan hematologi 4. Untuk mengetahui patofisiolgi atau perjalanan penyakit hiv itu tejadi pada tubuh 5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien hiv beserta analisa data dari kasus

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu infeksi oleh salah satu dari 2 jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit, menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) dan penyakit lainnya sebagai akibat dari gangguan kekebalan tubuh. (Medicastore, 2004). HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia, dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh. Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. 2.2 Penatalaksanaan a. Prinsip pengobatan Pengobatan suporti fpengobatan ini bertujuan untuk meningkatkan keadaan umum pasien, dengan cara pemberian gizi yang sesuai, obat sistemik, vitamin, dukungan psikososial. Kebutuhan gizi pada pasien HIV-AIDS : Energi tinggi 45-50 kkal/kg BB 1.

Djauzi dan Djoerban,2006

Pemberian anti retroviral (ARV) telah menyebabkan kondisi kesehatan para penderita menjadi jauh lebih baik. Penekanan terhadap replikasi virus menyebabkan penurunan produksi sitokin dan protein virus yang dapat menstimulasi pertumbuhan. Obat ARV : beberapa golongan seperti nucleoside reverse transkriptase inhibitor, non nucleotide reverse transcriptase inhibitor dan inhibitor protease. Obat-obat ini hanya berperan dalam menghambat replikasi virus tetapi tidak bisa menghilangkan virus yang telah berkembang. a. Protein 1,1-1,5 g/kg/bb pada berat normal,1,5-2 pada BB actual kaheksia.

b. Lemak 17-20 % kalori total. 2.

Brooks, 2005

Vaksin terhadap HIV dapat diberikan pada individu yang tidak terinfeksi untuk mencegah baik infeksi maupun penyakit. Dipertimbangkan pula kemungkinan pemberian vaksin HIV terapeutik, dimana seseorang yang terinfeksi HIV akan diberi pengobatan untuk mendorong respon imun anti HIV, menurunkan jumlah sel-sel yang terinfeksi virus, atau menunda onset AIDS. Namun perkembangan vaksin sulit karena HIV cepat bermutasi, tidak diekspresi pada semua sel yang terinfeksi dan tidak tersingkirkan secara sempurna oleh respon imun inang setelah infeksi primer.

2.3 Tanda dan gejala 1. Gejala Klinis Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER) (2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase. a.

Fase awal

Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda infeksi. Tapi kadangkadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang lain. b.

Fase lanjut

Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala yang khas), diare, berat badan menurun, demam, batuk dan pernafasan pendek. c.

Fase akhir

Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS. 1) Menurut KPA (2007) gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi): 1) Gejala mayor : 1. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan 2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan 3. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan 4. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis 5. Demensia/ HIV ensefalopati

2) Gejala minor : a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan b. Dermatitis generalisata c. Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang d. Kandidias orofaringeal e. Herpes simpleks kronis progresif f. Limfadenopati generalisata g. Retinitis virus Sitomegalo 2.4 Etiologi HIV adalah virus yg menyebabkan penyakit AIDS & termasuk kelompok retrovirus (memiliki enzim reverse transcriptase) H I V

: Human : Immunodeficiency : Virus

2.5 KONSEP ANATOMI DAN FISIOLOGI HIV 1. Imunologi System a. Sistem imun : sistem pertahanan internal tubuh yang berperan dalam mengenali dan menghancurkan bahan yang bukan “normal self” (bahan asing atau abnormal cells) b. Imunitas atu respon imun : Kemampuan tubuh manusia untuk melawan organisme atau toksin yang berbahaya Ada 2 macam RI, yaitu : 1. RI Spesifik : deskriminasi self dan non self, memori, spesifisitas. 2. RI non Spesifik : efektif untuk semua mikroorganisme c. Sel-sel yang berperan dalam respon Imun 1). Sel B Sel B adalah antigen spesifik yang berproliferasi untuk merespons antigen tertentu. Sel B merupakan nama bursa fabrisius, yaitu jaringan limfoid yang ditemukan pada ayam. Jaringan sejenis yang ada pada mamalia yaitu sumsum tulang, jaringan limfe usus, dan limpa. Sel B matur bermigrasi ke organ-organ limfe perifer seperti limpa, nodus limfe, bercak Peyer pada saluran pencernaan, dan amandel. Sel B matur membawa molekul immunoglobulin permukaan yang terikat dengan membran selnya. Saat diaktifasi oleh antigen tertentu dan dengan bantuan limfosit T, sel B akan derdiferensiasi melalui dua cara, yaitu : 1. Sel plasma adalah: Sel ini mampu menyintesis dan mensekresi antibodi untuk menghancurkan antigen tertentu. 2. Sel memori B adalah Sel memori menetap dalam jaringan limfoid dan siap merespons antigen perangsang yang muncul dalam pajanan selanjutnya dengan respons imun sekunder yang lebih cepat dan lebih besar. 2). Sel T a. Sel T juga menunjukan spesifisitas antigen dan akan berploriferasi jika ada antigen, tetapi sel ini tidak memproduksi antibodi.

b. Sel T mengenali dan berinteraksi dengan antigen melalui reseptor sel T, yaitu protein permukaan sel yang terikat membran dan analog dengan antibodi. c. Sel T memproduksi zat aktif secara imulogis yang disebut limfokin. Sub type limfosit T berfungsi untuk membantu limfosit B merespons antigen, membunuh sel-sel asing tertentu, dan mengatur respons imun. Respons sel T adalah : d. Sel T, seperti sel B berasal dari sel batang prekusor dalam sumsum tulang. Pada periode akhir perkembangan janin atau segera setelah lahir, sel prekusor bermigrasi menuju kelenjar timus, tempatnya berproliferasi, berdiferensiasi dan mendapatkan kemampuan untuk mengenali diri. Setelah mengalami diferensiasi dan maturasi, sel T bermigrasi menuju organ limfoid seperti limpa atau nodus limfe. Sel ini dikhususkan untuk melawan sel yang mengandung organisme intraselular. 3). Sel T efektor : a. Sel T sitotoksik (sel T pembunuh) Mengenali dan menghancurkan sel yang memperlihatkan antigen asing pada permukaannya b. Sel T pembantu Tidak berperan langsung dalam pembunuhan sel. Setelah aktivasi oleh makrofag antigen, sel T pembantu diperlukan untuk sistesis antibodi normal, untuk pngenalan benda asing sel T pembantu melepas interleukin-2 yang menginduksi proliferasi sel T sitotoksik, menolong sel T lain untuk merespons antigen dan sel T pembantu dpt memproduksi zat (limfokin) yang penting dalam reaksi alergi (hipersensitivitas). c. Sel T supresor Setelah diaktifasi sel T pembantu akan menekan respon sel B dan T. 4). Makrofag Makrofag memproses antigen terfagositosis melalui denaturasi atau mencerna sebagian antigen untuk menghasilkan fragmen yang mengandung determinan antigenic. Makrofag akan meletakkan fragmen antigen pada permukaan selnya sehingga terpapar untuk limfosit T tertentu.

2. 6 PATOFISIOLOGI HIV Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi. Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius. Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi. Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.

2.7 ASUHAN KEPERAWATAN 1.

Pengkajian I.

Identitas :

II.

Keluhan Utama : Diare

III.

Riwayat Keperawatan

a) Riwayat Penyakit Sekarang : P : diare sudah 1 bulan yg lalu, sebelumnya sudah dibawa ke puskesmas terdekat dan sudah diberikan oralit serta obat diare tp smpai saat ini tdk sembuh, sehingga dibawa ke RS Q : diare sering muncul dg feses yg encer disertai mukus. Timbulnya tiba2. Sehari hampir 6-7 kali keluar masuk WC R : diare pada sistem pencernaannya S : diare sangat mengganggu pekerjaan dan segala aktivitasnya selama 1bulan terakhir ini T : diare muncul hampir setiap hari. Mulai pagi hingga pagi lagi. b) Riwayat Penyakit Dahulu

: sering mengalami mual nyeri lambung

c) Riwayat Penyakit Keluarga : ibunya telah meninggal karena AIDS

IV. Observasi dan Pemeriksaan Fisik -

Keadaan Umum : •

Tampak lelah



Konjungtiva anemis



BB menurun



Kulit kering

-



Mukosa mulut pucat



S : 38 celcius (normal 36,5 – 37,5 celcius)



N : 110 x/menit ( 60 – 100 x/menit)



TD : 90/60 mmHg (100 -140, 60 – 90 mmHg)



RR : 16 x/menit (16 – 20 x/menit)

TTV :

V. Body System -

B1 (Breathing)



tampak mudah lelah



Napasnya terkadang memendek



Terkadang batuk

-

B2 (Blood)



Konjungtiva Ny.J tampak anemis



Tekanan darah hipotensi (90/60 mmHg)



Nadi takikardi (110 x/menit

-

B3 (Brain)



Terdapat herpeszooster



Dan neuropati perifer



Biasanya pada klien HIV tingkat kesadarannya apatis

-

B4 (Bladder

merasakan rasa terbakar saat miksi

-

B5 (Bowel)



Ny.J diare sudah 1bulan tdk sembuh



BB menurun



Turgor kulit buruk

-

B6 (Bone)



merasakan nyeri panggul



Terlihat lelah.

VI. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan Laboratorium a.

Tes Enzim – Linked Immunosorbent Assay (ELISA)

Tujuan : mengidentifikasi spesifik untuk HIV, dimana tes ini tidak menegakkan diagnosa AIDS tapi hanya menunjukan seseorang terinfeksi atau pernah terinfeks, orang yang didalam darahnya mengandung antibody HIV disebut seropositif b.

Westeren Blot Assay

Tujuan : mengenali antibody HIV dan memastikan seropositif HIV ANALISA DATA Data

Etiologi

DS:

Invasi

mikroorganisme

ke

mengeluh diare sudah 1 bulan saluran pencernaan tdk sembuh Do: •

Infeksi saluran pencernaan

TTV : S : 380C

Peningkatan flora normal dalam

N : 110x/menit

kolon

TD : 90/60 mmHg

RR : 16 x/menit

Peningkatan peristaltic kolon



konjungtiva anemis



Tampak lelah



BB menurun



Turgor buruk



Mukosa mulut pucat



Kulit kering

Gangguan



Pemeriksaan lab :

Cairan dan Elektrolit

Mal absorbsi

Diare

Keseimbangan

Na 98 mmol/L K 2,8 mmol/L Cl 110 mmol/L

2. Diagnose keperawatan Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit b.d diare berat

3.

Rencana Intervensi dan Implementasi keperawatan Diagnosa : Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit b.d diare berat Tujuan : Diare berkurang atau hilang dan dapat mempertahankan hidrasi Kriteria Hasil : Dalam waktu 1x24 jam : - Membran mukosa lembab, - turgor kulit membaik, - tanda-tanda vital stabil - klien terlihat segar - BB perlahan naik Tgl/Jam INTERVENSI 13-12-

Pantau

11

vital

08.00

Catat suhu demam.

RASIONAL

IMPLEMENTASI

tanda-tanda Indikator dari volume memantau tanda-tanda vital. cairan sirkulasi. peningkatan Meningkatkan dan

Mencatat peningkatan suhu

durasi kebutuhan metabolisme diaforesis berlebihan.

dan durasi demam. dan yang

Kaji

tugor

membran

kulit, Indikator

tidak mengkaji

tugor

kulit,

mukosa, langsung dari status membran mukosa, dan rasa

dan rasa haus

cairan.

haus.

Timbang berat badan Meskipun kehilangan menimbang sesuai indikasi.

berat

badan

berat

badan

dapat sesuai indikasi.

menunjukan penggunaan fluktuasi

otot, tiba-tiba

menunjukan

status

hidrasi Pantau

pemasukan Mempertahankan

memantau pemasukan oral

oral dan memasukan keseimbangan cairan, dan cairan

memasukan

cairan

sedikitnya mengurangi rasa haus, sedikitnya 2500 ml/ hari.

2500 ml/ hari.

dan

melembabkan

membran mukosa. Hilangkan makanan Mungkin yang

dapat menghilangkan

potensial mengurangi diare

makanan

yang

potensial

menyebabkan diare,

menyebabkan diare, yakni

yakni yang pedas/

yang

makanan

berkadar

berkadar

lemak

tinggi,

pedas/

makanan

lemak

tinggi,

kacang, kubis, susu.

kacang, kubis, susu. Kolaborasi

:

Mungkin

diperlukan memberikan

Berikan

cairan/ untuk

elektrolit

melalui memperbesar volume pemberi makanan/ IV.

selang

pemberi sirkulasi, terutama jika

makanan/ IV.

mendukung/ elektrolit

cairan/

melalui

selang

pemasukan oral tak adekuat, mual/ muntah terus menerus.

Pantau

hasil Bermanfaat

pemeriksaan

dalam Memantau

memperkirakan

laboratorium sesuai kebutuhan cairan. indikasi mis: Hb/ Ht,

pemeriksaan

hasil laboratorium

sesuai indikasi mis: Hb/ Ht,

Elektolit

Elektolit serum/urine, BUN/

serum/urine, BUN/

Kreatinin.

Kreatinin. Berikan obat-obatan Mengurangi sesuai

insiden Memberikan

obat-obatan

indikasi: muntah, menurunkan sesuai indikasi: Antiemetik,

Antiemetik,

jumlah dan keenceran Antidiare, Antiseptik

Antidiare, Antiseptik fases,

membantu

mengurangi

demam

dan

respons

hipermetabolisme, menurunkan kehilangan cairan tak kasatmata.

4.

Evaluasi Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien -

S : mengatakan masih diare,tetapi sehari 3 x keluar masuk WC

-

O:

-

TTV sebagian dalam normal



TD : 90/60 mmHg



N : 105 x/mnt



RR : 16 x/mnt



S : 37 celcius

-

Konjungtiva anemis

-

masih terlihat lelah

-

Membran mukosa lembab

-

turgor kulit masih buruk

-

kulit klien masih terlihat kering

-

BB naik 1kg

-

A : masalah teratasi sebagian

-

P : lanjutkan intervensi

BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu infeksi oleh salah satu dari 2 jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit, menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) dan penyakit lainnya sebagai akibat dari gangguan kekebalan tubuh. (Medicastore, 2004). HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. HIV dapat menular jika kita melakukan hubungan seksual dengan penderita, menerima transfuse darah dengan penderita, menggunakan jarum suntik yang sama denga penderita, meminum air susu ibu yang terjangkit HIV. Dan HIV tidak dapat menular jika kita bersalaman, memeluk, mencium orang dengan HIV/AIDS, menggunakan barang miliknya, dan digigit nyamuk yang sudah menggigit penderita.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.pdfcoke.com/doc/29765381/Konsep-Dasar-Hiv. http://caratips.com/tips/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan-hiv-aids-pdfqueen-pdf

Related Documents

Hiv
June 2020 36
Hiv
November 2019 66
Hiv
May 2020 37
Hiv
November 2019 51
Hiv
May 2020 33
Hiv
November 2019 46

More Documents from ""