Hiv Aids Fixs.docx

  • Uploaded by: DinaMurtiningsih
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hiv Aids Fixs.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,394
  • Pages: 28
HIV / AIDS PADA ANAK Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kep. Anak B Dosen Pembimbing Rika Maya Sari , S. Kep., Ns., M. Kes

Disusun oleh : ETY DIAH RAHMAWATI

16612778

YULIA WIDYAWATI

16612781

SELVI PUTRI AGUSTIN

16612793

SITI MOMARIYAH

16612804

NI’AMATUL MUHIMMAH

16612815

Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo Januari 2018

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur Allah SWT penulis panjatkan atas segala rahmat dan anugerahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan judul “HIV / AIDS PADA ANAK” . Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam rangka penyusunan Makalah tidak akan terlaksana sebagaimana yang diharapkan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan, motivasi kepada penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Rika Mayasari S.Kep., Ns., M. Kes., selaku dosen pembimbing mata kuliah Dokumentasi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo yang telah memberikan arahan dan motivasi sehingga memperlancar penulisan Makalah. 2. Ibu, Ayah tercinta yang telah memberikan dukungan baik moral maupun material sehingga terselesaikan Makalah ini. 3. Teman-teman Prodi D III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo atas kerja sama dan motivsinya. Dalam penulisan, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi bidang keperawatan. Atas bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan banyak terimakasih.

Ponorogo, 21 April 2018

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i KATA PENGANTAR .............................................................................. ii DAFTAR ISI ............................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1 1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 1 1.3. Tujuan Penulisan ........................................................................... 2 1.4. Manfaat ......................................................................................... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 3 2. 1. Definisi HIV/AIDS ...................................................................... 3 2. 2. Etiologi ........................................................................................ 3 2. 3. Manifestasi Klinis ........................................................................ 4 2. 4 Pemeriksaan Penunjang ................................................................ 6 2. 5 Penatalaksanaan ............................................................................ 8 2. 6 Patofisiologi …………………………………………………….9 2. 7. Patway .......................................................................................... 10 BAB III Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ...................................... 12 3.1. Pengkajian ............................................................................... 12 3.2. Diagnosa Keperawatan............................................................ 14 3.3. Intervensi ................................................................................. 14 BAB IV PENUTUP .................................................................................. 23 3. 1. Kesimpulan .................................................................................. 23 3. 2. Saran ............................................................................................. 24 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 25

iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Infeksi HIV/AIDS ( Human immuno Deficiency Virus / Acquired Immune Deficiency Syndrom ) pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981 pada orang dewasa homoseksual, sedangkan pada anak tahun 1983. enam tahun kemudian ( 1989 ), AIDS sudah termasuk penyakit yang mengancam anak di amerika. Di seluruh dunia, AIDS menyebabkan kematian pada lebih dari 8000 orang setiap hari saat ini, yang berarti 1 orang setiap 10 detik, karena itu infeksi HIV dianggap sebagai penyebab kematian tertinggi akibat satu jenis agen infeksius. AIDS pada anak pertama kali dilaporkan oleh Oleske, Rubbinstein dan Amman pada tahun 1983 di Amerika serikat. Sejak itu laporan jumlah AIDS pada anak di Amerika makin lama makin meningkat. Pada bulan Desember di Amerika dilaporkan 1995 maupun pada anak yang berumur kurang dari 13 tahun menderita HIV dan pada bulan Maret 1993 terdapat 4480 kasus. Jumlah ini merupakan 1,5 % dan seluruh jumlah kasus AIDS yang dilaporkan di Amerika. Di Eropa sampai tahun 1988 terdapat 356 anak dengan AIDS. Kasus infeksi HIV terbanyak pada orang dewasa maupun pada anak – anak tertinggi didunia adalah di Afrika. Sejak dimulainya epidemi HIV/ AIDS, telah mematikan lebih dan 25 juta orang, lebih dan 14 juta anak kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya karena AIDS. Setiap tahun juga diperkirakan 3 juta orang meninggal karena AIDS, 500 000 diantaranya adalah anak usia dibawah 15 tahun. Setiap tahun pula terjadi infeksi baru pada 5 juta orang terutama di negara terbelakang atau berkembang, dengan angka transmisi sebesar ini maka dari 37,8 juta orang pengidap infeksi HIV/AIDS pada tahun 2005, terdapat 2,1 juta anak- anak dibawah 15 tahun.

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1

Apa pengertian HIV/AIDS?

1.2.2

Apa etiologi HIV/AIDS?

1.2.3

Bagaimana manifestasi klinis HIV/AIDS?

1.2.4

Bagaimana pemeriksaan penunjang HIV/AIDS? 1

1.2.5

Bagaimana penatalaksanaan HIV/AIDS?

1.2.6

Bagaimana patofisiologi HIV/AIDS?

1.2.7

Bagaimana patway HIV/AIDS?

1.2.8

Bagaimana

konsep

asuhan

keperawatan

klien

dengan

HIV/AIDS?

1.3 Tujuan 1.3.1

Mengetahui pengertian HIV/AIDS.

1.3.2

Mengetahui etiologi HIV/AIDS.

1.3.3

Mengetahui manifestasi klinis .

1.3.4

Mengetahui pemeriksaan penunjang

1.3.5

Mengetahui penatalaksanaan.

1.3.6

Mengetahui patway HIV/AIDS.

1.3.7

Mengetahui patofisiologi HIV/AIDS

1.3.8

Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada klien HIV/AIDS.

1.3 Manfaat Teoritis : Mampu menjadi referensi dalam memberikan asuhan pada pasien HIV/AIDS, sesuai dengan standart keperawatan dan menjadi bahan pengembangan dalam memberikan pelayanan keperawatan professional. Praktis : 1. Bagi mahasiswa Membantu mahasiswa dalam mengaktualisasikan ilmu-ilmu yang dipelajari dalam keperawatan dan memberikan wawasan tentang HIV/AIDS 2. Bagi dosen Memberikan informasi tentang HIV/AIDS.

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian 1) AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV ( Human immunodeficiency Virus) yang termasuk famili retroviridae. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. (Sudoyono Aru, dkk 2009) 2) AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan terjadinya defisiensi tersebut sepertii keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya 3) AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh Jadi, HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS, sedangkan AIDS sendiri adalah suatu sindroma penyakit yang muncul secara kompleks dalam waktu relatif lama karena penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV. 2.2 Etiologi Penyebab keleinan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut HIV dari kelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut Lympadenopathy Associated VIirus (LAV) atau Human T-Cell Leukimia Virus (HTL-III yang juga disebut Human T-Cell Lympotropic Virus (retrovirus). Retrovirus mengubah asam rebonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk ke dalam sel penjamu

Empat populasi utama pada kelompok usia pediatrik yang terkena HIV :

3

1) Bayi yang terinfeksi melalui penularan perinatal dari ibu yang terinfeksi (disebut juga trasmisi vertikal); hal ini menimbulkan lebih dari 85% kasus AIDS pada anak-anak yang berusia kurang dari 13 tahun. 2) Anak-anak yang telah menerima produk darah (terutama anak dengan hemofili) 3) Remaja yang terinfeksi setelah terlibat dalam perilaku resiko tinggi. 4) Bayi yang mendapat ASI ( terutama di negara-negara berkembang ).

2.3 Manifestasi Klinis 1) Fase klinik 1 : Tidak bergejala Anak-anak tanpa tanda atau gejala infeksi HIV 2) Fase Klinik 2 : Gejala ringan Anak-anak mengalami dua atau lebih gejala berikut ini : 

Limfadenopati



Hepatomegali



Splenomegali



Dermatitis



Parotitis



Infeksi saluran pernapasan atas yang kambuhan/ persisten, sinusitis, atau otitis media

3) Fase Klinik 3 : Gejala sedang Anak-anak dengan kondisi simtomatik karena infeksi HIV atau menunjukkan kekurangan kekebalan karena infeksi HIV . Contoh dari kondisi-kondisi tersebut adalah sebagai berikut : 

Anemia, neutropenia, trombositopenia selama > 30 hari



Meningitis bakterial, pneumonia, atau sepsis



Sariawan persisten selama lebih dari 2 bulan pada anak di atas 6 bulan



Kardiomiopati



Infeksi sitomegalovirus dengan awitan sebelum berusia 1 bulan



Diare, kambuhan atau kronik



Hepatitis 4



Stomatitis herpes, kambuhan



Bronkitis, pneumonitis, atau esofagitis HSV dengan awitan sebelum berusia 1 bulan



Herpes zoster, dua atau lebih episode



Leimiosarkoma



Pneomonia interstisial limfoid atau kompleks hiperplasia limfoid pulmoner (LIP/PLH)



Nefropati



Nokardiosis



Varisela zoster persisten



Demam persisten >1 bulan



Toksoplasmosis, awitan sebelum berusia 1 bulam



Varisela, diseminata ( cacar air berkomplikasi )

4) Fase Klinik 4 : Gejala Hebat Anak dengan kondisi berikut : 

Infeksi balterial multipel atau kambuhan



Kandidiasis pada trakea, bronki, paru, atau esofagus



Koksidioidomikosis, intestinal kronik



Penyakit sitomegalovirus ( selain hati, limpa, nodus ) dimulai pada umur > 1 bulan.



Retinitis sitomegalovirus (dengan kehilangan penglihatan).



Ensefalopati HIV.



Ulkus herpes simpleks kronik ( durasi > 1 bulan ) atau pneumonitis atau esofagitis, awitan saat berusia > 1 bulan.



Histoplasmosis, diseminata atau ekstrapulmoner.



Isosporiasis interstinal kronik (durasi > 1 bulan).



Sarkoma kaposi.



Limfoma, primer di otak.



Limfoma ( sarkoma burkitt atau sarkoa imunoblastik ).



Kompleks Mycobacterium avium atau Mycobacterium kansasii, diseminata atau ekstrapulmoner.

5



Pneumonia Pneumocystis carinii.



Leukoensefalopati multifokal progresif.



Septikemia salmonella kambuhan.



Toksoplasmosis pada otak, awitan saat berumur > 1 bulan.



Wasting Syndrome karena HIV

2.4 Pemeriksaan Penunjang 1) Elisa : Enzyme-linked imunosorbent assay (uji awal yang umum) – mendeteksi antibodi terhadap antigen HIV (umumnya dipakai untuk skrining HIV pada individu yang berusia lebih dari 2 tahun). 2) Western blot (uji konfirmasi yang umum) – mendeteksi adanya antibodi terhadap beberapa protein spesifik HIV. 3) Kultur HIV – standar emas untuk memastikan diagnosis pada bayi. 4) Reaksi rantai polimerase (polymerase chain reaction [PCR]) – mendeteksi asam deoksiribonukleat (DNA) HIV (uji langsung ini bermanfaat untuk mendiagnosis HIV pada bayi dan anak. 5) Uji antigen HIV – mendeteksi antigen HIV. 6) HIV, IgA, IgM – mendeteksi antibodi HIV yang diproduksi bayi (secara eksperimental dipakai untuk mendiagnosis HIV pada bayi). Mendiagnosis infeksi HIV pada bayi dari ibu yang terinfeksi HIV tidak mudah. Dengan menggunakan gabungan dari tes-tes di atas, diagnosis dapat ditetapkan pada kebanyakan anak yang terinfeksi sebelum berusia 6 bulan. 1) Temuan laboratorium ini umumnya terdapat pada bayi dan anak-anak yang terinfeksi HIV : Penurunan rasio CD4 terhadap CD8. 2) Limfopenia. 3) Anemia, trombositopenia. 4) Hipergammaglobulinemia (IgG, IgA, IgM). 5) Penurunan respon terhadap tes kulit (candida albican, tetanus). 6) Respon buruk terhadap vaksin yang didapat (dipteria, tetanus, morbili ) 7) Haemophilus influenzae tipe B 8) Penurunan jumlah limfosit CD4+ absolut.

6

9) Penurunan persentase CD4+. Bayi yang lahir dari ibu HIV positif yang berusia kurang dari 18 bulan dan yang menunjukkan uji positif untuk sekurang-kurangnya 2 determinasi terpisah dari kultur HIV, reaksi rantai polimerase – HIV, atau antigen HIV, maka dia dapat dikatakan “terinfeksi HIV”. Bayi yang lahir dari ibu HIV-positif, berusia kurang dari 18 bulan, dan tidak positif terhadap ketiga uji tersebut dikatakan “terpajan pada masa perinatal”. Bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV yang ternyata antibodi HIV negatif dan tidak ada bukti laboratorium lain yang menunjukkan bahwa ia terinfeksi HIV, maka ia dikatakan “Seroreverter”.

2.5 Penatalaksanaan Penalaksanaan perinatal terhadap bayi yang dilahirkan dari ibu yang terbukti terinfeksi HIV.Pembersihan bayi segera setelah lahir terhadap segala cairan yang berasal dari ibu baik darah maupun cairan-cairan lain, sebaiknya segala tindakan terhadap si bayi dikerjakan secara steril. Pertimbangan untuk tetap memberikan ASI harus dipikirkan masak-masak, bahkan ada yang menganjurkan untuk penunjukan orang tua asuh. Penting untuk senantiasa memonitor anti HIV, sejak si ibu hamil sampai melahirkan, demikian juga sang bayi sampai berumur lebih dari 2 tahun. Ada pula yang menganjurkan untuk melakukan terminasi kehamilan, bagi ibu yang jelas terkena infeksi HIV, karena kemungkinan penularan pada bayinya sampai 50%. Penatalaksanaan bayi/anak yang telah tertular 1. Terhadap Etiologi Diberikan obat-obata antiretroviral Tabel 4. Macam-macam antiretroviral Golongan obat Nucleoside-reserve Transcriptase

Nama generik Azidotimidin/zidovudin Didanosin Stavudin Zalbitabin Lamivudin

Singkatan AZT DDI D4T DDC 3TC

Protease Inhibitor (PI)

Indinavir

IDV

7

Ritonavir Saquinavir Non-Nucleoside-Reserve Transcriptase Inhibitor (NNRTI)

Nevirapin

Pada pemberian pengobatan dengan antiretroviral sebagai indikator pemakaian/ kemajuan sering dipakai perhitungan jumlah CD4 serta menghitung beban viral (viral load).

Tabel 5. Terapi antiretroviral menurut tahapan klinis infeksi-HIV Keadaan klinis penyakit

Pedoman terapi

Sindroma Retroviral Akut (2-4 minggu setelah terpajan) Asimtomatik dengan beban virus < 10.000/ml Simtomatik / asimtomatik Dengan beban virus > 10.000/ml Berlanjutnya penyakit setelah terapi dengan 2 NRTI

PI + (1 atau 2 NRTI) Didanosin Kombinasi 2 NRTI PI + (1 atau 2 NRTI) Pindah ke terapi PI – NRTI

Pada wanita hamil dengan infeksi HIV dapat diberi AZT 2 kali sehari peroral sejak minggu ke 36 kehamilan sampai persalinan tanpa memandang jumlah CD4, serta dianjurkan untuk tidak menyusui bayinya. Pada bayi yang baru lahir bila ibunya HIV positif, dapat diobati dengan AZT sampai 6 minggu. Sebenarya pada bayi / anak pengukuran viral-load penting karena rentang jumlah CD4 yang sangat bervariasi selama masa pertumbuhannya. Sebagai profilaksis pasca pajanan dapat diberikan AZT sampai 4 minggu. Zidovudin (Azidothymidine), mempunyai efek mempengaruhi proses replikasi virus. Dosis yang dianjurkan untuk anak-anak 80, 120, 160 mg/m2, diberikan secara intravena setiap 6 jam, selama 1-2 bulan, diikuti peroral selama 1-2 bulan dengan dosis satu sampai satu setengah kali dosis intravena.

8

Efek samping obat berupa neutropenia dan anemia, biasanya segera membaik dengan pengurangan dosis, atau penghentian pemberian obat. Dengan pemberian obat ini penderita PCP 73% dapat bertahan sampai 44 minggu.

2.6 Patofisiologi Pada neonatal HIV dapat masuk ke dalam tubuh melalui penularan transplasental atau perinatal. Setelah virus HIV masuk ke dalam target ( terutama sel limfosit T ) yang mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD4. Ia melepas bungkusnya kemudian mengeluarkan enzim Rtase yang dibawanya untuk mengubah bentuk RNA-nya menjadi DNA agar dapat bergabung menyatukan diri dengan DNA sel target (sel limfosit T helper CD4 dan sel-sel imunologik lain ) . Dari DNA sel target ini berlangsung seumur hidup. Sel limfosit T ini dalam tubuh mempunyai mempunyai fungsi yang penting sebagai daya tahan tubuh. Akibat infeksi ini fungsi sistem imun (daya tahan tubuh) berkurang atau rusak, maka fungsi imonologik lain juga mulai terganggu. HIV dapat pula menginfeksi makrofag, sel-sel yang dipakai virus untuk melewati sawar darah otak masuk ke dalam otak. Fungsi linfosit B juga terpengaruh, dengan peningkatan produksi imunoglobulin total sehubungan dengan penurunan produksi antibodi spesifik. Dengan memburuknya sistem imun secara progresif, tubuh menjadi semakin rentan terhadap infeksi oportunis dan juga berkurang kemampuannya dalam memperlambat replikasi HIV. Infeksi HIV dimanifestasikan sebagai penyakit multi-sistem yang dapat bersifat dorman selama bertahun-tahun sambil menyebabkan imunodefisiensi secara bertahap. Kecepatan perkembangan dan manifestasi klinis dari penyakit ini bervariasi dari orang ke orang. Virus ini ditularkan hanya melalui kontak langsung dengan darah atau produk darah dan cairan tubuh, melalui obat-obatan intravena, kontak seksual, transmisi perinatal dari ibu ke bayi, dan menyusui. Tidak ada bukti yang menunjukkan infeksi HIV didapat melalui kontak biasa.

9

2.7 Patway

HIV-1

Jarum suntik

Ibu

Transfusi

Hub sexual

Transplasental

Sel Host

Limfosit T

Perinatal

Aliran darah / mukosa Kel. Limfe

CD4+ Hiperplasi folikel

Internalisasi

Enzim RT-ase

Transkripsi terbalik

Replikasi virus masit

Limfadenopati

Viremia

Destruksi sel

Inf. Akut Laten

Kel. Getah bening perifer

Lim B

Kel. Sel. Pe B Ig total

CD4

Mengubah RNA menjadi DNA

Pe Ab spesifik

Bertahap Krisis

Integritas DNA provirus ke Host

Hiper gamma Respon IgM globulinemia me

Transkripsi / translasi & propagasi virus Inf. Oportunistik Keganasan sekunder AIDS

Monosit makrorag

Tahan sitopatik HIV

Penyebaran patogenesis

Gangguan fungsi monosit & makrofag

10

- Kematoksis  - Fagositosis 

SSP

VIREMIA

Sal. napas

SSP

Hepar & lien

Batang otak Paru

Hidung

Alveolar

- Hepatomegali - Splenomegali

Sinusitis

Hipotalamus

Pirogen

Nyeri

Simpatis 

Pneumonitis interstisiel

Termostat

Vasodilatasi PD

Akumulasi sekret

Lambung

Takikardi TD

peHCL

Kejang2

Kardiomegali Vasodilatasi Kelj. Sebasea

Batuk Tidak spontan

Obstruksi sel napas Kerusakan pertukaran gas

Akumulasi sekret Ronki / tridor

Resiko injuri

Kardiomiopati

Keringat

Usus

DC

Suplai O2  Pe perfusi

Mual, muntah, anorexia

Mal absorbsi

Nutrisi

BB Diare

Integritas kulit

Otak

Bersihan jalan napas

Perub. Pola napas

pe peristaltik

Erithema

Ensefalitis

Dispneu

Fatique

Jantung Hipertermi

Eksudasi

spontan

Menekan N. Vagus

Resiko G3 integritas kulit

Meningitis

Ensefalopathy G3 neuropati

G3 neuro psikiatrik

G3 motorik

11

Defisit / hipovolume

Keseimbangan cairan

Dehidrasi

Peperfusi Vasodilatasi PD Pe TIK

- Demensia Atralgia & / mialgia - Pe fungsi kognitif Immobilitas fisik Istirahat tidur Nyeri

Intoleran aktifitas

Eliminasi alvi

- Turgor  - Mata cowong - Ubun-ubun cekung - Mukosa kering

Ginjal

Oligouria

Eliminasi uri

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian A. Identitas klien Meliputi : nama, umur jenis kelamin, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, dan lain-lain. B. Riwayat Kesehatan 1). Keluhan Utama / alasan masuk RS Klien sering mengalami diare, demam berkepanjangan dan

nafsu makan

berkurang 2) Riwayat kesehatan sekarang Faktor pencetus HIV/ AIDS adalah sex bebas (seseorang yang terinfeksi hiv/aids), alat / jarum suntik yang terinfeksi darah seorang pengidap hiv)

Lokalisasi dan sifatnya ( menjalar/ menyebar/ berpindah-pindah/ menetap) : berpindah-pindah tergantung daerah yang terinfeksi. Berat ringannya keluhan (menetap/cenderung bertambah/berkurang) : keluhan cenderung bertambah yaitu demam semakin sering, berat badan jadi semakin berkurang, dan sariawan semakin bertambah. 3). Riwayat Kesehatan Dahulu Penyakit yang pernah dialami ( jenis penyakit, lama dan upaya untuk mengatasi, riwayat masuk RS) : klien merupakan pecandu narkoba ( pengguna jarum suntik bebas), klien suka merokok dan klien sering melakukan free sex. 4) Riwayat Kesehatan Keluarga Penyakit menular atau keturunan dalam keluarga :Keluarga klien tidak ada penyakit keturunan maupun penyakit menular

12

C. Data dasar pengkajian 1.Aktifitas /istirahat : Mudah lelah, berkurangnya tolerangsi terhdp aktifitas, kelelahan yang progresif, Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi terhdp aktifitas 2.Sirkulasi takikardia, perubahan tekanan darah postural, volume nadi periver menurun, pengisian kapiler memanjang 3.Integritas ego Faktor stress yang berhubungan dgn kehilangan: dukungan keluarga, hubungan dgn org lain, pengahsilan dan gaya hidup tertentu 4.Eliminasi. Diare, nyeri pinggul, rasa terbakar saat berkemih, Faeces encer disertai mucus atau darah 5.Makanan/cairan : Tidak ada nafsu makan, mual, muntah, Penurunan BB yang cepat 6.Hygiene Tidak dapat menyelesaikan ADL, memeperlihatkan penampilan yang tidak rapi. 7.Neurosensorik Pusing,sakit kepala,perubahan status mental, kerusakan mental, kerusakan sensasi 8.Nyeri/kenyamanan Nyeri umum/local, sakit, rasaterbakar pada kaki. 9.Pernapasan Terjadi ISPA, napas pendek yang progresif, batuk produktif/non,sesak pada dada, takipnou, bunyi napas tambahan, sputum kuning. 13

10.Keamanan Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, lauka lambat proses penyembuhan, Demam berulang 11.Seksualitas Riwayat perilaku seksual resiko tinggi, penurunan libido, penggunaan kondom yang tidak konsisten, lesi pd genitalia, keputihan. 12.Interaksi social Isolasi, kesepian,, perubahan interaksi keluarga, aktifitas yang tdk terorganisir

3.2 Diagnosa keperawatan 1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d peningkatan sekresi bronkus 2. Ketidakefektifan pola nafas b.d jalan nafas terganggu akibat spasme otot pernafasan 3. Ketidaefektifan termo regulasi b.d penurunan imunitas tubuh 4. Intoleransi aktivitas b.d keadaan mudah letih 5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan asupan oral

3.3 Intervensi Keperawatan NO

Diagnosa Keperawatan

1.

Ketidakefektifan

Tujuan Kriteria Hasil NOC

NIC

1. Respiratory status : Airway suction

bersihan jalan napas Definisi

Intervensi

ventilation

:

Ketidakmampuan

2. Respiratiory status :

untuk membersihkan sekresi atau obstruksi

airway patency 3. Criteria Hasil :

14

a. Pastikan kebutuhan oral

/

suctioning

tracheal

mempertahankan kebersihan

1. Mendemonstrasikan

jalan

napas

b. Auskultasi

suara

batuk efektif dan suara

napas sebelum dan

nafas yang bersih, tidak

sesudah suctioning.

ada sianosis dan dyspneu c. Informasikan pada

Batasan Karakteristik :

( mampu mengeluarkan

klien dan keluarga tentang suctioning.

1.

Tidak ada batuk

sputum,

2.

Suara

bernapas dengan mudah, d. Minta klien napas

napas

tidak ada pursed lips)

tambahan 3.

mampu

2. Menunjukkan

Perubahan

frekwensi napas

dalam

jalan

suctioning

napas yang paten (klien

dilakukan.

sebelum

4.

Sianosis

tidak merasa tercekik, e. Berikan O2 dengan

5.

Kesulitan

irama napas, frekuensi

menggunakan nasal

pernafasan

untuk memfasilitasi

berbicara

atau

mengeluarkan suara 6.

Penurunan bunyi

Dipsneu

8.

Sputum

dalam

jumlah

yang

suara nfas abnormal)

f. Gunakan alat yang steril melakukan

mencegah factor yang

tindakan.

setiap

dapat menghambat jalan g. Anjurkan

pasien

untuk istirahat dan napas dalam setelah

Batuk yang tidak

kateter dikeluarkan

efektif

dari nasotrakeal.

10. Orthopneu

h. Monitor

11. Gelisah 12. Mata

suksion nasotrakeal

mengidentifiksikan dan

napas

berlebihan 9.

rentang normal, tidak ada

3. Mampu

napas 7.

dalam

oksigen pasien.

terbuka

i. Ajarkan

lebar Factor-faktor

status

kelurga

bagaimana

yang

cara

melakukan suksion.

berhubungan :

j. Hentikan sukion dan

1.

Lingkungan :

a.

Perokok pasif

berikan

oksigen

b.

Mengisap rokok

apabila

pasien

c.

Merokok

menunjukkan

15

2.

Obstruksi

jalan

bradikardi

nafas a.

Spasme

peningkatan saturasi jalan

O2, dll.

napas b.

Mokus

dalam

Airway Managemen

jumlah berlebihan c.

Eksudat

a. Buka jalan napas,

dalam

gunakan teknik chin

jalan alveoli d.

Materi

lift atau jaw thrust asing

bila perlu.

dalan jalan napas e.

Adanya

b. Posisikan

jalan

untuk

napas buatan

memaksimalkan

f.Sekresi bertahan/sisa

ventilasi

sekresi g.

Sekresi

c. Identifikasi dalam

Fisiologis :

a.

Jalan

pemasangan

Asma

c.

Penyakit

napas

d. Pasang mayo bila perlu e. Lakukan fisioterapi

paru

dada jika perlu.

obstruksif kronik d.

f.

Hiperplasi

Keluarkan

secret

dengan batuk atau

dinding bronchial e.

alat

jalan napas buatan

alergik b.

pasien

perlunya

bronki 3.

pasien

suction.

Infeksi

g. Auskultasi

f.Disfungsi

suara

napas, catat adanya

neuromuscular

suara tambahan. h. Lakukan

suction

pada mayo. i. Berikan bronkodilator perlu.

16

bila

j. Berikan

pelembab

udara Kassa basah NaCl Lembab. k. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. l. Monitor

respirasi

dan status O2. 2.

Ketidakefektifan

pola NOC

NIC

1. Respiratory status:

napas Definisi : inspirasi dan / atau ekspirasi yang tidak

ventilation

1. Perubahan

1. Buka jalan

2. Respiratory status :

napas,gunakan

airway patency

teknik chinllift

member ventilasi Batasan karateristik :

Airway management

3. Vital sign status Kriteria hasil

atau jaw thrus bila perlu 2. Posisikan pasien

kedalaman

1. Mendemonstrasiakn

pernapasan

batuk efektif dan

untuk

2. Perubahan

suara nafas yang

memaksimalkan

bersih, tidak ada

ventilasi

ekskursi dada 3. Mengambil

sianosis dan

posiisi tiga titik

3. Identifikasi

dyspneu (mampu

pasien perlunya

4. Bradipneu

mengeluarkan

pemasangan

5. Penurunan

sputum, mampu

jalan napas

bernapas dengan

buatan

tekanan ekspirasi 6. Penurunan

mudah, tidak ada pursed lips

ventilasi semenit 7. Penurunan

2. Menunjukan jalan

kapasitas vital 8. Dipneu

bila perlu 5. Lakukan

napas yang paten

fisioterapi jika

(klien tidak merasa

perlu

tecekik, irama nafas, frekuensi

17

4. Pasang mayo

6. Keluarkan secret dengan

9. Peningkatan

pernapasan dalam

batuk atau

diameter anterior

rentang normal,

suction

– posterior

tidak ada suara

7. Auskultasi suara

nafas abnormal)

napas, catat

10. Pernapasan

adanya suara

cuping hidung 11. Ortopneu 12. Fase

tambahan 8. Lakukan suction

ekspirasi

pada mayo

memenjang

9. Berikan

13. Pernapasan bibir 14. Takipneu

bronkodiator

15. Penggunaan otot

bila perlu 10. Berikan

aksesorius untuk

pelembab udara

bernapas Faktor

Kassa basah

yang

NaCl lembab

berhubungan :

11. Atur intake atau

1. Ansietas 2. Posisi tubuh

cairan

3. Deformitas

mengoptimalkan keseimbangan

dinding dada

12. Monitor

4. Keletihan 5. Hiperventilasi

respirasi dan

6. Sindrom

status O2 Oxygen Therapy

hipoventilasi

13. bersihkan

7. Gangguan

mulut, hidung

muskuluskeletal

dan secret trakea

8. Kerusakan

14. pertahankan

neurulogis

jalan napas yang

9. Imaturitas

paten

neurulogis

15. atur peralatan

10. Disfungsi

oksigenasi

neurumuskular 11. Obesitas

18

12. Nyeri

16. monitor aliran

13. Keletihan

oksigen

otot

17. pertahankan

pernapasan cedera

medulla

posisi pasien 18. onservasi

spinalis

adanya tandatanda hipoventilasi 19. monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi Vital sign Monitoring 20. monitor TD, nadi, suhu dan RR 21. catat adanya fluktuasi tekanan darah 22. monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri 23. auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan 24. monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama

19

dan setelah aktivitas 25. monitor kualitas dari nadi 26. monitor frekuensi ndan irama pernapasan 27. monitor suara paru 28. monitor pernapasan abnormal 29. monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit 30. monitor sianosis perifer 31. monitor adanya cushing triad ( tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik 32. identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

20

3.

Ketidakefektifan

NOC  Hidration

termoregulasi Definisi : Fruktuasi suh diantara hipotermia dan

Batasan karakteristik  Dasar kuku sianostik  Fruktuasi suhu tubuh dan

Temperature regulation

 Adherence behavior

(pengaturan suhu)

 Immune status

 Monitor suhu min tiap 2

 Risk control

hipertermia

diatas

NIC

dibawah

kisaran normal

 Risk detection

 Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu

Kriteria Hasil :  Keseimbangan

antara

produksi panas, panas yang

 Kulit kemerahan

jam

diterima,

dan

 Seimbang

 Peningkatan suhu tubuh

produksi

antara panas

yang

diatas kisaran normal

diterima, dan kelingan

 Peningkatan frekuensi

panas selama 28 hari

pernapasan  Sedikit

pertama kehidupan menggigil,  Keseimbangan

kejang

asam

basa bayi baru lahir

 Pucat sedang

 Temperature

 Piloereksi

stabil

:

36,5-37C

 Penurunan suhu tubuh  Tidak ada kejang dibawah kisaran normal  Tidak  Kulit

dingin,

kulit

ada

perubahan

warna kulit  Glukosa darah stabil

hangat

 Pengisian ulang kapiler  Pengendalian resiko : yang lambat, Takikardi Factor yang berhubungan  Usia yang eksterm  Fluktuasi lingkungan

hipertermia  Pengendalian resiko : hipotermia

suhu  Pengendalian resiko : proses menular

21

RR  Monitor warna dan suhu kulit

kehilangan panas

 Hipertensi

 Monitor TD, nadi, dan

 Monitor

tanda-tanda

hipertermi

dan

hipotermi  Tingkatkan

intake

cairan dan nutrisi  Selimuti pasien untuk mencegah

hilangnya

kehangatan tubuh  Ajarkan

pada

pasien

cara mencegah keletihan akibat panas  Diskusikan

tentang

pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan eefek

negative

dari

kedinginan  Beritahu

tentang

indikasi

terjadinya

keletihan

dan

 Penyakit

 Pengendalian reisko :

 Trauma

paparan sinar matahari.

penanganan emergency yang diperlukan  Ajarkan indikasi dari hipotermi penanganan

dan yang

diperlukan  Berikan anti piretik k/p

22

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan terjadinya defisiensi tersebut sepertii keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya ( Rampengan & Laurentz ,1997 : 171). Manifestasi klinisnya bayi terkena HIV adalah : Berat badan lahir rendah, gagal tumbuh, limfadenopati umum, hepatosplenomegali, sinusitis, infeksi saluran pernafasan atas berulang, parotitis, diare kronik atau kambuhan, infeksi bakteri dan virus kambuhan, infeksi virus Epstein-Barr persisten, sariawan Orofaring, trombositopenia, infeksi bakteri seperti meningitis, pneumonia Interstisial kronik. Remaja : Malaise, keletihan, keringat malam, penurunan berat badan yang tidak nyata, diare kronik atau kambuhan, limfadenopati umum, kandidiasis aral, atralgia dan mialgia. ( Cecily L. Betz, 2002 : 211 ). Penatalaksanaan bayi/anak yang telah tertular. Penalaksanaan perinatal terhadap bayi yang dilahirkan dari ibu yang terbukti terinfeksi HIV adalah pembersihan bayi segera setelah lahir terhadap segala cairan yang berasal dari ibu baik darah maupun cairan-cairan lain. Penatalaksanaan bayi/anak yang telah tertular adalah : Terhadap Etiologi yaitu diberikan obat-obata antiretroviral, pemberian obat infeksi Sekunder, Mengatasi Status Defisiensi Immun yaitu dengan pemberian obat Biological respons modifier, misalnya alpha / gamma interferron, interleukin 2, thymic hormon, tranplantasi sumsum tulang, transplantasi

timus,

Immunomodulator

misalnya

isoprinosine,

Mengatasi

Neoplasma, Pemberian Vaksinasi.

Saran Untuk mencegah bayi atau anak tertular virus HIV / AIDS adalah dengan pemberian zidovudin selama kehamilan efektif dalam menurunkan resiko infeksi janin dari wanita hamil yang terinfeksi HIV-1 pada minggu ke 14-34

23

kehamilan yang belum mendapat obat ini karena memiliki limfosit CD4 yang jumlahnya lebih dari 200 sel/mm³tanpa gejala klinis AIDS. Ibu mendapat terapi zidovudin oral ( 100 mg lima kali sehari ) selama sisa masa kehamilan. Saat persalinan obat diberikan secara intravena ; dosis awal 2 mg/kg diberikan selama 1 jam dan disertai dengan infus sebanyak 1 mg/kg/jam hingga bersalin. Bayi baru lahir mendapat terapi antivirus selama 6 minggu ( sirup zidovudin dosis 2 mg/kg setiap 6 jam ) mulai pada 8-12 jam pascalahir. Hal ini mengakibatkan penurunan resiko relatif sebesar 67,5% . ( Behrman, dkk, 1999 : 653 )

24

DAFTAR PUSTAKA

J. Mrchdante, Robert M. Kliegman, dkk. 2011. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia. Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis& NANDA NIC-N OC.Jokjakarta:Media Action. Rudolph, Abraham.2007. Buku Ajar Pediatri Rudolph,20 Ed.Jakarta: EGC Syahlan, JH.2007. AIDS dan Penanggulangan. Jakarta : Studio Driya Media

25

Related Documents

Hiv Aids
November 2019 39
Hiv Aids
June 2020 25
Hiv/aids
June 2020 37
Hiv Aids
June 2020 31
Hiv-aids
November 2019 60
Hiv Aids Fixs.docx
December 2019 30

More Documents from "DinaMurtiningsih"

92946050-sap-rematik.doc
December 2019 6
Proposal Kwu.docx
December 2019 8
Hiv Aids Fixs.docx
December 2019 30
Antropoloi.docx
December 2019 7